Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
makalah ini untuk memenuhi tugas dari Bapak Humaidi Mufa, M.Pd pada mata kuliah Ushul
Fiqih selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Sejarah
Perkembangan Ushul Fiqih dan Aliran-aliran Ushul Fiqih” bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Humaidi Mufa, M.Pd selaku dosen psikologi
islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyadari banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
1. Kesimpulan....................................................................................................................11
2. Saran.............................................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai satu kegiatan intelektual yang tidak boleh lepas dari tuntunan wahyu,
ijtihad memerlukan perangkat kaidah atau metode, metode inilah yang kemudian di
kenal dengan Ushul Fiqh. Meskipun Ushul Fiqh sebagai satu disiplin ilmu baru
tersusun secara sistematis pada abad kedua, namun dalam peraktiknya ia telah tumbuh
dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya hukum fiqh sebagai
produk ijtihad. Para Fuqoha kalangan sahabat, seperti ibnu Mashud, ali bin abi thallib,
dan Umar bin khatthab terkenal di antara orang-orang banyak melakukan ijtihad, yang
dapat di pastikandalam ber ijtihad bukanya tanpa kaidah yang mengikat. Pada masa
tabi'in praktik ijtihad menjadi lebihluas dengan bnyaknya para tabi'in yang
mengkhususkan diri untuk bertaqwa, sejalan dengan banyaknya permasalahan yang
harus di jawab. Mereka adalah murid-murid para sahabat dalam ilmu fiqh. Disamping
menyebarkan fatwa-fatwa sahabat panutanya, sesekali mereka yang di kirim ke
berbagai daerah itu juga mengadakan terobosan baru sesuai dengan tuntunan
masyarakat di tempat masing-masing. Penduduk khufah yang sudah banyak mengenal
kebudayaan dan peradaban itu, membuat para ahli fiqhnya sering di hadapkan pada
berbagai kasus yang beraneka ragam.
B. Rumusan Masalah
َو اْلُم َطَّلٰق ُت َيَتَر َّبْص َن ِبَاْنُفِس ِهَّن َثٰل َثَة ُقُر ْۤو ٍۗء
Kata quru’ dalam ayat di atas memiliki pengertian ganda (polisemi), yaitu suci
dan haid. Abu bakar, Umar bin khattab, ali, Utsman, dan abu Musa al-asy'ari
mengartikan quru’ dalam ayat diatas dengan pengertian haid, sedangkan aisyah, zaid
bin tsabit, dan ibn Umar mengartikannyadengan suci. itu berarti ada perbedaan
mengenai persoalan lafal musytarak (polisemi).
Secara umum, sebagaimana pada masa rasulullah saw., ushul fiqh pada era
sahabat masih belummenjadi bahan kajian ilmiah. Sahabat memang sering berbeda
pandangan dan berargumentasi untuk mengkaji persoalan hukum. Akan tetapi, dialog
semacam itu belum mengarah kepada pembentukansebuah bidang kajian khusus
tentang metodologi. Pertukaran pikiran yang dilakukan sahabat lebih bersi!at praktis
untuk menjawab permasalahan. Pembahasan hukum yang dilakukan sahabat
masihterbatas kepada pemberian fatwa atas pertanyaan atau permasalahan yang
muncul, belum sampaikepada perluasan kajian hukum islam kepada masalah
metodologi.
1. Aliran mutakallimin
Aliran mutakallimin Disebut juga dengan aliran Syafi'iyyah. Alasan penamaan
tersebut bisa dipahami mengingat karya-karya ushul fiqh aliran mutakallimin banyak
lahir dari kalangan Syafi'iyyah. Aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni
tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam
menetapkan kaidah, aliran ini menggunakan alasanyang kuat, baik dari dalil naqli,
tanpa dipengaruhi masalah furu’ dan madzhab, sehingga adakalanya kaidah tersebut
sesuai dengan masalah furu’ dan adakalanya tidak sesuai. Selain itu, setiap
permasalahan yang didukung naqli dapat dijadikan kaidah.dalam aliran ini, mereka
mempelajari ilmu ushul fiqih sebagai suatu disiplin ilmu yang terlepas dari pengaruh
madzhab atau furu’ Faktornya karena:
•Imam Syafi'i sendiri yang menetapkan bahwa dasar-dasar tasyri’ Itu memang terlepas
dari pengaruh furu’.
•Mereka berkeinginan untuk mewujudkan pembentukan kaidah-kaidah atas dasar-dasar
yang kuat,tanpa terikat dengan Furu’ atau madzhab.
•Mereka membuat penguat kaidah(kaidah yang telah dibuatnya dengan menggunakan
berbagai macam dalil, tanpa menghiraukan apakah kaidah tersebut memperkuat
madzhab atau melemahkannya.
Aliran Mutakakallimin lebih berorienntasi kepada hal-hal berikut,yakni:
•Analisis kasus(kasus
•Formulasi kaidah-kaidah hukum (al-qawa'id)
•aplikasi qiyas yang disertai penalaran rasio sejauh mungkin
•Mengkonstruksi isu-isu fundamental teori hukum tanpa terikat dengan fakta hukum
yang kasuistis dan pikiran hukum madzhab fiqh yang ada.
2. Aliran fuqaha
Aliran yang kedua ini dikenal dengan aliran fuqaha yang dianut oleh para
ulama madzhab hanafi. Dinamakan aliran fuqaha karena dalam sistem penulisannya
banyak diwarnai oleh contoh- contoh fiqh. Dalam merumuskan kaidah ushul fiqh,
mereka berpedoman pada pendapat-pendapat fiqh abu hanifah dan pendapat-pendapat
para muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh.
3. Aliran gabungan
Pada perkembangannya muncul tren untuk menggabungkan kitab ushul fiqh
aliran mutakallimin dan hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqh aliran gabungan adalah
dengan membumikan kaidah kedalam realitas persoalan-persoalan fiqh. Persoalan
hukum yang dibahas imam-imam madzhab diulas dan ditunjukkan kaidah yang menjadi
sandarannya
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ilmu ushul fiqh dilihat dari sejarah dan perkembangannya, maka dapat
dibagi secara umum menjadi dua yakni ushul fiqh sebelum pembukuan dan
pembukuan ushul fiqh. Ushul fiqh sebelum pembukuan dimulai dari masa rasulullah
SAW dilanjutkan generasi Sahabat, generasi tabi'in, generasi imammujtahid sebelum
imam Syafi'i.
Pada Masa rasululah SAW sendiri ushul fiqh sudah terbukti dengan peristiwa yang
dialami oleh duasahabat sedang bepergian lalu tiba waktu shalat, lalu mereka hendak
mengerjakan shalat akan tetapi tidak ada air. Keduanya lalu bertayammum dengan
debu yang suci dan melaksanakan shalat. Kemudian mereka menemukan air pada
waktu shalat belum habis. Salah satu mengulang shalat sedangkan yang lain tidak.
Keduanya lalu mendatangi rasulullah saw. dan menceritakan kejadian tersebut.
Kepada yang tidak mengulang, rasulullah bersabda : "engkau telah memenuhi sunnah
dan shalatmu mencukupi" kepadaorang yang berwudlu dan mengulang shalatnya,
rasulullah saw. menyatakan : "bagimu dua pahala"
Pada era sahabat masih belum menjadi bahan kajian ilmiah. Sahabat memang
sering berbeda pandangan dan berargumentasi untuk mengkaji persoalan hukum.
Akan tetapi, dialog semacam itu belum mengarah kepada pembentukan sebuah bidang
kajian khusus tentang metodologi. Pertukaran pikiran yangdilakukan sahabat lebih
bersifat praktis untuk menjawab permasalahan. Pembahasan hukum yang dilakukan
sahabat masih terbatas kepada pemberian fatwa atas pertanyaan atau permasalahan
yang muncul, belum sampai kepada perluasan kajian hukum islam kepada masalah
metodologi.
Dalam melakukan ijtihad, sebagaimana generasi sahabat, para ahli hukum
generasi tabi'in jugamenempuh langkah-langkah yang sama dengan yang dilakukan
para pendahulu mereka. Akan tetapi, dalam pada itu, selain merujuk al-qur'an dan
sunnah, mereka telah memiliki tambahan rujukan hukum yang baru, yaitu ijma’ ash-
shahabi, ijma’ ahl al madinah, fatwa ash shahabi, qiyas,dan maslahah mursalah yang
telah dihasilkan oleh generasi sahabat.
Selanjutnya, pada masa imam Mujtahid sebelum imam Syafi'i adalah seperti
pada masa imam Malik dengan alirannya (malikiyyah), dan imam hanafi dengan
alirannya (hanafiyyah). Imam malikibmempunyai metode ijtihad yang cukup jelas,
seperti mempertahankan praktih penduduk madinah sebagaisumber hukum.
Sedangkan imam hanafi menjelaskan dasar-dasar istinbatnya yakni berpegang kepada
kitabullah, jika tidak ditemukan di dalamnya, ia berpegang pada Sunnah rasulullah.
Jika tidak didapati didalamnya ia berpegang kepada pendapat yang disepakati para
sahabat. Jika mereka berbeda pendapat, ia akan memilih salah satu dari pendapat-
pendapat itu dan tidak akan mengeluarkan fatwa yang menyalahi pendapat sahabat.
Dalam melakukan ijtihad, abu hanifah terkenal banyak melakukan qiyas dan istihsan.
Selanjutnya masa pembukuan ushul fiqh yakni pada penghujung abad kedua
dan awal abad ketiga, imam Muhammad bin idris al-Syafi'i (150 H - 204 H) tampil
berperan dalam meramu, mensistematisasi,dan membukukan Ushul Fiqh. Imam
Syafi'i banyak mengetahui tentang metodologi istinbath para imam mujtahid
sebelumnya, seperti imam abu hanifah, imam Malik, dan metode istinbath para
sahabat, serta mengetahui di mana kelemahan dan keunggulannya.
Aliran dalam ushul fiqh terbagi menjadi tiga, yakni aliran mutakallimin
(Syafi'iyyah), aliran fuqaha (hanafiyyah), dan aliran gabungan.
Aliran Mutakallimin aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni
tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam
menetapkan kaidah, aliran ini menggunakanalasan yang kuat, baik dari dalil naqli,
tanpa dipengaruhi masalah furu’ dan madzhab, sehingga adakalanya kaidah tersebut
sesuai dengan masalah furu’ dan adakalanya tidak sesuai. Selain itu, setiap
permasalahan yang didukung naqli dapat dijadikan kaidah.
Aliran yang kedua ini dikenal dengan aliran fuqaha yang dianut oleh para
ulama madzhab hanafi. Dinamakan aliran fuqaha karena dalam sistem penulisannya
banyak diwarnai oleh contoh-contoh fiqh. Dalam merumuskan kaidah ushul fiqh,
mereka berpedoman pada pendapat-pendapat fiqh abu hanifah dan pendapat-pendapat
para muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh.
Pada perkembangannya muncul tren untuk menggabungkan kitab ushul fiqh
aliran mutakallimin dan hanafiyah. Metode penulisan ushul fiqh aliran gabungan
adalah dengan membumikan kaidah ke dalamrealitas persoalan-persoalan fiqh.
Persoalan hukum yang dibahas imam-imam madzhab diulas dan ditunjukkan kaidah
yang menjadi sandarannya dan itu dikatakan sebagai aliran gabungan.
2. Saran
Demikianlah makalah tentang rukun dan Syarat sah pernikahan yang telah
kami paparkan. Kami menyadari makalah jauh dari sempurna maka dari itu kritik
yang membangun dari pembaca sangat kamiharapkan untuk perbaikan makalah ini.
Harapan pemakalah, semoga makalah ini dapat memberi pengetahuan baru dan
bermanfaat bagi kita semua.