Anda di halaman 1dari 5

PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS DI SEKOLAH

A. SIKAP RELIGIUS MANUSIA

Manusia di lahirkan dalam keadaan suci atau fitrah, sifat dasar kesuciaan itu biasanya
di kenal dengan istilah hanifiayah, fitrah manusia terdiri dari 5 fitrah, yang pertama fitrah
agama yang di maksud fitrah agama yaitu manusia sudah memiliki fitrah beragama dari
sewaktu ruh manusia belum ditiupkan oleh ALLAH SWT kedalam jasmaninya.Fitrah agama
yang dimaksud adalah Agama Islam. Hal ini di dasarkan dari beberapa dalil yaitu sebagai
berikut :

1. Nabi Muhammad saw menyatakan bahwa semua anak di lahirkan dalam keadaan
islam apabila seseorang ketika sudah lahir dalam keadaan beragama lain misalnya
seperti Kristen yahudi maka hal itu di sebabkan oleh orang tua dan lingkungannya
2. Agama yang di akui oleh ALLAH SWT hanyalah agama islam ALLAH tidak
menerima agama selama islam.
3. Semua nabi dan rasul ALLAH adalah beragama islam.
4. Orang orang yang tidak beragama islam(kafir) adalah orang yang seburuk buruknya
di bumi mereka adalah orang yang dipimpin setan.
5. Para sarjana dan peneliti menyatakan bahwa islam adlah agama yang paling benar
diantara agama lain.

Yang kedua adalah fitrah suci yaitu manusia dikatakan tidak suci apabila di
malakukan dosa, manusia dalam keadaan suci ketika tertidur, anak kecil sampai baligh dan
orang gila hingga ia sembuh. Yang ketiga fitrah berakhlak ialah penyempurnaan moral/ahklak
seorang manusia yang awalnya sudah mempunyai fitrah bermoral/berakhlak dari sejak
lahir,baik dan buruknya akhlak manusia harus dapat dipertanggung jawabkan di dunia
maupun akhirat.Yang keempat adalah fitrah kebenaran.manusia ialah makhluk berfikir ,
karena manusia memiliki fitrah kebenaran Allah memerintah manusia untuk menyelesaikan
persoalan yang timbul diantara mereka dengan kebenaran.Dan yang terakhir adalah fitrah
kasih sayang, Allah memberi fitrah kasih sayang maka Allah memerintahkan manusia untuk
saling berpesan dengan kasih sayang.Manusia memang ingin dikasihi dan mengasihi.

B. SUSANA RELIGIUS DAN/ATAU AGAMIS


Religiusitas merupakan kata sifat dari religius, harusnya orang yang beragama indentik
dengan religius. Namun banyak terjadi di masyrakat seseorang menjalankan aturan
agama,gigih melalukan aturan agama tetapi memiliki tujuan bukan karena ALLAh SWT
melainkan dengan tujuan peningkatan karier atau berdagang.

Ada juga kejadian lain yang terjadi di masyarakat, seseorang menjalankan syariat
agama dengan tekun dan taat secara lahiriah, tetapi di luar pengamatan orang lain ia adalah
seorang yang kejam terhadap istrinya, suka berjudi, melakukan kegiatan maksiat, dan hal ha
yang dilarang oleh agama. Orang ini beragama hanya karena ingin dihormati oleh orang lain,
ingin dianggap “benar” di pandangan masyrakat, ia bukan manusia religius.

Ada hal lain lagi yang perlu di akui bahwa, ada seseorang yang secara penampakannya
dia tidak memiliki agama(komunis/ateis/kafir)tetapi tidak menutup kemungkinan ia memiliki
sikap atau perilaku seperti orang yang beragama, seperti ia memiliki rasa keadilan, rasa saling
menghormati, cinta terhadap kebenaran dan benci terhadap kebohongan dan kemunafikan.
Orang bukan seorang teladan tetapi harus kita akui bahwa dia orang yang baik dan
mempunyai sifat religius.

Ada dua tipe masyarakat yaitu (1) tipe masyarakat orde moral, (2) tipe masyarakat
kerabat sentris.

1. Tipe Masyaraka Orde Moral


Pada tipe masyaraka orde moral, komunitas kehidupan dan mekanismenya masih
sangat terikat oleh berbagai norma baik buruk masih bersumber pada adat,sehingga
banyak pantangan yang mengganggu proses penciptaan suasana religious dan agamis.
Keberadaan manusia seperti ini dipengaruhi oleh keadaan masyarakat yang stasis,
apatis, dan sikap curiga terhadap har baru yang berbeda dengan adat mereka sehingga
mereka selalu terbuai oleh tradisi dari waktu ke waktu.

2. Tipe Masyaraka Kerabat Sentris


Dalam tipe masyarakat sentris ini , walaupun sudah tersentuh modernsasi, namun
peranan pemimpin nonformal biasanya masih kuat. Suasana masyarakat tipe ini
biasanya yang lebih dominan adalah suasana kekerabatan dan kekeluargaan sehingga
sulit membedakan suasana agamis dan religius.
Hidup yang bermakna dapat diperoleh dengan jalan merelisasikan tiga nilai kehidupan
Pertama, creative values (Nilai kreatif) makna hidup bukan terletak dari pekerjaan,
namun mencerminkan pada keterlibatan kita melakukan hal hal yang bermanfaat bagi
kehidupan. Kedua, expriental values (nilai penghayatan) yaitu meyakini, menghayati
kebenaran, kebajikan, keindahan dan nilai-nilai yang dianggap berharga. Ketiga,
attidunal values (nilai bersikap) menerima dan mengambil sikap yang tepat terhadap
peristiwa yang tidak diinginkan.untuk meningkatkan kualitas jiwa, ada tiga tahap
yang perlu dilakukan yaitu, perbanyak zikir, dan berusaha selalu mengingat Allah
SWT .Kedua meniru sifat sifat mulia tuhan,dan yang terakhir tahaqquq, yaitu
seseorang yang harus bisa mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya
sebagaimukmin yang religius sehingga tercermin perilakunya yang suci.

C. URGENSI PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS DI SEKOLAH

Ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu :

1. Dimensi Keyakinan, yang berisi penghahrapan – pengharapan dan berpegangan teguh


pada keyakinan tersebut.
2. Dimensi praktik agama, yang mencangkup perilaku pemujaan.
3. Dimensi Pengalaman, fakta bahwa semua agama akan mencapai suatu kontak dengan
kekuatan supernatural.
4. Dimensi Pengetahuan agama, Orang yang beragama paling tidak mengetahui
mengenai dasar-dasar keyakinannya.
5. Dimensi Pengalaman atau Konsekuensi, dimensi ini mengenai pengetahuan seseorang
dari hari ke hari tentang agama yang mereka anut.

Tradisi memiliki beberapa fungsi yaitu,

a. Tradisi sebagai Wadah Ekpresi Keagamaan


Pelajaran agama senantiasa melahirkan bentuk-bentuk sebuah tradisi yang tanpa
disadari sering kita lakukan.
b. Tradisi sebagai Alat Pengikat Kelompok
Tradisi dapat mengikat individu dalam sebuah kelompok karena sifat alamiah
individu yang ingin membanggakan apa yang ada dalam kelompoknya pada
kelompok lain.

D. MODEL-MODEL PENCIPTAAN SUSANA RELIGIUS DI SEKOLAH

Model adalah sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional ada 4 model
penciptaan Suasana religius antara lain:

1. Model struktural
Yaitu penciptaan suasana religius yang disemangati oleh adanya peraturan,
pembangunan kesan baik, dari dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan suatu
lembaga pendidikan atau suatu lembaga organisasi.
2. Model Formal
Yaitu penciptaan suasana religius yang di dasari atas pemahaman bahawa pendidikan
agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalah-masalah kehidupan akhirat
saja.

3. Model Mekanik
Adalah penciptaan Suasana religius yang di dasari oleh pemahaman bahwa kehidupan
terdiri atas berbagai aspek dan pendidikan di pandang sebagai penanaman dan
pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing masing bergerak dan
berjalan menurut fungsinya.

4. Model Organik
Adalah pneciptaan Suasana religus yang disemangati oleh adanya pandangan bahwa
pendidikan agama adalah kesatuan atau sebagai system yang berusaha
mengembangankan pandangan/semangat hidup agamis, yang di terapkan dalam sikap
hidup dan keteramplan hidup religious.

PENCIPTAAN SUASANA RELIGIUS DI SEKOLAH


( Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam )

Dosen Pengampu: Drs. A. Khuldun Munji,M.A


Nama Kelompok :
 DINA FATMA ALIA SIMBOLON (2014130012)

 ELIDA PUTRI HIDAYANTI (2014130015)

 FIORINTINA SUTIKNO (2014130018)

 GHANIYA GUMITYANA (2014130020)

 IZHAR RIFQI HADI (2014120027)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
DAFTAR PUSTAKA
Muhaimin, et.al.,2001, Paradigma Pendidikan Islam-Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, Bandung, PT Remaja Risdakarya.

Anda mungkin juga menyukai