Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


MUAMALAH IJARAH
Dosen Pengajar : Abdul Rosyid S.Ag, MM.

Nama Anggota:
1. Katon Eka Wardana (1901011)
2. Aprilia Dinda Wulandari (1901026)
3. Anisa Husnaini (1901046)
4. Dinda Putri Namira Harahap (1901041)
5. Alfi Nuri Rohmatin (1901033)
6. Putri Arifah Mey Diasari (1901004)
7. Alfi Ikram (1901003)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan antara
seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk muamalah salah
satunya adalah ijarah (sewa-menyewa).
Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat
miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru dalam
dunia modern.Dalam hal ini kita harus cermat, apakah transaksi modern ini memiliki
pertentangan tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak, maka transaksi dapat dikatakan
mubah.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara sederhana tentang definisi ijarah,
landasan hukum, rukun dan syarat sahnya. Juga pembagian dan hukum ijarah.

B. Rumusan Masalah

1. Mendefinisikan Ijarah?
2. Menyebutkan landasan hukum Ijarah?
3. Menyebutkan rukun dan syarat sah Ijarah?
4. Menyebutkan berapa macam pembagian dan hokum Ijarah?
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti Al’lwadhu (ganti). Dari sebab itu Ats
Tsawab (pahala) dinamai Ajru (upah).
Menurut pengertian Syara’, Al-Ijarah ialah: Urusan sewa menyewa yang jelas manfaat
dan tujuanya, dapat diserah terimakan, boleh dengan ganti (upah) yang telah diketahui
(gajian tertentu). Seperti halnya barang itu harus bermanfaat, misalkan: rumah untuk
ditempati, mobil untuk dinaiki.
Pemilik yang menyewakan manfaat disebut Mu’ajjir (orang yang menyawakan). Pihak
lain yang memberikan sewa disebut Musta’jir ( orang yang menyawa = penyewa). Dan,
sesuatu yang di akadkan untuk diambil manfaatnya disebut Ma’jur ( Sewaan). Sedangkan
jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaat disebut Ajran atau Ujrah (upah). Dan setelah
terjadi akad Ijarah telah berlangsung orang yang menyewakan berhak mengambil upah,
dan orang yang menyewa berhak mengambil manfaat, akad ini disebut
pula Mu’addhah (penggantian).

B. Dasar Hukum

Dasar –dasar hukum atau rujukan Ijarah adalah Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan Al-Ijma’.

1. Dasar hukum Ijarah dalam Al-Qur’an adalah :

)6 : ‫فا ن ارضعن لكم فاء توهن اجو رهن ( ا لطالق‬


“Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah upahnya.”(Al-
Talaq: 6).

2. Dasar Hukun Ijarah Dari Al-Hadits: َْ َ ْ َْ ُ َ


‫ا ْج َرهفل َي ْع َمل ِج ْْ ًياا َج َر ْاستأ َمن‬
( ‫) هريرةأبيعنالرزاقعبدرواه‬
“Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beritahukanlah upahnya.”
(HR. Abdul Razaqdari Abu Hurairah).

3. Landasan Ijma’nya ialah:


Umat islam pada masa sahabat telah ber ijma’ bahwa ijarah diperbolehkan
sebab bermanfaat bagi manusia.

C. Rukun Ijarah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain
dengan menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira’, dan al-ikra.
Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada 4, yaitu:
1. Aqid (orang yang akad).
2. Shigat akad.
3. Ujrah (upah).
4. Manfaat.
D. Syarat Sah Ijarah
Ada 5 syarat sah dari ijarah, diantaranya:
1. Kerelaan dari dua pihak yang melakukan akad ijarah tersebut,
2. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang diakadkan,
sehingga mencegah terjadinyaperselisahan,
3. Kegunaannya dari barang tersebut,
4. Kemanfaatan benda dibolehkan menurutsyara’,
5. Objek transaksi akad itu (barangnya)
dapat dimanfaatkan kegunaannya menurut kriteria, dan realita.

E. Pembagian dan Hukum Ijarah


Ijarah terbagi menjadi dua, yaitu ijarah terhadap benda atau sewa-menyewanya,
dan ijarah atas pekerjaan atau upah-upahnya.
1. Hukum sewa-menyewa
Dibolehkan ijarah atas barang mubah, seperti: rumah, kamar, dan lain-lain.
Tetapi dilarang ijarah terhadap benda-benda yang diharamkan.
a) Ketetapan Hukum Akad dalam Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, ketepatan akad ijarah adalah kemanfaatan yang sifatnya.
Menurut ulama Malikiyah, hukum ijarah sesuai dengan keberadaan manfaat.Ulama
Hanabilah dan Syafi’iyah berpendapat bahwa hukum ijarah tetap pada keadaannya,
dan hukum tersebut menjadikan masa sewa seperti benda yang tampak.
b) Cara Memanfaatkan Barang Sewaan
1) Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah dibolehkan untuk memanfaatkan sesuai
kemauannya, baik dimanfaatkan sendiri atau dengan orang lain, bahkan boleh
disewakan lagi atau dipinjamkan pada orang lain.
2) Sewa Tanah
Sewa tanah diharuskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan ditanam atau
bangunan apa yang akan didirikan di atasnya. Jika tidak dijelaskan ijarah
dipandang rusak.
3) Sewa kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus dijelaskan
salah satu diantara dua hal,yaitu waktu dan tempat. Juga harus dijelaskan barang
yang akan dibawa atau benda yang akan diangkut.
c) Perbaikan Barang Sewaan
Menurut ulama Hanafiyah, jika barang yang disewakan rusak, pemiliknya yang
berkewajiban meperbaikinya, tetapi ia tidak boleh dipaksa. Apabila penyewa
bersedia memperbaikinya, ia tidak diberikan upah sebab dianggap sukarela. Adapun
hal-hal kecil seperti membersihkan sampah atau tanah merupakan kewajiban
penyewa.
d) Kewajiban Penyewa Setelah Habis Masa Sewa
1) Menyeahkan kunci jika yang disewa rumah
2) Jika yang disewa kendaraan, ia harus menyimpannya kembali di tempat asalnya
2. Hukum Upah-Mengupah
Upah-mengupah atau ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual-beli jasa. Biasanya berlaku dalam
beberapa hal seperti menjahitkan pakaian, membangun rumah, dan lain-lain. Ijarah ‘ala al
a’mal, terbagi dua, yaitu:
a) Ijarah Khusus
Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang yang bekerja
tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.
b) Ijarah Musytarik
Yaitu ijarah yang dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerjasama,
hukumnya dibolehkan bekerja sama dengan orang lain.

F. Hak Menerima Upah


1) Selesai bekerja
Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW,
bersabda:
ُ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ ُ ُ َ َ
ْ‫يا ْع ُطوا‬
‫ر‬
(‫ابيعنماجهابيواه‬
‫)عمر‬ ْ ‫عرقهي ِجفانقبالجرهاال ِج‬
“Berikanlah olehmu upah orang bayaran sebelum keringatnya kering.”

2) Mengalirnya manfaat, jika ijarah untuk barang,


apabila dalam suatu barang itu telah terjadi kerusakan maka akad ijarah itupun batal.
3) Memungkinkan mengalirnya manfaat jika masanya berlangsung.
4) Mempercepat dalam bentuk akad ijarah (bayaran).

G. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah


Ijarah adalah jenis akad lazim, yang salah satu pihak yang berakad tidak memiliki hakfasakh,
karena ia merupakan akad pertukaran, kecuali didapati hal yang mewajibkan fasakh. Seperti di
bawah ini:
1) Terjadi aib terhadap barang sewaan yang kejadiannya di tangan penyewa atau terlihat aib
lama padanya.
2) Rusaknya barang yang disewakan.
3) Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, atau selesainya pekerjaan, atau berakhirnya masa,
kecuali jika terdapat uzur yang mencegah fasakh.
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya, ijarah di defnisikan sebagai hak untuk memanfaatkan barang/jasa
dengan membayar imbalan tertentu. ada yang menerjemahkan, ijarah sebagai jual beli jasa
(upah-mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan
sewa-menyewa, yakni mengambil manfaat dari barang.
Transaksi ijarah di landasi adanya pemindahan manfaat (hak guna), bukan pemindahan
kepemilikan (hak milik). Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja prinsip jual beli.

Anda mungkin juga menyukai