Usul Fiqh
Dosen pengampu :
DISUSUN OLEH :
SAIFUL ANWAR
MUHAMMAD MIPTAHUDIN
DEFRING
SITI MURTAFIAH
ANISA FATMALA
ANDINI
1
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat nya dan karunia nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini adapun tema dari makalah ini adalah “ Sejerah Perkembangan
Ilmu Ushul Fiqh ” tak lupa sholawat dan salam mari kita junjungkan kepada nabi
Muhammad SAW.
Pada Kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Drs. Khaerul Anwar, M.Pd beliau sekaligus pengampu pada mata kuliah Ushul Fiqh yang
telah memberikan kami arahan dan bimbingan, kami yang jauh dari kata sempurna dan ini
merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya oleh karena itu, keterbatasan
waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun senantiasa kami
harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan pihak lain yang
berkepentingan pada umumnya.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Ushul Fiqh selalu berkembang di setiap zaman, mulai dari zaman sahabat sampai
saat ini. Para mujtahid saling mengedepankan argumen kuat selama tidak bertentangan
syari’ah. Ada penambahan bahkan penyempurnaan Ilmu Ushul fiqh pada ijtihad para
sahabat sampai dengan mujtahid setelah sahabat, terutama pada masa Imam Syafi’imulai
membukukan kitab Ushul fiqh yang terkenal dengan nama Ar-Risalah ini sebagai acuanpara
ulama fiqih berlomba-lomba untuk membukukan pemikiran Ushul fiqih mulai dari perkara
yang diajarkan guru Madzhab sampai kepada kasus-kasus masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Ushul fiqh baru lahir pada abad kedua hijriah. Pada abad ini daerah kekuasaan umat
Islam semakin luas dan banyak orang yang bukan arab memeluk agama Islam. Karena itu
banyak menimbulkan kesamaran dalam memahami nash, sehingga dirasa perlu menetapkan
kaidah-kaidah bahasa yang dipergunakan dalam membahas nash, maka lahirlah ilmu ushul
fiqh, yang menjadi penuntun dalam memahami nash.Ushul fiqh sebagai sebuah bidang
keilmuan lahir terlebih dahulu dibandingkan ushul fiqh sebagai sebuah metode
memecahkan hukum. Kalau ada yang bertanya: “Dahulu mana ushul fiqh dan fiqh?” tentu
tidak mudah menjawabnya. Pertanyaan demikian sama dengan pertanyaan mengenaimana
yang lebih dahulu: ayam atau telor.
Musthafa Said al-Khin memberikan argumentasi bahwa ushul fiqh ada sebelum fiqh.
Alasannya adalah bahwa ushul fiqh merupakan pondasi, sedangkan fiqh merupakan
bangunan yang didirikan di atas pondasi. Karena itulah sudah tentu ushul fiqh ada
mendahului fiqh.3 Kesimpulannya, tentu harus ada ushul fiqh sebelum adanya fiqh.
Jawaban demikian benar apabila ushul fiqh dilihat sebagai metode pengambilan hukum
secara umum, bukan sebuah bidang ilmu yang khas. Ketika seorang sahabat, misalnya
dihadapkan terhadap persoalan hukum, lalu ia mencari ayat al-Qur’an atau mencari
jawaban dari Rasulullah saw. Maka hal itu bisa dipandang sebagai metode memecahkan
hukum. Ia sudah punya gagasan bahwa untuk memecahkan hukum harus dicari dari al-
Qur’an atau bertanya kepada Rasulullah saw. Akan tetapi, cara pemecahan demikian belum
bisa dikatakan sebagai sebuah bidang ilmu. Pemecahan demikian adalah prototipe (bentuk
dasar) ushul fiqh, yang masih perlu pengembangan lebih lanjut untuk disebut sebagai ilmu
ushul fiqh. Ushul fiqh demikian tentu telah ditemukan pada masa hidup Rasulullah saw.
Sendiri. Rasulullah saw. Dan para sahabat berijtihad dalam persoalan-persoalan yang tidak
ada pemecahan wahyunya. Ijtihad tersebut masih dilakukan sahabat dalam bentuk
sederhana, tanpa persyaratan rumit seperti yang dirumuskan para ulama dikemudian hari.
5
Contoh ijtihad yang dilakukan oleh sahabat adalah ketika dua orang sahabat
bepergian, kemudian tibalah waktu shalat. Sayangnya mereka tidak punya air untuk wudlu.
Keduanya lalu bertayammum dengan debu yang suci dan melaksanakan shalat. Kemudian
mereka menemukan air pada waktu shalat belum habis. Salah satu mengulang shalat
sedangkan yang lain tidak. Keduanya lalu mendatangi Rasulullah saw. Dan menceritakan
kejadian tersebut. Kepada yang tidak mengulang, Rasulullah bersabda: “Engkau telah
memenuhi sunnah dan shalatmu mencukupi.” Kepada orang yang berwudhu dan
mengulang shalatnya, Rasulullah saw. Menyatakan: “Bagimu dua pahala.”
Dalam kisah di atas, sahabat melakukan ijtihad dalam memecahkan persoalan ketika
menemukan air setelah shalat selesai dikerjakan dengan tayammum. Mereka berbeda
dalam menyikapi persoalan demikian, ada yang mengulang shalat dengan wudhu dan ada
yang tidak. Akhirnya, Rasulullah Saw membenarkan hasil ijtihad dua sahabat tersebut.Ushul
Fiqih secara teori telah digunakan oleh beberapa sahabat, walaupun pada saat itu Ushul
Fiqih masih belum menjadi nama keilmuan tertentu. Salah satu teori Ushul Fiqih adalah, jika
terdapat permasalahan yang membutuhkan kepastian hukum, maka pertama adalah
mencari jawaban keputusannya di dalam al-Quran, kemudian Hadis. Jika dari kedua sumber
hukum Islam tersebut tidak ditemukan maka dapat berijtihad.
6
Sedangkan Ali bin Abi Thalib melakukan ijtihad dengan cara qiyas, yaitu mengqiaskan
hukuman orang yang meminum khamer dengan hukuman orang yang melakukan qadf.
Alasanya adalah bahwa seseorang yang yang mabuk karena meminum khamer akan
mengigau, dan apabila ia mengigau maka ucapanya tidak bisa dikontrol, sehinga dapat
menuduh orang berbuat berzina. Hukuman bagi pelaku qadf adalah delapan puluh kali dera.
Oleh sebab itu hukuman bagi orang yang meminum khamer sama dengan hukuman
menuduh zina.
7
Pada penghujung abad kedua dan awal abad ketiga, Imam Muhammad bin Idris al-
Syafi’i (150 H-204 H) tampil berperan dalam meramu, mensistematisasi, dan
membukukan Ushul Fiqh. Imam Syafi’i banyak mengetahui tentang metodologi
istinbath para imam mujtahid sebelumnya, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
dan metode istinbath para sahabat, serta mengetahui di mana kelemahan dan
keunggulannya.
Imam Syafi’i menyusun sebuah buku yang diberinya judul al-Kitab dan kemudian
dikenal dengan sebutan al-Risalah yang berarti sepucuk surat. Dikenal demikian
karena buku itu pada mulanya merupakan lembaran-lembaran surat yang
dikirimkan kepada Abdurrahman al-Mahdi (w. 198 H), seorang pembesar dan ahli
hadits ketika itu. Munculnya buku al-Risalah merupakan fase awal dari
perkembangan ushul fiqh sebagai satu disiplin ilmu
9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ilmu Ushul Fiqh dilihat dari sejarah dan perkembangannya, maka dapat dibagi secara
umum menjadi dua : yakni ushul fiqh sebelum pembukuan dan sesudah pembukuan ushul
fiqh. Ushul fiqh sebelum pembukuan dimulai dari masa Rasulullah SAW dilanjutkan generasi
sahabat, generasi tabi’in, dan generasi mujahid sebelum Imam Syafi’i
Pada masa Rasulullah SAW sendiri ushul fiqh sudah terbukti dengan peristiwa yang
dialami oleh dua sahabat sedang berpergian lalu tiba waktu sholat, lalu mereka hendak
mengerjakan sholat akan tetapi tidak ada air. Keduanya lalu bertayammum dengan debu
yang suci dan melaksanakan sholat. Kemudian mereka menemukan air pada waktu sholat
sebelum habis. Salah satu menggulang sholat sedangkan yang lain tidak. Keduanya lalu
mendatangi Rasullah SAW dan menceritakan kejadian tersebut. Kepada yang tidak
menggulang, Rasulullah Bersabda : “ Engkau telah memenuhi sunnah dan sholatmu
mencukupi.” Kepada orang yang berwudhu menggulang sholatnya, Rasulullah SAW
menyatakan “ Bagimu dua pahala.”
Pada era sahabat belum menjadi bahan kajian ilmiah. Sahabat memang sering berbeda
pandangan dan berargumentasi untuk mengkaji persoalan hukum. Akan tetapi, dialog
semacam itu belum mengarah kepada pembentukan sebuah bidang kajian khusus tentang
metodologi. Pertukaran pikiran yang dilakukan sahabat lebih bersifat praktis untuk
menjawab permasalahan. Pembahasan hukum yang dilakukan sahabat masih terbatas
kepada pemberian fatwa atas pertanyaan atau permasalahan yang muncul, belum sampai
kepada perluasan kajian hukum islam kepada masalah metodologi.
Dalam melakukan Ijtihad, sebagaimana generasi sahabat para ahli hukum generasi
tabi’in juga menempuh langkah-langkah yang saam dengan yang dilakukan para pendahulu
mereka.
2. Saran
Sedikit penjelasan mengenai Sejarah Perkembangan Ilmu Ushul Fiqh, semoga bisa
bermanfaat bagi segenap pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan baik berupa
penulisan maupun pembahasan diatas karena keterbatasan pengetahuan. Kiranya kritik dan
saran yangmembangun sangat kami perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini
kedepannya. Terima kasih.
10