Teknologi melaju dengan cepat, melesat layaknya kilat, serta memiliki dampak yang sangat
dahsyat. Dahsyat menuju maslahat, namun juga dahsyat menghancurkan masyarakat. Sosial media,
sebagai salah satu produk canggihnya teknologi, di satu sisi memiliki banyak manfaat, namun pada
saat bersamaan telah menjadi alat paling akurat untuk menghasut dan memecah belah umat.
Akibatnya, semakin banyak orang beragama secara ekstemis. Semakin tumbuh subur paham
radikalis. Atas nama agama mereka tega membunuh orang lain secara sadis. Masih ingatkah kita,
bagaimana gereja-gereja diledakkan? Ustadz sedang berceramah mereka tikam. Semuanya,
merupakan kebengisan yang tumbuh dan tersulut dari pemberitaan yang dihembuskan.
Oleh sebab itu, memahami Islam secara moderat merupakan keharusan yang tidak bisa
terelakkan. Karena Islam datang bukan untuk mengumbar kebencian, melainkan menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Dalam kepentingan inilah, materi syarhil yang berjudul “Moderasi Beragama sebagai
Pondasi Bangsa di Era Digital”, akan segera kami sampaikan. Dengan merujuk Surah Al Baqarah
256:
Imam Ibnu Katsir di dalam tafsirul Qur’anil ‘Azim menjelaskan bahwa Islam adalah rahmatan
lil’alamin yang sebut juga dengan rahmat bagi seluruh alam. Dalam artian yang lebih luas bahwa
Islam mengajarkan nilai-nilai toleransi yang sangat tinggi, cara bersikap dan etika sangat penting
dalam Islam, sebagai bentuk mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran. Acuan
utama kita tentu kepada Baginda Nabi Muhammad Saw., tentang cara dan etika bersikap, bagaimana
ketika Nabi Muhammad menjadi sosok pemimpin di Madinah, tidak sekalipun nabi bersikap
diskriminatif atau bahkan memusuhi. Bahkan sikap keteladanan Nabi ini tercurahkan dalam bentuk
suatu perjanjian bersejarah yakni yang disebut Piagam Madinah yang di dalamnya sarat akan nilai-
nilai kemanusian yang cinta akan perdamaian. Hal ini ditegaskan di dalam sebuah Hadist berikut:
Shahih Bukhari 6803: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Manshur telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah telah menceritakan kepada kami Al A'masy telah
menceritakan kepada kami Abu Shalih dari Abu Sa'id alkhudzri berkata: "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Nabi Nuh didatangkan pada hari kiamat lantas
ditanya, 'Sudahkah kamu menyampaikan? ' ia menjawab, 'Benar ya Rabbi'. Ummatnya
kemudian ditanya, 'Apakah dia memang benar telah menyampaikan kepada kalian? '
Mereka menjawab, 'Belum ada seorang pemberi peringatan kepada kita.' Lantas Allah
bertanya lagi: 'Siapa yang menjadi saksimu? ' Nuh menjawab, 'Muhammad dan
umatnya.' Lantas kalian didatangkan dan kalian bersaksi." Kemudian Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam membaca ayat: '(Dan demikianlah Kami jadikan kalian
umat yang wasath) ' Kata Al A'masy, wasath artinya adil '(Agar kalian menjadi saksi atas
semua manusia dan agar rasul sebagai saksi atas kalian) ' (Qs. Albaqarah 143). Dan
dari Ja'far bin Aun telah menceritakan kepada kami al A'masy dari Abu Shalih dari Abu
Sa'id alkhudzri dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan ini."
At-Thabari berpendapat bahwa konsep Al Wasathiyah dalam Hadist di atas adalah “Umat Islam
adalah umat moderat, karena mereka berada pada posisi tengah dalam semua agama, mereka bukanlah
kelompok yang ekstrem dan berlebihan seperti sikap ekstremnya Nasrani dengan ajaran kerahibannya
yang menolak dunia dan kodratnya sebagai manusia. Umat Islam juga bukan seperti bebasnya dan
lalainya kaum Yahudi yang mengganti kitab-kitab Allah, membunuh para Nabi, mendustai Tuhan dan
kafir pada-Nya. Akan tetapi umat Islam adalah umat pertengahan dan seimbang dalam agama, maka
karena inilah Allah menamakan mereka dengan umat moderat. Sikap Al Wasathiyah inilah yang dapat
kita jadikan pedoman dalam bersikap. Hadist tersebut sejalan dengan perilaku akomodatif dan
toleransi yang terkandung di dalam Surat At-Taubah Ayat 6 berikut:
Artinya: “Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ke tempat yang aman baginya. demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”