IJARAH
Disusun
O
H
Abdul Rahman P
Abel salsabila
Dea Oktaviani
Dhika Saputra
Dinda Asmara
Gio Meidiva Candrani
NaiyaAstianti
Muhammad sadewa
Vharel
MTS.N 5 KAMPAR
KECAMATAN KAMPAR KIRI
TP. 2022-2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas ke hadirat Allah swt. Karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Ijarah”. Dalam penulisan makalah ini, penulis
berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunannya. Namun, tidak ada gading yang tidak
retak, begitu pun dengan makalah ini masih banyak kesalahan-kesalahan baik penulisan maupun
isi dari makalah sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca demi
pencapaian kesempurnaan dalam makalah ini.
Penulis berharap melalui makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca serta
dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
.
A. Latar Belakang
Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan manusia dengan manusia
lainya dalam sebuah masyrakat. Segala tindakan manusia yang bukan merupakan ibadah
termasuk dalam kategori ini. Didalamnya termasuk kegiatan perekonomian masyarakat. Salah
satu jenis trangsaksi ekonomi yang dibahas dalam fiqih muamalah ialah al-Ijarah.
Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak dilakukan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Didalam pelaksanaan Ijarah ini yang menjadi objek transaksinya
adalah manfaat yang terdapat pada sebuah zat. Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya:“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibn Majah dari Ibn Umar)
Hadits di atas dapat dismpulkan bahwa poroses Ijarah sudah ada sejak zaman Nabi.
Untuk lebih jelasnya, didalam makalah ini akan dibahas permasalahan ijarah yang meliputi
pengertian, dasar hukumnya, rukun dan syaratnya, hal-hal yang dapat membatalkannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ijarah?
2. Apa dasar hukum Ijarah?
3. Apa Syarat-syarat dan rukun Ijarah?
4. Bagaimana pembatalan dan berakhirnya Ijarah?
5. Bagaimana contoh Ijarah dalam masyarakat?
C. Tujuan
Memberikan informasi kepada pembaca tentang Ijarah
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru ( )األجرyang arti menurut bahasanya ialah
al-‘Iwadh yang arti dalam bahsa indonesianya ialah ganti dan upah. Adapun
menurut Istilah, para ulama berbeda-beda dalam mendefinisikam Ijarah, antara
lain sebagai berikut:
a) Menurut Ulama Hanafiyah
ُع ْقٌد ُيِفْيُد َتْمِلْيُك َم ْنَفَعٍة َم ْع ُلَو َم ٍة َم ْقُصْو َد ٍة ِم َن اْلَع ْيِن اْلُم ْسَتأ ِج َرِة ِبَع ْو ٍض
Ijarah akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari
suatu zat yang disewa dengan imbalan.
b) Menurut Malikiyah
َتْس ِمَيُة الَّتَع اُقِد َع َلى َم ْنَفَعِة اآلَد ِمِّى َو َبْع ِض الَم ْنُقْو َالِن
Ijarah adalah nama bagai akad-akad untuk kemangfaatn yang bersifat manusiawi dan
untuk sebagain yang dapat di pindahkan.
c) Menurut Sayyid sabiq
Ijarah ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
d) Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie
Ijarah adalah akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu, yaitu
pemilikan manfaat dengan imabalan, sama dengan menjual manfaat.
e) Menurut Amir Syarifuddin
Ijarah secara sederhana dapat diartikan dengan akad atau tansaksi manfaat atau jasa
dengan imbalan tertentu.
Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa ijarah atau sewa-menyewa
adalah akad atas manfaat dengan imbalan. Adapun istilah-istilah dalam Al-Ijarah
pemilik yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajjir (orang yang menyawakan).
Pihak lain yang memberikan sewa disebut Musta’jir ( orang yang menyawa =
penyewa). Dan, sesuatu yang di akadkan untuk diambil manfaatnya
disebut Ma’jur ( Sewaan). Sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan
manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah). Dan setelah terjadi akad Ijarah telah
berlangsung orang yang menyewakan berhak mengambil upah, dan orang yang
ii
menyewa berhak mengambil manfaat, akad ini disebut
pula Mu’addhah (penggantian).
Al-Ijarah ada dua macam yaitu Ijarah al’Ain dan Ijarah ad-Dzaimah.
1. Ijarah atas manfaat (Ijarah al’Ain) disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah bagaian
pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu benda.
2. Ijarah atas pekerjaan (Ijarah ad-Dzaimah) disebut juga upah-mengupah. Dalam Ijarah
bagaian kedua ini, objek akadnya dalah amal atau pekerjaan seseorang.
B. Dasar Hukum Al-Ijarah
Al-Ijarah dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk upah-mengupah
merupakan muamallah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya
menurut Jumhur Ulama adalah Mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara’. Adapun dasar hukum tentang
kebolehan Al-Ijarah sebagai berikut:
َفِإْن َأْر َض ْع َن َلُك ْم َفْأُتْو ُهَّن ُأُجْو َر ُهَّن
“Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah mereka (Al-Thalaq:
6)”.
Dasar Hukum ijarah dari Hadits/sunnah:
ُأُع ُطوا ْاَألِج ْيَر َأْج َر ُهث َقْبَل َاْن َّيِج َف ُع ُر ُقُه
“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (Riwayat Ibnu Majah).
Perlu diketahui bahwa tujuan di syariatkan al-Ijarah itu adalah untuk
memberikan keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup.
C. Rukun dan syarat Ijarah
Menurut Hanafiyah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul dari dua belah
pihak yang bertransaksi. Adapun menurut Jumhur Ulama rukun ijarah ada empat
yaitu:
1. Dua orang yang berakad (akid) yaitu mua’jir (orang yang menyewakan atau orang
yang memberi upah) dan musta’jir (orang yang menyewa sesuatu atau menerima
upah).
2. Sighat (Ijab dan kabul)
3. Sewa atau imbalan
4. Manfaat
Adapun syarat-syarat ijarah sebagaimana yang ditulis Nasrun Haroen yaitu sebagai
berikut:
ii
1. Berkaitan dengan dua orang yang berakad. Menurut ulama Syafi’iyah dan
Hanabilah disyaratkan telah baligh dan berakal. Menurut ulama Hanafiyah dan
Malikiyah bahwa kedua orang tersebut tidak harus mencapai usia baligh hanya
pengesahannya perlu persetujuan walinya.
2. Kedua belah pihak yng berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad ijarah.
3. Manfaat yang menjadi objek al-ijarah harus diketahui, sehigga tidak muncul
perselisihan dikemudian hari.
4. Objek al-Ijarah itu boleh diserahkan dan digunaknan secara langsung dan tidak
ada cacatnya.
5. Objek al-Ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’.
6. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa.
7. Objek Al-Ijarah itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan seperti rumah,
kendaraan, dan alat-alat perkantoran.al-ijarah harus jelas, tertentu, dan
8. Ujrah atau upah, disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa-menyewa maupun dalam upah-mengupah.
Adapun fitur dan Mekanisme Al-Ijarah adalah sebagi berikut:
a. Hak Perusahaan Pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir), yaitu memperoleh
pembayaran sewa dan/atau biaya lainnya dari penyewa (musta’jir);dan mengakhiri
akad Ijarah dan menarik objek Ijarah apabila penyewa tidak mampu membayar sewa
sebagaimana diperjanjikan.
b. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa antara lain, yaitu:
1. menyediakan objek ijarah yang disewakan
2. menanggung biaya pemeliharaan objek ijarah
3. menjamin objek ijarah yang disewakan tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi
dengan baik.
c. Hak penyewa (musta’jir), antara lain meliputi:
1. menerima objek ijarah dalam keadaan baik dan siap dioperasikan;
2. menggunakan objek ijarah yang disewakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan
yang diperjanjikan.
d. Kewajiban penyewa antara lain meliputi:
1. membayar sewa dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan
2. mengembalikan objek iajrah apabila tidak mampu membayar sewa
3. menjaga dan menggunakan objek ijarah sesuai yang diperjanjikan
ii
4. tidak menyewakan kembali dan/atau memindahtangankan objek ijarah kepada
pihak lain.
ii
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan maupun kendaraan lainya, harus dijelaskan
salah satu dari dua hal, yaitu waktu dan tempat. Demikian pula barang yang akan
dibawa, dan benda atau orang yang akan diangkut harus dijelaskan.
G. Hikmah Upah
1) memenuhi nafkah keluarga.
2) memenuhi hajat hidup masyarakat.
3) membina ketentraman dan kebahagian.
4) menolak kemungkaran yang dapat terjadi karena tidak
Memiliki pekerjaan.
ii
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Al-ijarah atau sewa-menyewa adalah akad atas manfaat dengan imbalan. Adapun istilah-
istilah dalam Al-Ijarah pemilik yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajjir (orang yang
menyawakan). Pihak lain yang memberikan sewa disebut Musta’jir ( orang yang
menyawa = Penyewa). Dan, sesuatu yang di akadkan untuk diambil manfaatnya
disebut Ma’jur ( Sewaan). Sedangkan jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat
disebut Ajran atau Ujrah (upah), Ijarah di bagi menjadi dua al-Ain dan ad-dzimmah.
Hukum asalnya menurut Jumhur Ulama adalah Mubah atau boleh bila dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh syara’. Adapun Rukun Ijarah adanya dua
orang yang berakad, Sighat (Ijab dan kabul, Sewa atau imbalan, Manfaat. Ijarah
merupakan akad yang tidak membolehkan adanya pembatalan pada salah satu pihak,
kecuali jika adanya faktor yang mewajibkan terjadinya pembatalan.
b. Penutup
Demikianlah yang dapat kelompok kami paparkan dari makalah yang berjudul Al-
Ijarah. Kami masih menyadari dalam penyusunan makalah yang kami susun masih
terdapat banyak kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari saudara
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
untuk kita semua.
ii