Disusun Oleh:
Nadhirothul Afirda
Marwati
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Konsep Fikih Aswaja” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bunyamin, M. Kom. I pada mata kuliah Aswaja. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep Fikih Aswaja bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Bunyamin, M. Kom. I selaku
dosen pengampu di mata kuliah Aswaja yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
A. Sejarah Fikih.......................................................................................................3
A. Kesimpulan.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
3. Mengetahui urgensitas ilmu fikih
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Fikih
3
itu ulama-ulama fikih yang dipandang mempunyai otoritas membahas masalah-
masalah hukum Islam atau masalah syari’ah yang kemudian terbagi menjadi dua
aliran yaitu (1) aliran pakar pakar hadits yang skriptualis atau leteralis, yakni
sangat terkait dengan teks nail, yang dikuasai dari guru ke murid secara langsung
dari masa ke masa dan (2) aliran rasionalis yang lebih rasional, subtansialis,
banyak menggunakan dalil-dalil aqli, lebih banyak mempertimbangkan realitas
yang ada ditengah-tengah kehidupan umat manusia.
Di kalangan ulama-ulama Nahdliyin, kata ijtihad ini banyak dihindari,
dan lebih menyukai penggunaan kata “istinbath” meskipun dalam kajian fikih
dan ushul fikih kedua istilah tersebut tidak banyak berbeda. Namun dalam
prakteknya para ulama tersebut telah melakukan aktivitas ijtihad secara kolektif
dalam menetapkan pilihan hukum dari pendapat para ulama madzhab yang
mereka akui, terutama menghadapi masalah-masalah kontemporer. Mungkin
sikap tersebut didasarkan pada sikap tawadlu’ dan rasa etis, karena sebagai
ulama-ulama di pesantren yang pengaruh masih apriopi menutup pintu ijtihad
tanda memilah peringatnya.1
1
Ubaidilah Abi Wisnu. 2015. Pemahaman Aswaja di Bidang Fikih. Dalam
http://winsnu.blogspot.com/2015/11/makalah-pemahaman-aswaja-di-bidang.html. Diakses pada 2022.
4
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah Kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga drinya.”
Dari ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fiqh itu berarti
mengetahui, memahami dan mendalami ajaran-ajaran agama secara keseluruhan.
Jadi pengertian fiqh dalam arti yang sangat luas sama dengan pengertian syariah
dalam arti yang sangat luas. Inilah pengertian fiqh pada masa sahabat atau pada
abad pertama Islam.
Ilmu fikih adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang
berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah,
makruh atau haram yang digali dari dalil-dalil yang jelas (tafshili).2 Sedangkan
pengertian syariah menurut Bahasa berarti jalan lurus, jalan menuju air, jalan
yang dilalui air terjun. Menurut istilah adalah hukum islam yang diyakini
kebenarannya oleh umat Islam sebagai ketentuan dan ketetapan dari Allah yang
wajib dipatuhi sebagaimana mestinya. Berdasarkan prinsip keyakinan tersebut,
maka setiap muslim wajib melaksanakan syariat Islam dalam segala aspek
kehidupannya dan sebaliknya dia merasa berdosa apabila mengabaikan nilai-nilai
syariah tersebut. Garis—garis besar syariah islam adalah sebagai berikut:
1) Hukum ibadat yang merupakan tuntutan ritual yang mencakup
masalah tahara (kebersihan iman), shalat, zakat, puasa, haji,
penguburan jenazah, kurban, akikah, penyembelihan hewan,
makanan, minuman.
2) Hukum muamalat yaitu himpunan hukum yang mengatur masalah
kehidupan rumah tangga.
3) Hukum muamalat yaitu membahas kode etik bisnis, utang-piutang,
jual-beli, dll yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia
dengan kekayaan dan harta
2
Chizbul. 2021. Fikih Aswaja Dalam http:artikelpribadicom.blogspot.com/2011/12/fikih-aswaja.html.
Diakses pada 2022.
5
4) Hukum jinayat yaitu hukum pidana dan perdata yang disyariatkan
untuk memelihara kehidupan manusia, melindungi masyarakat,
melindungi harta benda yang menjadi hak seseorang, memelihara
keturunan, akal, jiwa dan agama.
5) Hukum sulthaniyat yaitu suatu komponen hukum islam yang khusus
mengatur masalah-masalah kenegaraan dan pemerintahan.
6) Hukum dauliyat yaitu hukum internasional yang berguna untuk
mengatur hubungan antara negara dengan negara baik pada masa
damai maupun pada masa perang, mengatur soal tawanan perang
perang, gencatan senjata, dan perjanjian antarnegara.
Pada abad ke-2 sampai dengan pertengahan abad ke-4 H disebut sebagai
puncak perkembangan ilmu fikih dan pada waktu itu lahir tokoh-tokoh besar
Mujtahidin yang melahirkan beberapa madzhab fikih, yang pendapat dan
fatwanya terbukakan, Sebagian diantaranya masih terpelihara secara utuh sampai
sekarang dan dicetak dalam kitab-kitab modern, dikomentari, diulas oleh para
pengikutnya. Namun Sebagian lagi masih tersimpan sebagai manuskrip tulisan
tangan yang berada di perpustakaan besar, tersebar di beberapa tempat, dan
Sebagian lagi sudah tidak ditemukan dalam keadaan utuh.
Madzhab empat, yaitu madzhab fikih terbesar yang dirintas oleh empat
Imam Madzhab, yakni para mujtahid mustaqil yang masing-masing mempunyai
konsep metodologi sendiri, melahirkan fatwa-fatwa masalah fikih yang relatif
lengkap, dan kesemuanya ditulis secara sistematis menjadi karya tulis yang dapat
dipelajari dan dikaji oleh para pengikutnya dan orang lain yang berminat. Para
imam tersebut ialah :
a. Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit
b. Imam Malik bin Anas
c. Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i
d. Imam Ahmad bin Hambal
6
C. Urgensitas Ilmu Fikih
Unsur utama yang menjadi pilar ajaran Islam adalah fikih. Urgensitas
ilmu fikih dalam Islam tidak diragukan lagi. Ia adalah sistem kehidupan yang
memiliki kesempurnaan, keabadian dan sekian banyak keistimewaan. Ia
menghimpun dan merajut tali persatuan umat Islam. ia menjadi sumber
kehidupan mereka. Umat Islam akan hidup selama hukum-hukum fikih masih
direalisasikan. Mereka akan mati apabila pengamalan fikih telah sirna dari muka
bumi. Fikih juga bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kehidupan mereka di
mana pun mereka berada. Ia menjadi salah satu kebanggaan terbesar umat Islam.3
7
universal bagi seluruh manusia dan abadi hingga akhir masa. Hukum-
hukumnya ditopang oleh keempat pilar yang yang menjadi unsur-unsurnya
yaitu akidah, ibadah, akhlak dan keserasian hubungan (mu’amalah). Dengan
penuh kesadaran dan perasaan bertanggung jawab dalam mengamalkan fikih,
akan tercipta kedamaian, ketenangan, ketentraman, keimanan, kebahagiaan dan
kesejahteraan umat manusia.
8
Bila agama dan etika saling menopang dalam iklim interaksi yang
harmonis, maka akan tercipta kesejahteraan dan kebahagiaan individu maupun
sosial serta akan tercipta jalan menuju kenikmatan abadi di akhirat nanti.
Dengan begitu target fikih adalah kebaikan manusia di masa sekarang, yang
akan dating dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.
4
Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki, al-Risalah al-Islamiyyah Kamaluha wa Khluduha wa
‘Alamiyyatuha, 60-69.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu fikih adalah hukum Islam yang diyakini kebenarannya oleh umat
Islam sebagai ketentuan dan ketatapan dari Allah yang wajib dipatuhi
sebagaimana mestinya. Berdasarkan prinsip keyakinan tersebut, maka setiap
muslim wajib melaksanakan syariat Islam dalam segala aspek kehidupannya dan
sebaliknya dia merasa berdosa apabila mengabaikan nilai-nilai syariah tersebut.
Dalam bidang fikih dan amaliyah faham Aswaja mengikuti pola
bermadzhab dengan mengikuti salah satu madzhab fikih yang di deklarasikan
oleh para ulama yang mencapai tingkatan mujtahid Mutlaq. Beberapa madzhab
yang digunakan oleh aliran Aswaja, yaitu madzhab Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I
dan Hambali.
10
DAFTAR PUSTAKA
11