Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FIQH PERIMBANGAN
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh

Dosen Pengampu : Musbihin Sahal, Lc., M. A.

Disusun Oleh:

Ainul Muzammil (53010210155)

Siti Amelia (53010210153)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat Iman dan
Islam kepada kita semua, sehingga kita dapat berkumpul dalam pertemuan yang
InsyaAllah dimuliakan oleh Nya. Shalawat serta Salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada para sahabatnya para
Tabi’it Tabi’innya dan semoga kepada kita selaku ummatnya mendapatkan
syafa’atul udzma di Yaumil Jaza. Amin.

Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak


Musbihin Sahal, Lc., M. A selaku dosen Mata Kuliah Fiqh yang telah
memberikan kami kesempatan menjelaskan mengenai Fiqh Pertimbangan. Suatu
kebanggaan bagi kami yang telah diberi kepercayaan oleh Bapak dosen
pengampu sejarah islam indonesia pra-kolonial untuk menjelaskan hal tersebut.

Maka dari itu, kami sebagai pihak yang diberikan tugas mencoba
memaparkan beberapa ilmu yang kami ambil dari beberapa sumber, dalam
bentuk makalah yang akan penulis presentasikan ini. Dalam makalah ini terdapat
beberapa pelajaran penting yang wajib diketahui oleh kami khususnya dan
mahasiswa pada umumnya. Mohon maaf bila terdapat kesalahan baik dalam segi
penulisan maupun dalam segi redaksi. Kritik dan saran sangat kami harapkan.

Salatiga, 23 Maret 2022

Kelompok 14
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah........................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 2

A. Pengertian Fiqh Moderat ................................................................. 2

B. Teori- teori Washatiyah .................................................................. 2

BAB III PENUTUP .................................................................................. 3

A. Kesimpulan .................................................................................... 3

B. Saran .............................................................................................. 3

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 4


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Moderat adalah selalu


menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrim. Sikap ini yang
harus dikembangkan dalam dunia peradaban pendidikan yang penuh beragam
pemikiran dan tindakan yang semakin luas, dengan zaman modern ini maka
peradaban manusia juga akan berubah sesuai dengan kehendak mereka.

Pola berpikir setiap manusia berbeda, akan tetapi perbedaan itu


setidaknya harus saling mengerti satu sama lainnya karena keyakinan itu
adalah hak pribadi. Ada berbagai golongan Islam yang terkadang mempunyai
ciri khas sendiri-sendiri dalam praktek dan amaliah keagamaan. Tampaknya
perbedaan itu sudah menjadi kewajaran, sunatullah, dan bahkan suatu rahmat.
Junjung tinggi yang diberikan oleh Allah bahwa perbedaan itu justru akan
melahirkan generasi-generasi patriot bangsa yang agamis yang akan
mengembangkan keilmuan lebih luas dan pemahaman ke Bhinneka Tunggal
Ika akan tetap utuh sehingga generasi muda akan bersikap moderat, saling
menerima perbedaan dan keyakinan dengan hidup rukun dan damai.

Arti moderat yang sebenarnya sewajarnya tersebut yang bisa menghapus


radikalisme untuk tetap pada ukhuwah basyariyah, mengedepankan memanusiakan
manusia dalam artian menghormati agama yang di anut orang lain dengan cara
pendidikan luas dalam pandangan beragama.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Fiqh Moderat?

2. Bagaiman Teori-teori Fiqh Moderat?

C. Tujuan Penulisan

1. Supaya Mengetahui Pengertian Fiqh Moderat

2. Supaya Mengetahui Teori-teori Fiqh Moderat


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Moderat

Fikih Moderat adalah upaya lanjutan dari penanganan radikalisme dan


intoleransi dalam sosial keagamaan dan tidak dipungkiri keduanya masuk dalam
bidang kajian fikih. Oleh karenanya tulisan ini akan mengulas rambu-rambu agar
jangan sampai muncul fikih yang radikal dan intoleran. Ditulis dengan
menghimpun ayat, hadist dan pemikiran-pemikiran ulama tentang rambu-rambu
untuk terwujudnya fikih yang moderat. Ada beberapa rambu yang diulas yakni:

1. penggabungan antara mengikuti nash dan memperhatikan maksud syari’ah


(maqoshid Syari’ah)

2. berada diantara pemahaman kaum tekstualis dan pemahaman kalangan


liberal

3. penggabungan antara fikih dan hadis serta pengkombinasian antara ta’shil


dan tajdid

4. berorientasi taisir (kemudahan) dalam fikih dan tadarruj (kebertahapan)


dalam penerapannya

5. berorientasi pada kearifan lokal

6. mendudukkan pengertian kufur secara proporsional dan tidak serampangan

7. menyadari adanya pluralitas kebenaran jtihad dan toleran pada perbedaan


pendapat

8. memperhatikan aspek kesatuan dan persatuan dari mengedepankan


perbedaan. Pada hakikatnya moderasi termasuk dalam fikih adalah
orisinalitas ajaran Islam dan karenanya ia akan menjamin keberlangsungan
penerimaan Islam di setiap tempat dan zaman.

B. Teori-teori wasahtiyah

Wasathiyah adalah sebuah kerangka berpikir, bersikap dan bertingkah


laku yang ideal, penuh keseimbangan dan proposional dalam syariat Islam dan
seharusnya tertanam dalam pribadi muslim. Arus wasathiyyah secara teoritik
dipopulerkan oleh Yusuf Qardhawi, seorang cendikiawan muslim terkenal asal
Mesir yang hijrah ke Doha Qatar. Namun, beliau sendiri mengakui, wasathiyah
bukanlah ide asli dari beliau, melainkan sebuah prinsip dasar yang melandasi
semua ajaran Islam, baik aqidah, syariah maupun akhlak. Lebih dari itu kalau
kita cermati tatanan alam semesta yang rapi, tertib dan serba teratur ini akan
kita temukan bahwa semuanya telah Allah desain berdasarkan pilar wasathiyah,
keseimbangan dan keserasian.

Dalam Al-quran umat Islam disebutkan dalam surah al-Baqarah: 143,


sebagai ummatan wasatha, umat yang ideal, penuh keseimbangan dan
menegakkan keadilan. Selanjutnya ayat ini dijelaskan oleh ayat lainnya dalam
surat Ali Imrah: 110 bahwa maksud ummatan wasatha adalah khaira ummah
(umat terbaik). Karenanya, hampir semua ahli tafsir sepakat bahwa wasathiyah
mengandung makna yang terbaik, yang ideal, yang seimbang, yang
proposional.

Allah swt berfirman: Demikian Kami telah menjadikan kamu umat yang
adil dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Sungguh
(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah
diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
(al-Baqarah:143)

Sedangkan moderat hanya merepresentasikan posisi-tempat di antara dua


ujung yang bertentangan. Moderat mencerminkan sikap kompromi dengan
jalan win-win solution, dan dengan demikian kaum oportunis sering
menjadikan moderat sebagai pilihan untuk lari dari wilayah yang jelas menuju
wilayah yang abu-abu. Maka jelas tidak tepat jika wasathiyah diindentikkan dan
dipadankan dengan moderat. Moderat berasal dari bahasa Inggris, moderate
artinya selalu menghindari diri dari perilaku yang ekstrim atau sikap yang
identik dengan mengambil jalan tengah. Wasathiyyah mempunyai kandungan
makna esensial yang lebih komprehensif, lebih luas dari sekadar moderat,
kerena keterikatannya dengan syariat Islam. Sikap ini mestinya sudah melekat
pada diri setiap muslim dan siapa saja yang ingin menjadi perekat umat. Tidak
fanatik sambil terus belajar dan mendalami agama serta menghindari
perdebatan kontraproduktif tentang masalah khilafiyah ijtihadiyah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa Fikih Moderat


adalah upaya lanjutan dari penanganan radikalisme dan intoleransi dalam
sosial keagamaan dan tidak dipungkiri keduanya masuk dalam bidang kajian
fikih. Sedangkan Wasathiyah adalah sebuah kerangka berpikir, bersikap dan
bertingkah laku yang ideal, penuh keseimbangan dan proposional dalam
syariat Islam dan seharusnya tertanam dalam pribadi muslim.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak


kesalahan dari penulis. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika ada
kalimat yang kurang berkenan. Untuk itu, penulis juga memohon kepada
para pembaca atas kritik dan sarannya yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Ihsan Satrya. "Fikih Wasathy." Educators: Jurnal Ilmu Pendidikan


dan Kependidikan 6.2 (2019): 96-114.

Nashiruddin, Muh. "FIKIH MODERAT DAN VISI KEILMUAN SYARI’AH


DI ERA GLOBAL." DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum 14.1 (2016): 29-
43.

Dakhoir, Ahmad, and Jefry Tarantang. "Hukum bunga bank (pendekatan


fikih wasthiyah iqtishadiyah)." (2020).

Anda mungkin juga menyukai