Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


“MATERI FIKIH II”
Dosen Pengampu : M. Hamdan, S. Pd. I, M. Pd. I
Tentang : “Ijarah dan Ariyah (hutang piutang)”

Disusun oleh :
Kelompok 5
Astuti (20.11.2567)
Supiaturoohimah (20.11.2630)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NADWAH


KUALA TUNGKAL
2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Saya
juga bersyukur atas berkat rezeki dan kesehatan yang diberikan kepada kami
sehingga kami dapat mengumpulkan bahan – bahan materi makalah ini dari internet
dan perpustakaan. Kami telah berusaha semampu saya untuk mengumpulkan
berbagaimacam bahan tentang “Ijarah dan Ariyah (hutang piutang)”.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna,
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu kami mohon
bantuan dari para pembaca.
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan,
kami mohon maaf yang sebesarnya dan sebelumnya kami mengucapkan terima
kasih.
Wassalam

Kuala Tungkal, 04 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN
 Latar Belakang .....................................................................................1
 Rumusan Masalah ................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijarah ....................................................................................2
B. Pengertian Ariyah ...................................................................................6
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ...........................................................................................11
B. Saran .....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan beraneka
ragam dan kebutuhan itu selalu meningkat, sedang kemampuan untuk
mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Manusia membutuhkan satu
sama lain untuk bertahan hidup, sehingga manusia memerlukan pula kerjasama
yang bersifat saling menguntungkan dengan yang lain.
Problematika kehidupan umat manusia yang semakin kompleks dengan
tuntunan hajat hidup yang semakin besar telah banyak membentuk polapikir
dan tingkah laku masyarakat. Di satu sisi, manusia mengharapkan sebuah
tatanan kehidupan bahagia, damai, aman dan menjamin kesejahteraan
hidupnya.. Jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik maka harus
dilakukan dengan saling membutuhkan antara yang satu dan yang lainnya.
Dalam memenuhi kebutuhannya manusia dibatasi aturan-aturan dan
hukum yang telah ditentukan oleh Allah. Hukum dalam Islam merupakan
aturan-aturan yang berkaitan dengan hubungan individu dengan individu lain,
maupun individu dengan penciptanya. Oleh karenanya Allah mengingatkan
agar dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia tidak saling merugikan satu
sama lainnya, dalam hal ini tukar menukar keperluan antar anggota masyarakat
adalah satu jalan yang adil. 1
Dalam rangka memenuhi hajat hidup yang bersifat materiil itulah
masing-masing mengadakan ikatan yang berupa perjanjian-perjanjian atau
akad-akad. Seperti jual beli, sewa-menyewa, syirkah dan sebagainya, yang
semuanya itu tercakup dalam muamalah. 2
B. Latar Belakang
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Ijarah?
2. Apa Yang Dimaksud Dengan Ariyah?

1
1Nazar Bakry, Problematika Pelaksanaan Fiqih Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),
hal. 56
2
AniaAnicaJanuarti,file:///D:/bahaan skripsi Muamalah dalam Kaca Mata Syariah Halal atau
Haram sistem pinjam pakai KOMPASIANA.com.html. Diakses pada tanggal 02-01-2016

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah
Ijarah berasal dari bahasa Arab yang berarti upah,sewa,jasa,imbalan
atau ganti. Al- ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam
memenuhi keperluan hidup manusia,sewa-menyewa, kontrak, atau menjual
jasa perhotelan dan lain-lain.
Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ijarah yan dikemukakan
para ulama fiqih. Yang pertama meurut Hanafiyah al ijarah adalah Transaksi
terhadap suatu manfaat dengan imbalan. Yang ke dua menurut ulama syafi’iyah
ijarah adalah Transaksi terhadap suatu manfaat yang dituju, tertentu, bersifat
mubah dan boleh dimanfaatkan dengan imbalan tertentu. Yang ke tiga menurut ulama
Malikiyah dan Hambaliah al ijarah adalah Pemilikan manfaat suatu yang dibolehkan
dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan. 3
Ijarah secara sederhana diartikan dengan “transaksi manfaat atau jasa
dengan imbalan tertentu”. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat
atau jasa dari suatu benda disebut ijarat al-‘ain atau sewa menyewa ; seperti
menyewa rumah untuk ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi adalah
manfaat atau jasa dari tenaga seseorang, disebut ijarat al-zimmah atau upah
mengubah menjahit pakaian. Keduanya disebut AL-Ijarah dalam literatul
arab. 4
Para ulama ijma’ tentang kebolehan ijarah karena manusia senantiasa
membutuhkan manfaat dari suatu barang atau tenaga orang lain. Ijarah adalah
suatu bentuk aktifitas yang dibutuhkan oleh manusia, karena ada manusia yang
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya melalui sewa-menyewa atau
upah-mengubah terlebih dahulu.

1. Dasar hukum ijarah

3
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama,2007), hlm. 228-229
4
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Bogor : PrenadaMedia,2003), hlm.215-216

2
Ijarah baik dalam bentuk sewa –menyewa maupun dalam bentuk
upah mengupah itu merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam
islam. Hukum asalnya adalah boleh atau mubah bila dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan islam.
Adapun landasan hukum al ijarah terdapat dalam Q.S al-Baqarah : 233.
Allah SWT Berfirman:
‫ضعُ ْٓوا اَن ا َ َردتُّم َواِن‬ َ ْٓ ‫ف ٰات َيتُم َّما‬
ِ ‫سلَّمتُم اِذَا لَيكُم ََع ُجنَا َح فَ َل اَو ََلدَكُم ت َست َر‬ ِ ‫ِبال َمع ُرو‬
Artinya : “jika kamu menginginkan mengupahkan menyusukan anakmu,
boleh saja asal kamu menyerahkan upahnya secara patut”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan
memberikan upah sebelum keringat si pekerja kering. Dari ‘Abdullah bin
‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َّ ‫ير أَج َرهُ قَب َل أَن يَ ِج‬


ُ ‫ف عَ َرقُه‬ َ ‫طوا األ َ ِج‬
ُ ‫أَع‬

“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya


kering.” (HR. Ibnu Majah)”.5

2. Rukun al- Ijarah


Menurut ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu ijab
(ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa
menyewa).

Akan tetapi, jumhur ulama mengatakaan bahwa rukun al-ijarah itu


ada empat, yaitu : orang yang berakad, sewa atau imbalan, manfaat, dan
shigat( ijab dan qabul). Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang
berakad,sewa/imbalan,dan manfaat, termasuk syarat-syarat al-ijarah,
bukan rukunnya.

3. Syarat-syarat al ijarah

5
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1993), hlm. 32-33

3
a. Untuk kedua orang yang berakad (al-muta’aqidin), menurut ulama
syafi’iyah dan hanabillah, di syariatkan telah baligh dan berakal. Tetapi
menurut ulama Hanafiyah dan malikkiyah berpendapat bahwa kedua
orang yang berakad tidak harus mencapai usia baligh, tapi anak yang
telah mumayyiz pun boleh melakukan akad al-ijarah,namun ,mereka
mengatakan apabila seorang anak yang mumayyiz melakukan al-ijarah
terhadap harta atau dirinta, maka akad itu sah apabila disetujui oleh
walinya.
b. Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya untuk
melakukan akad al-ijarah.
c. Manfaat yang menjadi obyek al-ijarah harus diketahui secara sempurna,
sehingga tidak muncul perlselisihan kikemudian hari.
d. Obyek al-ijarah itu boleh diserahkan dan dipergunakan secara lansung
dan tidak cacat.
e. Obyek al-ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara’. Kaidah fiqh
menyatakan “sewa menyewa dalam masalah maksiat tidak boleh”.
f. Yang disewakan itu bukan suatu kewajiban bagi penyewa.
g. Obyek yang disewakan itu merupakan sesuatu yang biasa disewakan,
seperti rumah, mobil,dan hewan tungangan.
h. Upah/sewa dalam akad al-ijarah harus jelas, tertentu dan sesuai yan
bernilai harta. Seperti khamar dan babi tidak boleh jadi upah dalam
akad al-ijarah, karena kedua benda itu tidak bernilai harta dalam islam.
i. Ulama Hanafiyah menyatakan upah/sewa itu sejenis dengan manfaat
yang disewa..6

 Macam – macam al- ijarah

6
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama,2007), hlm.231-235

4
Dilihat dari segi obyeknya, akad al-ijarah dibagi oleh para ulama
fiqh kepada dua macam, yaitu :

1. Al- ijarah yang Bersifat manfaat


Seperti sewa-menyewa rumah,toko, kendaraan, pakaian, dan
perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat yan dibolehkan
syarat’ untuk dipergunakan, maka para ulama fikih sepakat
menyatakan boleh dijadikan obyek sewa –menyewa.

2. Al- ijarah yang bersifat pekerjaan


Ialah dengan cara mempekerjakan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaaan. Al- ijarah seperti ini, menurut ulama
fiqh, hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti buruh
bangunan, tukang jahit, buruh pabrik dan tukang sepatu. Al-ijarah
seperti ini ada yang bersifat pribadi, seperti menggaji seorang
pembantu rumah tangga, dan yang bersifat serikat, yaitu seseorang
atau sekelompok orang menjual jasanya untuk kepentingan orang
banyak, seperti tukang sepatu, buruh pabrik, dan tukang jahit. Kedua
bentuk al-ijarah terhadap pekerjaan ini menurut ulama fiqh
hukumnya boleh.

5
B, Pengertian Ariyah

Secara etimologi bahasa arab al- ‘ariyah berarti sesuatu yan di


pinjam,pergi dan kembali atau sekedar atau pinjaman. Sedangkan secara
terminologi fiqh, ada beberapa definisi al-‘ariyah yang dikemukakan oleh para
ulama fiqih.

Pertama, ulama malikkiyah dan imam as-syarakhsi, tokoh fiqih hanafi,


mendefinisikan“pemilikan manfaat sesuatu tanpa rugi”.Kedua, ulama
syafi’iyah dan hanabillah, yaitu “kebolehan memanfaatkan barang orang lain
tanpa anti rugi”

‘Ariyah secara kebahasaan berarti ‘pinjaman”. Kata ini sudah menjadi


suatu istilah teknis dalam ilmu fikih untuk menyebutkan perbuatan pinjam-
meminjam , sebagai salah satu aktivitas antara manusia. Dalam
pelaksanaannya,’ariyah di artikan sebagai perbuatan pemberian milik untuk
sementara waktu oleh seseorang kepada pihak lain, pihak yang menerima
kepemilikan itu dipebolehkan memanfaatkan serta mengambil manfaat dari
harta yang diberikan itu tanpa harus membayar imbalan,dan pada waktu
tertentu penerima harta itu wajib mengembalikan harta yang diterimanya itu
kepada pihak pemberi. Inilah kira-kira gambaran dari kegiatan pinjam-
meminjam(‘ariyah). Oleh sebab itu, para ulama biasanya mendefinisikan
‘ariyah itu sebagai pembolehan oleh seseorang untuk di manfaatkan harta
miliknya oleh oang lain tanpa diharuskan memberi imbalan..7

1. Dasar hukum al- ‘ariyah


Al- ‘ariyah sebagai sarana dalam rangka tolong menolong antara
orang yang mampu, menurut ulama fiqh, didasarkan kepada firman Allah
dalam surat Al-maidah ayat 2
‫علَى َوتَعَ َاونُوا‬
َ ‫علَى تَعَ َاونُوا َو ََل َوالتَّق ٰوى البِ ِر‬
َ ‫اَلث ِم‬
ِ ‫ان‬ِ ‫ّللا َواتَّقُوا َوالعُد َو‬
َ ٰ ‫ّللا ا َِّن‬
َ ٰ ُ‫شدِيد‬
َ
ِ ‫ال ِع َقا‬
‫ب‬

7
Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997), hlm. 37

6
Artinya: “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksaan-Nya.”

Kemudian hadist rasullulah : HR. Bukhari dan Muslim:Dari


Shafwan Ibnu Umaiyah: Rasulullah saw meminjam kuda Abi Talhah dan
mengendarainya.(HR. Abu Daud )

Dari Shafwan, ”Rasulullah saw meminjam baju perang Abu


Shafwan, lalu ia mengatakan: apakah hal ini merupakan pemakaian tanpa
izin wahai Muhammad? Rasul menjawab: ”tidak, ini saya pinjam dengan
jaminan. ”
HR. Abu Daud dan At-Tirmizi:
Ariah (barang pinjaman) adalah barang yang wajib dikembalikan.
Berdasarkan ayat dan hadis diatas para ulam fiqh sepakat
mengatakan bahwa hukum al-‘ariyah adalah mandub (sunah, karena
melakukan al-‘ariyah ini merupakan slah satu bentuk ta’abbud (ketaatan)
pada Allah SWT.8
 Rukun Al-‘ariyah
Ulama hanafiyah berpendapat bahwa rukun ariyah hanyalah ijab
dari yang meminjamkan barang.

Menurut ulama Syafi’iyah, dalam ariyah disyaratkan adanya lafazh


shighat akad, yakni ucapan ijab dan qabul dari peminjam dan yang

8
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah,op cit,hlm.239

7
meminjam barang pada waktu transaksi sebabmemanfaatkan milik barang
bergantung pada adanya izin.

Secara umum, jumhur ulama fiqh menyatakan bahwa ukun ariyah


ada empat, yaitu :

1. Mu’ir (peminjam)
2. Musta’ir (yang meminjamkan)
3. Mu’ar (barang yang dipinjam)
4. Shighat, yakni sesuatu yang menunjukkan kebolehan untuk mengambil
manfaat, baik dengan ucapan maupun perbuatan. 9

 Syarat- syarat Al- ariyah


1. Orang yang meminjam ituharuslah orang yang berakal dan cakap
bertindak hukum, karena orang yang tidak berakal tidak dapat
dipercaya memegang amanah, sedangkan barang al-ariyah ini pada
dasarnya amanah yang harus dipelihara oleh orang yang
memanfaatkannya. Oleh sebab itu anak kecil, orang gila, dan orang
bodoh tidak boleh melakukan akad ariyah.
2. Barang yang dipinjam itu bukan jenis barang yang apabila
dimanfaatkan akan habis atau musnah, seperti makanan. Jenis-jenis
barang yang tidak habis atau musnah apabila dimanfaatkan antara lain
: rumah, tanah, pakaian, dan binatang ternak, kecuali apabila dihabiskan
atau dimusnahkan.
3. Barang yang dipinjamkan itu harus secara langsung dapat dikuasai oleh
peminjam. Artinya, dalam al-‘ariyah,pihak peminjam harus menerima
langsung barang itu dan dapat ia manfaatkan secara langsung pula.
4. Manfaat barang yang dipinjam itu termasuk manfaat yang mubah
(dibolehkan syara’).

9
Rahmat Syafe’i, Fiqih Muamalah,(Bandung : CV. Pustaka Setia,2001),hlm. 141

8
 Macam – macam ‘ariyah

1. Ariyah Mutlak
Ariyah mutlak yaitu pinjam-meminjam barang yang dalam
akadnya (transaksi) tidak dijelaskan persyaratan apapun, seperti apakah
pemanfaatannya hanya untuk meminjam saja atau dibolehkan orang lain,
atau tidak dijelaskan cara penggunaannya. Contohnya, seorang
meminjam binatang, namun dalam akad tidak disebutkan hal-hal yang
berkaitan dengan penggunaan binatang tersebut, misalnya waktu tempat
mengendarainya. Jadi hukumnya sebagaimana pemilik hewan-hewan,
yaitu dapat mengambil. Namun, demikian, harus sesuai dengan
kebiasaan yang berlaku pada masyarakat. Tidak dibolehkan
menggunakan binatang tersebut siang dan malam tanpa henti.
Sebaliknya, jika penggunaannya tidak sesuai kebiasaan dan barang
pinjaman rusak, peminjam harus bertanggung jawab.
2. Ariyah Muqayyad
Ariyah muqayyad adalah meminjamkan suatu barang yang
dibatasi dari segi waktu dan kemanfaatannya, baik disyaratkan pada
keduanya maupun salah satunya. Hukumnya, peminjam harus sedapat
mungkin untuk menjaga batasan tersebut. Hal ini karena asal dari batas
adalah menaati batasan, kecuali ada kesulitan yang menyebabkan
peminjam tidak dapat mengambil manfaat barang. Dengan demikian
dibolehkan untuk melanggarbatasan tersebutapabila kesulitan untuk
memanfaatkannya.
 Batasan penggunaan ariyah oleh diri peminjam
Jika mu’ir membatasi hak penggunaan manfaat itu untuk dirinya
sendiri dan masyarakat memandang adanya perbedaan tentang penggunaan
dalam hal lainya,seperti mengendarai binatang atau memakai pakaian .
1) Pembatasan waktu atau tempat

9
Jika ariyah dibatasi waktu dan tempat, kemudian peminjam melewati
tempat atau menambah waktunya, ia bertanggung jawab atas
penambahan tersebut.

2) Pembatasan ukuran berat dan jenis


Jika yang disyaratkan adalah berat barang atau jenis kemudian ada
kelebihan dalam bobot tersebut, ia harus menanggung sesuai dengan
kelebihannya.
Jika ada perbedaan antara mu’ir ( orang yang meminjamkan
barang) dengan musta’ir (peminjam) tentang lamanya waktu
meminjam, berat barang yang dibawa barang pinjaman, atau tempat
meminjam, pendapat yang harus dimenangkan atau diterima adalah
mu’ir(yang meminjamkan barang), karena dialah yang pemberi izin
untuk mengambil manfaat barang pinjaman tersebut seuai dengan
keinginannya.10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ijarah adalah “transaksi manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu”.
Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari suatu benda
disebut ijarat al-‘ain atau sewa menyewa ; seperti menyewa rumah untuk

10
ibid,hlm.144-145

10
ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa dari
tenaga seseorang, disebut ijarat al-zimmah atau upah mengubah menjahit
pakaian. Keduanya disebut AL-Ijarah dalam literatul arab. Sedangkan ,
‘Ariyah adalah menyerahkan suatu wujud barang untuk dimanfaatkan
tanpa imbalan. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka bila Barang yang
di manfaatkan itu harus dengan imbalan tertentu, maka dia dinamai sewa-
menyewa atau ijarah bukan ‘ariyah. Karena yang di transaksikan dalam hal ini
hanya manfaatnya, yang dapat dikuasai oleh yang meminjam hanyalah
mannfaatnya sedangkan wujud bendanya tetap milik bagi yang punya yang
harus dikembalikan. Bila yang dikembalikan itu bukan wujud barangnya,
tetapi nilai atau harganya atau dalam bentuk lain tidak dinamakan pinjam
meminjam, tetapi utang- piutang.
B. Saran
Kami penyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Maka dari itu
kami menerima semua saran dan tanggapan yang teman-teman semua berikan.

Atas saran dan tanggapannya kami sebagai penyaji makalah


mengucapkan terima kasih, semoga apa yang ada didalam makalah ini dapat
kita ambil manfaatnya dan dapat kita terapkan dalam dalam kehidupan sehari-
hari selama itu tidak bertentangan dengan agama kita yakni Islam

11
DAFTAR PUSTAKA

Harun Nasrun , Fiqh Muamalah, Jakarta : Gaya Media Pratama,2007


Syarifuddin Amir, Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor : PrenadaMedia,2003
Rozalinda, Fiqh Muamalah Dan Aplikasinya Pada Perbankan Syari’ah, Padang :
Haifa Press,2005
Karim karim, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1993
Karim Helmi, Fiqh Muamalah, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,1997
Syafe’i Rachmat, Fiqih Muamalah,Bandung : CV. Pustaka Setia,2001

12

Anda mungkin juga menyukai