Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Mewujudkan Islam Washatiyah Sebagai Rahmatan Lil'alamin & Cara


Menghindari Diri Dari Pengaruh Radikalisme

Disusun Oleh

SITI RAHAYU

NADILA ZAHRA UTAMI

DWI RISKA ASHARI

MELDA RIYANI

MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KAMPAR


KECAMATAN KAMPAR KIRI
T.P 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT bahwa dengan Rahmat dan Ridho-
Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah judkan Islam Washatiyah Sebagai Rahmatan
Lil'alamin & Cara Menghindari Diri Dari Pengaruh Radikalisme. Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan kita semua dan dapat memenuhi tugas yang diberikan serta dapat
menjadi nilai untuk penulis.Oleh sebab itu penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca sebagai perbaikan bagi penulis untuk masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan “Terimakasih

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Konsep Wasathiyah Islam atau moderasi Islam saat ini telah menjadi arah atau aliran
pemikiran Islam yang telah menjadi diskursus penting dalam dunia Islam dewasa ini,
melihat kondisi umat Islam yang selalu menjadi tertuduh dalam setiap peristiwa kekerasan
yang dilakukan oleh personal muslim yang tidak memahami karakter dan ini ajaran Islam.
Oleh karenanya penilitian literatif ini bertujuan memberikan pemahaman dan konsep orisinil
tentang aliran pemikiran moderasi islam, agar setiap muslim modern dapat memahami dan
mengimplementasikannya dengan benar dan komprehensif dalam kehidupannya sehari-hari.
Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan kajian literasi Islam klasik maupun
modern dari Al-Qur’an, As- Sunnah dan kitab-kitab klasik dan modern dari para Ulama dan
Fuqaha yang kompeten dibidangnya. Literatur tersebut dikaji dan dianalisa oleh peneliti
dengan teliti untuk menghasilkan kesimpulan yang tepat dan teruji. Hasil penelitian ini
adalah; diketahuinya secara pasti makna dan konsep moderasi Islam menurut Al- Qur’an,
As-Sunnah dan para Ulama serta menjawab keraguan sebagian muslim terhadap konsep
moderasi Islam
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Islam Wasathiyah menurut para ulama


2. Macam macam prinsip Islam Wasathiyah
3. Manfaat yang di dapat dari Islam Wasathiyah

C. Tujuan Penulisan
Penulisan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Mewujudkan Islam Washatiyah Sebagai
Rahmatan Lil'alamin&Cara Menghindari Diri Dari Pengaruh Radikalisme.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wasathiyyah
Pada dasarnya, wasathiyyah merupakan sebuah sikap tengah yang jauh dari sikap pragmatis
dengan hanya berpihak pada salah satu kutub. Sebab Yusuf Qardlawi mengungkapkan bahwa
perilaku wasath ialah sebagai sikap yang mengandung arti adil dan proporsional. Di samping
itu, ulama lulusan al-Azhar ini melihat wasathiyah sebagai perilaku yang penuh
keseimbangan antara dunia dan akhirat, kebutuhan fisik dan jiwa, keseimbangan akal dan
hati, serta berada di posisi tengah antara neo-liberalisme (al-mu’aththilah al-judud) dan neo-
literalisme (al-zhahiriyyah al-judud).
Moderat atau Wasathiyah sebagai sikap dasar keagamaan memiliki pijakan kuat pada ayat
Al-Quran tentang ummatan wasatha dalam QS al-Baqarah ayat 143. Para mufassir generasi
pertama menyebut bahwa Islam sebagai ummatan wasatha antara spiritualisme Nashrani dan
materialisme Yahudi. Sementara Ibnu Katsir menyebut bahwa ummatan wasatha merupakan
citra ideal umat terbaik (khair al-ummah) sebagaimana yang termaktub dalam QS Ali Imran
ayat 110. Dalam Islam, wasathiyyah pada intinya bermakna sikap tengah di antara dua kubu
ekstrem.
B. Prinsip Islam Wasathiyah
Islam Wasathiyah adalah “Islam Tengah” untuk terwujudnya umat terbaik (khairu ummah).
Adapun 10 prinsip Islam Wasathiyah, yakni:
1. Tawassuth (mengambil jalan tengah), yaitu pemahaman dan pengamalan yang tidak ifrath
(berlebih-lebihan dalam beragama) dan tafrith (mengurangi ajaran agama)
2. Tawazun (berkeseimbangan), yaitu pemahaman dan pengamalan agama secara seimbang
yang meliputi semua aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi, tegas dalam
menyatakan prinsip yang dapat membedakan antara inhiraf (penyimpangan) dan ikhtilaf
(perbedaan)
3. I’tidal (lurus dan tegas), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya dan melaksanakan
hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional.
4. Tasamuh (toleransi), yaitu mengakui dan menghormati perbedaan, baik dalam aspek
keagamaan dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
5. Musawah (egaliter), yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan
perbedaan keyakinan, tradisi dan asal usul seseorang
6. Syura (musyawarah), yaitu setiap persoalan diselesaikan dengan jalan musyawarah untuk
mencapai mufakat dengan prinsip menempatkan kemaslahatan di atas segalanya.
7. Ishlah (reformasi), yaitu mengutamakan prinsip reformatif untuk mencapai keadaan lebih
baik yang mengakomodasi perubahan dan kemajuan zaman dengan berpijak pada
kemaslahatan umum (mashlahah ‘amah) dengan tetap berpegang pada prinsip al-
ii
muhafazhah ‘ala al-qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashla. Yang memiliki
arti senantiasa berusaha penjaga tradisi yang bernilai baik dan menjadi pesantren yang
terbuka terhadap sesuatu yang datang dari luar-modernitas dan dinilai dapat bermanfaat
bagi kemajuan pesantren.
8. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), yaitu kemampuan mengidentifikasi hal ihwal
yang lebih penting harus diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan
yang kepentingannya lebih rendah
9. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif), yaitu selalu terbuka untuk melakukan
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru
untuk kemaslahamatan dan kemajuan umat manusia.
10. Tahadhdhur (berkeadaban), yaitu menjunjung tinggi akhlakul karimah, karakter,
identitas, dan integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan
peradaban.
C. Manfaat Islam Wasathiyah
1. Kehidupan Beragama yang Berkemajuan penengah antara faham liberalisme dan
radikalisme karena islam wsatiyah bersifat damai serta mendamaikan antara agama.
2. Toleransi Seseoarang akan menghargai keyakinan setiap orang yang berbeda beda tanpa
menjelek jelekan / menjatuhkan keyakinan tersebut
3. Membentuk kehidupan masyarakat yang saling menghargai satu sama lain. Dengan
demikian,seseorang akan bersikap adil dalam menilai sesama muslim,tidak mudah
suudzon dan tidak berprasangka buruk kepada orang lain.
4. Bersikap Adil Yang dimaksud keadilan di sini adalah, bahwa umat islam adalah umat
yang menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya, menyikapi sesuatu sesuai dengan
porsinya dan kedaaanya. Moderat adal jujur dan komitmen tidak mendua serta
inkonsisten dalam sikap.

D. Mewujudkan Islam Washatiyah Sebagai Rahmatan Lil'alamin


Secara umum kita mengenal bahwa tujuan setiap agama mengajarkan kebaikan, kasih sayang,
dan rasa damai dalam hidup. Hal ini juga berlaku pada agama Islam. Islam mengajarkan
kepada para pemeluk-Nya mengenai cara mencapai kebahagiaan yang tersedia di dunia
maupun di akhirat. Akan tetapi, hal ini terlihat memilukan karena terdapat beberapa muslim
melenceng dari ajaran agama Islam. Dengan ini, akan banyak serangkaian persoalan yang
mucul apabila hal ini terus hadir. Melalui pandangan rahmatan lil alamin, kita dapat
menemukan kunci dari persoalan tersebut.
Seperti yang kita ketahui melalui surah Al-Ahzab ayat 40, Nabi Muhammad saw. merupakan
Nabi terakhir yang membawa agama Islam sebagai penyempurna ajaran sebelumnya.
Mengacu pada Al-Anbiya ayat 107, kita disajikan sebuah makna di mana ajaran yang dibawa
Nabi Muhammad saw. merupakan ajaran penuh rahmat nan mulia, sekaligus agama yang
dapat mengubah sifat serta sikap manusia dari yang hina menjadi seorang yang mulia. Dalam
agama Islam terdapat konsep rahmatan lil alamin yang dimaknai bahwa agama Islam
merupakan agama pembawa rahmat. Sehubungan dengan itu menurut pandangan K. H.
Hasyim Muzadi, konsep rahmatan lil alamin merujuk pada keadilan dan perdamaian dunia.
ii
Hal ini juga ditegaskan Zaid Al-Iyash yang menyatakan bahwa rahmatan lil alamin adalah
bukti bahawa Nabi Muhammad saw. hadir dengan budaya serta sebuah konsep yang
dilandaskan dengan rasa cinta, damai, dan kasih sayang bagi seluruh umatnya.
Sayangnya, terdapat pihak yang memaknai kata rahmat dengan kabur. Beberapa mengaitkan
rahmat sebagai bentuk keberhasilan atas proses dakwah yang tidak mudah diterima bagi
orang yang sulit beradaptasi dengan kebenaran. Pernyataan tersebut menimbulkan sikap
setengah hati dalam memaknai rahmatan lil alamin. Mereka terlalu fokus kepada keimanan,
dan melupakan hakikatnya sebagai manusia yang sejatinya memiliki sikap humanisme.
Sebaliknya, di Islam kita juga dikenalkan konsep hablum minannas, serta hablum minal
alam, di mana kita juga harus menjalin hubungan baik sesama manusia serta alam. Akan
tetapi, jika dikaitkan dengan persoalan di masa kini hubungan yang seharusnya terjalin baik
malah berakhir ricuh. Banyak diantaranya yang selalu mengaitkan hal tersebut dengan
konsep rahmat menurut pandangan yang abstrak.
Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia, negara yang akrab dengan beragam
kebudayaan, dan dominasi akan pemeluk Islam. Di Indonesia, penerapan rahmatan lil alamin
baiknya diterapkan dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Hal ini berkaitan dengan
semboyan bhineka tunggal ika, sebagai negara yang plural. Bentuk sikap dari hadirnya
rahmatan lil alamin sangat sederhana, berikut beberapa bentuk penerapan konsep rahmatan
lil alamin dalam kehidupan sejari-hari:
1. menerapkan sikap toleransi
Sikap toleransi sangat diperlukan, terlebih bagi negara yang plural seperti Indonesia. Sikap ini
harus ditanam sejak dini agar kedamaian dapat tercipta, dan dirasakan dari masa ke masa.
Hal ini juga sejalan dengan nilai rahmatan lil alamin yang bertujuan menciptakan kedamaian.
2. menjauhi sikap diskriminatif
Sikap diskriminatif harus dihindari sebab sikap ini dapat memicu kebencian, dan ketidakadilan.
Sikap diskriminatif bertolak belakang dengan nilai rahmatan lil alamin yang menjujung
tinggi keadilan bagi sesama, dan tentuya sikap ini tidak selaras dengan Islam.
3. peduli terhadap sesama
Peduli terhadap sesama merupakan salah satu bentuk lain dari kasih sayang. Sikap ini selaras
dengan ajaran Nabi Muhammad saw. yang selalu mengajarkan kasih sayang, bahkan di
setiap dakwahnya beliau selalu menunjukkan rasa peduli terhadap umatnya.
4. membuang sampah pada tempatnya
Melalui hal sekecil membuang sampah, kita dapat menerapkan konsep rahmatan lil alamin.
Membuang sampah pada tempatnya juga berarti menyayangi lingkungan atau hablum minal
alam.
Sayangnya, saat ini masih dijumpai beberapa konflik yang membuktikan konsep rahmatan lil
alamin tidak diterapkan dengan baik di Indonesia. Hadirnya beragam konflik yang
mengatasnamakan agama Islam dengan tujuan mengadu domba selalu ada di setiap
tahunnya. Konsep rahmatan lil alamin harus diterapkan dengan saksama. Apabila
pemahaman terhadap konsep rahamatan lil alamin salah dan menghadirkan kesalahan
persepsi, maka pandangan masyarakat Indonesia dan dunia akan ikut berubah.
Konsep rahmatan lil alamin yang benar adalah konsep yang menyebarkan kebaikan, rasa sayang,
cinta, dan kedamaian bagi seluruh umat manusia serta membantu memberikan solusi bagi
segala persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Konsep rahmatan lil alamin sejatinya

ii
mempertimbangkan keimanan kita terhadap Allah Swt. sekaligus mempertimbangkan
hubungan sesama manusia dan alam. Pemberian edukasi mengenai pemahaman rahmatan lil
alamin yang benar harus ditanamkan agar dapat membuka pandangan masyarakat terhadap
segala kesalahpahaman yang terjadi pada setiap konflik di Indonesia maupun dunia yang
mengatasnamakan Islam

E. Cara Menghindari Diri Dari Pengaruh Radikalisme


Tindakan kekerasan atau radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki adanya
perubahan atau pergantian terhadap suatu sistem di masyarakat sampai keakarnya dengan
menggunakan cara-cara kekerasaan. Ada anggapan dikalangan masyarakat awam bahwa
radikalisme dilakukan oleh satu agama tertentu saja dan anggapan tersebut tidak salah,
karena kenyataannya demikian. Untuk itu, Perlu adanya antisipasi terhadap kemungkinan
adanya perekrutan menjadi anggota ISIS yang memiliki paham radikal yang selalu
melancarkan serangan dan merusak nilai-nilai agama. Aksi kekerasan yang terjadi selama ini
mayoritas dilakukan oleh kelompok orang yang mengatas namakan agama dengan
menyalahartikan sejumlah pengertian kebaikan untuk dijadikan dalil untuk melakukan
tindakan kekerasan atas nama jihad. Semua aksi kekerasan yang atas nama agama sangat
tidak dibenarkan, baik menurut hukum agama dan negara. Gerakan ini bisa dicegah dengan
mengoptialkan peran tokoh agama untuk mendakwahkan nilai-nilai luhur agama Islam.

Berbagai cara mencegah radikalisme agar tidak semakin menjamur, terutama di bangsa
Indonesia ini, antara lain:

1. Memperkenalkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

Hal pertama yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikalisme ialah
memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengenalan tentang ilmu
pengetahuan ini harusnya sangat ditekankan kepada siapapun, terutama kepada para
generasi muda. Hal ini disebabkan pemikiran para generasi muda yang masih
mengembara karena rasa keingintahuannya, apalagi terkait suatu hal yang baru seperti
sebuah pemahaman terhadap suatu masalah dan dampak pengaruh globalisasi.
Dalam hal ini, memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum saja,
tetapi juga ilmu agama yang merupakan pondasi penting terkait perilaku, sikap, dan juga
keyakinannya kepada Tuhan. Kedua ilmu ini harus diperkenalkan secara baik dan benar,
dalam artian haruslah seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Sedemikian sehingga
dapat tercipta kerangka pemikiran yang seimbang dalam diri.

2. Memahamkan Ilmu Pengetahuan Dengan Baik Dan Benar

Hal kedua yang dapat dilakukan untuk mencegah pemahaman radikalisme ialah
memahamkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Setelah memperkenalkan ilmu
pengetahuan dilakukan dengan baik dan benar, langkah berikutnya ialah tentang
bagaimana cara untuk memahamkan ilmu pengetahuan tersebut. Karena tentunya tidak
hanya sebatas mengenal, pemahaman terhadap yang dikenal juga diperlukan. Sedemikian
sehingga apabila pemahaman akan ilmu pengetahuan, baik ilmu umum dan ilmu agama
ii
sudah tercapai, maka kekokohan pemikiran yang dimiliki akan semakin kuat. Dengan
demikian, maka tidak akan mudah goyah dan terpengaruh terhadap pemahaman
radikalisme sekaligus tindakan terorisme dan tidak menjadi penyebab lunturnya bhinneka
tunggal ika sebagai semboyan Indonesia.

3. Meminimalisir Kesenjangan Sosial


Kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme. Sedemikian sehingga agar kedua hal tersebut tidak terjadi, maka
kesenjangan sosial haruslah diminimalisir. Apabila tingkat pemahaman radikalisme dan
tindakan terorisme tidak ingin terjadi pada suatu Negara termasuk Indonesia, maka
kesenjangan antara pemerintah dan rakyat haruslah diminimalisir. Caranya ialah
pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan
rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Begitu pula
dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan
kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan
baik sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan Negara.

4. Menjaga Persatuan Dan Kesatuan

Menjaga persatuan dan kesatuan juga bisa dilakukan sebagai upaya untuk mencegah
pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme di kalangan masyarakat, terbelih di
tingkat Negara. Sebagaimana kita sadari bahwa dalam sebuah masyarakat pasti terdapat
keberagaman atau kemajemukan, terlebih dalam sebuah Negara yang merupakan
gabungan dari berbagai masyarakat. Oleh karena itu, menjaga persatuan dan kesatuan
dengan adanya kemajemukan tersebut sangat perlu dilakukan untuk mencegah masalah
radikalisme dan terorisme. Salah satu yang bisa dilakukan dalam kasus Indonesia ialah
memahami dan penjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, sebagaimana
semboyan yang tertera di sana ialah Bhinneka Tunggal Ika.

5. Mendukung Aksi Perdamaian

Aksi perdamaian mungkin secara khusus dilakukan untuk mencegah tindakan terorisme agar
tidak terjadi. Kalau pun sudah terjadi, maka aksi ini dilakukan sebagai usaha agar
tindakan tersebut tidak semakin meluas dan dapat dihentikan. Namun apabila kita tinjau
lebih dalam bahwa munculnya tindakan terorisme dapat berawal dari muncul pemahaman
radikalisme yang sifatnya baru, berbeda, dan cenderung menyimpang sehingga
menimbulkan pertentangan dan konflik. Oleh karena itu, salah satu cara untuk mencegah
agar hal tersebut (pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme) tidak terjadi ialah
dengan cara memberikan dukungan terhadap aksi perdamaian yang dilakukan, baik oleh
Negara (pemerintah), organisasi/ormas maupun perseorangan.

6. Berperan Aktif Dalam Melaporkan Radikalisme

Peranan yang dilakukan di sini ialah ditekankan pada aksi melaporkan kepada pihak-
pihak yang memiliki kewenangan apabila muncul pemahaman radikalisme dan tindakan

ii
terorisme, entah itu kecil maupun besar. Contohnya apabila muncul pemahaman baru
tentang keagamaan di masyarakat yang menimbulkan keresahan, maka hal pertama yang
bisa dilakukan agar pemahaman radikalisme tindak berkembang hingga menyebabkan
tindakan terorisme yang berbau kekerasan dan konflik ialah melaporkan atau
berkonsultasi kepada tokoh agama dan tokok masyarakat yang ada di lingkungan
tersebut. Dengan demikian, pihak tokoh-tokoh dalam mengambil tindakan pencegahan
awal, seperti melakukan diskusi tentang pemahaman baru yang muncul di masyarakat
tersebut dengan pihak yang bersangkutan.

7. Meningkatkan Pemahaman Akan Hidup Kebersamaan

Meningkatkan pemahaman tentang hidup kebersamaan juga harus dilakukan untuk


mencegah munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Meningkatkan
pemahaman ini ialah terus mempelajari dan memahami tentang artinya hidup bersama-
sama dalam bermasyarakat bahkan bernegara yang penuh akan keberagaman, termasuk
Indonesia sendiri. Sehingga sikap toleransi dan solidaritas perlu diberlakukan, di samping
menaati semua ketentuan dan peraturan yang sudah berlaku di masyarakat dan Negara.
Dengan demikian, pasti tidak akan ada pihak-pihak yang merasa dirugikan karena kita
sudah paham menjalan hidup secara bersama-sama berdasarkan ketentuan-ketentuan
yang sudah ditetapkan di tengah-tengah masyarakat dan Negara.

8. Menyaring Informasi Yang Didapatkan

Menyaring informasi yang didapatkan juga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mencegah pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Hal ini dikarenakan
informasi yang didapatkan tidak selamanya benar dan harus diikuti, terlebih dengan
adanya kemajuan teknologi seperti sekarang ini, di mana informasi bisa datang dari mana
saja. Sehingga penyaringan terhadap informasi tersebut harus dilakukan agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman, di mana informasi yang benar menjadi tidak benar dan
informasi yang tidak benar menjadi benar. Oleh karena itu, kita harus bisa menyaring
informasi yang didapat sehingga tidak sembarangan membenarkan, menyalahkan, dan
terpengaruh untuk langsung mengikuti informasi tersebut.

9. Ikut Aktif Mensosialisasikan Radikalisme

Mensosialisasikan di sini bukan berarti kita mengajak untuk menyebarkan pemahaman


radikalisme dan melakukan tindakan terorisme, namun kita mensosialisasikan tentang
apa itu sebenarnya radikalisme dan terorisme. Sehingga nantinya akan banyak orang
yang mengerti tentang arti sebenarnya dari radikalisme dan terorisme tersebut, di mana
kedua hal tersebut sangatlah berbahaya bagi kehidupan, terutama kehidupan yang dijalani
secara bersama-sama dalam dasar kemajemukan atau keberagaman. Jangan lupa pula
untuk mensosialisasikan tentang bahaya, dampak, serta cara-cara untuk bisa menghindari
pengaruh pemahaman radikalisme.

ii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep Wasathiyah Islam atau moderasi Islam saat ini telah menjadi arah atau aliran
pemikiran Islam yang telah menjadi diskursus penting dalam dunia Islam dewasa ini,
melihat kondisi umat Islam yang selalu menjadi tertuduh dalam setiap peristiwa
kekerasan yang dilakukan oleh personal muslim yang tidak memahami karakter dan ini
ajaran Islam. Oleh karenanya penilitian literatif ini bertujuan memberikan pemahaman
dan konsep orisinil tentang aliran pemikiran moderasi islam, agar setiap muslim modern
dapat memahami dan mengimplementasikannya dengan benar dan komprehensif dalam
kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan kajian
literasi Islam klasik maupun modern dari Al-Qur’an, As- Sunnah dan kitab-kitab klasik
dan modern dari para Ulama dan Fuqaha yang kompeten dibidangnya. Literatur tersebut
dikaji dan dianalisa oleh peneliti dengan teliti untuk menghasilkan kesimpulan yang tepat
dan teruji. Hasil penelitian ini adalah; diketahuinya secara pasti makna dan konsep
moderasi Islam menurut Al- Qur’an, As-Sunnah dan para Ulama serta menjawab
keraguan sebagian muslim terhadap konsep moderasi Islam.

B. Saran
Demikianlah makalah ini, kami menunggu kritik serta sarannya dari pembaca.

ii
DAFTAR PUSTAKA

https://indonesiabaik.id/infografis/strategi-tangkal-radikalisme

https://berita.upi.edu/mewujudkan-islam-rahmatan-lilalamin/

ii

Anda mungkin juga menyukai