Qawaidul Ahkam
Tim Penyusun:
Aqfa
Yusup
Dede
Rijal Pebriansyah
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
makalah yang berjudul, “Madzhab Dalam Qawaid Fiqhiyyah” dengan baik tanpa ada
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Qawaidul Ahkam, Tugas ini juga sekaligus bertujuan untuk menambah
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah qawaidul ahkam dan
juga kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini
hingga selesai. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, kritik konstruktif dari para pembaca sangat kami harapkan
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................................2
BAB I...........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................................4
BAB II..........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..........................................................................................................................5
A. Latar Belakang Sosial dan Intelektual Imam Abu Hanifah dan Imam Syafi'i...................5
BAB III......................................................................................................................................20
PENUTUP..................................................................................................................................20
A. Simpulan........................................................................................................................20
B. Saran...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................22
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaidah fiqh merupakan bagian ari studi fiqh. Untuk mempelajari seluruh
hal yang berkaitan dengan hukum isalam, yaitu al Quran dan hadis sebagai
sumber hukum yag disepakati, seajrah hukum islam, ushul al-fiqh, kaidah ushul
fiqh, dan yang lainnya. Atas dasar tersebut, mendalami kaidah fiqh memiliki arti
yang sanagt penting karena merupakan bagian yang tak terpisahkan dari studi
Kaidah fiqh adalah menajdi suatu yang kulli yang bersesuaian dengan
zuriyah yang banyak dari padanya diketahui hukim-hukum juziyah itu, atau
dengan kata lain adalah hkum-hukum yang berkaitan dengan asas huku yang
Arti penting yang dimiliki oleh kaidah fiqh dapat di lihat dari dua sudut,
pertama, dari sudut sumber. Dari sudut ini, kaidah merupakan media untuk
beberapa nash dapat ditemukan persoalan esinsial dalam satu persoalan. Kedua,
dari segi istimbhat al ahkam, kaidah fiqh mencakup beberapa persoalan yang
sudah dal belum terjadi. Oleh karena itu, kadiah fiqh dapat dijadikan sebagai
salah satu alat dalam menyelesaiakm persoalan yang telah terjadi dan mungkin
3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang sosial dan intelektual Imam Abu Hanifah
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang sosial dan intelektual Imam Abu
Hanifah
Syaafi’i
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Sosial dan Intelektual Imam Abu Hanifah dan Imam
Syafi'i
Tsabit bin Zautha al-Taimy. Lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah. Ia
berasal dari Persia (Iran) tetapi dilahirkan di Kufah (Irak) pada tahun 699M
dan wafat di Bagdad pada tahun 767M.1 Ia hidup selama 52 tahun di bawah
yakni dimasa akhir dinasti Umayyah dan masa dinasti Abasiyyah. Ia lahir
pada zaman dinasti Umayyah tepatnya pada masa kekuasaan Abdul Malik
Hampir seluruh masa hidup dan kehidupan beliau, sejak lahir sampai
taat menjalankan agama Allah. Semasa kecil, beliau tumbuh, hidup dan
1
Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab (Jakarta: Logos, 1997), 95.
2
Bey Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin, Menuju Kesatuan Paham tentang Mad-zhab
(Surabaya: Bina Ilmu, 1985), 43.
3
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung: Rosda Karya, 2000), 71.
5
masa itu.4 Di beberapa bagian kota Bagdad, Basrah dan Kufah terlihat
lebih menarik perhatiannya dibanding dengan menuntut ilmu. Hal itu terjadi
sampai pada suatu hari Ia bertemu dengan salah seorang gurunya, Amir bin
bahwa sesungguhnya Ia melihat pada diri Abu Hanifah sebuah harapan dan
perhatiannya kepada ilmu dan majlis ulama. Apa yang dikatakan oleh Asy-
Sya'bi tersebut membekas dihati Abu Hanifah sehingga sejak saat itu beliau
Hanifah mempelajari dan menekuni ilmu fiqh di Kufah yang pada waktu itu
Kufah terdapat Madrasah Kufah, yang dirintis oleh Abdullah Ibn Mas'ud
kepada ibrahim al-Nakha'i, lalu Hammad Ibn Abi Sulaiman alAsy'ary (wafat
120H). Hammad Ibn Abi Sulaiman adalah salah seorang Imam besar
terkemuka ketika itu, Ia seorang ulama dalam bidang fiqh yang fikiran dan
4
Muslim Ibrahim, Pengantar Fiqh Muqaran (Jakarta: Erlangga, 1991), 71.
6
pendapatnya banyak dipengaruhi oleh Ali bin Abi Thalib dan Abdullah Ibn
Mas'ud, Ia murid dari Algamah Ibn gais dan al-Gadhi Syuriah, keduanya
adalah tokoh dan pakar fiqh yang terkenal di Kufah dari golongan Tabi'in. 5
Dari Hammad Ibn Abi Sulaiman itulah Abu Hanifah belajar fiqh dan hadits
mendalami fiqh dan hadits sebagai nilai tambah dari apa yang telah Ia
fatwanya itu merupakan dasar utama dari pemikiran madzhab Hanafi yang
5
Huzaemah Tahido Yanggo, Op Cit. 96.
6
M. Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab (Jakarta: Lentera, 2001), 23.
7
Huzaemah Tahido Yanggo, Op Cit. 97.
7
mampu memberikan jawaban terhadap berbagai perkembangan yang muncul
saat itu.8
Di sisi lain Ia merasakan kota Kufah sebagai kota teror yang diwarnai
banyak ilmuwan dalam berbagai bidang, seperti ilmu sastra, teologi, tafsir,
fiqh, hadits dan tasawuf. Kedua kota bersejarah ini mewarnai intelektual Abu
dan pertentangan tradisional antara suku Arab Utara, Arab Selatan dan Persi.
Oleh sebab itu pola pemikiran Abu Hanifah dalam menetapkan hukum,
Dari paparan di atas maka dapat diketahui bahwa beberapa hal yang
8
Mun'im A. Sirry, Sejarah Fiqh Islam (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), 90.
9
Muslim Ibrahim, Op Cit, 71.
8
3) Kedudukan kota-kota Kufah, Basrah dan Bagdad, sebagai kota yang
Nama asli dari Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris, gelar
Idris Bin Abbas bin Utsman bin Syafi'i bin Said bin Abu Yazid bin Hakim
bin Muthallib bin Abdul Manaf bin Qushai.11 Abdul Manaf bin Qushai yang
menjadi kakek ke 9 dari Imam Syafi'i adalah Abdul Manaf bin Qushai kakek
ke 4 dari Nabi Muhammad Saw.12 Dalam silsilah ini telah dapat diketahui
bahwa Imam Syafi'i senenek moyang dengan Nabi Muhammad Saw. Oleh
Adapun dari pihak ibu, Imam Syafi'i bin Fathimah binti Abdullah bin
Hasan bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. 13 Dengan demikian ibu Imam
Syafi'i adalah cucu dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, menantu, sahabat Nabi
dan khalifah keempat yang terkenal. Dalam sejarah juga ditemukan bahwa
Sirajuddin Abbas. Sejarah dan Keagungan Madshab Syafi'i (Jakarta: Pustaka Tarbiyah,
10
1994),13.
11
Huzaemah Tahido Yanggo, Op Cit. 121. Al Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi'i
(Selanjutnya disebut Imam Syafi'i). Al Umm (Barut: Al Maktabah Al Ilmu yah. tt). 14.
Sirajuddim Abbas. Op Cit. 14: Lahmuddin Nasunon, Pembaharuan Hukum Islam dalam
12
9
Saib bin Yazid kakek Imam Syafi'i yang kelima adalah sahabat Nabi
Muhammad Saw.
pinggir laut Tengah pada pertengahan abad kedua Hijriyah yakni tahun 150H
(767M).14 Beliau dilahirkan pada tahun di mana Abu Hanifah, imam Ahiur
Ra'yu (pemimpin para fugaha yang banyak menggunakan akal) wafat di Irak
dan pada saat itu banyak terjadi perdebatan antara ahlu hadits dan ahlu
ra'yu.15 Ayah beliau meninggal ketika beliau masih kecil dan dalam keadaan
sana.
Hudzail terkenal ahli dalam tata bahasa dan sastra Arab. Imam Syafi'i tinggal
terkenal pada waktu itu. Di Mekkah beliau belajar kepada Muslim bin
Husaini, Riwayat Sembilan Imam Figih (Cet.I, Bandung Pustaka Hidayah, 2000), 378.
16
Huzaemah Tahido Yanggo, Loc Cit: Lahmuddin Nasuton. Op Cu, 17.
10
ilmu. Muslim bin Khalid az Zanjilah adalah seorang ahli fikih yang terkenal
pada waktu itu dan menjabat sebagai mufti kota Mekkah. Dalam usia yang
sangat muda beliau telah dianggap menguasai ilmu agama Islam, sehingga
pada umur 15 tahun beliau telah diberi wewenang oleh gurunya untuk
kepada muslim bin Khalid az Zanji beliau juga menekuni pelajaran hadits
dibawah bimbingan Sufyan bin Uyaynah, beliau belum merasa puas jika
belum belajar dibawah bimbingan pengarang kitab itu sendiri. Oleh karena
membawa surat pengantar wali kota Mekkah dan dari gurunya Muslim bin
Khalid az Zanji untuk berguru dan menuntut ilmu kepada Imam Malik.
telah mempelajari hadits dari dua orang ahli hadits kenamaan, yaitu Sufyan
Syaikh Imam Syafi'i yang terbesar sekalipun masih ada Syaikh yang
lainnya.18
17
Muslim Ibrahim, Op Cit, 89.
Muhammad Al Hudlory, Tarikh at Tasyri al Isl Yany, (tt: DWr Ihya al Kutub al Arabiyah,
18
1981), 252.
11
Imam Syafi'i juga mendengar bahwa di Baghdad berdiam dua orang
ulama yang terkenal yaitu Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan, murid dan
dengan biaya Imam Malik. Selama tinggal di Kufah beliau bertempat tinggal
Irak pada waktu itu merupakan pusat kebudayaan dunia, jalan lalu
lintas antara timur dan barat, tempat bertemunya aneka ragam kebudayaan
dan pergaulan, adapt istiadat, tingkah laku manusia, yang tidak diketahui dan
Atas izin dari guru beliau Muhammad bin Hasan, beliau pergi
12
beliau sendiri. Dari kota Ramlah beliau langsung kembah ke Madimah
Pada tahun 181H. beliau kembali ke Mekkah dan beliau dapati ibu
beliau telah meninggal dunia. Setelah itu beliau kembali lagi ke Baghdad
pada tahun 198H dan menetap di sana selama beberapa bulan, di sana beliau
Pada saat inilah Muhammad bin Hanbal berguru kepada beliau. Kemudian
beliau kembali lagi ke Mesir dan menetap di mesir sampai wafat pada
penang yang termasuk dalam karier keilmuannya, saat itu khalifah Harun al
Rasvid telah meninggal dan digantikan oleh al Ma' mun. dan gurunya
Muhammad bin Hasan juga telah wafat. Lawatan ini tidak berlangsung lama,
sendiri dalam fatwa-fatwanya. Hal ini terjadi pada tahun 198H. sejak itu ia
13
Risalah. Kitab ini dilukiskan oleh banyak ahli sebagai kitab pertama dalam
diutarakannya sampai pada saat ini dinamakan dengan qaul al qadim, yang
gaul al jadid.23
lepas.
pengetahuan hadits yang ia peroleh dari beberapa ulama dan dari berbagai
Abdul Wahab Kholaf, “Sejarah Legislasi Islam”. Op Cit, 123: Abdul Mun'im Saleh, Madzhab
22
14
B. Urgensi Qawaid Fiqhiyyah dalam Istinbath Hukum
Hanifah
relevan dengan persoalan-persoalan yang tumbuh. Pada era Abu Hanifah dan
rekan25rekannya dari ahli fiqh Irak, ilmu fikih dan ilmu ushul fukih
bahwa furu' itu didirikan atas beberapa dasar dan beberapa kaidah istinbath,
kita tidak memperoleh sanad yang muttashil yang sampai kepada Abu
Hanifah. Hal yang tidak dapat diragukan lagi bahwa Abu Hanifah
ْ آح
Hدت يسئة َرسُول اللو صلى هللاُ عليه َوسل َم واالئار ُُ ت يكتاب هللا إذا َو َج
َ ف َمالم آجذهُ ف ْي ِه,دت ْ ِإثى أ َح ْد
فإذا ل ْم آجذ في كيتاب الل وكاس رمئول هللا حتت بقول.الصبّحاح َع ْنهُ الى فشنت في لَيْدى التفات
25
Muslim Ibrahim, Op Cit, 71.
15
إلى قول َغي َْر ِه ْم فإذاثتهى اآلمر إلى ِإيْراهي َمHأصنحابه من ثيت وأ َذغ َم ْن شينت مم ااخرا ٌج عَن قولهم
atsar-atsar yang shahih dari beliau yang sudah tersebar dibawa oleh
kata-kata sahabat beliau yang aku kehendaki pula. Selagi ada kata-kata
sahabat itu, maka aku tidak bisa berpegang pedoman kepada kata-kata lain
mereka. Apabila urusan itu sampai kepada Ibrahim atau al-Sya'bi atau
Hasan atau Ibnu Sirin atau Sa'id ibnu al-Musyyab, maka saya berijtihad
Imam Abu Hanifah untuk beristinbath adalah al Kitab, as Sunnah, ijma dan
fatwa para sahabat. Di dalam hal-hal yang diperselisihkan para sahabat Abu
Hanifah mengambil mana yang lebih dapat diterimanya atau yang lebih dekat
16
gaidah itu bersifat aghlabiyah (mayoritas), tidak bersifat kulliyyah (universal
hujjah, beralasan bahwa bila diperhatikan ternyata tidak semua ga'idah itu
bersifat kulliyyah tersebut. Oleh sebab itu, ibn alNujaim hanya secara implisit
dengan hanya berpegang kepada salah satu kondisi dari qa'idah itu. Ini
artinya, bagi madzhab Hanafi, qawa'id fiqhiyyah tidak dapat dijadikan dalil
Mustafa Ahmad al-Zarga. al-Madkhal al Fiqh alAm. (Damaskus: Mathbu' ah Jamr uh, 1982),
26
Ahmad bin Muhammad al-Hamawi, Ghuma “Uvun al-Basha'ir Svarh alNasibah wa al-
27
17
2. Qawaid Fiqhiyyah dalam Istinbath Hukum Menurut Imam Syafi'i
Qur'an, Sunnah, Ijma', dan Qiyas. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan
فى ال ِكتاب و السنّةHليس أِل َح ٍد أن يَقول أبَدَا فِئ شنيء َح ّل أو َحرم ِإنَا ِمن جهة العلم َو ِحهَ َمالخَ بَر
berpendapat bahwa tujuan akhir dari qawa'id fiqhiyyah adalah untuk memberi
bukan untuk beristidial dengannya. Ini sebagai indikator bahwa bagi al-
Juwaini, qawa'id fiqhiyyah tidak dapat dijadikan hujjah, tapi hanya sebagai
menyingkap dasar-dasar fiqh.128 Hal ini bisa dimaklumi, sebab pada dasarnya
28
Jabal Abd Rahman Dahlan. Ushul Fiqh. Jakarta Amzah. 2010). Cet ke-1 1 Taj al-Din Abd al-
Wahab bin Al bin Abd al-Kafi alSubki, Al-Anbah wa al Nazha'ir, (Beirut. Dar al-Kutub al-
Imiyah. 1991). Cet. jilid II, h. 24.
18
diciptakan oleh para ulama mereka dengan berpatokan pada ushul
BAB III
PENUTUP
Abdurrahman bin Jadillah al-Bannane. Hanifah al-Bannam. (Beirut: Darud Fiqh) jilid ll h.
29
387.
30
Al-Din ibn Abd al-Salam, Jawa'id al-Ahkam. (Mesir: Dar al-Ma'anf) h. 5-7.
19
A. Simpulan
1. Nama lengkap Abu Hanifah adalah Abu Hanifah An-Nu'man bin Tsabit bin
Zautha al-Taimy. Lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah. Ia berasal dari
Persia (Iran) tetapi dilahirkan di Kufah (Irak) pada tahun 699M dan wafat di
Bagdad pada tahun 767M. Hampir seluruh masa hidup dan kehidupan
Kufah.
2. Nama asli dari Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris, gelar beliau Abu
kepadanyalah Imam Syafi'i paling lama menimba ilmu. Muslim bin Khalid
az Zanjilah adalah seorang ahli fikih yang terkenal pada waktu itu dan
3. Metode penerapan hukum oleh Imam Abu Hanifah dengan penggunaan daya
rekan31rekannya dari ahli fiqh Irak, ilmu fikih dan ilmu ushul fukih
bahwa tujuan akhir dari qawa'id fiqhiyyah adalah untuk memberi isyarat
31
Muslim Ibrahim, Op Cit, 71.
20
dalam rangka mengidentifikasi metode yang dipakainya terdahulu, bukan
qawa'id fiqhiyyah tidak dapat dijadikan hujjah, tapi hanya sebagai sarana
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
21
Yanggo, Huzaemah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Madzhab. Jakarta: Logos.
Bey Arifin dan A. Syinqithy Djamaluddin. 1987. Menuju Kesatuan Paham tentang
Mubarok, Jaih. 2000. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam Bandung: Rosda
Karya.
Abbas, Sirajuddin. 1994 Sejarah dan Keagungan Madshab Syafi'i. Jakarta: Pustaka
Tarbiyah.
Abbas, Sirajuddin. 2001. Pembaharuan Hukum Islam dalam Madzhab Syafi'i (Bandung:
Hamid Al Husaini, Riwayat Sembilan Imam Fiqih Cet.I, Bandung Pustaka Hidayah.
Al Hudlory, Muhammad. 1981. Tarikh at Tasyri al Isl Yany. DWr Ihya al Kutub al
Arabiyah.
Kholaf, Abdul Wahab. 2001. “Sejarah Legislasi Islam”. Op Cit, 123: Abdul Mun'im
Ahmad bin Muhammad al-Hamawi, Ghuma “Uvun al-Basha'ir Svarh alNasibah wa al-
22
.
23