Anda di halaman 1dari 8

‫واجب املسلمني حنو السنة‬

ARTIKEL

Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Metode Pemahaman Hadis”

Dosen Pengampu:

Subro Malisi, M.Th.I

Disusun oleh:
Cici Eka Cahyani
Lia Qurrota Aini

UNIVERSITAS NURUL JADID

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PAITON - PROBOLINGGO

2017-2018
Kewajiban Kaum Muslim Terhadap As-Sunnah

Dari pembahasan minggu lalu, kita dapat mengetahui bahwa Sunnah


adalah sebuah manhaj bagi kaum muslim, baik itu dikemukakan dalam penafsiran
al-Qur‟an dalam praktik atau Islam dalam penjabarannya.

Dapat disimpulkan, bahwa adanya Sunnah, berarti Nabi Sallallahu Alaih


Wasallam memberi penjelasan bagi al-Qur‟an, mengaktualisasikan ajaran Islam
baik dengan ucapan, perkataan dan tindakannya dimanapun Nabi berada.

Jadi, kewajiban kaum muslim adalah untuk memahami ketiga manhaj


tersebut, yakni manhaj komprehensif, manhaj yang seimbang dan manhaj
memudahkan.

Dan hal itu pula yang mengharuskan kaum muslim berusaha untuk
memahami dan berinteraksi dengan Sunnah dalam aspek hukum dan moralnya,
sebagaimana yang dilakukan oleh para sahabat, tabi‟in, dll.

Selain itu, Allah mengutus Nabi Muhammad untuk memberi penjelasan


terhadap al-Qur‟an kepada umatnya karena beliau adalah uswatun hasanah
sebagaimana firman-Nya yang berbunyi:

              

  

Artinya: “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri


teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab [33]: 21).

Dan Allah menyuruh kaum muslim untuk mengikutinya, yang dijelaskan


oleh al-Qur‟an:

       

1
Artinya: “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan
apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr [59]: 07).

Dan firman lainnya yang menegasan bahwa:

           

Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,


ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (Ali Imron
[03]: 31).

Keadaan yang berbahaya untuk saat ini ialah pemikiran yang di dasari
oleh hati nurani. Dan didalam kitab ini dijelaskan oleh Syeikh Yusuf al-Qardhowi
bahwa ada tiga penyakit yang dihindari yang telah dirawikan oleh sabda
Rasulullah berupa isyarat tentang apa yang akan menimpa ilmu kenabian serta
warisan risalah akibat ulah kaum ekstrem, sesat dan bodoh.

Yaitu dirawikan oleh Ibnu Jarir dan Tammam dalam Fawa‟idnya serta
Ibnu Adiy dan beberapa selain mereka, bahwa sabda Nabi:

‫ وتأويم‬,‫ واوتحال انمبطهيه‬,‫ يىفىن عىه تحزيف انغانيه‬,‫يحمم هذا انعهم مه كم خهف عدونه‬
‫انجاههيه‬

Artinya: “Ilmu ini akan dibawa dan dipelihara oleh orang-orang adil
dari setiap generasi. Mereka ini akan dibersihkannya dari tahrif (penyimpangan)
kaum ekstrem, manipulasi kaum sesat, dan penafsiran kaum yang jahil.”

Baik, pembahasan yang pertama ialah penyimpangan kaum ekstrem.


Maksudnya ialah suatu penyimpangan terhadap Sunnah yang datang dari sikap
ekstrem dan sok tau, serta menjauh dari jalan tengah, yakni moderasi.

Contohnya ialah ahlu al-kitab yang ghuluw (sikap berlebih-lebihan)


dalam akidah, dalam ibadah, dan dalam perilakunya. Sebagaimana yang
dinyatakan dalam al-Qur‟an:

2
            

          

Artinya: “Katakanlah: "Hai ahli kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan


(melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang Telah sesat dahulunya (sebelum
kedatangan Muhammad) dan mereka Telah menyesatkan kebanyakan (manusia),
dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".” (Al-Ma‟idah [03]: 77).

Dan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas:


‫ فإ وّما ههك مه كان قبهكم بانغهّى في ان ّديه‬,‫إياكم وانغهّى في ان ّديه‬
Artinya: “Jangan sekali-kali kamu skalian bersikap berlebih-lebihan
dalam agama. Sebab, sikap seperti itulah yang telah membinasakan orang-orang
dahulu sebelum kamu.”

Dan dari Ibnu Mas‟ud yang juga dirawikan oleh Rasulullah yang
berbunyi:
‫ (ههك انمتىطعىن) قانها ثالثا‬: ‫وروي ابه مسعىد عىه‬

Artinya: “Sungguh telah binasa orang-orang yang suka berlebih-


lebihan.” (beliau mengulanginya tiga kali).
Yang kedua ialah manipulasi orang-orang sesat ada lagi manipulasi atau
pemalsuan yang oleh orang-orang sesat untuk dimasukkan ke dalam manhaj
nabawi, atau melekatkan padanya berbagai bid‟ah yang diada-adakan dan yang
pada hakikatnya bertentangan dengan akidah syariah, dan bahkan tidak
dikehendaki sama sekali oleh ushul (pokok-pokok ajaran) dan furu‟ (cabang-
cabangnya).

Dan manakala orang-orang sesat ini menyadari bahwa mereka tak


mungkin berhasil menambah-nambahkan sesuatu dalam Qur‟an yang terpelihara
dari hafalan para penghafal, tercatat dalam mushaf-mushaf dan dibaca oleh

3
pembacanya, merekapun mmengira akan berhasil dengan pemalsuan mereka
melalui jalur As-Sunnah (hadis). Dan bahwa dengan mudah mereka akan berkata:
“Telah bersabda Rosulullah saw....”, walaupun tanpa bukti.

Namun para pakar umat dan para penghapal hadis, dengan sigapnya telah
siap menangkal dan menutup setiap celah yang mungkin akan dimasuki oleh para
pemalsu itu. Mereka tak mau menerima sebuah hadis tanpa sanad, dan tidak mau
menerima semua sanad tanpa mengurai para pwrawinya satu demi satu.

Itulah sebabnya mereka berkata:”Isnad (periwayatan hadis dengan


menyebut rang kaian para perawinya ) adalah bagian dari agama. Dan seandainya
tidak ada isnad, niscaya setiap orang dapat berkata apa saja yang
dikehendakinya!”

Ujar mereka lagi: “ Seorang penuntut ilmu (hadis) tanpa isnad sama
seperti seorang pencari kayu dimalam yang gelap.”

Mereka juga tidak mau menerima suatu hadis kecuali dengan sanadnya
bersambung, dari awal sampai akhirnya, melalui perawi yang terpercaya (tsiqoh),
jujur („adil), dan cermat (dhabit), tanpa kekosongan nama, baik yang jelas ataupun
yang samar-samar. Demikian pula hadis tersebut tidak boleh bersifat syadz (yakni
salah satunya rawi bertentangan dalam periwayatannya dengan perawi yang lain
yang dianggap lebih akurat dan lebih dipercaya) dan harus bersih dalam „illah
qadihah (yakni bersih dari cacat yang menyebabkannya ditolak oleh para ahli
hadis)

Ketelitian yang sangat, dalam masalah istnad ini, dengan berbagai


persyaratan dan batas-batasnya, adalah diantara ciri khas umat islam, yang
dengannya mereka mendahului bangsa-bangsa yang berperadaban modern masa
kini, dalam meletakkan dasar-dasar metodologi ilmiyah yang dikenal sekarang.

Dan yang terakhir ialah penafsiran orang-orang jahil, cara ini termasuk hal
yang merusak pada hakikat agama islam, menyelewengkan konsep-konsepnya
dan mencoba mengurangi integritasnya. Yaitu menghilangkan berbagai hukum
dan ajaran dari batang tubuhnya, sebagaimana disisi yang lain orang-orang sesat

4
tertentu berusaha memasukkan ke dalamnya hal-hal yang asing darinya, atau
mengundurkan apa yang seharusnya dimajukan dan memajukan apa yang
seharusnya diundurkan

Penafsiran yang buruk dan pemahaman yang lemah dan keliru ini,
merupakan ciri orang-orang jahil yang tidak mengerti islam dan tidak mampu
meresapi jiwa atau semangatnya. Mereka ini pula tidak mampu melihat hakikat-
hakihatnya dengan mata hati mereka. Sebabnya ialah mereka tidak memiliki
pijakan yang kuat dalam ilmu, atau dalam upaya mencari kebenaran, sehingga
mampu mencegah mereka dari kesesatan atau penyelewengan dalam pemahaman.
Atau menghalangi mereka dari tindakan meninggalkan hal-hal yang muhkamat
seraya mengikuti yang mutasyabuhat, yang mereka lakukan demi menimbulkan
fitnah (kekacauan) dan mencari-cari ta‟wilnya, serta demi mengikuti hawa nafsu
yang menyesatkan manusia dari jalan Allah.

Itulah ta‟wil (penafsiran), orang-orang yang meskipun mengenakan


pakaian ulama‟ serta menampilkan diri dengan berbagai gelar orang-orang bijak,
sebenarnya adalah orang-orang jahil.

Keadaan seperti inilah yang harus dihadapi dengan sikap waspada dan
hati-hati, serta dengan meletakkan aturan-aturan yang ketat guna pencegahannya.

Kebanyakan dari kelompok-kelompok sesat dan sekte-sekte yang


menyempal dari ummat, dari akidah dan syariat: semua mereka itu menjadi
tersesat dari jalan yang benar, disebabkan ta‟wil (penafsiran ) yang buruk dan
keliru.

Mengenai hal itu, Imam Ibnu Al-Qoyyim mempunyai pendapat yang


sangat bagus tentang keharusan adanya pemahaman yang benar berkenaan dengan
apa yang diriwayatkan dari Rosulullah SAW, hal itu disebutkan dalam bukunya,
Ar-Ruh yang kami kutib dibawah ini:

“Diperlukan pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksud oleh


Rosulullah SAW: tanpa berlebihan atau berkurangan. Maka janganlah ucapan
beliau diperluas artinya lebih daripada yang dimaksud, atau dipersempit sehingga

5
tidak memenuhi tujuannya dalam memberikan petunjuk dan penjelasan.
Penyimpangan mengenai hal tersebut telah mengakibatkan penyesatan yang
sedemikian luasnya sehingga tak ada yang mampu memperkirakannya kecuali
Allah SWT. Dapatlah dikatakan bahwa pemahaman yang buruk berkenaan dengan
apa yang berasal dari Allah dan Rosul-Nya, adalah asal-muasal dari setiap bid‟ah
serta kesesatan yang timbul dalam islam.bahkan hal itu adalah asal mula dari
setiap kekeliruan dalam ushul dan furu‟. Lebih-lebih lagi bila pemahaman seperti
itu disertai dengan niat yang buruk. Sehingga bertemulah pemahaman buruk
dalam beberapa hal dari tokoh yang diikuti, walaupun ia bermaksud baik, dengan
niat yang buruk dari si pengikut. Maka dapatlah dipastikan, bencanalah yang akan
menimpa agama beserta pemeluknya! Dan hanya dari Allah-lah diharapkan
datangnya pertolongan!

“Bukanlah pemahaman buruk tentang Allah dan Rosul-Nya pula yang


telah menjerumuskan kelompok-kelompok Qadariyah, Murji‟ah, Khawarij,
Mu‟tazilah, Jahmiyah, Rafidhah serta berbagai kelompok bid‟ah lainnya?
Sedemikian sehingga agama dimengerti oleh kebanyakan manusia sejalan dengan
pemahaman kelompok-kelompok tersebut?

“Sedangkan apa yang dipahami tentang Allah dan Rosul-Nyaoleh para


sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka , mejadi sesuatu yang
ditinggalkan, tidak dipandang kecuali dengan sebelah mata! Sedemikian sehingga
adakalanya anda membaca Al-Qur‟an dari awal sampai akhirnya, sementara tak
seorangpun dar mereka mempunyai pemahaman yang selayaknya tentang Allah
dan Rasul-Nya, walaupun hanya dalam satu masalah saja?

“Hal-hal seperti ini yang hanya dapat diketahui oleh seseorang yang
mengerti apa yang ada ditangan orang banyak, kemudian mencocokkannya
dengan apa yang dibawa oleh Rosulullah SAW.

“Adapun orang yang memperlakukan agama secara terbalik, lalu


mencocokkan apa yang dibawa oleh Rosulullah SAW. dengan apa yang diyakini
dan dianut olehnya, yaitu sesuatu yang ia menirunya dari orang lain yang

6
dipercaya olehnya, maka takkan berguna omongan apapun bersamanya. Lebih
baik Anda tinggalkan saja ia bersama apa yang telah dipilihnya untuk dirinya
sendiri. Biarkanlah ia berbuat apa yang dianggapnya palng benar, lalu tujukan puji
bagi Allah yang telah menyelamatkan anda dari cobaan yang ditimpakan oleh-
Nya atas diri teman Anda itu!” (selesai kutipan dari Ibnu Qoyyim).

Anda mungkin juga menyukai