Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

METODE STUDI ISLAM

ISLAM DAN GAGASAN UNIVERSAL

Dosen Pengampu : Ade Ariandi Saputra, M. Pd.I

Disusun Oleh:

Kelompok 12

SALSABILLA PUTRI (12310621123)

SELTI SELLA (12310620911)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS TARBIYAH DAN PERGURUAN
UNNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Islam dan Gagasan Universal” ini. Makalah ini
merupakan tugas kelompok penulis selaku Mahasiswa Universitas Islam Negri Sultan Syarif
Kasim Riau, makalah ini insyaAllah akan penulis paparkan (prosentasikan) dalam acara
perkuliahan pada mata kuliah Metode Studi Islam dengan dosen pengampu: Ade Ariandi
Saputra, M. Pd.I

Dan makalah yang berjudul “Islam dan Gagasan Universal” akan membahas
mengenai: Islam dan Globalisasi,Modernisme dan Puritanisme Islam, Gerakan
Fundamentalisme dan Radikalisme Islam, Islam Eksklusif dan Inklusif, Islamisasi Sains, dan
Pluralisme Agama-Agama.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
pribadi dan pada umumnya kepada rekan-rekan mahasiswa. Kritik dan saran yang konstruktif
sangat penulis harapkan khususnya dari Bapak Dosen dan umumnya pada seluruh rekan
mahasiswa.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I :
PENDAHULUAN......................................................................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah....................................................................................................................
BAB II :
PEMBAHASAN.........................................................................................................................
2.1 Islam dan Globalisasi...........................................................................................................
2.2 Modernisme dan Puritalisme...............................................................................................
2.3 Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme.......................................................................
2.4 Islam Eksklusif Islam Insklusif............................................................................................
2.5 Islamisasi Sains..................................................................................................................10
2.6 Pluralisme Agama-agama..................................................................................................11
BAB III :
PENUTUP.................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wa sallam. Dengan agama Islam inilah Allah menutup agama-agama
sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-hamba-Nya.
Dengan agama islam ini Allah juga menyempurnakan nikmat atas hamba-hamba-
Nya. Islam adalah agama yang terbuka dan universal yang inti dari ajarannya selain
memerintahkan menegakkan keadilan dan menghapuskan kezaliman, juga
mengajarkan perdamaian yang menghimbau kepada umat manusia agar hidup dalam
suasana persaudaraan dan toleransi tanpa memandang perbedaan ras, suku, bangsa
dan agama, karena manusia pada mulanya berasal dari asal yang sama. Agama islam
bersifat terbuka terhadap dunia barat, hal ini sesuai dengan anjuran agama islam.
Kita tahu bahwa kitab suci Al-Qur’an berbahasa Arab, Rasul kita seorang Arab, dan
islam tumbuh di dunia Timur (Arab), tetapi bukan berarti bahwa islam di tujukan
hanya untuk bangsa tertentu (Arab), tetapi untuk seluruh penduduk bumi.

Islam memiliki banyak arti pertama yaitu memeluk dan menyerahkan. Orang
yang memeluk Islam adalah orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan
menjalankan segala ajaran yang telah ditentukan-Nya. Kedua, sejahtera, tidak
tercela, tidak cacat, selamat, tenteram, dan bahagia. Ketiga, mengaku, menyerahkan,
dan menyelamatkan. Keempat, damai dan sejahtera. Artinya bahwa Islam adalah
agama yang membawa kepada kedamaian dan perdamaian. Membawa kesejahteraan
dunia akhirat. Orang yang memeluk Islam adalah orang yang menganut ajaran
perdamaian dan mencerminkan jiwa perdamaian dalam segala tingkah laku dan
perbuatan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang Islam dan
Globalisasi,Modernisme dan Puritanisme Islam, Gerakan Fundamentalisme dan
Radikalisme Islam, Islam Eksklusif dan Inklusif, Islamisasi Sains, dan Pluralisme
Agama-Agama.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Islam dan globalisasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan Modernisasi Dan Pluralisme Agama.Islam ?
3. Apa yang dimaksud dengan gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme ?
4. Apa yang dimaksud dengan Islam ekslusif dan inklusif, ?
5. Apa yang dimaksud dengan Islamisasi sains ?
6. Apa yang dimaksud dengan Pluralisme agama-agama ?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Islam dan globalisasi


2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Modernisasi Dan Pluralisme
Agama.Islam
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan gerakan Fundamentalisme dan
Radikalisme
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Islam ekslusif dan inklusif
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Islamisasi sains
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pluralisme agama-agama

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Islam dan Globalisasi


Dari segi bahasa (etimologi) Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata
salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk kedalam
kedamaian. Juga berarti memelihara dalam keadaan sentosa, menyerahkan diri,
tunduk, patuh, dan taat.1
A. Pengertian Islam
Menurut bahasa islam berasal dari kata ‘aslama’ yang berarti tunduk, patuh
berserah diri dan keselamatan, sedangkan menurut istilh islam adalah agama yang
di bawa sejak nabi adam dan diwahyukan oleh Allah kepadaSWT nabi muhamad
SAW. Yang berisi aturan aturan yang mengatur hubungan manusia dengan
tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Dan agama islam
merupakan agama penyempurna dri agama-agama sebelumnya. (Toto suryana
1996}
B. Pengertian Globalisasi
Kata globalisasi berasal dari kata global yang artinya menyeluruh, globalisasi
belum memiliki makna yang mapan, kecuali sekedar depinisi kerja, (working
definition).
Sehingga tergantung dari mana seseorang memandangnya, adayang
memendangnya sebagai suatu proses social, atau proses sejrah atau proses alamiah
yang akan membawa seluruh umat manusia didunia makin terikat setu sama lain,
yang mewujudkan suatu tatanan kehidupan social yang menyingkirkan segala
perbedaan.

C. Hubungan Islam dan Globalisasi

Dari penomena globalisasi yangterjadi hal-hal umum yang mengglobal adalah


Seni budaya, Ilmu pengetahuan,ekonomi, teknologi, dan agama, dari hal-hal yang
mengglobal tersebut selalu terdapat permasalah, permasalahan tersebut selalu
muncul yang menjadi permaslahan social, dimana permasalahan tersebut sealau

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2, Jakarta,
Balai Pustaka, 1998, hlm. 653

3
menjdi hal yang tabu, seperti masuknya budaya barat yang masuk kedalam
masyarakat timur, dimana budaya barat tersebut selalu dianggap hal yang wajar
oleh masyarakat timur walaupun bertolak belakang, globalisasi selalu dikendalikan
oleh yang terkuat, seperti kebudayan barat yang kuat dapat dengan mudah
mengglobal di dalam masyarakat dunia, selain buadaya, globalisasi seni,
pendidikan, teknologi, dalam proses perjalanan globalisasinya selalu diken dalikan
oleh yang terkuat.

Banyak system pendidikan, teknologi dan system perokonomian yang di


adopsi dari barat, karena memang itulah yang di anggap kuat, dan itupun tak
menutup kemungkinan kebudayaan timur yang menyebar di masyarakat barat
dikarenakan mereka menganggap hal tersebut merupakan hal yang baik.

Dari proses globalisasi itulah banyak menimbulkan dampak positip dan


negatip, dampak positip akan menjadi sebuah proses kemajuan dan kebaikan bagi
umat manusia, seperti menyebarnya ilmupengetahuan, teknologi dan system-sistem
kehidupan yang mudah di dapat oleh masyarakat. sebalikanya dampak negatip dari
globalisasi adalah mudah meluasnya dan menyebarnya paham paham yang buruk
yang dinggap tak sesuai dengan budaya timur atau tak sesuai dengan agama Islam
D. Peran Islam dalam globalisasi
Seperti yang telah dijelaskan di atas globalisasi banyak membawa hal negatip
dan permasalahan bagi manusia, maka dalam hal ini peran islam sangat penting
sebagai filter atau penyaring segala sesuatu yang menyebar di sekitar kita dan
islam harus menjadi pengendali atas segala sesuatu hal yang mengglobal. segala
sesuatu yang terdapat di dalam globalisasi belum tentu baik bagi kita oleh karena
itu islam telah memberikan peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang
sebenarnya menyelamatkan kita.
E. Peran globalisasi dalam Islam
Bagi masyarakat islam yang koserpative atau pesimis dan anti terhadap
globalisasi selalu menganggap globalisasi adalah suatu proses yang dapat
menyesatkan umat manusia mereka beranggapan segala sesuatu yang datangnya
dari luar merupakan ancaman dan bertolak belakang.
Di sisi lain pihak yang pro terhadap globalisasi dan optimis terhadap
globalisasi beranggapan bahwa, globalisasi bis dijadikn momentum yang besar
untuk menyebar luaskan agama islam secara menyeluruh, karena hal tersebut

4
didasarkan atas anggapan bahwa islam tidak hanya untuk satu golongan, negara ras
atau warna kulit tetapi islam diperuntukan bagi seluruh umat manusia yang ada di
muka bumi ini. Hal tersebut atas firaman Alloh dalam surat Al –araf ayat 158

‫وا بِٱهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه‬ ُ ‫ض ۖ ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو يُحْ ِىۦ َويُ ِم‬
۟ ُ‫يت ۖ فَـَٔا ِمن‬
ِ ْ‫ت َوٱَأْلر‬ ُ ‫قُلْ ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ِإنِّى َرسُو ُل ٱهَّلل ِ ِإلَ ْي ُك ْم َج ِميعًا ٱلَّ ِذى لَ ۥهُ ُم ْل‬
ِ ‫ك ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ‫ٱلنَّبِ ِّى ٱُأْل ِّم ِّى ٱلَّ ِذى يُْؤ ِمنُ بِٱهَّلل ِ َو َكلِ ٰ َمتِ ِهۦ َوٱتَّبِعُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْهتَ ُدون‬

Artinya :
“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua yang
diutus untuk seluruh penduduk bumi, maka risalahku itu bagi seluruh manusia
secara umum”
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa islam tidak hanya untuk satu
golongan saja tetapi islam diperuntukan bagi seluruh umat di muka bumi. Dan di
jelaskan pula dalam surat al araf 172

2.2 Modernisme dan Puritalisme

Modernisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti gerakan yang


bertujuan menafsirkan kembali doktrin tradisional, menyesuaikan dengan aliran-
aliran dalam filsafat, sejarah, dan ilmu pengetahuan. 2 Sedangkan puritanisme, berarti
paham dan tingkah laku yang didasarkan atas ajaran kaum puritan. Puritan memiliki
arti orang yang hidup saleh dan yang menganggap kemewahan dan kesenangan
sebagai dosa.3

Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Moderenisme dalam islam adalah


rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-demensi moral, dengan berpijak pada
prinsip iman kepada Tuhan yang maha Esa, dan bukan westernisasi (budaya barat).
Sebab westernisme ialah suatu total kehidupan dimana faktor paling menonjol
adalah sekularisme. Puritanisme adalah paham kemurnian ajaran atau kepercayaan.
Menurut Syafiq Hasim, puritanisme sama dengan gerakan fundamentalisme. Yakni,
memurnikan ajaran kepada sumber asalnya (Al-Quran dan Al- Sunnah).

Fundamentalis adalah Faham kepanutan teguh pada pokok ajaran kepercayaan

2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2, Jakarta, Balai
Pustaka, 1998, hlm. 662,
3
M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta, Sinar Grafika Offset, 2006, hlm.15

5
gerakan agama Kristen modern yang menekankan sekumpulan kepercayaan dan
penafsiran harfiyah terhadap kitab suci. Radikalisme faham politik kenegaraan yang
menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar sebagai jalan untuk macapai
taraf kemajuaan.

Menurut Rahimi Sabirin, Fundamentalisme adalah gerakan Radikalisme


pemikiran. Fundamentalisme Islam adalah gerakan pemikiran yang menolak bentuk
pemahaman agama yang terlalu rasional apalagi kontekstual, sebab bagi mereka, yang
demikian itu tidak memberikan kepastian. Maka dari itu, memahami teks-teks
keagamaan secara rigid (kaku) dan literalis (murni apa yang tertulis) merupakan
alternatif yang mereka tonjolkan.

Menurut Syafiq Hasim, Fundamentalisme Islam secara garis besar dapat di bagi
menjadi dua kelompok besar, pertama Fundamentalisme Islam yang merujuk pada
wahabisme. Kedua Fundamentalisme Islam yang merujuk kepada model Syi’ah,
gerakan ini mengalami perkembangannya pada tahun 1979 menyusul kemenangan
Revolusi Islam di Iran dengan pimpinan Imam Ayatullah Khomeini, sebagai simbol
fundamentalisme dunia Islam.
2.3 Gerakan Fundamentalisme dan Radikalisme
Fundamentalisme berarti faham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu
secara radikali. Sedangkan, fundamentalis berarti penganut gerakan keagamaan yang
bersifat kolot dan reaksioner yang selalu merasa perlu kembali ke ajaran agama yang
asli seperti yang tersurat didalam kitab suci.
Fundamentalisme Islam ini adalah suatu reaksi dimana menghadapi kehidupan di
era globalisasi saat ini. Ketaatan yang mutlak kepada Allah, dan keyakinan bahwa
Allah telah mewahyukan kehendak-kehendak nya secara universal kepada manusia
adalah doktrin penting yang menjadi pedoman kaum fundamentalis. Kelompok
fundamentalis lebih menekankan kepada ketaatan dankesediaan untuk mengikuti
perintah Allah, dan bukan perbincangan intelektual. Karena bagi mereka yang
lebih penting adalah iman dan bukan diskusi. Menurutmereka, iman yang akan
membuat orang mengerti, bukan mengerti yang membuatorang menjadi beriman.4
Untuk merumuskan ciri-ciri atau karakteristik Fundamentalisme-Radikalisme,
dapat dihubungkan dengan corak pemahaman dan interpretasi kelompok ini
4
Nor Huda, Islam Nusantara (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007), h. 164-165.

6
terhadap doktrin yang cenderung bersifat rigid dan literalis. Kecenderungan
penafsiran ini dalam pandangan Yusril Ihza Mahendra dapat dikaitkan dengan:
1. Corak pengaturan doktrin
2. Kedudukan tradisi awal Islam
3. Ijma’
4. Kemajemukan masyarakat.

Bagi kaum fundamentalis, doktrin sebagaimana terdapat dalam al-Quran dan


Sunnah adalah doktrin yang bersifat universal dan telah mencakup segala aspek
kehidupan. Ketaatan mutlak kepada Tuhan, dan keyakinan bahwa Tuhan mewahyukan
kehendak-kehendak-Nya secara universal kepada manusia adalah termasuk doktrin
penting yang dipedomani oleh kaum fundamentalis. Kelompok ini lebih menekankan
pada ketaatan dan kesediaan untuk menundukkan diri kepada kehendak-kehendak
Tuhan, dan bukan perbincangan intelektual. Karenanya bagi mereka lebih penting
adalah iman dan bukan diskusi. Dalam pandangan mereka, iman justru akan membuat
orang mengerti, dan bukan mengerti yang membuat orang menjadi beriman.
Rasionalitas menurut kaum fundamentalis pada umumnya cenderung hanya menjadi
alat untuk melegetimasi kehendak hawa nafsu dalam “mempermudah- mudahkan”
agama.

Dalam melihat kedudukan tradisi awal yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad
dan para sahabatnya, kaum fundamentalis memiliki kecenderungan romantisisme dan
cenderung melakukan idealisasi terhadap zaman tersebut. Kelompok ini secara rigid
ingin menegakkan kembali struktur pemerintah khilafah seperti pada masa sahabat.
Struktur demikian dianggap sebagai sesuatu yang berlaku untuk semua zaman. Dalam
pandangan mereka struktur demikian adalah ijma’ para sahabat yang tidak dapat
dimansukhkan (dihapuskan) oleh generasi-generasi kaum Muslim di masa kemudian.
Terkait dengan pandangannya terhadap kemajemukan (pluralisme) masyarakat, kaum
fundamentalis pada umumnya cenderung bersikap negative dan pesimis.

Tokoh-tokoh fundamentalis seperti al-Maududi dan Sayyid Qutb dengan tegas


hanya membedakan dunia jenis masyarakat di dunia ini, yakni susunan masyarakat
Islami (al-nizhām al-Islāmiy) dan susunan masyarakat Jahiliyah (nizhām al-Jāhiliy)
Susunan masyarakat Islam dipandang sebagai masyarakat yang benar-benar
melaksanakan doktrin Islam secara kaffah (total) dan karena itu ia bersifat ilahiyyah

7
(ketuhanan). Masyarakat yang tidak bersorak demikian semuanya tergolong Jahili dan
karenanya bersifat thagut (berhala).

Sementara itu, dengan memodifikasi konsep Martin E. Marty, prinsip dasar


fundamentalisme Islam dipilah Azyumardi Azra ke dalam 4 ragam: Oposisionalisme.
Setiap pemikiran dan arus perubahan yang mengancam kemapanan ajaran agama
harus senantiasa dilawan. Acuan untuk menilai tingkat ancaman itu adalah kitab suci,
al-Quran dan Sunnah.

Penolakan terhadap hermeneutika Pada titik ini, teks suci serta-merta menjadi
ruang yang kedap kritik. Kaum fundamentalis menolak sikap kritis terhadap teks suci
dan interpretasinya. Teks harus dipahami secara literal-tekstual, nalar tidak dibenarkan
melakukan semacam “kompromi” dan menginterpretasikan ayat-ayat tersebut.
Penolakan terhadap pluralisme dan relativisme. Bagi kaum fundamentalis, pluralisme
merupakan hasil dari pemahaman yang keliru terhadap teks kitab suci. Pemahaman ini
terutama muncul tidak hanya dari intervensi nalar terhadap teks, tetapi juga karena
perkembangan masyarakat yang lepas dari kendali agama. Pengingkaran terhadap
perkembangan historis dan sosiologis umat manusia.

Kaum fundamentalis memandang bahwa perkembangan historis dan sosiologis


telah membawa manusia semakin jauh dari doktrin literal kitab suci. Karena itulah,
kaum fundamentalis bersifat a-historis dan a-sosiologis; dan tanpa peduli bertujuan
kembali kepada bentuk masyarakat ideal yang dipandang sebagai implementasi kitab
suci secara sempurna.

Dalam hubungannya dengan ideologi ‘Islam radikal’ John L. Esposito


mengidentifikasi beberapa landasan ideologi yang dijumpai dalam gerakan Islam
radikal.

2.4 Islam Eksklusif Islam Insklusif


A. Pengertian Ekslusif dan Inklusif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, eksklusif berarti “terpisah dari
yang lain”.5Sedangkan inklusif berarti “termasuk, terhitung”.6 Sedangkan Islam
eklusif dan inklusif menurut Dr.K.H. Didin hafidhuddin, M,Sc. Islam merupakan
agama yang sangat inklusif, dan bukan merupakan ajaran yang bersifat eksklusif.

5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Op.Cit, hlm.253
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,Op.Cit, hlm.255

8
Tapi inksklusifitas yang bermaksud perbedaan agama yang di pahami oleh
kelompok liberal.7 Inksklusifitas islam yang dimaksud adalah agama yang
universal dan dapat diterima oleh semua orang yang berakal sehat tanpa
memperdulikan latar belakang, suku bangsa, setatus sosial dan atribut keduniawian
lainya.
B. Ciri-ciri Islam Ekslusif dan Inklusif
Islam ekslusif dan inklusif adalah untuk menetapkan persepsi muslim terhadap
masalah hubungan islam dan kristen di indonesia. Saya mengajukan “muslim
komprehensif” dan “muslim reduksionis”
Fatimah mecontohkan eksklusif dan inklusif di judul buku “Muslim-Chritian
relation in the new order indonesia: the exclusivist and inclusivist muslim”. 8
Sebagai contoh, ia menyebut organisasi eksklusif di indonesia adalah dewan
dakwah Islamiyah di indonesia, (DDII), komite indonesia untuk solidaritas duniah
islam, orang-orang yang membela islam di cap eksklusif.

Diantara ciri-ciri kaum eksklusif, menurut fatimah yaitu:

1. Mereka yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-qur’an dan


sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad
bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir mereka
2. Merekah berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui agama
islam.bagi merekah, islam adalah agama final yang datang untuk mengoreksi
agama-agama lain. Karena itu merekah menggugat otentisitas kitab suci
agama lain.

Sedangkan yang dimaksud kaum inklusif, memiliki ciri:

1. Karena merekah memahami agama islam sebagai agama yang berkembang,


maka merekah menerapkan metode kontekstual dalam memahami al-qur’an
dan sunah, yang memerlukan teks-teks asas dalam islam dan ijtihad berperan
sentral dalam pemikiran merekah

2. Kaum inklusif memandang, islam adalah agama terbalik bagi


merekah:namun merekah berpendapat bahwa keselamatan di luar agama

7
Didin hafidhuddin “Islam aplikatif”,Jakarta, Gema Insani. 2003, hlm.147-148.
8
Fatimah, judul,”muslim-cristian relations in the new order indonesia: the Exclusivits and Inclusivits
muslim’ perspective”. Th 2004 hal.21 38

9
islam adalah hal yang mungkin.

Jika kita cermati sejumlah tulisan Nurcholish madjid dan budy munawar
rahmat, merekah sudah masuk kata gori pluralis yang menyatakan semua agama-
agama benar dan sebagai jalan yang sah menuju tuhan dan iti bukan inkusif
lagi,karena penganut paham inklusif seperti yang di atas.

2.5 Islamisasi Sains

Islamasasi sains adalah pandangan yang menganggap ilmu atau hanya sebagai
alat (instrumen).artinya, sains terutama teknologi sekedar alat untuk mencapai sebuah
tujuan, sains itu mempunyai dua makna. jika kita menganggap bahwa apa yang kita
saksikan dalam fenomena sains adalah “sebuah kenyataan yang sempurn,” maka kita
akan melihaat sains sebagai kebeneran indrawi. Sain juga pernah mengukuhkan
bahwa kebeneran mutlak adalah yang didasarkan pada panca- indrawi saja.

Dalam konteks ini , abu bakar siraj ad-din mengatakan, “if a symbol is
sometthing in a lower ‘known and wonted’ domain which the traveller considenrs not
only for its own sake, but also and above all in oder to have an intuitive glinpse of the
‘universal and trange’ reality whict corresponds to it in each of the hidden
domain.”9pandangan ini, tentu saja sesuai dengan al- qur’an yang mengatakan bahwa,
“sesngauhnya allah tidaak segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang
lebih rendah dari itu”

Sejak kehadiran Islam dimuka bumi ini, Islam telah tampil sebagai agama yang
memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara
hubungan manusia dengan Tuhan, antara hubungan dunia dan akhirat, antara
hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan urusan muamalah
dalam arti yang luas. Dewasa ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan
yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Situasi yang penuh dengan
problematika di dunia modern justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran
manusia sendiri. Dalam keadaan demikian, sudah mendesak untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problema tersebut.
Ilmu pengetahuan yang dimaksudkan adalah ilmu pengetahuan yang dikaji dari nilai-
9
Dalam bahasa teknisnya, simbol adalah suatu yang di ketahui memeng lebih rendah dari pesan yang hendak
disampaikan, dan orang peziarah tahu bahwa simbol tidak hanya untuk simbol itu sendiri,tetapi juga di atas segalanya,
simbol itu perlu mendapatkan sebuah penglihatkan intuitif universal yang gelap, lihat, abu bakar siraj-din, the book
certianti,hal. 50-51.

10
nilai agama. Hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya, karena
Islam tanpa ilmu pengetahuan berarti buta. Imam tanpa ilmu dapat mengakibatkan
musyrik.10

Perspektif Islamisasi disiplin ilmu yang mencakup bahasan:

1. Kategorisasi disiplin ilmu versi Islam

2. Pendekatan baru terhadap reformasi ilmu kontemporer

3. Beberapa garis Islamisasi pemikiran politik dan ketatanegaraan

4. Islamisasi ilmu pendidikan

5. Pendekatan Islamisasi ekonomi

6. Islamisasi sains dan teknologi

7. Konsep ilmu dalam Islam dan prinsip-prinsip matematika

8. Uraian singkat tentang kajian ilmu hukum.

9. Islamisasi disiplin ilmu-ilmu individual meliputi uraian tentang

10. Metodologi penelitian dan kajian ilmu hokum Islam

11. Kritik Islam atas sosiologi kontemporer

12. Reorientasi sejarah Islam

13. Tipologi historiografi Muslim dari perspektif filsafat Islam tentang sejarah

14. Menjelang/menyongsong upaya reformasi sosiologi.

Upaya Islamisasi ilmu ini terus berlanjut melalui berbagai seminar Internasional.11

2.6 Pluralisme Agama-agama

Pluralisme agama (religious pluralism) adalah di antara ide yang diusung oleh

10
M. Yatimin Abdullah, Op.Cit. hlm.156
11
uhaya S, Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan penerapannya di Indonesia, Jakarta,
Teraju, 2002, hlm.223

11
orang-orang yang berpemahaman liberal. Zainal Arifin Abbas, mengatakan bahwa
agama berasal dari kata “a” dan “gama” yang berarti tidak kacau.12

Sebagai kataTrend pemikiran yang dibangun diatas dasar kebebasan


berkeyakinan ini telah melabrak salah satu pilar terpenting dalam kehidupan
beragama; yaitu tentang klaim kebenaran (truth claim) pada setiap agama yang
diyakini pemeluknya. Hakikatnya, pluralisme agama adalah agama baru yang
mencoba meruntuhkan nilai-nilai fundamental agama-agama, termasuk Islam.
Pluralisme adalah sebuah asumsi yang meletakkan kebenaran agama-agama sebagai
kebenaran yang relatif dan menempatkan agama-agama pada posisi setara, apapun
jenis agama itu. Pluralisme agama meyakini bahwa semua agama adalah jalan-jalan
yang sah menuju tuhan yang sama. Atau, paham ini menyatakan, bahwa agama adalah
persepsi manusia yang relatif terhadap tuhan yang mutlak, sehingga –karena
kerelatifannnya- maka seluruh agama tidak boleh mengklaim atau meyakini bahwa
agamanya yang lebih benar dari agama lain atau meyakini hanya agamanya yang
benar.13

Pluralisme jelas bertolak belakang dengan Islam karena Allah telah menyatakan
dalam al Quran bahwa:
 Pertama: Islam satu-satunya agama yang benar

َ‫َو َم ْن يَّ ْبت َِغ َغ ْي َر ااْل ِ ْساَل ِم ِد ْينًا فَلَ ْن يُّ ْقبَ َل ِم ْنهُۚ َوهُ َو فِى ااْل ٰ ِخ َر ِة ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين‬

Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah
akan diterima (agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang
yang rugi. (Q.S Ali-Imran 3 : 85)14
 Kedua: al Quran satu-satunya kitab suci yang harus diikuti Manusia juga hanya
Allah boleh berhukum kepada al Quran dan wajib menjadikannya sebagai
pedoman hidup, serta meninggalkan kitab-kitab suci yang lain. Allah berfirman:
Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, Yaitu Kitab-Kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap Kitab-Kitab yang lain itu; Maka putuskanlah

12
uhaya S. Praja, Op.Cit, hlm.21
13
Adian Husaini, Pluralisme Agama Musuh Agama-agama, hlm. 3
14
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya:Lajnah Pentashih Mushaf Al-Quran, Bandung:
CV. Penerbit Diponegoro, 2005, hlm.48

12
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu
diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu (QS. Al
Maidah 5: 48)

Semua dalil di atas sangat jelas, menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya
agama yang benar, al Quran adalah satu-satunya kitab suci yang wajib dipedomani
dan Muhammad adalah satu-satunya utusan Allah yang harus diikuti. Siapa pun yang
tidak meyakini semua ini maka ia berarti orang kafir dan kelak di akhirat tidak akan
mendapatkan keselamatan. Pluralisme agama adalah ajakan kepada kekufuran karena
ia hakikatnya adalah ajakan untuk melucuti keyakinan paling fundamen di dalam
ajaran agama Islam, prinsip yang sangat strategis untuk membedakan seseorang masih
dapat dikatakan sebagai muslim atau tidak. Maka menggandeng pluralisme dengan
ajaran Islam adalah suatu hal yang kontradiktif. Namun anehnya, para “cendikiawan”
yang terpengaruh dengan gaya dan pemikiran Barat tetap nekat mendukung
pluralisme dan melakukan jutifikasi seolah itu berasal dari Islam. Hingga tidak jarang
mereka menyitir (baca: memplintir) ayat-ayat al Quran untuk memuaskan syahwat
liberalnya.

13
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama ternyata memiliki banyak wajah (multifaces), artinya bukan lagi suatu
single face. Selain ciri-ciri dan sifat-sifatnya yang konvensional yang mengasumsikan
persoalan keagamaan sebagai semata permasalahan ketuhanan, ternyata memiliki
kaitan yang erat dengan persoalan-persoalan historis kultural. Ada
ketercampuradukan antara agama di satu sisi dan campur tangan penganutnya di sisi
lain.
Jika dilihat dari masalah yang diperdebatkan di antara beberapa kelompok di atas,
mereka berdebat bukan tentang pokok-pokok ajaran Islam itu sendiri, akan tetapi
bagaimana memanifestasikan ajaran Islam itu di dalam sistem kehidupan sosial. Dari
berbagai fenomena yang terjadi dalam dinamika pemikiran dan perilaku umat Islam
tersebut, untuk kembali menemukan kebesaran Islam, maka harus ada akselerasi
pemikiran dan pengembangan sains, guna ‘mengejar’ ketertinggalan dalam bidang
sains dari barat.
Kaum Muslim agaknya tidak akan berhenti dalam pencarian otentisitas ini dan
akan selalu dikaitkan dengan wacana yang mereka gumuli. Pencarian kemurnian (al-
ashalah) Islam, meminjam istilah Marshal G. Hodgson, merupakan the perennial
venture, pengembaraan abadi di kalangan Muslim.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami buat untuk menambah wawasan para pembaca dan
juga pemakalah, semoga dapat bermanfaat. Saran yang membangun sangat kamibutuh
kan untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi. Sesungguhnya kekurangan
itu datangnya dari kami dan kesempurnaan itu hanya lah milik Allah SWT.
Terimakasih

14
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1998 Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2. Jakarta,
Balai Pustaka,

Didin hafidhuddin.2003. Islam aplikatif.Jakarta, Gema Insani.

Fatimah.2004.Muslim-Cristian Relations In The New Order Indonesia: The Exclusivits And


Inclusivits Muslim’ Perspective”. Th 2004 hal.21 38

Juhaya S, Praja.2002 Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam dan penerapannya di
Indonesia. Jakarta : Teraju

M. Yatimin Abdullah. 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta. Sinar Grafika Offset,

15

Anda mungkin juga menyukai