Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IJTIHAD DALAM PERSPEKTIF ISLAM DALAM MENGUATKAN KARAKTER


TOLERANSI, MODERAT DAN MULTIKULTUR

Dosen Pengampu:
Yulianti, S.Pd.I., M.Pd

Oleh

KELOMPOK 5

Yufinka Galuh Sitoresmi 220401140092


Citra Wulan Suciani 220401140098
Putri Khaifah Ramadhani 220401140104
Elza Dwi Wandya 220401140106
Isa Azkia Amalia Putri 220401140108

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2023

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh

Pertama-tama, kami panjatkan puja dan puji syukur pada Allah SWT atas rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah kami. Shalawat serta
salampun tak luput kami panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW atas bimbingan beliau
menunjukkan jalan yang lurus pada kita semua.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam
yang diampu oleh Bu Yulianti, S.Pd.I., M.Pd. Makalah kami yang berjudul “ Ijtihad Dalam
Perspektif Islam Dalam Menguatkan Karakter Toleransi, Moderat dan Multikultur” ini berisi
tentang analisis tentang ijtihad dan keberlangsungan spirit Islam. Pembentukan makalah ini
bertujuan untuk memberi pengetahuan mengenai konsep ijtihad dalam agama Islam serta
hubungannya untuk menguatkan karakter toleransi, moderat dan multikultural sehingga
mampu membentuk seseorang menjadi pribadi yang baik.

Kami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kesalahan baik dalam
tutur kata atau penulisannya. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk memperbaiki makalah kami. Kami berharap semoga dengan adanya
makalah ini memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi pembaca maupun bagi kami
sendiri. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum waramatullahi wabarakatuh

Malang, 03 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Definisi Umum Ijtihad.................................................................................................3
2.2 Macam-Macam Ijtihad................................................................................................3
2.3 Pelaksanaan Ijtihad......................................................................................................5
2.4 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Toleransi............................................................5
2.5 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Moderat.............................................................7
2.6 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Multikultural......................................................8
BAB III
PENUTUP...............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kata ijtihad berasal dari kata jahd yang berarti kesulitan/kesukaran, sungguh-
sungguh, atau maksimum dan juhd yang berarti kemampuan/kekuatan atau kemampuan,
kekuatan, kesanggupan. Jadi, secara etimologis ijtihad merupakan suatu kemampuan,
kesanggupan, dan kerja keras untuk mendapatkan sesuatu. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa ijtihad merupakan pekerjaan yang sulit dan berat dilakukan (Ahlul Badri 2022).
Menurut Wahbah az-Zuhaili pintu ijtihad terbuka lebar bagi setiap orang yang memiliki
keahlian yang didukung dengan kecerdasan intelektual, penguasaan bahasa dan memiliki
wawasan yang luas dalam menetapkan suatu produk hukum dengan dasar yang
argumentatif dan penggalian sumber hukum yang otentik (Muhammadun 2019). Ijtihad
sendiri berhubungan dengan usaha menemukan hukum syar’i atau hukum Islam (Sulthon
2019). Toleransi berhubungan dengan sikap menghargai dan menghormati perbedaan
yang ada termasuk dalam perbedaan agama (Pujiono 2022), moderat merupakan sikap
netral tidak condong ke kanan (radikal) maupun ke kiri (liberal) (Afwadzi et al. 2023),
sedangkan multikulturalisme adalah adalah sikap dan perlakuan kesederajatan atas
keberagaman budaya (Sustiono, Marzuki, and Sidik 2022).
Topik dalam makalah ini perlu dibahas untuk menganalisis apakah ijtihad mampu
memberikan pandangan atau pengetahuan yang menguatkan karakter toleransi, moderat
dan multikultural. Dalam ijtihad, diharapkan umat muslim mengembangkan sikap saling
menghargai antar umat muslim lainnya atau bahkan yang non-muslim. Selain itu,
melalui ijtihad umat muslim dapat mengembangkan sikap moderat melalui penggalian
ilmu pengetahuan dalam hukum-hukum agama Islam. Melalui ijtihad pula umat Islam
diharapkan memahami dan menerapkan mutikulturalisme demi mewujudkan kerukunan
antar umat beragama. Untuk itu, tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk menguatkan
karakter para umat muslim serta memberikan ilmu atau wawasan mengenai apa itu
ijtihad.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi umum dari ijtihad?
2. Bagaimana pelaksanaan ijtihad?
3. Apa saja metode-metode ijtihad?
4. Bagaimana ijtihad dalam menguatkan karakter toleransi?
5. Bagaimana ijtihad dalam menguatkan karakter moderat?
6. Bagaimana ijtihad dalam menguatkan karakter multikultural?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi umum dari ijtihad.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan ijtihad.
3. Untuk mengetahui metode-metode ijtihad.
4. Untuk mengetahui ijtihad dalam menguatkan karakter toleransi.
5. Untuk mengetahui ijtihad dalam menguatkan karakter moderat.
6. Untuk mengetahui ijtihad dalam menguatkan karakter multikultural.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Umum Ijtihad


Definisi ijtihad secara umum adalah aktifitas untuk memperoleh pengetahuan
hukum syara' dari dalil terperinci dalam syari'at (Ahlul Badri 2022). Ijtihad dalam
pengertian ini pun berarti pengerahan kemampuan semaksimal mungkin, sehingga ahli
fikih merasa sudah tidak dapat lagi berupaya yang lain selain yang ia tetapkan saat itu,
karena apa yang ia tetapkan merupakan buah hasil usaha maksimalnya dalam
menggunakan semua kemampuan yang ada dalam dirinya (Surono and Anita 2022).
Selain itu, ijtihad juga dapat diartikan sebagai pengerahan atau pencurahan daya nalar
secara maksimal oleh mujtahid dalam mencari dugaan kuat tentang hukum Islam melalui
istinbath hukum (Sulthon 2019). Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa ijtihad
merupakan aktifitas yang mengerahkan segala pemikiran semaksimal mungkin
memperoleh suatu hukum syara’ dari syariat atau hukum Islam.
Dari pengertian di atas, ada dua unsur pokok dalam ijtihad yaitu: (1) daya atau
kemampuan dan (2) obyek yang sulit dan berat. Daya atau kemampuan dapat meliputi
daya fisik-material, mental-spiritual, dan intelektual. Ijtihad sebagai terminologi
keilmuan dalam Islam juga tidak terlepas dari dua unsur tersebut. Namun, karena
kegiatan keilmuan lebih banyak bertumpu pada kegiatan intelektual, maka pengertian
ijtihad lebih banyak mengacu kepada pengerahan kemampuan intelektual dalam
memecahkan berbagai bentuk kesulitan yang dihadapi, baik yang dihadapi oleh individu
maupun umat secara menyeluruh.(Safri and Harahap 2018)

2.2 Macam-Macam Ijtihad


Menurut al-Duwailibi (Ka-anga and Hamzah 2019), ijtihad dapat dibagi kepada
tiga macam jika ditinjau dari segi metodenya, yaitu:
1) Ijtihad bayani
Ijtihad bayani adalah menjelaskan (bayani) hukum-hukum syar’iyah dari nash-
nash syar’i (yang memberi syariat, yang menentukan syariat) atau ijtihad untuk
menemukan hukum yang terkandung dalam nash yang ada di dalam Al-Quran dan
hadist, namun sifatnya zhanni (ayat-ayat masih mengandung dua atau lebih

3
kemungkinan), baik dari segi ketetaannya maupun dari segi penunjuknya. Secara
singkat, ijtihad bayani sifatnya hanya memberikan penjelasan hukum yang pasti dari
dalil nash.
Contohnya ialah pada zahir nash al-Qur’an pada QS al- Mumtahanah/60: 8
yang menyatakan berbuat baik dan berlaku adil, misalnya dengan memberikan
daging qurban sebagai sedekah atau diserahkan kepada orang-orang non-muslim
yang tidak memerangi kaum muslim.
2) Ijtihad qiyasi
Ijtihad qiyasi adalah meletakkan hukum-hukum syar’iyah untuk kejadian-
kejadian (peristiwa) yang tidak terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dengan
jalan menggunakan qiyas (apa yang terdapat di dalam nash-nash hukum syar’i) atau
dapat diartikan pula sebagai ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap
suatu kejadian yang tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nash baik secara
qath’i (pasti dan meyakinkan) maupun secara zhanni, juga tidak ada ijma’ atau
kesepakatan para ulama yang telah menetapkan hukumnya. Ijtihad ini digunakan
untuk menetapkan hukum suatu kejadian (peristiwa) dengan merujuk pada kejadian
yang telah ada hukumnya, karena antara dua peristiwa itu ada kesamaan dalam ‘ilah
hukumnya.
Contohnya ialah diperbolehkannya membagi daging qurban kepada non-
Muslim, dalam kisah Asma’ binti Abu Bakar r.a. dalam HR Bukhari.
3) Ijtihad istislahi
Ijtihad istislahi adalah meletakkan (wad’an) hukum-hukum syar’iyah untuk
peristiwa-peristiwa yang tidak terdapat di dalam al-Quran dan hadis dengan
menggunakan pandangan yang disandarkan atas istislahi. Ijtihad istislahi dapat
diartikan sebagai karya ijtihad untuk menggali, menemukan, dan merumuskan
hukum syar’i dengan cara menerapkan kaidah kulli (menetapkan hukum atas sesuatu
dengan secara keseluruhan/kesemuanya) untuk kejadian yang ketentuan hukumnya
tidak terdapat nash, baik qath’i maupun zhanni dan tidak memungkinkan mencari
kaitannya dengan nash yang ada, juga belum diputuskan dalam ijma’. Dasar
pegangan dalam melaksanakan ijtihad ini hanyalah jiwa hukum syara’ yang bertujuan
untuk mewujudkan kemaslahatan umat, baik dalam bentuk mendatangkan manfaat
maupun menghindarkan mudharat.
Contohnya ialah saat sebagian ulama mengatakan bahwa tidak membolehkan
memberi atau mendistribusikan daging qurban kepada non-Muslim dengan alasan

4
kemaslahatan bagi umat muslimin dan melihat secara agama dikarenakan: (1) tujuan
ibadah qurban adalah bentuk sikap kasih sayang terhadap sesama muslim dan (2)
qurban adalah urusan agama yang ada hubungan antara Tuhan dengan hamba
(Ta’abbudi) sedangkan non-muslim tidak ada hubungan dengan agama seperti dalam
QS Al-Kāfirun/109: 6 yang berarti “Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku.”

2.3 Pelaksanaan Ijtihad


Pelaksanaan ijtihad dibagi menjadi dua jika ditinjau dari siapa yang terlibat dalam
penemuan hukum atau kasus tertentu, yaitu ijtihad fardi (individual) dan ijtihad jama’i
(kolektif). Ijtihad fardi dapat dikaji dari hadis Rasulullah yang membenarkan dan
menerima jawaban Muad bin Jabal ketika ia diutus Rasulullah untuk menjadi pemimpin
di Yaman. Jawabannya ini ia katakan ketika ia ditanya tentang dasar yang digunakan
untuk mengambil keputusan, apabila ia tidak menemukan dalilnya dalam al-Quran dan
hadis. Sedangkan istilah ijtihad kolektif muncul disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1)
Adanya permasalahan yang sangat kompleks dan berkembang yang perlu untuk
dicarikan solusinya secara konkrit, misalnya pada masalah keluarga berencana yang
berkaitan dengan ilmu kependudukan, ekonomi, dan ilmu-ilmu lainnnya dan (2)
Pengetahuan ulama banyak dibatasi oleh bidang spesialisasinya sedangkan masalah-
masalah yang dihadapi beraneka ragam. (Sulthon 2019)

2.4 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Toleransi


Secara etimologis, toleransi berasal dari bahasa inggris toleration, sedangkan
dalam bahasa arab berasal dari kata al-tassamuh yang berarti sikap tenggang rasa. Secara
terminologis, toleransi ialah memperbolehkan orang lain dalam melakukan sesuatu yang
sesuai dengan kepentingan masing-masing. Jika berkaitan dengan konteks sosial, budaya
dan agama, toleransi merupakan sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap pihak yang berbeda dalam suatu masyarakat (Fitriani 2020). Toleransi sendiri
terbagi menjadi dua macam, yaitu: (a) toleransi pasif, artinya menyikapi suatu perbedaan
dan keragaman hanya sampai pada tataran menerima dan (b) toleransi aktif, artinya
toleransi yang tidak hanya pada penerimaan namun juga memberikan ruang yang seluas-
luasnya kepada setiap orang, sekalipun berbeda dalam mengekspresikan hak, keyakinan
serta pilihan masing-masing. Semakin berkembangnya toeransi membuat munculnya tiga
model toleransi dalam masyarakat, yaitu inklusivisme, pluralisme dan multikulturalisme.

5
Inklusivisme menyatakan bahwa semua agama membawa nilai-nilai yang universal,
hanya syariat dan ajarannya yang berbeda. Pluralisme merupakan paham yang mengakui
adanya perbedaan, sedangkan multikulturalisme merupakan paham yang mengakui
martabat manusia tidak peduli apa agama maupun budayanya (Saihu 2022).
Dari (Hafidzi 2019), berikut konsep toleransi yang terdapat dalam ayat-ayat Al-
Quran dan Hadis .
1) QS. Al-Kafirun (109) ayat 1-6
Menunjukkan penolakan Nabi Muhammad SAW terhadap ajakan pluralisme dan
toleransi yang tidak tepat dengan pendekatan yang baik dan bermasyarakat.
2) QS. Yunus ayat (12) 40-41 dan Al-Kahfi ayat 29
Menegaskan bahwa di antara umat manusia yang beriman pada Al-Quran ada pula
orang-orang yang tidak beriman.
3) QS. Al-Baqarah (2) ayat 256
Menegaskan bahwa Islam tidak memaksa setiap manusia untuk mengikuti ajaran
agama Islam.
4) QS. Yunus (12) ayat 99
Menegaskan bahwa Islam tidak memberikan paksaan pada manusia agar semua
orang menjadi beriman.
5) Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah saw. “Agama manakah
yang paling dicintai oleh Allah?” maka beliau bersabda: “Al-Hanifiyyah AsSamhah
(yang lurus lagi toleran)” (HR Imam Ahmad)
6) Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda: “Allah merahmati orang yang memudahkan
ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan perkara” (HR Bukhari)
Dari berbagai ayat dan hadis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa Islam
sangat toleran terhadap agama atau penganut kepercayaan lain. Sedangkan hal yang tidak
dapat ditoleransi dalam Islam adalah masalah ibadah dan akidah yang tidak boleh
dicampuraduk dengan ibadah agama lain (Hafidzi 2019).
Dalam melakukan toleransi yang sesuai dengan hukum Islam dimulai dari
meningkatkan pemahaman tentang hukum Islam melalui kajian atau membaca beragam
sumber buku baru setelah itu diimplementasikan dengan cara tidak memaksa orang lain
dalam memilih agama, tidak mengejek pilihan orang lain dan menyadari bahwa
perbedaan merupakan rahmat serta menerima perbedaan-perbedaan dalam masyarakat
(Pujiono 2022).

6
Adanya distribusi keadilan dan pembentukan identitas kolektif dalam masyarakat
juga mempengaruhi kelancaran jalannya toleransi. Distribusi keadilan merupakan sikap
mengakui perbedaan serta mendistribusikan keadilan demi kepentingan bersama.
Sedangkan pembentukan identitas kolektif dapat dilihat dari nilai, tindakan dan sikap
yang berkembang masyarakat. Oleh karena itu, toleransi beragama mempunyai fungsi
untuk: (1) mencapai keadilan; (2) memelihara ketertiban dan keamanan masyarakat; dan
(3) mendorong inovasi, kreasi serta pembentukan identitas (Halim 2021).

2.5 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Moderat


Secara bahasa, kata moderat berasal dari bahasa Inggris moderate yang berarti
mengambil sikap tengah: Tidak berlebih-lebihan pada satu posisi tertentu, ia berada pada
titik sikap yang tegak lurus dengan kebenaran. Dalam Al Qur’an, digambarkan pribadi
seorang muslim sebagai ummatan wasathan, suatu umat yang menjadi pengimbang dan
pengontrol. Hal tersebut tertera dalam Qs. Al-Baqarah ayat 143:

“Demikianlah, Kami jadikan kamu suatu umat yang berimbang supaya kamu menjadi
saksi atas segenap bangsa, Rasul pun menjadi saksi atas kamu sendiri”.

Jika dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung
menuju pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak sebaliknya
menjauhi pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem (centrifugal) (M. Khamim
2022).
Islam moderat dapat diartikan sebagai Islam yang berada pada posisi
pertengahan antara radikal dan liberal, namun bukan tanpa masalah. Faktanya, seringkali
terminologi ini dilawankan dengan Islam radikal (Islam moderat vs Islam radikal) dan
sangat jarang menjadi antitesis atas Islam liberal. Islam moderat dipahami sebagai
manifestasi empat prinsip yaitu: tawasuth (tengah-tengah), tasamuh (kesamaan), tawazun
(keseimbangan) dan ta’adul (keadilan). Islam moderat dalam berpandangan sebagai
Islam yang bisa memposisikan sebagai agama yang tidak condong tidak ke kiri dan juga
tidak ke kanan, maksudnya bisa menyikapi secara kontekstual. Islam moderat merupakan
penyatuan dua pemikiran hukum Islam yakni, antara pemikiran hukum Islam pada zaman
Nabi dengan pemikiran hukum Islam yang sudah berkembang saat ini. Islam moderat
merupakan Islam modern, dalam artian berkembangnya ilmu agama Islam secara luas di
masa modern saat ini (Afwadzi et al. 2023).

7
2.6 Ijtihad dalam Menguatkan Karakter Multikultural
Multikulturalisme berasal dari dua kata yaitu multi yang berarti banyak atau
beragam dan cultural yang berarti budaya atau kebudayaan, yang secara etimologi berarti
keberagaman budaya. Konsep tentang multikulturalisme sebagaimana konsep ilmu-ilmu
sosial dan kemanusiaan yang tidak bebas nilai atau value free, tidak luput dari pengayaan
maupun penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan. Demikian pola ketika konsep ini
masuk ke Indonesia, yang dikenal dengan sosok keberagamannya. Muncul konsep
multikulturalisme yang dikaitkan dengan agama, yakni “multikulturalisme religius” yang
menekankan tidak terpisahnya agama dari negara, tidak mentolerir adanya paham,
budaya, dan orang-orang atheis. Dalam konteks ini, multikulturalisme dipandang sebagai
pengayaan terhadap konsep kerukunan umat beragama yang dikembangkan secara
nasional. Indonesia merupakan negara Pancasila, artinya bukan sebagai negara agama
karena negara agama hanya mendasarkan diri pada satu agama tertentu, tetapi negara
Pancasila juga tidak dapat dikatakan sebagai negara sekuler karena negara sekuler sama
sekali tidak mau terlibat dalam urusan agama bahwa negara Pancasila adalah sebuah
religius nation state yakni sebuah negara kebangsaan yang religius yang melindungi dan
memfasilitasi berkembangnya semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya tanpa
membedakan besarnya jumlah pemeluk masing-masing (Sustiono, Marzuki, and Sidik
2022).
Kemajemukan masyarakat yang ada di Indonesia menjadi fakta yang semestinya
harus disikapi secara positif. Adanya kontak sosial dalam keberagaman tersebut bisa
menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif. Konsep persamaan dan keadilan
merupakan ajaran dasar umat Islam dalam lingkup sosial. Adil sendiri memiliki makna
dan spektrum yang luas. Menurut alIsfahani, adil berarti persamaan atau al-musawah.
Orang yang adil adalah orang yang melihat dan menetapkan sesuatu dalam aturan yang
sama. Hal inilah yang dibaca oleh Buya Hamka, yang kemudian ditulis dalam tafsir Al
Azhar, bagaimana agama memberikan perspektif dan cara pandang berbeda tentang
negara dan multikulturalisme. Tafsir Hamka berupaya menghilangkan sekat-sekat
kehidupan beragama dengan kehidupan sosial, terutama dikaitkan dengan kondisi sosial
Indonesia dan kearifan bangsa dan negara (A’yun 2022).
Fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama yang meningkat dan terasa
cukup mengganggu kedamaian merupakan akibat jika konsep multikultural tidak
diperhatikan. Peningkatan konstelasi kekerasan ini menimbulkan tanda tanya tentang
sikap keberagaman sebagai umat Islam Indonesia yang meyakini bahwa agama mereka

8
merupakan agama pemberi Rahmat, dan juga kondisi ini mempertanyakan sikap mereka
terhadap kemajemukan bangsa atau multikulturalisme, serta terhadap demokrasi dan
modernisasi. Upaya untuk melawan radikalisme atau fundamentalisme Islam ialah
dengan bersuara menyampaikan gagasan Islam yang toleran dan inklusif, serta dengan
melakukan reinterpretasi ajaran Islam, yakni tajdid dan ijtihah. Selain itu radikalisme
juga harus dilawan melalui dunia pendidikan yang menekankan aspek-aspek kesadaran
multikultural dan kesadaran umat Islam sebagai bagian dari world citizenship (Maula
2020).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ijtihad merupakan aktifitas yang mengerahkan segala pemikiran semaksimal
mungkin memperoleh suatu hukum syara’ dari syariat atau hukum Islam. Ijtihad dapat
disebut juga sebagai proses pembentukan hukum Islam. Jika dilihat dari segi metodenya,
ijtihad dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) Ijtihad bayani; (2) Ijtihad qiyasi; dan (3)
Ijtihad istislahi. Dalam pelaksanaannya, ijtihad dapat dilakukan dengan dua cara. Cara
yang pertama ialah individual (ijtihad fardi) dan berkelompok, bersama-sama atau
kolektif (ijtihad jama’i).
Baik toleransi, moderat dan multikultural merupakan sikap dan pemikiran ynag
harus dimiliki oleh umat muslim di modern ini. Ketiga sikap tersebut dibutuhkan untuk
menciptakan kerukunan antar umat beragama, baik bagi sesama umat muslim maupun
masyarakat non-muslim. Pelaksanaan toleransi di sini menghargai pilihan orang lain
serta membiarkan mereka melaksanakan kepentingannya, bukan dengan mencampuraduk
ibadah dan kepercayaan tiap agama. Untuk itu umat muslim harus memahami hukum-
hukum Islam agar tidak terjerumus dalam toleransi yang salah atau “kebablasan”.
Moderat di sini merupakan sikap tengah-tengah; mengambil jalan yang netral agar tidak
menimbulkan sikap yang radikal (ekstrem) atau malah terlalu bebas (liberal). Umat Islam
diharapkan mampu menjadi umat penengah dan pengontrol dalam kehidupan
bermasyarakat untuk menetralkan pertikaian akibat perbedaan pendapat. Sedangkan
multikulturalisme merupakan solusi untuk menghadapi radikalisme Islam melalui
toleransi terhadap keberagaman yang ada di masyarakat. Dengan multikulturalisme,
diharapkan akan muncul kehidupan beragama yang harmonis walaupun dengan kondisi
bangsa yang majemuk dan beragam-ragam perbedaannya.

3.2 Saran
Untuk menumbuhkan ketiga sikap toleransi, moderat dan multikultural salah
satunya ialah dengan melakukan reinterpretasi (penafsiran ulang) pada ijtihad. Perlu
dilakukan kajian terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis yang mengandung konsep
toleransi, moderat dan multikultural. Selain itu, pemahaman tentang hukum Islam

10
melalui kajian atau membaca beragam sumber juga diperlukan untuk menambah
pengetahuan dan wawasan untuk menumbuhkan pemikiran moderat serta memicu
implementasi toleransi yang baik dan benar.
Pembahasan mengenai materi ijtihad dalam perspektif Islam dalam menguatkan
karakter toleransi, moderat dan multikultur ini pun masih belum sempurna. Untuk itu,
dibutuhkan saran, kritik dan tanggapan dari pembaca guna memperbaiki kesalahan-
kesalahan atau menambahkan materi yang kurang lengakap yang ada di dalam makalah.

11
DAFTAR PUSTAKA

A’yun, Putri Qurrata. 2022. “Islam Dan Multikulturalisme Perspektif Buya Hamka Dalam
Tafsir Al-Azhar.” al-Mawarid Jurnal Syariah dan Hukum (JSYH) 3(2): 93–104.
https://journal.uii.ac.id/jsyh 10.20885/mawarid.vol3.iss2.art3%0AISLAM.
Afwadzi, Benny, Miski Miski, Mila Aulia, and Roudlotul Jannah. 2023. “Bagaimana
Mahasiswa NU Memahami Islam Moderat?” AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan
dan Keislaman 9(2): 12–31.
Ahlul Badri, Muhammad Nasir &. 2022. “Ijtihad Dan Perkembangan Hukum Islam Di
Aceh.” Politica: Jurnal Hukum Tata Negara dan Politik Islam 9(1): 41–51.
Fitriani, Shofiah. 2020. “Keberagaman Dan Toleransi Antar Umat Beragama.” Analisis:
Jurnal Studi Keislaman 20(2): 179–92.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisisDOI:http://dx.doi.org/10.24042/
ajsk.v20i2.5489.
Hafidzi, Anwar. 2019. “KONSEP TOLERANSI DAN KEMATANGAN AGAMA DALAM
KONFLIK BERAGAMA DI MASYARAKAT INDONESIA.” Potret Pemikiran 23(2):
51. http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/PP.
Halim, Ilim Abdul. 2021. “Toleransi Beragama Sebagai Pemicu Hak Berbudaya Pada
Masyarakat Heterogen.” Religious : Jurnal Studi Agama-Agama dan Lintas Budaya
5(3): 463–74. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/Religious/.
Ka-anga, Muhammadrodee, and Hamzah Hamzah. 2019. “METODE IJTIHAD LEMBAGA
MAJLIS AGAMA ISLAM PROVINSI PATTANI THAILAND SELATAN.” Jurnal
Diskursus Islam 7(2): 314–34.
M. Khamim. 2022. “Nilai Universal Islam Muhammadiyah Dan Nu: Potret Islam Moderat
Indonesia.” El-Hekam 7(1): 17–26.
https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/elhekam/index.
Maula, Bani Syarif. 2020. “Radikalisme Islam Sebagai Problem Bagi Bangsa Indonesia Di
Masa Kontemporer.” JURNAL YAQZHAN: Analisis Filsafat, Agama dan Kemanusiaan
6(1): 147. http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/yaqzhan/index.
Muhammadun. 2019. “KONSEP IJTIHAD WAHBAH AZ-ZUHAILI DAN
RELEVANSINYA BAGI PEMBARUAN HUKUM KELUARGA DI INDONESIA.”
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia 4(11): 104–13.
Pujiono, P. 2022. “Implementasi Hukum Islam Dalam Meningkatkan Rasa Toleransi Antar
Umat Beragama.” Jurnal Pendidikan dan Konseling … 4(5): 1411–1417.
https://doi.org/10.31004/jpdk.v4i5.6782.
Safri, A, and Solehuddin Harahap. 2018. “METODE IJTIHAD IMAM AL - SYAUKANI.”
Jurnal Hukum Islam 1(2): 1–21.
Saihu, Made. 2022. “Moderasi Pendidikan: Sebuah Sarana Membumikan Toleransi Dalam

12
Dunia Pendidikan.” Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 11(02): 629.
Sulthon, Muhammad. 2019. “IJTIHAD DAN KONTEKSTUALISASI HUKUM ISLAM.”
Ar-Risalah: Media Keislaman, Pendidikan dan Hukum Islam 17(1): 68.
http://ejournal.iaiibrahimy.ac.id/arrisalah.
Surono, Yudi, and Anita Anita. 2022. “Ijtihad Ra’yu Sahabat Dalam Tafsir Al-Qur’an.” Ar
Rusyd: Jurnal Pendidikan Agama Islam 1(1): 41–58.
Sustiono, N A, M Marzuki, and S Sidik. 2022. “Multikulturalisme Beragama Di Indonesia
Dalam Tinjauan Hukum Islam.” In Prosiding Kajian Islam Dan Integrasi Ilmu Di Era
Society 5.0 (KIIIES 5.0), , 509–13.
https://jurnal.uindatokarama.ac.id/index.php/kiiies50/article/view/1130%0Ahttps://
jurnal.uindatokarama.ac.id/index.php/kiiies50/article/download/1130/691.

13

Anda mungkin juga menyukai