Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Rahmi (2124003)
2. Rahmawati (2124004)
3. Nurul Safitri (2124005)
4. Risma Yanti (2124002)
5. Ucik Dwi Andika (2124011)
6. Rahayu Puspita Sari (2124007)
7. Riska Viona Maulida (2124001)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Pembelajaran Agama berjudul Konsep Ketuhanan Dalam Islam. Dalam makalah ini kami
menguraikan mengenai pengertian Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih kepada.
Rizky Prihidayat,S.S.T.Ars,C.STMI,C.MGR selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Agama.
Orang tua kami yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di masa mendatang. Harapan
kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak. Amiin.
i
Tabalong, 11 September 2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN DEPAN
KATA PENGANTAR…….............................................................................................. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 1
Latar Belakang……………………………………………………………….... 1
Pendahuluan..........……………………………………………………………. 2
Definisi Multikulturalisme..…………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………........ 3
Pendidikan Multikulturalisme di Indonesia…………………………………….. 3
Tujuan Pendidikan………………………………………………………………. 4
Karakteristik Pendidikan ……………………………………………………….. 4
Faktor Penyebab Terjadinya Multikulturalisme………………………………... 5
Penerapan Pendidikan Multikulturalisme………………………………………. 5
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………….. 6
Pro Dan Kontra Pendidikan Agama Islam…………………………………….... 6
Saran …………………………………………………………………………….. 7
Kesimpulan……………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban Yunani, tercatat bahwa pengkajian dan kontemplasi tentang
eksistensi Tuhan menempati tempat yang khusus dalam bidang pemikiran filsafat. Contoh yang
paling nyata dari usaha kajian filosofis tentang eksistensi Tuhan dapat dilihat bagaimana filosof
Aristoteles menggunakan gerak-gerak yang nampak di alam dalam membuktikan adanya
penggerak yang tak terlihat (baca: wujud Tuhan).
Tradisi argumentasi filosofis tentang eksistensi Tuhan, sifat dan perbuatan-Nya ini
kemudian secara berangsur-angsur masuk dan berpengaruh ke dalam dunia keimanan Islam. Tapi
tradisi ini, mewujudkan semangat baru di bawah pengaruh doktrin-doktrin suci Islam dan
kemudian secara spektakuler melahirkan
filosof-filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dan secara riil, tradisi ini juga mempengaruhi
warna pemikiran teologi dan tasawuf (irfan) dalam penafsiran Islam.
Perkara tentang Tuhan secara mendasar merupakan subyek permasalahan filsafat. Ketika
kita membahas tentang hakikat alam maka sesungguhnya kita pun membahas tentang eksistensi
Tuhan. Secara hakiki, wujud Tuhan tak terpisahkan dari eksistensi alam, begitu pula sebaliknya,
wujud alam mustahil terpisah dari keberadaan Tuhan. Filsafat tidak mengkaji suatu realitas yang
dibatasi oleh ruang dan waktu atau salah satu faktor dari ribuan faktor yang berpengaruh atas
alam. Pencarian kita tentang Tuhan dalam koridor filsafat bukan seperti penelitian terhadap satu
fenomena khusus yang dipengaruhi oleh faktor tertentu.
Tuhan yang hakiki adalah Tuhan yang disampaikan oleh para Nabi dan Rasul yakni,
Tuhan hakiki itu bukan di langit dan di bumi, bukan di atas langit, bukan di alam, tetapi Dia
meliputi semua tempat dan segala realitas wujud.
1
a l - i l t i z a m , Vol.3, No.1, Mei 2018
64
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan upaya nyata untuk memfasilitasi individu lain dalam mencapai
kemandirian serta kematangan mentalnya sehingga dapat survive di dalam kompetisi
kehidupannya. Dalam aktifitas pendidikan, peserta didik merupakan sasaran (objek) dan
sekaligus sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, dalam memahami hakikat peserta didik,
para pendidik perlu dilengkapi pemahaman tentang ciri-ciri umum peserta didik, yaitu:
(1) Peserta didik dalam keadaan sedang berdaya, maksudnya ia dalam keadaan berdaya untuk
menggunakan kemampuannya, kemauannya, dan sebagainya
(2) Peserta didik memiliki keinginan untuk berkembang kearah dewasa
(3) Peserta didik memiliki latar belakang budaya, etnis dan agama yang berbeda
(4) Peserta didik melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi dasar
yang dimilikinya secara individu. Dalam perspektif Tilaar, pendidikan multikultural berawal dari
berkembangnya gagasan tentang.
Definisi Multikulturalisme
Multikulturalisme menurut Scott Lash dan Mike Featherstone (2002:2-6) berarti
keberagaman budaya. Istilah yang kerap digunakan untuk menggambarkan masyarakat yang
beragam, baik ras, bahasa, dan budaya yang berbeda tersebut, yaitu: (1) Pluralitas (plurality), (2)
Keragaman (diversity), dan Multikultural (multicultural). Pluralitas merupakan konsep yang
lebih banyak, lebih dari satu. Keragaman memberikan arti bahwa lebih dari satu itu adalah
berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan.
BAB II
PEMBAHASAN
sadar untuk mengembangkan kepribadian di dalam dan di luar sekolah yang mempelajari
tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas
dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
3
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Multikulturalisme berarti beranekaragaman kebudayaan.
Multikulturalisme secara sederhana dapat diartikan sebagai pengakuan atas pluralism budaya.
Akar dari multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang dilihat dari fungsinya
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pembangunan bangsa, istilah
multikultural ini telah membentuk suatu ideologi yang disebut multikulturalisme.
Multikulturalisme adalah berbagai pengalaman yang membentuk persepsi umum terhadap usia,
gender, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya, bahasa, ras dan berkebutuhan khusus.
Dilihat dari kedua pengertian di atas, pendidikan multikulturalisme adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai
macam status sosial, ras, suku, agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi
masalah-masalah keberagaman budaya.
Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikulturalisme Ada tiga prinsip pendidikan
multikulturalisme yang dikemukakan oleh Tilaar (2004:12), antara lain sebagai berikut: 1)
Pendidikan multikulturalisme didasar pada pedagogik kesetaraan manusia (equity pedagogy). 2)
Pendidikan multikulturalisme ditujukan kepada terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas dan
mengembangkan pribadi-pribadi Indonesia yang menguasai ilmu pengetahuan dengan
sebaikbaiknya. 3) Prinsip globalisasi tidak perlu ditakuti bangsa ini terhadap arah serta nilai-
nilai baik buruk yang dibawanya. Ketiga prinsip pendidikan multikulturalisme yang
dikemukakan Tilaar tersebut di atas sudah dapat menggambarkan bahwa arah dari wawasan
multikulturalisme adalah menciptakan manusia yang terbuka terhadap segala macam
perkembangan zaman dan keragaman berbagai aspek dalam kehidupan modern.
4
2) Kepercayaan Kepercayaan merupakan unsur yang terpenting dalam hidup bermasyarakat.
Munculnya kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul
ketika tidak ada komunikasi di dalam masyarakat plural.
3) Toleransi Toleransi merupakan bentuk tertinggi ketika kita mencapai keyakinanyang dapat
berubah.Toleransi juga merupakan suatu pendekatan dalam perubahan pandangan, wawasan dan
akal pikiran.
5
3) Budaya multikulturisme di sekolah Pemahaman mengenai keragaman budaya merupakan hal
yang sangat penting untuk diajarkan dilembaga-lembaga pendidikan, sehingga para generasi
muda benar-benar memahami konsep multikulturalisme secara baik.
4) Kegiatan penunjang pendidikan multikulturisme Lembaga pendidikan dapat melakukan
berbagai macam program atau kegiatan temporeryang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai
multikulturalisme.
BAB III
Istilah ‘pluralisme’ secara umum merujuk pada suatu cara pandang yang berorientasi
kemajemukan (kejamakan). Gagasan ini dicangkokan pada berbagai ranah atau berbagai subjek
pengetahuan, kemudian mengkristal sebagai suatu isme tersendiri terkait eksistensi suatu agama
dalam kemajmukan (plural). Karena itu, dalam dalam studi-studi dan wacana sosio-ilmiah sering
digunakan istilah “pluralisme agama”. Sedangkan konsep multikulturalisme mengulas berbagai
permasalahan yang mendukung ideologi, politik, demokrasi, keadilan, penegakan hukum,
kesempatan kerja dan usaha, hak asasi manusia, hak budaya komuniti dan golongan minoritas,
prinsip-prinsip etika dan moral, tingkat dan mutu produktivitas serta berbagai konsep lainnya
yang lebih relevan.
6
SARAN
Dalam akhir tulisan ini penulis mencoba berpartisipasi untuk memajukan dunia
pendidikan agama Islam dalam rangka mewujudkan kesadaran beragama dilingkungan yang
beragam,menumbuhkan sikap toleransi terhadap keragaman, menghargai eksistensi berbagai
macam golongan, kelompok, keragaman.Dalam penerapan Pendidikan agama Islam berwawasan
multikulturalisme tugas untuk membawa peserta didik pada kesadaran multikulturalisme tidak
hanya berada di pundak guru tapi juga sekolah, tempat dimana guru bekerja; masyarakat sebagai
quality control pendidikan dan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal pendidikan.Sekolah
sebaiknya menerapkan undang-undang lokal, yakni undang-undang sekolah yang diterapkan
secara khusus di satu sekolah tertentu. Dalam undang-undang tersebut hendaknya dicantumkan
larangan terhadap segala bentuk diskriminasi di sekolah.
Adanya undang-undang tersebut diharapkan semua unsur yang ada seperti guru, kepala
sekolah, pegawai administrasi, dan murid dapat belajar untuk selalu menghargai orang lain di
lingkungan sekolah. Aktif mengikuti atau melaksanakan dialog keagamaan atau antar iman
dengan peserta dialog adalah murid yang berada di bawah bimbingan gurunya, karena dengan
dialog kita bisa mengenal dengan lebih dekat seluk beluk kelompok lain, mengenalnya dengan
baik maka akan muncul rasa saling menghargai dan menghormati. Hal lain yang penting dalam
penerapan pendidikan agama berwawasan multikulturalisme adalah kurikulum dan literatur yang
dipakai dalam pembelajaran .
Pendidikan agama Islam di sekolah yakni literatur yang mengemas ajaran Islam secara
menyeluruh dan lengkap menampung khilafah dari berbagai aliran intern agama Islam serta
dapat membangun wacana peserta didik tentang pemahaman keberagamaan yang inklusif dan
moderat.. Pada intinya, kurikulum pendidikan agama Islam berwawasan multikulturalisme
adalah kurikulum yang memuat nilai-nilai pluralisme dan toleransi keberagamaan. Semoga
skripsi ini bisa memberikan sumbangsih pemikiran yang dapat menggugah sekaligus
mencerahkan bagi para penentu kebijakan, pelaku, praktisi dan pemerhati pendidikan serta
masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap dunia yang diyakini akan memberikan
investasi besar bagi kemajuan bangsa Indonesia.
7
KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam ras, suku
budaya, bangsa, dan agama dirasa penting untuk menerapkan pendidikan multikulturalisme.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa dengan masyarakat Indonesia yang beragam inilah
seringkali menjadi penyebab munculnya berbagai macam konflik. Pendidikan multikultural
adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
menggunakan perbedaan-perbedaan budaya yang ada pada para siswa seperti perbedaan etnis,
agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi
efektif dan mudah.Pendidikan multikulturalisme tidak hanya dipelajari dalam pendidikan normal
saja. Melainkan pendidikan multikulturalisme itu harus dipelajari oleh masyarakat luas, secara
non formal melalui berbagai macam diskusi, presentasi. Agar dapat terciptanya masyarakat
Indonesia yang tentram dan damai.
8
DAFTAR PUSTAKA
77