Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Ketakwaan merupakan bekal yang paling baik dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Itulah salah
satu alasan kenapa pesan ketakwaan menjadi salah satu rukun yang wajib disampaikan setiap khatib
Jumat saat menyampaikan materi khutbahnya. Jika wasiat takwa ini tidak disampaikan kepada
jamaah, maka secara hukum, rangkaian shalat Jumat pun tidak sah. Sehingga pada kesempatan
mulia ini, saya selaku khatib berwasiat kepada seluruh jamaah wabil khusus kepada diri khatib
sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt dengan berjuang sekuat tenaga
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Perintah mengajak kepada takwa juga banyak termaktub dalam Al-Qur’an seperti ayat yang sering
disampaikan oleh para khatib Jumat yakni Al-Qur’an Surat Al-Imran ayat 102:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-
Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah kali ini, khatib akan menyampaikan materi khutbah yang diharapkan
mengingatkan kita semua bahwa saat ini kita hidup di zaman digital yang ditandai dengan
perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Selain dampak positif yang bisa kita
dapatkan dari adanya era digital ini, ancaman nyata juga hadir dan bisa membawa kita terjerumus
kepada hal-hal negatif. Menyikapi kondisi ini, perlu kita meningkatkan pengetahuan dan
kewaspadaan dengan terus memperkuat literasi digital alias kecakapan dalam pemanfaatan alat dan
media digital. Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5:

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; Yang mengajar
(manusia) dengan perantara qalam (pena); Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya."
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Allah menurunkan firman-Nya tentang membaca. Ayat ini adalah ayat yang pertama kali diturunkan
oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw. Sebuah ayat yang mengingatkan kepada kita untuk
membaca, membaca, dan membaca. Membaca di sini bukan hanya membaca secara tekstual, yakni
mencari informasi huruf, kata, kalimat, paragraf sampai dengan teks. Membaca ini juga bermakna
kontekstual, yakni membaca situasi dan kondisi lingkungan serta perkembangan zaman. Pada era
digital saat ini, di mana informasi yang beredar di dunia maya sudah overload (berlebihan) perlu
disikapi dengan kemampuan membaca dengan cermat dengan bekal literasi digital.

Terkait derasnya informasi yang beredar ini, Allah subhanahu wata'ala juga sudah memberikan
panduan melalui firman-Nya dalam QS Al-Hujurat Ayat 6:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum
tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Kemampuan untuk menyaring informasi ini menjadi ciri dari apakah kita memiliki literasi digital yang
baik atau tidak. Secara umum literasi digital adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari berbagai sumber. Tentunya semakin baik
literasi digital yang dikuasai seseorang, maka akan semakin besar peluang untuk selamat dari hal-hal
negatif di dunia maya yang tentu bisa berimbas pada kehidupan nyata. Sebaliknya, seseorang yang
rendah literasi digitalnya, maka akan mudah terprovokasi oleh berita dan informasi yang diedarkan
oknum ataupun kelompok yang tidak bertanggung jawab.

Literasi digital juga akan mampu menyelamatkan mental kita dari kecanduan media sosial dan lebih
peka terhadap apa yang terjadi di sekeliling kita. Kecanduan media sosial bisa menjadikan seseorang
tidak peduli pada sekitar. Orang yang jauh didekatkan sementara orang yang dekat malah dijauhkan.
Seseorang yang memiliki literasi digital yang baik akan mampu dengan bijak menggunakan media
sosial sesuai porsinya. Ia juga akan mampu memilah dan memilih informasi dan menjaga kesehatan
mental dari pengaruh informasi yang tidak benar atau hoaks. Literasi digital akan mampu
mengingatkan seseorang untuk berhati-hati dan menjaga keamanan diri dan orang lain terutama
dari tindak kejahatan digital.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Banyaknya informasi yang tersedia di dunia maya membutuhkan kewaspadaan kita, terlebih jika itu
terkait dengan permasalahan agama. Jangan sampai kita terjebak belajar agama dari sumber yang
tidak terpercaya karena saat ini memang siapa saja bisa membuat konten-konten agama dan dengan
mudah disebarkan di dunia maya. Kita perlu mengingat bahwa belajar agama harus melalui guru
yang memiliki silsilah serta kompetensi keilmuan yang jelas dengan rekam jejak keteladanan dan
sikap yang baik. Di era saat ini kita harus memegang prinsip:

“Lihat apa yang dikatakan dan lihat juga siapa yang mengatakan”. Terlebih itu berasal dari internet
atau media sosial sehingga kita bisa terhindar dari informasi yang disampaikan oleh orang yang tidak
berkompeten di bidangnya.

Hal ini selaras dengan metode para ulama dalam menentukan apakah sebuah hadits itu shahih atau
tidak. Para ulama selalu mempertimbangkan sanad atau silsilah orang-orang yang membawa atau
meriwayatkan sebuah hadits. Ulama juga mempertimbangkan rawi yakni informan atau orang yang
menyampaikan hadits dari Nabi Muhammad saw. Jika orang yang ada dalam sanad atau rawi ini
diragukan kejujuran dan kredibilitasnya maka secara otomatis akan mempengaruhi kualitas dari
hadits tersebut.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Untuk terhindar dari terpapar informasi dan tergelincir akibat
berita tidak benar yang bisa mengurangi kesalehan kita, mari kita amalkan doa Rasulullah saw yang
diriwayatkan dari Ummu Salamah:
Artinya: “Tidak sekalipun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahku kecuali beliau
menengadahkan pandangannya ke atas. Kemudian berdoa: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (oleh setan atau orang berwatak setan),
tergelincir atau digelincirkan orang, menzalimi (menganiaya) atau dizalimi (dianiaya), dan berbuat
bodoh atau dibodohi.”

Kita juga bisa memperbanyak doa agar kita senantiasa berada di jalan yang benar dan selalu
mendapat petunjuk dari Allah seperti doa yang termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 8:

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau
berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya
Engkau Maha Pemberi.”

Anda mungkin juga menyukai