OLEH :
NAMA : AMALIA PRATIWI PANIGORO
KELAS : XI IPA
SMA NEGERI 02 GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah Hukum Perdata dengan baik dan tepat waktu. Shalawat
serta salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW.,
yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju jaman terang-benderang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata “sempurna”, oleh
karena itu penulis mengharap adanya komentar dan kritikan yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah kedepannya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................5
3.1 Kesimpulan........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa informasi yang tidak benar, tidak relevan dengan keadaan
sebenarnya disebut hoaks. Hoaks memang terlihat baru diera digital ini, namun
dalam perspektif islam yang pada hakikatnya hoaks telah terjadi pada zaman
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wassalam yang mana ketika istri beliau difitnah
berzina oleh kaum munafikin. Sebab kejadian ini maka turunlah ayat al-quran
untuk membantah hal tersebut yaitu surat [al-Hujurât/49:6] : “Wahai orang-
orang yang beriman, jika ada seorang faasiq datang kepada kalian dengan
membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan
sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan,
kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian”.
2. Tabayyun
Maka oleh itu kita sebagai seorang Muslim yang baik jangan asal terima saja
berita-berita yang belum tentu kebenarannya itu. Setiap muslim wajib
melaksanakan tabayyun tanpa terkecuali, terutama di zaman yang penuh dengan
fitnah seperti sekarang. Dan mudah sekali orang terpengaruh, sehingga timbul
saling menghujat dan menyalahkan. Dengan demikian sangatlah penting bagi
seorang muslim untuk mengamalkan sifat dan sikap terpuji yang satu ini.
Tabayyun merupakan salah satu akhlak mulia dan salah satu prinsip penting
dalam menjaga kemurnian agama Islam dan keharmonisan dalam pergaulan
sosial. Begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat seseorang akan terhindar dari
permusuhan antar sesama muslim atau manusia yang lain karena bisa bertabayyun
dengan sempurna. Allah swt bahkan memerintahkan umat muslim agar selalu
bertabayyun dalam mencari kebenaran dari apa yang telah kita dengar, karena
memang di situlah setan dengan tipu muslihat menggoda iman kita untuk
langsung menghakimi seseorang bersalah tanpa menanyakan tentang kebenaran
yang sesungguhnya, hal ini begitu mengkhawatirkan terutama ketika kita
bermasyarakat atau bersosial pada umumnya.Seperti dalam firman Allah pada
surat Al-Hujurat ayat 6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-
Hujurat [49]:6)
3. Menjaga Lisan Dan Kata-Kata Dalam Berucap
Sebagai umat muslim kita harus menjaga tutur kata dalam setiap kegiatan,
termasuk dalam bermedia sosial. Jangan sampai perkataan kita di dunia maya
menyakiti atau berkata-kata tidak baik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Rasulullah SAW juga bersabda: "Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab
diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu."
(H.R. Ahmad).
Berkata baik atau diam, terutama pada perdebatan yang hanya membuat
gaduh dan adu opini tanpa solusi, perdebatan yang mengarah pada keburukan
seperti mengadu domba, memfitnah dan perilaku buruk lainnya. Hal lain yang
perlu kita sadari di zaman yang serba canggih seperti saat ini adalah, kita dapat
dengan mudah menebar kebaikan atau bahkan keburukan melalui jari-jari tangan
kita hanya dalam seper-sekian detik. Perkataan yang harus kita
pertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat kelak bukan hanya
perkataan secara langsung melalui mulut, namun juga perkataan-perkataan yang
tersebar di media sosial. Dari Abu Umamah Al-Bahili a berkata, telah bersabda
Rasulullah `, “Aku menjamin sebuah rumah di surga bagian bawah bagi siapa
yang meninggalkan perdebatan sekalipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah
rumah di surga bagian tengah bagi siapa yang meninggalkan kebohongan
sekalipun sedang bergurau. Dan aku menjamin sebuah rumah di surga bagian
atasnya bagi siapa yang mulia akhlaknya.” (H.R. Abu Dawud no. 4800 dan
dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1464).
Ketiganya adalah jaminan yang teramat baik, namun alangkah bahagianya
orang-orang yang bisa merasakan surga bagian atas karena akhlaknya yang
mengikuti ajaran Nabi Muhammad ` dan taat atas perintah Allah `. Setiap bentuk
kebaikan akan mendapatkan ganjaran kelak di akhirat dan sebagai umat Muslim
kita bisa saling berlomba-lomba dalam kebaikan, salah satunya berlomba menjalin
hubungan yang baik antar sesama manusia dan berusaha memberikan manfaat
bagi orang lain untuk meraih keridhoan Allah SWT.
3.1 Kesimpulan
Adab dalam menggunakan media sosial merupakan hal yang penting dalam
membangun hubungan yang sehat dan menghindari dampak negatif. Dengan
memahami dan menerapkan etika yang tepat, kita dapat menciptakan lingkungan
virtual yang lebih positif, mendukung, dan bermanfaat bagi diri kita sendiri dan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA