Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN USHUL FIQH

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqh 1)
Dosen Pengampu: Nunung Susfita, M.S.I

DISUSUN OLEH :

kelompok III

M. Fathul Nurul Mubin (220202128)


Ihja Nurhidayad (220202116)
Deden Supriadin (220202120)

HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah ini disusun agar pembaca dapat
mengetahui tentang Sejarah dan Perkembangan Ushul Fiqh. Makalah ini disusun oleh
penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu serta teman-teman disekitar
penulis yang telah memberikan dukungan agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mohon untuk saran
dan kritinya.

Terima kasih.

Mataram, 27 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

A. Munculnya Ushul Fiqh...................................................................................................

B Periode Imam Madzhab...................................................................................................

C. Periode Tabi’in................................................................................................................

D. Metode Ijtihad pada masa Tabi’in..................................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam syari’at Islam terdapat segala hukum yang mengatur semua tindak

tanduk manusia, baik perkataan maupun perbuatan. Hukum-hukum itu adakalanya

disebutkan secara tegas dan jelas dalam Al-qur’an dan Hadis, dan adakalanya pula

hanya disampaikan dalam bentuk dalil-dalil dan kaidah-kaidah secara umum. Untuk

menentukan hukum dari suatau peristiwa atau perbuatan yang tidak disebut secara jelas

dan tegas dalam dua sumber tersebut, ulama atau mujtahid melakukan ijtihad dengan

menggunakan metode istimbath hukum yang disebut ilmu Ushul Fiqh.

Secara teoritis, ilmu ushul fiqh lebih dahulu lahir dari ilmu fiqih, karena ushul

fiqh sebagai alat untuk melahirkan fiqh. Akan tetapi, fakta sejarah menunjukkan ushul

fiqh bersamaan lahirnya dengan fiqh. Sedangkan dari segi penyusunannya, ilmu fiqh

lebih dahulu lahir dari pada ilmu ushul fiqh. Pada makalah ini akan dilampirkan dan

dijelaskan sejarah dan perkembangan ushul fiqh yang dibagi dalam beberapa periode.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ditujukan untuk merumuskan permasalahan


yang akan dibahas pada pembahasan dalam makalah. Adapun rumusan masalah yang
akan dibahas dalam makalah, sebagai berikut :

1. Apa latar belakang munculnya mazhab?

2. Siapakah para tabi’in?

3. Bagaimana sejarah perkembangan hukum islam pada masa tabi’in?

4
C. Tujuan

Pada dasarnya tujuan penulisan karya tulis ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Ushul Fiqh 1. Adapun Tujuan khusus penyusunan
makalah ini adalah:

1. Mengetahui latar belakang munculnya mazhab

2. Mengetahi siapakah para tabi’in-tabi’in

3. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan hukum islam pada masa tabi’in

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. MUNCULNYA USHUL FIQH

Di lain pihak, kesemarakan kehidupan ijtihad tersebut ternyata menimbulkan


banyak perbedaan pendapat dan polemik-polemik ilmiah diantara para ulama, baik
mengenai hasil ijtihad, dalil-dalil yang digunakan, atau jalan-jalan yang mereka tempuh
dalam berijtihad itu sendiri. Hal-hal seperti itu bukan saja terjadi antara ulama-ulama
yang berdomisili di tempat yang sama. Kenyataan ini melahirkan ide baru bagi mereka
untuk merumuskan kaidah-kaidah syariat sebagai panduan metodologis yang berkaitan
dengan dasar-dasar dan tujuan-tujuan syara’ menetapkan hukum.
Hal yang tidak dapat disangkal adalah pengaruh bahasa lain terhadap struktur

bahasa Arab. Kenyataannya banyak bangsa non-Arab yang memeluk Islam dan

pergaulan mereka yang intensif dengan bahasa Arab itu sendiri,menyebabkan

terjadinya penyusupan bahasa-bahasa asing tertentu ke dalam bahasa Arab. Hal ini

banyak menimbulkan keraguan dan bermacam kemungkinan dalam memahami nash

syara. Hal semacam ini menimbulkan ide lain bagi para ulama untuk menuyusun

kaidah-kaidah umum berkaitan dengan kebahasaan, kaidah lughawiyah.

Begitulah dengan disusunnya kaidah-kaidah syariah dan lughawiyah pada

abad ke-2 hijriyah itu, terwujudlah apa yang disebut sebagai ilmu ushul fiqh. Menurut

Ibnu Nadim, ulama yang pertama kali menyusun ilmu ushul fiqh adalah Imam Abu

Yusuf, murid Imam Abu Hanifah. Hanya saja, kitab itu tidak sampai kepada kita.

Menurut Abd Al-Wahaf Khallaf, Muhammad bin Idris Al-Syafi’I (150-102H)

yang pertama kali membukukan kaidah-kaidah ilmu ushul fiqh yang disertai dengan

alas an-alasannya dalam sebuah kitab al-Risalah. Inilah kitab ilmu ushul fiqh pertama

yang sampai kepada kita. Oleh sebab itu, Imam Syafi’i yang dipandang oleh para

6
ulama sebagai pencipta ilmu ushul fiqh, dan dilanjutkan oleh ulama-ulama generasi

berikutnya.1

B. PERIODE IMAM MADZHAB

1. Imam Abu Hanifah


Imam abu hanifah yang dikenal dengan sebutan imam hanafi

bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al Kufi, lahir di irak pada tahun

80 hijriah (699 M), pada masa kekhalifahan bani umayyah, abdul malik bin

marwan, beliau digelari abu hanifah, karena salah satu anaknya yang bernama

hanifah. Menurut riwayat lain beliau bergelar abu hanifah, karena begitu taatnya

dalam beribadah kepada allah . ada juga yang meriwayatkan karena beliau

begitu dekat dan eratnya berteman dengan tinta.

Imam abu hanifah dikatakan banyak belajar berbagai ilmu fiqh, tafsir,

hadis dan tauhid dari para ulama yang alim. Diantara ulama yang menjadi

gurunya selain imam hammad ibn sulayman ialah ‘Ata’ ibn abi ribah, hisyam

ibn ‘urwah, dan nafi’ bin ‘umar. Beliau juga berkesempatan menimba ilmu

dari beberapa orang sahabat Nabi SAW yang masih hidup, seperti ‘abdullah

ibn mas’ud, Abdullah ibn Abi aufa dan Sahal bin Sa’ad.

Abu hanifah adalah seorang mujtahid ahli ibadah. Dalam bidang fiqh

beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad kedua

hijriah dan banyak belajar pada ulama-ulama tabi’in, seperti Atha bin Abi

Rabah dan Nafi’ Maula ibnu Umar. Imam Abu Hanifah wafat dalam bulan

rajab tahun 150 H (767 M) dalam usia 70 tahun pada masa pemerintahan

khalifah Abu Ja’far al mansur, khalifah Abbasiyah yang kedua dan

dimakamkan di kota baghdad.


1
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A. ILMU FIQH DAN USHUL FIQH (cet. 3. Jakarta: Amzah, 2014) hal. 31-32

7
 Sebab kemunculan

Perkembangan berbagai mazhab, selain didukung oleh fuqaha serta

para pengikut mereka, juga mendapat pengaruh dan dukungan dari penguasaan

politik. Mazhab mulai berkembang ketika Abu Yusuf, murid abu hanifah

diangkat menjadi Qadhi dalam pemerintahan tiga khalifah Abbasyiah: Al-

mahdi, Al-hadi dan Al-rasyid. Al-kharij adalah kitab yang disusun atas

permintaan khalifah Al-rasyid dan kitab ini adalah rujukan pertama rujukan

Hanafi.

 Sumber Hukum dalam Istinbath

Abu Bakar Muhammad Ali Thalib al-baghdadi dalam kitabnya, al-

baghdadi menjelaskan bahwa dasar-dasar pemikiran fiqh Abu Hanifah sebagai

berikut: “ aku (Abu Hanifah) mengambil kitab allah, bila tidak ditemukan

didalamnya, aku ambil dari sunah rasul, jika aku tidak menemukan pada kitab

dan sunahnya, aku ambil pendapat sahabat-sahabat. Aku ambil perkataan yang

aku kehendaki dan aku tinggalkan pendapat-pendapat yang tidak aku

kehendaki. Dan aku tidak keluar dari pendapat mereka kepada pendapat orang

lain selain mereka. Adapun apabila telah sampai urusan itu atau telah datang

kepada ibrahim, as-syaibani, ibnu sirin, al-hasan. Atha’, said, dan Abu hanifah

menyebut beberapa orang lagi mereka orang-orang yang telah berijtihad”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar madzhab Hanafi

adalah:

1). Kitab allah(al-qur’an),

2). Sunnah Rasulullah yang telah masyhur dikalangan ahlu,

3). Fatwa-fatwa dari sahabat,

4). Al-qiyas,

5). Istihsan,

8
6). Al-urf.

 Penyebaran Mazhabnya

Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di Irak, Turki, Wilayah Balkan, Cina,

India, Pakistan, Rusia, Wilayah Asia Tengah, Tunisia, Turkistan, Suriah, Mesir, dan

Libanon.

Mazhab Hanafi ini banyak dianut umat Islam pada masa kekhalifahan

Bani Abbas (Daulah Abbasiyyah), dan pada masa Daulah Utsmaniyah menjadi

mazhab resmi negara, meskipun para pemerintah (sultan) dari Daulah

Utsmaniyah bersikap sangat toleran terhadap mazhab lain.2

2. Imam malik

 Biografi

Nama lengkap beliau adalah malik bin anas bin malik bin abi ‘amar al-

asybahi al-‘arabiy al-yamniyyah. Ibunya bernama ‘Aisyah binti syarik al-

azdiyyah dari kabilah al-yamniyyah. Beliau dilahirkan tahun 93 H/ 789 M.

(712 M) di kota madinah dan meninggal tahun 179 H/ 789 M. Dalam usia 87

tahun. Kakeknya bernama malik , yang datang ke madinah setelah rasulullah

saw Wafat. Sedang kakeknya termasuk golongan “Tabi’in”, yang banyak

meriwayatkan al-hadits dari umar bin khatab, utsman bin affan dan thalhah ,

sehingga wajar jika beliau tumbuh sebagai sosok ulama terkemuka dalam

bidang ilmu hadits dan fiqh. Guru yang dianggapnya paling berpengaruh

adalah abdullah ibn yazid ibn hurmuz, seorang tabi’in muda. Di antara

gurunya juga adalah nafi’, tabi’in tua dan budak dari abdullah bin umar.

 Sebab kemunculan

Mazhab malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-

mansyur dan di khilafah barat atas dukungan yahya ibnu yahya ketika diangkat
2
Pedoman belajar mata kuliah “Fiqh dan Ushul Fiqh” semester 1 (Hurnawijaya, S.HI., M.Sy.)

9
menjadi qadhi oleh khalifah andalusia. Di afrika, al-mu’iz badis mewajibkan

seluruh penduduk untuk mengikuti mazhab maliki.

 Sumber Hukum dalam Istinbath

Sistematika sumber hukum atau istinbath imam malik, pada dasarnya

ia tidak menulis secara sistematis. Akan tetapi para muridnya atau madzhabnya

menyusun sistematika imam malik. Sebagaimana qadhi’iyyad dalam kitabnya

al-mudharrak, sebagai berikut: “sesungguhnya manhaj imam dar al-hijrah,

pertama ia mengambil kitabullan, jika tidak ditemukan dalam kitabullah, ia

mengambil as-sunnah (kategori as-sunnah menurutnya hadits-hadits nabi dan

fatwa fatwa sahabat), amal ahli al-madinah, al-qiyas, al-mashlahah al-mursalah,

sadd adz-dzara’i, al-urf dan al-adat”.

 Penyebaran Mazhabnya

Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Madinah, lalu tersebar di

wilayah Hijaz (Makkah dan sekitarnya), hingga Mesir. Ketika munculnya

mazhab Syafi’i, mazhab ini sempat surut di Mesir karena banyak yang

mengikuti mazhab Syafi’i, kemudian pada masa pemerinthan kesultanan

Ayyubiyyah, Mazhab ini kembali hidup di Mesir.

Pada masa pemerintahan Umat Islam di Andalusia, banyak ulama yang

bermazhab Maliki menjadi hakim negara, sehingga mazhab ini berkembang

pesat di Andalusia. Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah

Afrika seperti Maroko, Mesir, Aljazair, Tunisia dan Libia, Juga meskipun tidak

banyak dapat ditemukan di sekitar Jazirah Arabia seperti Kuwait, beberapa

wilayah di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Makkah), dan lain-lain.3

3. Imam syafi’i

 Biografi

3
Ibid Hal.16

10
Al-imam al-shafi’i lahir pada masa pemerintahan abbasiyyah,

tepatnya pada tahun 150 H/767 M di gazza palestina dengan nama kecil

muhammad. Orang tua al-shafi’i berasal dari makkah yang sedang merantau ke

palestina. Mama lengkapnya ialah abu ‘abdullah muhammad bin idris bin al-abbas

bin usman bin shafi’i bin al-sa’ib bin ubayd bin ‘abd yazid bin hasyim bin al-

muthallib bin ‘abd manaf. Sedangkan nama al-shafi’i diambil dari nama kakeknya,

shafi’i.

 Sebab kemunculan

Mazhab malik berkembang di khilafah timur atas dukungan al-mansyur dan di

khilafah barat atas dukungan yahya ibnu yahya ketika diangkat menjadi qadhi oleh

para khalifah andalusia. Di afrika, al-mu’iz badis mewajibkan seluruh penduduk

untuk mengikuti mazhab maliki. Mazhab syafi’i membesar di mesir ketika

shalahuddin al-ayubi merebut negeri itu.

 Sumber Hukum dalam istinbath

Pola pikir imam asy-shafi’i secara garis besar dapat dilihat dari kitab al-umm

yang menguraikan sebagai berikut: “ilmu itu bertingkat secara berurutan pertama-

tama adalah al-qur’an dan as-sunnah dan kemudian kudua ijma’ ketika tidak ada

dalam al-qur’an dan as-sunnah dan ketiga sahabat nabi (fatwa sahabi) dan kami tahu

dalam fatwa tersebut tidak adanya ikhtilaf di antara mereka, keempat ikhtilah

sahabat nabi, kelima qiyas yang tidak di qiyaskan selain kepada al-qur’an dan as-

sunnah karena hal itu telah berada di dalam kedua sumber, sesungguhnya

mengambil ilmu dari yang teratas”.

 Penyebaran Mazhabnya

11
Mazhabnya mulanya tersebar di Kota Mesir, karena ia mengajarkan Qaul

Jadidnnya di Masjid Amr bin Ash dan banyak ulama yang belajar kepadanya seperti

al-Buwaithi, Ismail bin Yahya dan lain-lain.4

Mazhab ini juga tersebar di wilayah Iraq, lalu ke wilayah khurasan (sekarang

Afghanistan dan sekitarnya), Pakistan, Syam (Syria dan sekitarnya), Yaman, Persia,

Hijaz (Makkah, Madinah dan sekitarnya), India, daerah-daerah di Afrika dan

andalusia, dan terus tersebar hingga Indonesia.

Saat ini Pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Arab Selatan,

Wilayah Afrika Timur, Wilayah Asia Timur, Wilayah Asia Tengah, , beberapa

wilayah di Arab Saudi (khususnya beberapa wilayah di Madinah), Yaman,

Turkmenistan, Suriah, Kazakhstan, Bahrain, India, Indonesia dan Malaysia.5

4. Imam ahmad bin hanbal

 Biografi

Imam ahmad bin hanbal adalah abu abdullah ahmad bin

muhammad bin hanbal bin hilal al-syaibani. Beliau dilahirkan di baghdad pada

bulan rabiul awal tahun 164 H/ 780 M.

 Sebab kemunculan

Mazhab hanbali menjadi kuat pada masa pemerintahan al-mutawakkil.

Waktu itu al-mutawakkil tidak mengangkat seorang qadhi kecuali dengan

persetujuan imam ahmad ibnu hambal..

 Sumber Hukum Istinbath

Adapun dasar-dasar hukum yang digunakan imam ahmad bin hanbal adalah:

4
Ibid.
5
Ibid

12
1). Al-qur’an dan hadits, yakni apabila beliau mendapatkan nash, maka beliau

tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak memperhatikan

pendapat-pendapat sahabat yang menyalahinya.

2). ahmad bin hanbal berfatwa dengan fatwa para sahabat, ia memilih pendapat

sahabat yang tidak menyalahinya (iktilaf) dan yang sudah sepakat.

3). apabila fatwa sahabat berbeda-beda, ahmad bin hanbal memilih salah satu

pendapat mereka yang lebih dekat kepada al-qur’an dan as-sunnah.

4). ahmad bin hanbal menggunakan hadits mursal dan dhaif apabila tidak ada

atsar, qaul sahabat atau ijma’ yang menyalahinya.

5). apabila tidak ada dalam nash, as-sunnah,qaul sahabat,riwayat masyur,

hadits mursal dan dhaif, ahmad bin hanbal menganologikan (menggunakan

qiyas) dan qiyas baginya adalah dalil yang digunakan dalam keadaan

terpaksa.6

 Penyebaran Mazhabnya

Mazhabnya mulanya tersebar di tempat tinggal Imam Ahmad, yaitu di Kota

Baghdad (Wilayah Iraq), lalu menyebar ke wilayah Syam (Suriah dan sekitarnya),

kemudian berkembang di Mesir pada abad ke-7 H.

Saat ini mazhabnya menjadi mazhab fiqh resmi dari pemerintahan Arab Saudi,

dan pengikut mazhabnya banyak ditemukan di wilayah Jazirah Arab, Palestina, Suriah

dan Iraq.7

Dari keempat mazhab diatas yang dapat bertahan dan berkembang terus sampai

sekarang:

1. Mazhab Hanafi, pendirinya adalah Imam Abu hanifah.

2. Mazhab Maliki, pendirinya adalah Imam Malik bin Anas.

6
http://www.jurnalfai-uikabogor.org “Perkembangan Ushul Fiqh Dari Masa ke Masa” (Fatkam karim Atmaja)
7
Ibid hal.16

13
3. Mazhab Syafi’i, pendirinya adalah Imam Al-Syafi’i

4. Mazhab Hanbali, pendiriny adalah Imam Ahmad bin Hanbal.

C. PERIODE TABI’IN

Sejalan dengan berlalunya masa sahabat, timbullah masa tabi’in. pada masa

isi, sejalan dengan perluasan wilayah-wilayah Islam, dimana pemeluk Islam semakin

heterogen bukan saja dari segi kebudayaan dan adat istiadat lokal, tetapi juga dari segi

bahasa, peradaban, ilmu pengetahuan , teknologi dan perekonomian, banyak

bermunculan kasusu-kasus hukum baru, yang sebagiannya belum dikenal sama sekali

pada masa Rasulullah saw. dan masa sahabat. Untuk menjawab kasus-kasus hukum

ini, lahir tokoh-tokoh Islam yang bertindak sebagai pemberi fatwa hukum. Mereka ini

sebelumnya telah lebih dahulu menimba pengalaman dan pengetahuan di bidang

ijtihad dan hukum dari para sahabat dan pendulu mereka. 8Para ahli hukum gernerasi

tabi’in ini, antara lain:

1. Abu Muhammad Sa’id bin Al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb bin

‘Amr bin A’idz bin ‘Imran bin Makhzum bin Yaqzhah Al-Qurasyi Al-

Makhzumi Al-Madani.

Dialah seorang yang ‘alim dari kalangan penduduk Madinah,

seorang tokoh tabi’in pada zamannya, seorang yang ahli dalam bidang fiqh

pada masanya, satu dari tujuh tokoh ulama ahli fiqh yang terkenal dalam

sejarah Islam dan bahkan termasuk dari pemimpin para ulama. Beliau

menempati thabaqah kedua yang dikenal di kalangan ahlul hadits adalah

thabaqahnya tokoh-tokoh besar tabi’in. Adapun para shahabat, mereka

berada pada thabaqah pertama.

8
Dr. H. Abd. Rahman Dahlan, M.A. USHUL FIQH (cet. 3 Jakarta: Amzah, 2014) hal.23

14
Dilahirkan di kota Madinah, dua tahun sejak ‘Umar bin Al-Khaththab

mulai memegang tampuk kekhilafahan, beliau adalah seorang yang memiliki

kepribadian yang bersahaja. Beliau adalah orang yang paling mengetahui

hadits-hadits yang disampaikan Abu Hurairah dan beliaulah yang menikahi

putrinya. Para ulama mengakui bahwasanya beliau memang seorang mufti

(pemberi fatwa) di zamannya dalam keadaan para shahabat bahkan para

pembesar shahabat masih hidup di tengah-tengah kaum muslimin pada zaman

tersebut.

Silsilahnya adalah Said bin Al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahab bin

Amru bin A’id bin Imran bin Makhzum Al-Qurasy Al-Mahzumi Al-

Madani.Menurut Abdul Hakim bin Abdullah bin Abi Farwah, beliau wafat di

Madinah pada umur 79 tahun pada tahun 94 H atau tahun 715M, pada saat

Khalifah Al Walid bin Abdul Malik memerintah. Said adalah orang yang

paling hapal atas berbagai hukum dan keputusan yang dikeluarkan oleh

Khalifah Umar bin Khattab, sehingga mendapat julukan Rawiyatul Umar

(periwayat Umar).

Hadits mursal yang berasal dari Said bin al-Musayyib dianggap hasan

oleh Imam Syafi'i. Walau demikian, Imam Ahmad juga selainnya berkata,

"Mursalat (kumpulan hadits mursal) yang diriwayatkannya adalah shahih

kesemuanya.

2. Urwah bin az-Zubair (‫عروة بن الزبير‬, w. 94 H/712 M)

Adalah salah satu dari Tujuh Fuqaha Madinah, yaitu sebutan untuk

sekelompok ahli fiqih dari generasi tabi'in yang merupakan para tokoh utama

ilmu fiqih di kota Madinah setelah wafatnya generasi Sahabat yang hidup

sezaman dengan Nabi Muhammad.

15
Urwah adalah putra dari pasangan Asma binti Abu Bakar and Zubair

bin Awwam, adik dari Abdullah bin Zubair, dan juga keponakan dari Aisyah.

Nenek Urwah adalah Safiyyah binti Abdul Muththalib, yaitu bibi Nabi

Muhammad dari keluarga ayahnya.

Ulama yang mulia ini sama sekali tidak pernah ikut campur dalam

fitnah perpecahan, dan perjalann hidupnya tidak hanya dihabiskan di kota

Madinah. Ia pernah tinggal di bashrah. Kemudian menuju Mesir dan menikah

di sana. Lalu tinggal di negri nabi musa itu selama tujuh tahun. Setelah itu ia

Kembali ke Madinah dan wafat di kota nabi itu pada tahun 94 H. Ada yang

mengatakan 92, 93, atau 95 H.

3. Abu Ayyub Sulaiman bin Yasar Al-Hilali Al-Madani

Adalah seorang ulama terkenal dari golongan tabi'in, dan salah dari

Tujuh Fuqaha Madinah. Ia diperkirakan lahir pada sekitar masa akhir

kekhalifahan Utsman bin Affan pada tahun 34 H. Sulaiman bin Yasar wafat

pada usia 73 tahun, pada tahun 107 H/725 M, meski ada pula yang

menyebutnya pada tahun 100 H atau 94 H.

Ia adalah maula (bekas budak) dari Maimunah binti al-Harits, salah

seorang istri Nabi Muhammad. Sulaiman bin Yasar mempunyai saudara yang

bernama Atha bin Yasar, yang juga seorang ulama yang disegani.

Sulaiman bin Yasar banyak meriwayatkan hadits dari Ibnu Abbas, Abu

Hurairah, Ummu Salamah, dan lain-lain. Said bin al-Musayyib sering

menyarankan peminta fatwa untuk bertanya kepada Sulaiman bin Yasar, yang

disebutnya sebagai ulama yang paling berlimu. Ia juga merupakan salah satu

guru utama dari Az-Zuhri dan Imam Malik.

4. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud

16
Ubaidillah wafat pada tahun 102 H. atau 97, 98 H, atau 99 H (ibnu

Hibban dalam ats-tsiqat, 5/63) . Merupakan salah satu dari tujuh orang ulama

ahli fiqh dari kalangan tabi’in (fuqaha assab’ah), para ulama sepakat bahwa ia

orang yang tsiqah, kuat hapalannya hingga Ibnu Abbas menghormatinya

sebagai orang yang tinggi ilmunya dalam bidang hadist dan fiqh.

Beliau juga salah seorang guru utama Khalifah Umar bin Abdul Aziz,

seorang ulama yang produktif menulis syair. Nama lengkapnya adalah

Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud al-Hudzaly.

Ubaidullah menerima ilmunya dari beberapa tabi’in yang terkenal dan

juga menerima ilmunya dari beberapa orang sahabat seperti Ibnu Umar, Ibnu

Abbas, Abu Hurairah, Abu Sa’id al-Khudlry, Abu Waqid al-Laitsy, Zaid ibn

Khalid, an Nu’man bin Basyir, Aisyah, Fatimah binti Qais, dan lainnya.wafat

k. 98 H/716 M)9

5. Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar ash-Shiddiq

Beliau dilahirkan di kota Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin

Affan radiaullahu ‘anhu. Ia adalah salah satu dari tujuh fuqaha Madinah, yang

paling utama ilmunya pada zamannya, paling tajam kecerdasan otaknya, dan

paling bagus sifat wara’nya. Nama lengkap beliau adalah Al-Qasim bin

Muhammad bin Abi Bakr Ash-Shiddiq At-Taimi Al-Qurasyi, Al-Madani Al-

Faqih.Al-Qasim bin Muhammad lahir pada akhir masa khilafah Utsman bin

Affan radhiyallahu ‘anhu. Beliau merupakan cucu Al-Khalifah Ar-Rasyid Abu

Bakar Ash-Shiddiq ra, saahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam dan sekaligus manusia terbaik di muka bumi

setelah wafatnya Rasulullah.

9
https/:id.m.wikipedia.org/wiki/Said_bin_al-Musayyab dikutip pada tanggal 1 Maret 2023,20.30 WITA

17
Beliau wafat pada umur 72 tahun tahun 106H atau 724M di zaman

kekhalifahan Yazid bin Abdil Malik bin Marwan, ketika melakukan perjalanan

ke Makkah Al-Mukaramah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Beliau

dikebumikan di pekuburan Jannatul Mu'alla, Makkah, Saudi Arabia.

6. Kharijah bin Zaid bin Tsabit

Nama dan nasabnya adalah Kharijah bin Zaid bin Tsabit al-Anshari an-

Najjari. Ibunya adalah Ummu saad binti Saad bin Rabi’. Ia adalah serang

tabi’in mulia. Seorang ahli ilmu dan ahli ibadah. Di masa hidupnya, ia sempat

menjumpai masa Utsman bin Affan radiallahu ‘anhu.

Kharij wafat pada tahu 90 H atau 100 H. saat itu usianya hanya 40

tahun saja (Ibnu Hibban dalam Masyahir Ulama al-Amshar, hal.106).10

7. Abu Salamah bin Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abd

Bin al-Harits bin Zuhran bin Kilab (Ibnu Saad dalam ath-

Thabaqah al-Kubra, 5/118).

Beliau dilahirkan pada tahun 20-an H. dari tahun lahirnya kita dapat

mengetahui bahwa Abu Salamah merupakan seorang tabi’in generasi awal

(adz-Dzahabi dalam siyar A’lam an-Nubala, 2/278-288)

Beliau adalah seorang ulama yang terpercaya, seorang fakih, dan

banyak Riwayat hadisnya. Ia adalah imam dan panutan di kota Madinah. Ia

adalah sepupu nabi Muhammad, Abdullah bin Abbas radiaullahu ‘anhu.

Karena ketinggian ilmunya ia pun sempat menjadi hakim di kota Madinah di

masa pemerintahan Muawwiyah bin Abu Sufyan. 11

D. METODE IJTIHAD PADA MASA TABI’IN

10

11
https://kisahmuslim.com/6307-7-ulama-besar-kota-madinah.html dikutip pada tanggal 1 Maret 2023,20.58
WITA.

18
Dalam melakukan ijtihad, sebagaimana generasi sahabat, para ahli hukum generasi
tabi’in juga menempuh langkah-langkah yang sama dengan yang dilakukan para
pendahulu mereka. Akan tetapi, dalam pada selain itu, selain merujuk al-Qur’an dan
sunnah, mereka memiliki tambahan rujukan hukum yang baru, yaitu ijma’ ash-shahabi,
ijma’ ahl al-Madinah, fatwa ash-shahabi, qiyas, dan maslahah mursalah, yang telah
dihasilkan oleh generasi sahabat.
Terhadap sumber rujukan yang baru itu, mereka memiliki kebebasan memilih metode
yang mereka anggap paling sesuai. Oleh karena itu, Sebagian ulama tabi’in ada yang
menggunakan metode qiyas, dengan cara berusaha menemukan ‘illah hukum suatau
nashsh dan kemudian menerapkannya pada kasus-kasus hukum yang tidak ada nashsh-
nya tetapi memiliki ‘illah yang sama. Sementara Sebagian ulama lainnya lebih
cenderung memilih metode mashlaha, dengan cara melihat dari segi kesesuaian tujuan
hukum dengan kemaslahatan yang terdapat dalam prinsip-prinsip syara.12
Perbedaan cara yang ditempuh oleh kedua kelompok ulama tabi’in ini,

terutama timbul karena perbedaan pendapat: apakah fatwa ash-shahabi dapat menjadi

dalil hukum (hujjah)? Dan apakah ijma’ ahl al-Madinah merupakan ijma’ sehingga

berkedudukan sebagai hujjah qath ‘iah (dalil hukum yang bersifat pasti).

Adanya kedua kelompok ulama di atas merupakan cikal bakal lahirnya dua

aliran besar dalam ilmu ushul fiqh dan fiqh, yaitu aliran Mutakallimin atau as-

Syafi’iyah, yang dianut jumhur (mayoritas) ulama, dan aliran fuqaha’ atau

Hanafiyyah yang pada mulanya berkembang di Irak.13

12
Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, M.A. ILMU FIQH DAN USHUL FIQH (Jakarta: Rajawali pers,2014) hal.31
13
Dr. H. Abd. Rahman Dahlan, M.A. USHUL FIQH (cet. 3. Jakarta: Amzah,2014) hal.24

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang dapat penulis sampaikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
secara umum Perkembangan ushul fiqh pada masa tabi’in dan para imam mujtahid.
wilayah kekuassan islam telah menjadi semakin luas, sampai ke daerah-daerah yang
dihuni oleh orang-orang yang bukan bangsa arab atau tidak berbahasa arab dan
beragam pula situasi dan kosndisinya serta adat istiadatnya. Banyak diantara para
ulama yang bertebaran di daerah-daerah tersebut dan tidak sedikit penduduk daerah-
daerah itu yang memeluk agama islam. Dengan semakin tersebarnya agama islam
dikalangan penduduk dari berbagai daerah tersebut, menjadikan semakin banyak
pesoalan-persoalan hukum yang timbul. Yang tidak didapati ketetapan hukumnya
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk itu para ulama yang tinggal diberbagai daerah
itu berijtihad mencari ketetapan hukumnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hurnawijaya, Pedoman belajar mata kuliah “Fiqh dan Ushul Fiqh” semester 1
http://www.jurnalfai-uikabogor.org “Perkembangan Ushul Fiqh Dari Masa ke Masa”
https/:id.m.wikipedia.org/wiki/Said_bin_al-Musayyab
https://kisahmuslim.com/6307-7-ulama-besar-kota-madinah.html
Koto H. Alaiddin, “ILMU FIQH DAN USHUL FIQH” (Jakarta: Rajawali pers,2014)
Dahlan H. Abd. Rahman, “USHUL FIQH” (cet. 3. Jakarta: Amzah,2014)

21

Anda mungkin juga menyukai