Anda di halaman 1dari 13

ISLAM DAN GAGASAN UNIVERSAL

( konsep islam rohmatan lil alamin, liberalisme, radikalisme, dan islam ekslusif
dan inklusif)
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ASWAJA
Dosen Pengampu:
Ahmad Izza Muttaqin.,M.pd.i

Disusun oleh:
1. Masykur Abdul M ( Nim : 2021390101459)
2. Muhammad hasan kamal ( Nim : 2021390101389)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG - BANYUWANGI
2021-2022
KATA PENGANTAR

‫تُهُ َوبَ َركَا هللاِ َو َرحْ َمةُ َعلَ ْي ُك ْم اَل َّساَل ُم‬

Segala puji dan syukur penulis ucapkan khadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah
SAW. Penulis merasa bersyukur kerena telah menyelesaikan makalah
mengenai “Islam dan Gagasan Universal” sebagai tugas mata kuliah
Aswaja.
Penulis mengucapkan banyak teima kasih kepada Bapak Ahmad Izza
Muttaqin.,M.Pd.I selaku Dosen Mata Kuliah Aswaja, atas bimbingan yang
diberikan dalam pengerjaan tugas makalah ini. Tidak lupa pula penulis
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah
ini dapat terselesaikan.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya
dalam pembelajaran, belajar secara baik dan benar. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharap kritikan
saran dari pembaca.

Banyuwangi, 26 November 2021

penulis

DAFTAR ISI

i
COVER
KATA PENGANTA ................................................................... I
DAFTAR ISI .............................................................................. II
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3 Tujuan Rumusan Masalah ..................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Konsep Islam Rahmatan Lil Alamain ..................................... 3
II.2 Liberalisme dan Radikalisme .................................................. 6
1. Pengertian Liberalisme ................................................... 6
2. Pengertian Radikalisme .................................................. 7
II.3 Islam Inklusif dan Ekslusif ................................................... 9
1. Islam secara Inklusif ........................................................ 9
a. Pengertian Islam Inklusif ........................................ 9
b. Ciri-ciri Islam Inklusif ............................................ 10
2. Islam secara Eklusif ........................................................ 11
a. Pengertian Islam Eklusif ......................................... 11
b. Ciri-Ciri Islam Eklusif ............................................ 12
c. Faktor yang Melatarbelakangi Islam Eksklusif ........ 12
d. Pembagian Sikap Islam Eksklusif ........................... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 15

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis,
kontekstual dan akan abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki
kitab suci resmi, orisinal dari Allah Swt, dengan rasul terakhir-Nya penutup
para nabi-nabi dan tidak ada nabi setelahnya [Qs. al-Ahzâb/33:40] Nabi
Muhammad Saw. Allah Swt memberikannya al-Qur’an, sebagai panduan
hidup umatnya yang bersifat universal. Sedangkan ucapan, tingkah laku dan
diam Nabi Muhammad Saw, umumnya disebut hadis dan sunnah panduan
hidup kedua umat Muslim. Islam adalah agama yang menyempurnakan
agama-agama sebelumnya. Ibarat bangunan rumah yang kekurangan satu batu
bata, Agama Islam menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya.
Konsep rahmatin lil alamin adalah dimana agama Islam agama yang
dirahmati Allah dan Islam adalah agama yang mengikuti zaman dalam artian
tidak monoton dalam satu zaman melainkan mengikuti seluruh alur zaman.
Selain itu di era globalisasi sekarang banyak muncul sebuah pemahaman-
pemahaman baru seperti liberalism, radikalisme dan yang lain, Liberalis
merupakan sebuah pemahaman yang berdasar pada kebebasan setiap mahkluk
dimuka bumi yang pemikiran hanya di dasarkan kepada logika? nalar manusia
selain itu radikalisme menjadi pemahaman baru yang memiliki sifat keras,
meneror dan mengatasnamakam Islam sebagai agamanya yang focus dalam
berjihad karena kurangnya pemahaman dan doktrin yang sangat kuat.
Agama adalah sebuah fenomena yang kaya sekaligus sangat kompleks.
Agama mengandung berbagai dimensi: ritual, doktrinal, etikal, sosial dan
experiensial -  begitu pulalah halnya dengan Islam sebagai agama, dimana
telah iman kita bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna. Bertitik
tolak dari keimanan ini kita menyakini pula bahwa Islam adalah cara pandang
hidup (way of life) yang total dan  padu menawarkan landasan moral dan etis
bagi pemecahan semua masalah kehidupan; Islam adalah din (agama), dunya

1
(dunia) dan daulah (negara/politik) Islam adalah sistem keyakinan dan sistem
hukum (aqidah wa syari‟ah) dan sebagai agama yang sempurna yang didesain
Tuhan sampai akhir zaman. Maka beragama berarti pengakuan akan
keterbatasan, sekaligus ketundukan masyarakat pada seperangkat nilai
transedental (bukan nilai yang propan). Dengan begitu, adalah wajar kemudian
masyarakat selalu mengkorelasikan setiap momentum yang alami dalam
menjalani kehidupannya dengan agama.

1.2 Rumusan Masalah


 Definisis Islam rahmatan lil alamin
 Pemahaman Liberalism dan Radikalisme
 Islam Inklusif dan Eksklusif

1.3 Tujuan
 Mengetahui konsep Islam Rahmatan Lil Alamin
 Mengetahui pemahaman Liberalism dan Radikalisme
 Faham Islam Inklusif dan Eksklusif

2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Konsep Islam Rahmatan lil alamin
Dalam segi Bahasa arti Rahmatan lil alamin berasal dari Bahasa arab yang
berarti rahmat bagi seluruh alam dengan makna bahwa islam adalah agama
samawi yang diturunkan oleh Allah sebagai pedoman umat manusia. Hal ini
termaktub dalam surah al- Anbiya ayat 107 “dan kami tidak mengutus kamu
(Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi alam semesta”,wujud
dari pehaman ini adalah pemeluk agama islam yang beriman dan bertaqwa
adalah pribadi yang rahmatan lil alamin,yang memiliki rasa kasih dan sayang
terhadap sesama mahluk Allah. Dengan nabi Muhammad sebagai suri
tauladan umat manusia.
Abdul Muchith Muzadi kakak KH. Hasyim Muzadi mengungkapkan
bahwa dengan Islam Rahmatan lil Alamin mampu membuat para muballighin
(penyebar dan pembawa agama) yang membawakan Islam dengan penuh
keramahan, kedamaian dan kebijaksanaan, mudah diterima oleh masyarakat
dengan sukarela tanpa perlawananan dan kekerasan. Gagasan Islam Rahmatan
lil Alamin yang dijadikan payung dalam berdakwah, tentunya memiliki
perbedaan signifikan dalam tatanan praktiknya dengan gagasan-gagasan
lainnya, seperti: Islam Liberal dan Islam Pluralis, Islam Progresif, Islam
Nusantara, Islam Kalap & Islam Karib, Islam Berkemajuan, dan lain
sebagainya. Semuanya, akan menuju kepada agama rahmat untuk alam
semesta. Namun, sama-sama memiliki visi membaca Islam dengan penuh
kelembutan, kedamaian dan menjadi solusi untuk dunia. Tetapi, istilah Islam
Rahmatan lil Alamin merupakan istilah yang bersumber dan tercantum dalam
al-Qur’an (building in Islam), Allah Swt langsung yang memberikan istilah
tersebut untuk menyebut sebuah ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
akan berdampak positif, inklusif, komprehensif dan holistik. Gagasan yang
tidak memiliki kekurangan dan kelemahan, gagasan yang ‘suci’ dan gagasan
Ilahiah, lebih autentik ( Abdul, 2006)

3
Ajaran Islam Rahmatan lil Alamin bukan hal baru dalam konsep
pemikiran Islam dan memiliki basis yang kuat dalam teologi Islam. Kata
“Islam” berasal dari kata aslama yang berakar kata salama. Kata Islam adalah
bentuk infinitif dari kata aslama ini. Dari kata itulah, Islam memiliki varian
makna yang diafirmasi oleh al-Qur’an sendiri, meliputi: damai (Qs.
al-Anfâl/8: 61 dan Qs. al-Hujurȃt/49: 9), menyerah (Qs. al-Nisâ/4: 125 dan Qs.
Ali Imrân/3: 83), Adapun makna “rahmat” adalah al-Riqqatu wa al-Ta’attu
(kelembutan yang berpadu dengan rasa keibaan). Ibnu Faris mengartikan kata
ini dengan merujuk kepada makna kelembutan hati, belas kasih dan kehalusan.
Dan dari akar kata ini, lahir kata rahima yang memiliki arti ikatan darah,
persaudaraan dan hubungan kerabat.
Konsep rahmat adalah belas kasih semata-mata (al-Riqqat al-Mujarradah)
dan kebaikan tanpa belas kasih (al-Ihsân al-Mujarrad dûnaal-Riqqat). Artinya,
jika rahmat disandarkan kepada Allah Swt makabermakna “kebaikan semata-
mata” dan jika disandarkan kepada manusia maka yang dimaksud adalah
“simpati semata”. Dan sampai saat ini, orang-orang Arab dalam
percakapannya sehari-hari, mengartikan rahmat yang disandarkan kepada
Allah bermakna belas kasih, kebaikan, rezeki dan lain-lain. Sedangkan yang

disandarkan kepada manusia bermakna “belas kasih” (Al-Asfahani, 2009).

II.2 Liberalisme dan Radikalisme Dalam Pandangan Islam.


1. Liberalisme
Liberalisme secara etimologis pula dimaksudkan pula dimaksudkan
dengan faham yang amat menekan nilai freedom (kebebasan) individu.
Liberalisme menurut Islam yaitu memberikan kebebsan dalam berfikir secara
luas dan universal. Liberalisme memeiliki pengertian tersendiri menurut
pandangan islam. Liberalisme diambil dalam bahasa inggris dengan kata
liberte yang artinya kebebasan. Kebebasan disini dapat dimaksudkan dengan
bebas dalam melakukan perbuatan apa saja tanpa ada larangan dari negara dan
aturan agama (Leroux, 2011).

4
Aspek-aspek masuknya ideologi dalam Islam yaitu,menurtu para ahli
komunikasi berulang kali menyadarkan mengenai berlangsungnya proses
globalisasi yang membuat jarak ruang kini mendekat. Namun dari sudut
pandang hubungan antar Ideologi, Budaya, dan Agama. Proses Globalisasi
tidak serta merta menjadi monolitik dan seragam. Secara intelektual akademis
proses saling memahami sudah dimulai dengan tukar menukarnya professor
dari barat ke timur, hal ini yang menyebabkan tradisi pembaharuan di dalam
dunia Islam maka masuklah ajaran yang bukan islam kedalam Islam itu
sendiri.
2. Radikalisme
Radikal dari ari kata radic, artinya secara menyeluruh, habis-habisan,
perubahan. Amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan
dsb). Maju dalam berpikir atau bertindak (Kamus Besar Indonesia 1990:718 ).
Di dalam benak kita kata Radiklaisme merujuk kepada terorisme yang
berkedok islam yang dimaksudkan untuk melakukan pembaruan dalam
masalah sosial, politik atau keagamaan.yang bersifat keras, dratis,dan tanpa
kompromi kepada pihak-pihak yang dianggap musuh atau tidak sepemikiran.
Radikalisme islam ialah suatu Gerakan islam yang memiliki ciri radikal
dengan indikator adanya karakter keras dan tegas yang ingin mencapai agenda
agenda tertentu yang berkaitan dengan kelompok muslim tertentu,bahkan
pandangan dunia islam tertentu sebagai sebuah agama.
Tentang Islam Radikal dengan memakai kerangka teori Hoorce M. Kallen
mencirikan Islam radikal dengan empat ciri. Pertama, mereka
memperjuangkan Islam secara kaffah (totalitas), syari’at Islam sebagai hukum
negara, Islam sebagai dasar negara, Islam sebagai sistem politik dan bukan
demokrasi. Kedua, mereka mendasarkan praktik keagamaannya pada orientasi
masa lalu. Ketiga, mereka sangat memusuhi Barat dengan segala produk
peradabannya, seperti sekularisasi dan modernisasi. Kempat, perlawanan
terhadap gerakan liberalisme Islam yang tengah berkembang di kalangan Muslim
Indonesia (Khama , 2011).

5
Kelompok-kelompok islam yang memiliki ciri ciri radikal di Indonesia
yaitu jundulloh (tantara allah), laskar jihad, hizbulloh, atau front pembela
islam (FPI).

II.3 Islam secara Inklusif dan Eksklusif


1. Islam secara Inklusif

a. Islam Inklusif
Islam Inklusif adalah islam yang bersifat terbuka. Terbuka disini tidak
hanya masalah berdakwah atau hukum, tetapi juga masalah ketauhidan, sosial,
tradisi, dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena ada sebagian kelompok
atau suku yang beranggapan bahwa semua agama itu benar. Islam Inklusif
muncul tanpa mengahapus nilai kebenaran atau nilai-nilai yang terkandung
dalam agama lain.
pemikiran Islam inklusif. Mengacu terhadap pendapat Muhammad
Khalil, bahwa agama mereka (Islam Muhammad) adalah benar dan
menawarkan jalan keselamatan menuju surga abadi, tetapi mereka yang juga
beragama lain dengan ikhlas akan menadapatkan keselamatan dan menuju
surga.
Islam inklusif juga menunjukkan bahwa tidak ada penyeragaman dan
paksaan terhadap agama lain entah dari segi keyakinan ataupun cara beribadah
mereka. Islam Inklusif juga mengakui adanya toleransi mengenai Budaya,
Adat, dan Seni yang menjadi kebiasaan masyarakat dan pandangan Islam
inklusif juga mengakui adanya pluralitas mampu meminimalisir adanya
konflik antar umat. Dengan adanya Islam Inklusif setidaknya kita mampu
berbaur hidup rukun dan damai dengan umat agama lain.
b. Ciri-ciri Islam Inklusif
Adapun ciri ciri islam inklusif antara lain yaitu :
 Menghormati antar sesama.
 Menghormati adat atau kebiasaan masyarakat
 Berpegang pada Al Qur’an

6
 Mengakui kebenaran semua agama.
 Menghormati kebebasan dalam keyakinan dan Sunnah
Toleransi antar agama dapat di tunjukkan dengan hal seperti berikut:
a. Musyawarah dalam Memecahkan Suatu Masalah.
b. Saling Bertukar Pikiran
c. Tidak membanding bandingkan kelebihan dan kekurangan antar agama.
d. Saling menghormati jika salah satu agama sedang beribadah.
Cara pandang suatu komunitas agama terhadap agama lain, dengan
menggunakan cara pandang agamanya sendiri, teolgi inklusif menyisakan
ruang toleransi untuk ber empati, apalagi bersimpati; “bagaimana orang lain
memandang agamanya sendiri”. Seperti sudah kita sering kali menilai dan
bahkan menghakimi agama orang lain, dengan memakai standar teologi
agama kita sendiri maupun sebaliknya orang lain menilai bahkan menghakimi
kita, dengan memakai standar agamanya sendiri. Ide utama dari teologi
inklusif. adalah pemahamannya untuk memahami pesan Tuhan. Semua kitab
suci (Injil, Zabur, Taurat, dan Qur’an) itu pesan tuhan diantaranya pesan
taqwa. (Shihab, 1999).

2. Islam secara eksklusif


a. Islam Ekslusif
Secara harfiah eksklusif berasal dari bahasa Inggris, "exlusive" yang
berarti sendirian, dengan tidak disertai yang lain, terpisah dari yang lain,
berdiri sendiri, semata-mata dan tidak ada sangkut pautnya dengan yang lain.
Secara umum eksklusif adalah sikap yang memandang bahwa keyakinan,
pandangan pikiran dan diri islam sendirilah yang paling benar, sementara
keyakinan, pandangan, pikiran dan prinsip yang dianut agama lain salah, sesat
dan harus dijauhi.
Secara susunan teori sudah benar cara berpikir mereka, melakukan
kritik, lalu melakukan apresiasi. Namun, karena keinginan untuk benar, maka
mereka hanya cenderung mengkritik saja dan melupakan apresiasi terhadap
agama lain, yang masih dalam satu rumpun. (Nurcholis,2006).

7
b. Ciri-Ciri Islam Eklusif
Diantara ciri-ciri kaum eksklusif, menurut Fatimah yaitu:
a. Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-qur’an dan
sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad
bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir mereka.  
b. Mereka berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai adalah melalui
agama Islam. Bagi mereka, Islam adalah agama final yang datang untuk
mengoreksi agama-agama lain. Karena itu mereka menggugat otentisitas
kitab suci agama lain.
c. Faktor yang Melatarbelakangi Islam Eksklusif
Adapun faktor yang menjadi latar belakang timbulnya paham
eksklusif yaitu doktrin ajaran dan pemahaman.
1. Doktrin Ajaran
Aliran eksklusif menganggap agama-agama lain seperti Yahudi dan
Kristen yang mulanya berasal dari Tuhan, telah terjadi penyimpangan
ajaran.
2. Pemahaman
Pemahaman bahwa Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW dan bukan Islam dalam pengertian misi kepatuhan dan
ketundukan serta keikhlasan beribadah kepada Allah.
d. Pembagian Sikap Islam Eksklusif
Sikap eksklusif dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ke luar dan ke
dalam.
1. Eksklusif ke Luar
Agama Islam diyakini sebagai agama yang paling benar sedangkan
agama lain dianggap sesat dan tidak akan diterima oleh Tuhan.
2. Eksklusif kedalam
Yang dimaksud dengan eksklusivisme ke dalam adalah pandangan,
persepsi dan sikap yang terdapat di dalam Islam, yang mengakui bahwa
hanya aliran eksklusivisme-lah yang benar, dan yang lainnya salah.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas maka secara garis besar gagasan Islam Rahmatan lil
Alamin adalah upaya orang Islam khususnya di Indonesia menjadikan: Islam
sebagai rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya keselamatan bagi manusia
tetapi juga untuk alam lainnya. Yang diselamatkan adalah hablum minallah,
hablum minan nas dan juga hablum minal alam. Keselamatan manusia tidak
ada artinya jika alam tidak dalam keselamatan. Makanya Islam yang
menyelamatkan adalah Islam yang memberikan keselamatan bagi semuanya.
Liberalisme secara etimologis pula dimaksudkan pula dimaksudkan
dengan faham yang amat menekan nilai freedom (kebebasan) individu.
Liberalisme menurut Islam yaitu memberikan kebebsan dalam berfikir secara
luas dan universal. Liberalisme memeiliki pengertian tersendiri menurut
pandangan islam. Radikalisme islam ialah suatu Gerakan islam yang memiliki
ciri radikal dengan indikator adanya karakter keras dan tegas yang ingin
mencapai agenda agenda tertentu yang berkaitan dengan kelompok muslim
tertentu,bahkan pandangan dunia islam tertentu sebagai sebuah agama.
Islam Inkluisf adalah islam yang bersifat terbuka. Terbuka disini tidak
hanya masalah  berdakwah atau hukum, tetapi juga masalah ketauhidan,
sosial, tradisi, dan pendidikan. Hal ini disebabkan karena ada sebagian
kelompok atau suku yang beranggapan bahwa semua agama itu benar.
Secara harfiah eksklusif berasal dari bahasa Inggris, "exlusive" yang
berarti sendirian, dengan tidak disertai yang lain, terpisah dari yang lain,
berdiri sendiri, semata-mata dan tidak ada sangkut pautnya dengan yang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muchith Muzadi, Mengenal Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista,


2006),
Abi al-Qasim al-Husain Ibn Muhammad (al-Asfahani), al-Mufradâtu fî
Gharîbi al-Qur’âni, (Mekkah: Maktabah Nizâr Mustafa al-Bâz,
2009),
Leroux, Robert, Political Economy and Liberalism in France: The
Contributions of Frédéric Bastiat, London and New York, 2011.
Khama Zada. Islam Radikal Ormas-ormas Islam Garis Keras di
Indonesia. Jakarta:Taraju,(2011)
Shihab, Alwi. Islam Inklusif. Bandung: Mizan.( 1999)
Madjid, Nurcholis. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung:
Mizan.1987

10

Anda mungkin juga menyukai