Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN USHUL FIQH

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata


Kuliah Ushul Fiqh
Dosen Pengampu: Bapak Udung Hari Darifah, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 1:

Elsa Amalia (NPM: 2103003883)


Nadilla Noor Fitriyani (NPM: 2103003896)
Reren Hamidah (NPM: 2103003875)

SEMESTER 5-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM (IAID)
CIAMIS-JAWA BARAT
TAHUN 2023
Jln. Kyai Haji Ahmad Fadlil 1, Cijeungjing, Dewasari, Kec. Ciamis, Kab. Ciamis, Jawa Barat
46271
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain puji syukur kepada Allah Swt. atas
segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah dan Perkembangan
Ushul Fiqh” dengan tepat waktu. Selawat dan salam semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Rasul Allah yang telah menyebarkan
agama Islam sebagai rahmat bagi sekalian alam.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Udung Hari Darifah,
S.Pd.I., M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Ushul Fiqh yang telah
memberikan tugas ini, sehingga penyusun dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait Sejarah dan Perkembangan Ushul Fiqh. Selain itu, ucapan
terimakasih juga penyusun sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
berkontribusi demi terselesaikannya makalah ini
Terlepas dari itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan
makalah di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Ciamis, 16 September 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Penyusunan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Sejarah Kemunculan Ushul Fiqh.................................................................. 3
B. Periodisasi Ushul Fiqh ................................................................................... 4
C. Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh .................................................................... 7
D. Kitab-kitab di Bidang Ushul Fiqh ................................................................ 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
A. Kesimpulan ................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 15
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ushul Fiqh merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas tentang cara atau
pun metode dalam menetapkan hukum dalam Islam. Sama halnya dengan
bidang ilmu lainnya, Ushul Fiqh senantiasa berpijak pada wahyu Allah dan
Sunnah Nabi saw. Aspek yang menjadi salah satu ciri Ushul Fiqh adalah
pengambilan dalil (nash) yang bersifat global (umum), berbeda halnya dengan
Fiqh yang bersandar pada dalil-dalil terperinci.
Keberadaan Ushul Fiqh tentunya tidak muncul dengan sendirinya,
melainkan didalamnya terkandung sejarah yang melatarbelakangi munculnya
bidang ilmu tersebut. Dalam perkembangannya Ushul Fiqh di bagi menjadi
beberapa periodisasi, mulai dari Ushul Fiqh sebelum dibukukan; yang terdiri
dari masa sahabat (sepeninggal Nabi saw), tabi’in, dan mujtahid sebelum Imam
Syafi’i. Selanjutnya terdapat periode pembukuan Ushul Fiqh yang merupakan
hasil pemikiran imam madzhab (Syafi’i) serta periode setelahnya.
Adanya imam madzhab menjadikan Ushul Fiqh memiliki beberapa aliran,
diantaranya aliran Jumhur Ulama, aliran Fuqaha atau Hanafiyah, dan aliran
yang menggabungkan keduanya. Hal tersebut berdampak juga kepada karya-
karya yang dihasilkan dalam bidang Ushul Fiqh, yakni lahirnya berbagai kitab
dari masing-masing aliran.
Munculnya perbedaan yang berdampak pada keberagaman aliran tidak lain
disebabkan oleh perkembangan Islam yang meluas, sehingga banyak muslim
dari latar belakang yang berbeda, seperti dalam aspek bahasa serta corak
pemikirannya. Kendati demikian, melalui itulah Ushul Fiqh lahir sebagai
bidang ilmu tersendiri.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, penyusun akan memaparkan lebih
lanjut terkait Sejarah dan Perkembangan Ushul Fiqh yang meliputi sejarah
kemunculan, periodisasi Ushul Fiqh, sampai dengan aliran-aliran serta berbagai
karya (kitab) yang dihasilkan di bidang Ushul Fiqh.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kemunculan Ushul Fiqh?
2. Bagaimana periodisasi Ushul Fiqh?
3. Apa saja aliran-aliran dalam Ushul Fiqh?
4. Apa saja kitab-kitab di bidang Ushul Fiqh?
C. Tujuan Penyusunan
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah kemunculan Ushul Fiqh.
2. Untuk mengetahui dan memahami periodisasi Ushul Fiqh.
3. Untuk mengetahui dan memahami aliran-aliran dalam Ushul Fiqh.
4. Untuk mengetahui dan memahami kitab-kitab di bidang Ushul Fiqh.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kemunculan Ushul Fiqh


Ushul Fiqh muncul pada abad ke-2 H, dan belum menjadi suatu ilmu yang
berdiri sendiri. Pada masa itu, Ushul Fiqh belum menjadi sesuatu yang
diperlukan karena masih ada Nabi saw. Jadi, ketika para sahabat mengalami
kesulitan termasuk pada persoalan hukum, dengan mudahnya dapat
terselesaikan karena bisa langsung bertanya kepada Nabi saw. [1]
Sepeninggal Nabi saw, para sahabat mengeluarkan ketetapan dan
pengambilan keputusan (ijtihad sahabat) terhadap suatu hal (menurut nash)
yang mereka pahami melalui penguasaan bahasa Arab. Pada saat itu mereka
tidak membutuhkan kaidah kebahasaan (qaidah al-lugawiyah) karena para
sahabat sendiri menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan Al-Qur’an serta
mengetahui Sunnah Nabi saw dengan sangat baik. [2]
Perlu diketahui bahwa prototipe-prototipe Ushul Fiqh sudah ada sejak masa
Nabi saw, walaupun sebagai pemecah masalah praktis. Nabi saw dan para
sahabat senantiasa berijtihad dalam persoalan-persoalan yang tidak ada
pemecahan wahyunya, tetapi dalam bentuk yang masih sederhana (Zulhamdi,
2018: 64).
Setelah wilayah Islam meluas melampaui Jazirah Arab, umat Islam banyak
berinteraksi dengan bangsa lain dengan latar belakang yang berbeda. Hal inilah
yang menyebabkan melemahnya kemampuan berbahasa Arab di kalangan
sebagian umat, terutama di Irak.
Di sisi lain terdapat masalah baru yang belum pernah terjadi dan
memerlukan kejelasan hukum. Pada saat itu, muncul dua madrasah besar yang
mencerminkan metode mereka dalam berijtihad, yaitu: (1) Madrasah Ahli al-
Ra’yi di Irak dengan pusatnya di Bashrah dan Kufah, dan (2) Madarasah Ahli
al-Hadits di Hijaz dan berpusat di Mekkah dan Madinah.
Perbedaan kedua madrasah ini didasarkan pada banyaknya penggunaan
hadits atau qiyas dalam berijtihad. Madrasah Ahli al-Ra’yi lebih banyak
menggunakan qiyas (analogi) dalam berijtihad, hal ini disebabkan oleh

3
sedikitnya jumlah hadits yang sampai ke ulama Irak dan ketatnya seleksi hadits
yang mereka lakukan. Sedangkan madrasah Ahli al-Hadits lebih berhati-hati
dalam berfatwa dengan qiyas. Hal ini disebabkan karena banyaknya hadits yang
berada di tangan mereka dan sedikitnya kasus-kasus baru yang membutuhkan
ijtihad.
Perbedaan kedua madrasah tersebut menjadikan perdebatan sengit sehingga
para ulama merasa perlu membuat kaidah-kaidah tertulis sebagai pedoman
dalam menentukan ijtihad dan penetapan hukum. Dengan demikian lahirlah
sebuah buku tentang prinsip-prinsip ijtihad yaitu kitab Al-Risalah karya Imam
Syafi’i. [2]
Dalam buku ini beliau menguraikan Al-Qur'an, penjelasan Sunnah terhadap
Al-Qur’an dari sudut pandang ijtihad, qiyas dan berkaitan dengan dasar-dasar
ber-istinbat. Kitab ini merupakan kitab Ushul Fiqh pertama, sehingga kitab ini
dikenal sebagai kitab rintisan ilmu Ushul Fiqh (Nurhayati, 2018: 16).
B. Periodisasi Ushul Fiqh
Periodisasi Ushul Fiqh di bagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
1. Ushul Fiqh Sebelum Dibukukan
a. Masa Sahabat
Wafatnya Nabi saw menjadi tantangan tersendiri bagi umat Islam.
Dikatakan demikian karena secara tidak langsung para sahabat dituntut
untuk mampu menyelesaikan segala permasalahan baru yang belum ada
pada masa Nabi, mengenai cara penentuan hukum. Langkah yang
diambil para sahabat dalam penetapan hukum tersebut yaitu melalui
ijtihad yang berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan Hadits. Dengan
demikian sumber hukum pada masa itu bukan sekedar Al-Qur’an dan
Hadits, melainkan ditambah dengan ijtihad para sahabat (Shidiq, 2017:
10). Ijtihad tersebut berupa ijma sahabat dan mashlahah. Adapun
momentum lahirnya ijma sahabat berawal dari khalifah yang melakukan
musyawarah sampai tercapainya kesepakatan terkait persoalan hukum
yang dibahas (Zulhamdi, 2018: 66).
Selain itu, sahabat juga menggunakan pertimbangan ra’yu (akal),
yakni berupa qiyas dan mashlahah. Penyelesaian persoalan dengan

4
qiyas dilakukan dengan menganalisis kasus-kasus sebelumnya yang
sudah diketahui pemecahan hukumnya dengan kasus yang baru, dan
kemudian disamakan hukumnya. Sedangkan penerapan mashlahah
banyak dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab, salah satunya
pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf (Zulhamdi, 2018: 66).
Berkaitan dengan ijtihad para sahabat, Imam Khudari Bek
memberikan komentar positif terhadap kesiapan mereka dalam
menghadapi perkembangan masyarakat tanpa Nabi saw. yang
mengharuskan melakukan ijtihad meskipun kaidah Ushul Fiqh belum
dirumuskan secara tertulis (Shidiq, 2017: 11).
b. Masa Tabi'in
Periode selanjutnya yaitu masa tabi'in serta imam-imam mujtahid
sekitar abad ke-2 dan ke-3 H. Pada masa ini, kekuasaan Islam semakin
berkembang dan muncul persoalan-persoalan baru. Menurut Abu Zahra,
pada masa tabi’in ini metode istinbat sudah mengalami perluasan yang
pesat. Di antara tabi’in yang memiliki kemampuan tinggi untuk
berfatwa adalah Said bin al-Musayyab, Al-Qamaah ibn Qays, dan
Ibrahim al-Nakha'i (w. 96 H) (Shidiq, 2017: 11).
c. Mujtahid Sebelum Imam Syafi'i
Pada masa ini dikenal dua tokoh besar yaitu Imam Abu Hanifah dan
Imam Malik bin Anas. Kedua tokoh mujtahid ini menunjukkan
penggunaan metode yang lebih eksplisit (Shidiq, 2017: 12).
Menurut Abu Zahra, Imam Abu Hanifah dalam menggunakan
landasan istinbat-nya, beliau melakukan secara berurutan. Artinya, jika
tidak ditemukan didalam Al-Qur’an, maka ia berpegang kepada Sunnah
Nabi saw, dan jika tidak ditemukan dalam Sunnah maka ia berpegang
pada pendapat yang disepakati para sahabat dan tidak akan memberikan
pendapat baru (Effendi, 2005: 18).
Jika ditemukan perbedaan pendapat, maka ia akan memilih salah
satu pendapat dan tidak akan mengeluarkan fatwa yang menyalahi
pendapat sahabat. Imam Abu Hanifah tidak berpegang pada pendapat
tabi’in, karena beliau juga sejajar dengan tabi’in. Dalam melakukan

5
ijtihad, Abu Hanifah banyak melakukan qiyas dan istihsan (Effendi,
2005: 18).
Sedangkan Imam Malik Bin Anas dalam ijtihadnya mempunyai
metode yang cukup jelas, terlihat dari sikapnya dalam mempertahankan
praktik penduduk Madinah sebagai sumber hukum. Penting untuk
diketahui bahwa pada masa Imam Malik, Ushul Fiqh belum dibukukan
secara lengkap dan sistematis. Abu Hanifah dan begitu juga Imam Malik
tidak meninggalkan buku Ushul Fiqh. Metode istinbat Imam Abu
Hanifah kemudian disimpulkan oleh pengikutnya dari fatwa-fatwanya
dan metode istinbat Imam Malik disimpulkan dari karya-karya fikihnya
(Effendi, 2005: 18-19).
2. Pembukuan Ushul Fiqh
Pembukuan Ushul Fiqh sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan keislaman lainnya saat itu. Islam mengalami perkembangan
pesat dalam ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah, lebih tepatnya
ketika masa pemerintahan Al-Ma’mun (170 H-218 H). Perkembangan pesat
tersebut ditandai dengan didirikannya Baitul Hikmah yang di sisi lain
sebagai perpustakaan, lembaga ini juga sebagai balai penerjemah buku-
buku yang berasal dari Yunani ke dalam bahasa Arab. Hal inilah yang
menjadi latar belakang adanya pemisahan setiap bidang ilmu, termasuk
Ushul Fiqh yang muncul sebagai displin ilmu tersendiri (Effendi, 2005: 19-
20).
Sebagai ulama pendatang, Imam Syafi’i banyak mengetahui
metodologi istinbat imam mujtahid sebelumnya seperti Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, dan metode istinbat para sahabat; termasuk mengetahui
keunggulan-kelemahannya. Ushul Fiqh yang dirumuskan Imam Syafi’i, di
samping untuk mewujudkan metode istinbat yang jelas dan dapat
dipedomani peminat hukum Islam, juga melalui itu beliau membangun
sendiri madzhab fikihnya, serta mengukur kebenaran hasil ijtihad tersebut
dengan masa sebelumnya. Dengan demikian, lahirlah buku karangan Iman
Syafi’i yang dikenal dengan Al-Risalah. Keberadaan buku tersebut menjadi

6
fase awal perkembangan Ushul Fiqh sebagai suatu disiplin ilmu (Effendi,
2005: 20).
3. Ushul Fiqh Pasca Imam Syafi’i
Setelah kitab Al-Risalah yang disusun oleh Imam Syafi'i, tidak lama
kemudian (masih abad ke-3 H) bermunculan karya-karya ilmiah dalam
bidang Ushul Fiqh, salah satunya, buku Khabar al-Wahid karya Isa ibnu
Aban ibn Shadaqah (w. 220 H) dari kalangan Hanafiyah. Selanjutnya pada
abad ke-4 H, menurut Abd al-Wahhab Khallaf, ahli Ushul Fiqh
berkebangsaan Mesir, dalam bukunya Khulasat Tarikh al-Tasyri al-Islami,
dijelaskan bahwa abad ini disebut fase kemunduran dalam kegiatan ijtihad
di bidang fikih, dalam pengertian tidak ada lagi orang yang mengkhususkan
diri untuk membentuk mazhab baru, namun pada saat yang sama kegiatan
ijtihad di bidang Ushul Fiqh berkembang pesat (Effendi, 2005: 20-21).
Keberadaan Ushul Fiqh berperan sebagai alat pengukur kebenaran
pendapat-pendapat yang telah terbentuk sebelumnya, serta dijadikan
sebagai alat untuk berdebat dalam diskusi-diskusi ilmiah. Pada
perkembangan selanjutnya, sering diadakannya pertemuan-pertemuan
ilmiah dalam rangka mengkaji hasil-hasil ijtihad dari madzhab yang mereka
anut. Hal demikian ditujukan sebagai sarana dalam mendalami pengetahuan
tentang Ushul Fiqh. Menurut Abd Wahhab Abu Sulaiman, dengan lebih
pesatnya kajian-kajian ilmiah di kalangan pengikut madzhab, menjadikan
perkembangan Ushul Fiqh menjadi lebih pesat pula dan mencapai
puncaknya pada abad ke-5 dan ke-6 H (Effendi, 2005: 21).
C. Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh
Dalam perkembangannya Ushul Fiqh memiliki beberapa aliran. Berikut ini
adalah beberapa aliran yang dikenal dalam Ushul Fiqh:
1. Aliran Jumhur Ulama Ushul Fiqh (Mutakallimin)
Disebut aliran jumhur ulama, karena aliran ini dianut oleh mayoritas
ulama yang terdiri dari kalangan ulama Malikiyah, Syafi'iyah, dan
Hanabilah. Aliran ini dikenal sebagai aliran As-Syafi'iyah karena orang
yang paling utama mewujudkan cara penulisan Ushul Fiqh seperti ini adalah
Imam Syafi'i. Selain itu, dikenal juga sebagai aliran Mutakallimin karena

7
para pakar di bidang ini setelah Imam Syafi'i adalah dari kalangan para ahli
Ilmu Kalam (Shidiq, 2017: 16).
Aliran ini mendasarkan teknik pembahasannya pada penalaran logis
dan pembuktiannya pada kaidah-kaidah yang sudah ada. Perhatian mereka
terfokus pada apa pun yang dianggap rasional dan memiliki dalil baginya
merupakan sumber utama hukum syariah Islam, baik itu bertentangan atau
pun tidak, dengan masalah furu’ di berbagai aliran pemikiran. Di antara
ulama kalam yang ahli dalam bidang Ushul Fiqh adalah Ulama Syafi'iyah
dan ulama Malikiyah (Shidiq, 2017: 17). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa pembahasan Ushul Fiqh aliran jumhur ini bersifat
teoretis tanpa disertai contoh dan bersifat murni karena tidak mengacu
kepada mazhab fiqh tertentu yang sudah ada (Nurhayati, 2018: 18).
Namun demikian, sebagai dampak dari perhatian yang terlalu berfokus
pada teoritis, aliran ini seringkali tidak menyentuh permasalahan praktis.
Aspek Bahasa dalam aliran ini sangat dominan. Misalnya, penentuan
tentang tahsin (menganggap sesuatu baik dan dapat dicapai tidaknya oleh
akal), dan taqbih (menganggap sesuatu buruk dan dapat dicapai tidaknya
oleh akal). Permasalahan tersebut biasanya berkaitan dengan hakim
(pembuat hukum syara’ ) yang dalam persoalan aqidah (Syafe’I, 2010: 45).
2. Aliran Fuqaha atau Aliran Hanafiyah
Aliran Fuqaha adalah aliran yang dikembangkan oleh kalangan ulama
Hanafiyah. Disebut sebagai aliran Fuqaha (ahli-ahli Fiqh) karena dalam
sistem penulisannya banyak diwarnai oleh contoh-contoh Fiqh. Dalam
merumuskan kaidah Ushul Fiqh, mereka berpedoman kepada pendapat-
pendapat Fiqh Abu Hanifah dan pendapat para muridnya serta
melengkapinya dengan contoh-contoh (Nurhayati, 2018: 18).
Aliran ini juga berusaha untuk menerapkan kaidah-kaidah yang mereka
susun terhadap furu’. Apabila sulit diterapkan, mereka akan mengubah dan
membuat kaidah baru supaya dapat diterapkan pada masalah furu’ tersebut
(Syafe’I, 2010: 46).

8
3. Aliran yang Menggabungkan Keduanya (Jumhur Ulama dan Hanafiyah)
Aliran ini merupakan gabungan dari kedua metode yang dipakai dalam
menyusun Ushul Fiqih antara aliran Syafi'iyah dan aliran Hanafiyah. Aliran
ini memperhatikan alasan-alasan yang kuat dan juga memperhatikan
penyesuaiannya terhadap hukum-hukum furu' yang telah ada. Di era
sekarang muncul para ulama yang dalam pembahasan kajiannya
memadukan dua aliran tersebut, yakni dalam menetapkan ilmu Ushul Fiqh,
mereka memperhatikan alasan-alasannya yang kuat dan sekaligus
memperhatikan pula persesuaiannya dengan hukum-hukum furu' di tengah
masyarakat (Humaidi, 2021: 19).
Kitab Ushul Fiqh yang menggabungkan aliran Jumhur dan Hanafiyah
salah satunya dalah kitab Al-Muwafaqat yang disusun oleh Imam Abu Ishaq
Ibrahim bin Musa Al-Shatibiy. Kitab tersebut selain menerangkan kaidah-
kaidah juga menerangkan tujuan shara' (Maqashid Syariah) dalam
menetapkan hukum (Humaidi, 2021: 19).
D. Kitab-kitab di Bidang Ushul Fiqh
1. Kitab-kitab Karya Jumhur Ulama
Adapun Kitab-kitab Ushul Fiqh yang disusun menurut aliran Jumhur
Ulama di antaranya adalah:
a. Al-Risalah, disusun oleh Muhammad bin Idris al-Syafi'i (150 H-204 H),
buku ini menjadi referensi utama dalam studi Ushul Fiqh dan banyak
yang men-syarahnya.
b. Al-Burhan fi Ushul al-Fiqh, disusun oleh Abu al-Ma'ali Abd al-Malik
ibn Abdillah al-Juwaini atau Imam al-Haramain (419 H-478 H). Buku
ini merupakan salah satu buku standar dalam Ushul Fiqh aliran Jumhur
atau Mutakallimin.
c. Al-Mughni fi Abwab al-Tawhid wa al-'Adl, disusun oleh al-Qadli Abdul
Jabbar (w. 415 H), seorang tokoh Mu’tazilah. Juz ket-17 pada buku ini
menerangkan tentang Ushul Fiqh.
d. Al-Mu'tamad fi Ushul al-Fiqh, oleh Abu Al-Husein Al- Bashri (w. 436
H), seorang ahli Ushul Fiqh dari kalangan mu'tazilah. Buku ini terdiri

9
dari dua jilid dan terbilang sebagai salah satu buku standar Ushul Fiqh
aliran Jumhur ulama atau Syafi'iyah.
e. Al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul, oleh Abu Hamid Al- Ghazali (w. 505
H-1111 M) ahli Ushul Fiqh dari kalangan Syafi'iyah. Buku ini
merupakan buku Ushul Fiqh yang sangat bermutu dan beredar di dunia
Islam sampai sekarang.
f. Al-Mahsul fi ‘llm al-Ushul karya Fakhr al-Dien al-Razi (544-606
H/1150-1210 M), sorang ahli ilmu kalam, ahli tafsir, dan ahli Ushul Fiqh
dari kalangan Syafi'iyah.
g. Al-Ihkam fi Ushul al-Ahkam, karya Saif al-Dien al-Amidi (551 H-631
H), yang merupakan ahli Ushul Fiqh dari kalangan Syafi'iyah.
h. Minhaj al-Wusul fi 'Ilm al-Ushul, karya al-Qadi al-Baidawi (w. 685 H).
Buku ini dicetak antara lain di Mathba'ah Muhammad Ali Subaih wa
awladuhu Mesir.
i. Al-Uddah fi Ushul al-Fiqh, karya Abu Ya'la al-Farra' al- Hanbali (380-
458H), seorang ahli Ushul Fiqh dari kalangan Hanbaliyah (pengikut
mazhab Hanbali).
j. Raudah al-Nazir wa Jannah al-Munazir, karya Muwaffaq al-Dien Ibnu
Qudamah al-Maqdisi (541-620H), ahli Fikih dan Ushul Fiqh dalam
mazhab Hanbali.
k. Al-Musawwadah fi Ushul al-Fiqh. Buku ini disusun oleh tiga orang
ulama besar penganut mazhab Hanbali. Pada awalnya dikarang oleh
Syeikh al-Islam Majd al-Dien Abu al- Barakat al-Harrani (590-652H),
kemudian diteruskan oleh putranya dan seterusnya oleh cucunya.
l. Alam al-Muwaqqi'in ‘an Rabb al-'Alamin, karya Imam Syams al-Dien
Abu Bakr yang terkenal dengan Ibnu Qayyim al-Jawziyah (691-751 H),
ahli Ushul Fiqh mazhab Hanbali.
m. Mukhtashar Muntaha al-Sul wa al-Amal karya Jamal al- Dien Ibnu al-
Hajib (570 H-646 H), ahli Usul Fiqh dari kalangan Malikiyah (Effendi,
2005: 26-29).

10
2. Kitab-kitab Aliran Hanafiyah
Sedangkan kitab-kitab Ushul Fiqh yang disusun menurut aliran
Hanafiyah antara lain ialah:
a. Taqwim al-Adillah, karya Imam Abu Zaid al-Dabbusi (w 432H), ahli
Ushul Fiqh dari kalangan Hanafiyah. Buku yang merupakan buku Ushul
Fiqh standar dalam mazhab Hanafi.
b. Ushul al-Syarakhshi, disusun oleh Imam Muhammad Ibnu Ahmad
Syams al-Aimmah al-Sarakhshi (w. 483H) yang merupakan ahli Fikih
dan Ushul Fiqh mazhab Hanafi.
c. Kanz al-Wushul ila Ma'rifat al-Ushul, disusun oleh Fakhr al-Islam Al-
Bazdawi (400 H-482 H), ahli Ushul Fiqh dari kalangan Hanafiyah.
d. Manar al-Anwar oleh Abu al-Barakat Abdullah Ibnu Ahmad Ibnu al-
Nasafi (w. 710 H), ahli Ushul Fiqh Hanafi (Effendi, 2005: 30).
3. Kitab-kitab Gabungan Jumhur Ulama dan Hanafiyah
Kitab-kitab Ushul Fiqh yang disusun dengan menggabungkan aliran
Jumhur dengan aliran Hanafiyah antara lain yang beredar di dunia Islam:
a. Jam'u al-Jawami, karya Taj al-Dien Ibnu al-Sibki (727 H-771 H) ahli
Ushul Fiqh dari kalangan Syafi'iyah. Buku ini telah banyak di syarah,
antara lain oleh Jalal al-Dien Al-Mahalli (dari kalangan Syafi'iyah).
b. Al-Tahrir fi Ushul al-Fiqh, karya Kamal al-Dien Ibn al- Humam (w.861
H), ahli Fikih dan Ushul Fiqh dari kalangan Hanafiyah.
c. Musallam al-Subut, karya Muhibbullah Ibn Abd al-Syakur (w. 1119 H)
yang kemudian disyarah oleh Abd. al-Ali Muhammad ibn Nizam al-
Dien al-Ansari.
d. Al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari'ah, karya Abu Ishaq al- Syathibi (w. 790
H), ahli Ushul Fiqh dari kalangan Malikiyah (Effendi, 2005: 30-31).
4. Buku-buku pada Abad Modern
Buku-buku Ilmu Ushul Fiqh yang disusun pada abad modern
diantaranya adalah:
a. Irsyad al-Fuhul, karya Imam Muhammad ibn 'Ali al- Syaukani (117 H-
1255 H).
b. Ilmu Ushul al-Fiqh, karya Abdul-Wahhab Khallaf.

11
c. Ushul al-Fiqh, disusun oleh Syekh Muhammad Abu Zahrah. Buku ini
beredar di Indonesia dan telah mengalami beberapa kali cetak ulang.
d. Ushul al-Tasyri' al-Islami, disusun oleh al-Ustadz Ali Hasaballah.
e. Dlawabit al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islami, karya Muhammad Sa'id
Ramadan al-Buthi.
f. Tafsir al-Nusus fi al-Fiqh al-Islami, disusun oleh Dr. Muhammad Adib
Shaleh.
g. Al-Wasit fi Usul al-Fiqh al-Islami, karya DR. Wahbah Al- Zuhaili.
h. Nazariyat al-Maslahah fi al-Fiqh al-Islami, karya Dr. Husein Hamid
Hassan.
i. Atsar al-Ikhtilaf fi al-Qawa'id al-Usuliyyah fi Ikhtilaf al- Fuqaha, karya
Dr. Musthafa Sa'id al-Khin.
j. Al-Fikr al-Ushuli, disusun oleh Dr. Abd. Wahhab Ibrahim Abu Sulaiman
(Effendi, 2005: 32-33).

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah kemunculan Ushul Fiqh bermula ketika masa Nabi saw yang pada
saat itu Ushul Fiqh belum menjadi suatu ilmu, namun praktiknya sudah
beberapa kali dilakukan. Sepeninggal Nabi saw dan para sahabat, disertai
wilayah Islam yang semakin meluas menimbulkan banyak perbedaan dari
berbagai sisi. Adanya hal tersebut berimbas pada munculnya 2 madrasah, yaitu
madrasah Ahli al-Ra’yi dan madarasah Ahli al-Hadits. Kedua madrasah ini
memiliki perbedaan yang berdampak pada perdebatan sengit, sehingga para
ulama terdorong untuk membuat kaidah-kaidah tertulis terkait ijtihad dan
penetapan hukum. Dalam suasana tersebut, lahirlah sebuah buku Al-Risalah
karya Imam Syafi’I yang dikenal sebagai kitab pertama Ushul Fiqh.
Periodisasi Ushul Fiqh dibagi menjadi beberapa tahap (masa). Pertama,
Ushul Fiqh sebelum dibukukan yang terdiri dari masa sahabat, tabi’in, dan
mujtahid sebelum Imam Syafi’i. Selanjutnya, masa pembukuan Ushul Fiqh dan
pasca Imam Syafi’I, yang pada masa ini bermunculan karya-karya ilmiah dalam
bidang Ushul Fiqh.
Aliran-aliran dalam Ushul Fiqh terdiri dari aliran Jumhur Ulama
(Mutakallimin), aliran Fuqaha/Hanafiyah, dan aliran yang menggabungkan
keduanya. Aliran Jumhur Ulama memiliki sifat teoretis tanpa memasukkan
contoh dan bersifat murni karena tidak mengacu kepada mazhab Fiqh tertentu
yang sudah ada. Sedangkan aliran Fuqaha/Hanafiyah berpedoman kepada
pendapat-pendapat Fiqh Abu Hanifah dan pendapat para muridnya serta
melengkapinya dengan contoh-contoh.
Kitab-kitab di bidang Ushul Fiqh disesuaikan dengan aliran-alirannya.
Maksudnya, terdapat kitab-kitab yang disusun oleh Jumhur Ulama, disusun oleh
ulama Hanafiyah, dan gabungan keduanya. Selanjutnya, seiring
berkembanganya ilmu pengetahuan muncullah buku-buku Ushul Fiqh abad
modern.

13
B. Saran
Demikianlah pembahasan mengenai “Sejarah dan Perkembangan Ushul
Fiqh” yang diuraikan penyusun. Materi tersebut penting dikuasai karena
sebagai landasan dalam memahami hukum Islam secara utuh. Selain itu, secara
khusus materi ini digunakan sebagai sarana dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang tidak tercatat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw. dengan
mengikuti kaidah hasil ijtihad ulama. Oleh karena itu, bagi pendidik dan calon
pendidik PAI (khususnya) diharapkan mampu memahami Ushul Fiqh,
setidaknya pada lingkup sejarah perkembangannya.

14
DAFTAR PUSTAKA
[2]
Al-Hikmah. 2011 (22 Juli). “Sejarah Singkat Ilmu Ushul Fiqh”, tersedia di
https://alhikmah.ac.id/sejarah-singkat-ilmu-ushul-fiqih/ (diakses pada 16
September 2023 pukul 08.35 WIB).
Effendi, Satria dan M. Zein. 2005. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana. ISBN: 979-
3925-20-5
Humaidi, Muchtim. 2021. PENGANTAR ILMU USHUL FIQH Periodisasi,
Sumber, dan Metode Istinbath Hukum. Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management
Nurhayati, Sinaga Ali Imran. 2018. FIQH DAN USHUL FIQH. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP
[1]
Ridwan, Wawan. 2014 (01 Agustus). “Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh”,
tersedia di https://wawanridwan0314.blogspot.com/2014/08/sejarah-per-
kembangan-ushul-fiqh.html (diakses pada 16 September 2023 pukul 08.28
WIB).
Shidiq, Saripudin. 2017. USHUL FIQH. Jakarta: KENCANA.
Syafe’I, Rahmat. 2010. Ilmu Ushul Fiqh: Untuk UIN, STAN, PTAIS. Bandung:
Pustaka Setia.
Zulhamdi. (2018). “Periodisasi Perkembangan Ushul Fiqh”, dalam Jurnal At-
Tafkir. (9), (2).

15
LAMPIRAN-LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai