Fiqih Ikhtilaf
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Fiqih Ikhtilaf” ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Seminar Pendidikan Agama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama kami, Bapak Syihabudin Said yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
maka hendaklah bacaan itu ditinggalkan dan berpegang teguh pada yang Muhkam
yang akan membawa persatuan. Salah satu penyebab dari perpecahan dan
perselisihan adalah perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat dalam masalah fikih bukan lagi masalah baru,
melainkan sudah ada sejak jaman Rasulullah SAW wafat. Perbedaan masalah fikih
terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan timbulnya masalah-
masalah baru dalam kehidupan. Pasca Rasulullah SAW wafat mulai timbul
perbedaan pendapat yang kemudian melahirkan Mazhab-Mazhab yang diantaranya
saling berdebat dan dari perbedaan mereka yang tidak mungkin menemukan
kesepakatan karena masing-masing memiliki dasar sendiri-sendiri yang kemudian
menimbulkan perselisihan. Dari perselisihan itu berlanjut menjadi perang dingin
atau bahkan menyebabkan terjadinya benturan secara fisik maupun pertikaian
politik.
Perbedaan adalah hal yang sangat niscaya, sesuatu yang tidak bisa
dihindarkan lebih-lebih dalam masalah fikih yang mana dasar utamanya adalah Al-
Qur’an dan sunah. Sementara cara pengambilan hukum (istimbath) fuqoha satu
dengan yang lainnya terkadang terdapat perbedaan.
Dalam penetapan hukum Fiqih hampir selalu terjadi perbedaan pendapat di
kalangan para ulama. Hal ini tentu harus dipandang dengan kacamata positif karena
inilah khazanah pemikiran luas para ulama. Adanya ikhtilaf atau perbedaan
pendapat ini menjadikan hukum syariah lebih fleksibel dan aplikatif karena
menyuguhkan beberapa opsi hukum dari para ulama yang muktamad. Ikhtilaf ini
pula lah yang menjadkan hukum syariah relevan di setiap zaman dan tempat
Masalah yang ada dapat dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah, sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan fikih iktilaf?
2. Bagaimana sejarah singkat ikhtilaf?
3. Bagaimana sebab-sebab munculnya ikhtilaf?
4. Apa saja perbedaan Mazhab dan bagaimana menyikapinya?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Seminar
Pendidikan Agama.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dari uraian diatas, jelas terdapat perbedaan antara orang awam dari kaum
muslimin dan ahlul kitab yang mengikuti pendapat mereka. Orang awam dari
kaum muslimin yang mengikuti pendapat imam-imam mereka, pendapatnya di –
istimbath kan dari Al-Qur’an dan Sunah sebagaimana diperintahkan Allah SWT
4
dalam firmannya yang artinya “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui”.
Ikhtilaf di kalangan umat Islam mulai terlihat sejak para sahabat besar berpindah
ke berbagai kota. Sebelumnya, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baghawi di dalam
kitabnya Mashabihul Huda bahwa apabila orang yang berperkara datang menghadap
Abu Bakar beliau pun memperhatikan Kitabullah. Jika beliau menemukan hukum
yang dimaksudkan, beliau pun menerapkan hukum itu. tapi apabila beliau tidak juga
mendapatkannya di dalam sunah, beliau pun bertanya kepada para sahabat yang lain.
5
2.3.2 Riwayat Hadis
Adanya perbedaan penilaian derajat suatu hadis di kalangan hadis. Dimana
seorang ahli hadis menilai suatu hadis sahih, namun ahli hadis lainnya
menilai tidak sahih. Sehingga ketika ditarik kesimpulan hukumnya sangat
bergantung dari perbedaan ahli hadis dalam menilainya.
2.3.3 Nasikh dan Mansukh
Adanya ayat atau hadis yang menghapus berlakunya ayat atau hadis yang
pernah turun sebelumnya. Dalam hal ini sebagian ulama berbeda pendapat
untuk menentukan mana yang dihapus dan mana yang tidak dihapus,
2.3.4 Saling Berlawanan Dalil Mengenai Suatu Kaidah
Sebagaimana ulama ada yang menerima dalil mengenai suatu kaidah,
sebagian lain menolaknya. Maka kemudian timbul perbedaan di antara
ulama dalam menetapkan nama ayat yang berlaku mujmal dan mana yang
berlaku muqoyyad. Juga dalam menetapkan mana yang bersifat umum dan
mana yang bersifat khusus.
2.3.5 Metodologi Peng-istimbath-an Hukum
Adanya perbedaan ulama dalam menggunakan metodologi atau teknik
pengambilan kesimpulan hukum setelah sumber yang disepakati. Misalnya,
ada yang menerima istihsan dan ada juga yang tidak mau memakainya. Dan
masih banyak lagi seperti sadd al-dzariyah, qoul al-shahaby, istishab, qiyas
dan lainnya.
6
ulama dalam meng-istimbath-kan hukum. Seperti ikhtilaf pada perkara
wudu tentang mencuci atau membasuh kedua kaki.
2. Ikhtilaf sahabat dalam memahami hadis
Para sahabat dalam riwayat hadis tidaklah sama derajat dan daya nalar
di antara mereka. Sebagian menelaah dan meriwayatkan hadis. Hal ini
karena Nabi Muhammad SAW tidaklah selamanya sebagai Periwayat
Hadis. Terkadang beliau berperilaku sebagai pemberi fatwa, qadhi, atau
melakukan sesuatu yang hanya didengar atau dilihat oleh sahabat yang
hadir di Majelis Nabi, lalu yang mendengar dan melihatnya langsung
berbuat, menyampaikan pada yang lainnya, dan demikian seterusnya.
3. Ikhtilaf dalam menetapkan dan menilai suatu hadis
Para sahabat Nabi tidaklah serta-merta mengamalkan suatu hadis tanpa
terlebih dahulu mengetahui dan memahami lebih jauh kualitas hadis
tersebut. Sebagai contoh, Abu Bakar diminta tanggapannya oleh sahabat
lain tentang pewarisan kakek perempuan, beliau menemukan kualitas
hadis sebelum mengambil keputusan.
4. Adanya Nas Al-Qur’an yang memiliki makna ganda
Dalam bahasa arab istilah yang bermakna ganda dikenal dengan
“Musytarok” yaitu lafal yang mengandung dua pengertian atau lebih.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan pendapat dalam masalah fikih bukan lagi masalah baru,
melainkan sudah ada sejak jaman Rasulullah SAW wafat. Perbedaan masalah
fikih terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan timbulnya
masalah-masalah baru dalam kehidupan. Pasca Rasulullah SAW wafat mulai
timbul perbedaan pendapat yang kemudian melahirkan Mazhab-Mazhab.
Fiqih ikhtilaf adalah pemahaman tentang perbedaan pemahaman di antara
ahli hukum Islam (fuqoha) dalam menetapkan sebagian hukum Islam yang
bersifat furu’iyah, bukan ushuliyah. Disebabkan perbedaan pemahaman dalam
mengartikan dalam mengartikan kata atau istilah; dalil (dasar hukum); metodologi
peng-istimbath-an hukum; tempat; masa; dan guru. Penyikapan terhadap ikhtilaf
fuqoha memilih yamg dianggap rajah secara epistemologis, dan bukan karena
menghindari yang sulit atau berat. Fuqoha termasyhur adalah Imam Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’I, dan Imam Ahmad.
10
DAFTAR PUSTAKA
11