Anda di halaman 1dari 20

AKAD IJARAH

VILDA ANGGIANI (2112132)


A. Definisi ijarah
 Ijarah secara etimologis adalah mashdar dari kata ajara-ya’riju yaitu upah
yang diberikan sebagai kompensasi sebuah pekerjaan.
 Sedangkan menurut terminologi, sebagaimana dikemukakan oleh para
fukaha dengan redaksi yang berbeda-beda, sebagai berikut :
• Menurut Hanafiyah :
“akad terhadap manfaat dengan adanya kompensasi/imbalan.”
• Menurut Malikiyah :
“kepemilikan terhadap manfaat sesuatu yang diperbolehkan pada waktu yang
diketahui disertai dengan adanya kompensasi/imbalan.”
• Menurut Syafi’iyah :
“akad atas manfaat yang dituju serta diketahui yang membutuhkan tenaga dan
diperbolehkan syara’ dengan imbalan tertentu.”
• Menurut hanabilah :
“akad terhadap manfaat yang diperbolehkan oleh syara’, dapat diambil sewaktu-
waktu pada waktunya yang telah ditentukan, baik berupa benda tertentu maupun sifat
dalam tanggungan atau pekerjaan tertentu dengan adanya imbalan tertentu pula”.

Maka, kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan akad ijarah adalah akad terhadap
manfaat dengan waktu tertentu disertai imbalan atau pengganti tertentu pula.
B. LANDASAN YURIDIS AKAD IJARAH
 Para ulama selain Abu Bakar al-Asham, Ismail Bin ‘Ulyah, al-Hasan al-
Bashri, al-Qasyani, al-Nahrawi, dan Ibn Kaisan telah sepakat
memperbolehkan akad ijarah berdasar berdasarkan dalil-dalil hukum islam
yang mana akad tersebut dikemukakan berikut ini.
 Adapun mereka yang tidak memperbolehkan beragumen karena ijarah itu
merupakan jual-beli manfaat, sedangkan manfaat itu ketika terjadinya akad
termasuk sesuatu yang tidak bisa diketahui dan dikuasi. Menurut mereka,
seuatu yang tidak bisa dikuasi tidak memungkinkan bisa diperjualbelikan.
Selain itu tidak diperbolehkan penyandaran jual- beli terhadap sesuatu pada
masa yang akan datang.
c. DASAR HUKUM IJARAH
 Al-qur’an
• Surat Al-Qashash (26)
َ ْ‫ت ا ْستَْأ ِجرْ هُ ۖاِ َّن َخ ْي َر َم ِن ا ْستَْأ َجر‬
‫ت ْالقَ ِويُّ ااْل َ ِمي ُْن‬ ِ َ‫ت اِحْ ٰدىهُ َما ٰيٓاَب‬
ْ َ‫قَال‬
Artinya : salah seorang dari kedua wanita itu berkata : “ya bapakku ambilah ia sebaga orang yang
bekerja (pada kita) karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja
(pada kita) ialah orang yang kuatblagi daoat dipercaya.”
 Al-Hadits
• HR. Muslim
‫ َو َر ُج ٌل ا ْستَْأ َج َر َأ ِج ْيرًا‬,ُ‫ َو َر ُج ٌل بَا َع ُح ًّرا فََأ َك َل ثَ َمنَه‬,‫ َر ُج ٌل َأ ْعطَى بِي ثُ َّم َغ َد َر‬:‫ ثَالَثَةٌ َأنَا َخصْ ُمهُ ْم يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬:ُ‫ال هللا‬ َ َ‫ق‬
ُ‫ْط َأجْ َره‬ِ ‫فَا ْستَ ْوفَى ِم ْنهُ َولَ ْم يُع‬.
Allah SWT berfirman (dalam hadis qudsi): ‘Ada tiga orang yang Akulah musuh mereka di hari
kiamat: 1) Orang yang memberikan (sumpahnya) demi nama-Ku lalu berkhianat; 2) Orang yang
menjual orang merdeka lalu memakan uangnya (hasil penjualannya); dan 3) Orang yang
menyewa (jasa) buruh, ia sudah memanfaatkannya namun tidak membayar upahnya.’” (HR.
Bukhari)
dilihat dari objek ijarah berupa manfaat suatu benda ataupun tenaga manusia,
ijarah iu terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
• Ijarah ‘ain, yakni ijarah yang berhubungan dengan penyewaan benda yang
bertujuan untuk mengambil manfaat dari benda tersebut tanpa memindahkan
kepemilikan benda tersebut, baik benda bergerak, seperti menyewa kendaraan
maupun benda tidak bergerak, seperti sewa rumah.
• Ijarah amal, yakni ijarah terhadap atau perbuatan atau tenaga dengan upah-
mengupah. Ijarah ini digunakan untuk memperoleh jasa dari sesorang dengan
membayar upah atau jasa dari pekerjaan yang diakukannya.
D. RUKUN & SYARAT AKAD IJARAH
 Rukun ijarah :
Menurut jumhur ulama ijarah ada tiga, yaitu :
• Aqidain yang terdiri dari muajir dan musta’jir
• Ma’qud alaih yang terdiri dari ujrah dan manfaat
• Sighat yang terdiri dari ijab dan qabul

 Syarat ijarah
• Dua orang yang berakad (mu’ajir dan musta’jir) :
 Berakal dan mumayyiz , namun tidak disyaratkan baligh. Berarti pihak
yang melakukan ijarah harus sudah cakap bertindak hukum sehingga
semua perbuatannya dapat dipertanggungjawbkan.
 Antar’adin, kedua belah pihak berbuat atas kemaun sendiri.
• Sesuatu yang diakadkan (barang dan pekerjaan), disyaratkan :
 Objek yang dapat disewakan dapat diserahterimakan
 Manfaat dari objek yang di-ijarahkan harus sesuatu yang dibolehkan agama
(mutaqawwin)
 Manfaat dari objek yang akan di-ijarahkan harus diketahui sehingga perselisihan
dapat dihindari.
 Manfaat yang akan disewakan dapat dipenuhi secara hakiki.
 Jelas ukuran dan batas waktu ijarah agar terhindar dari perselesihan.
 Perbuatan yang diupahkan bukan perbuatan yang fardhu atau diwajubkan kepada
muajir (penyewa).
 Manfaat yang disewakan menurut kebiasaan dapat disewakan seperti, toko dsb.
• Upah/imbalan, disyaratkan :
 Upah/imbalan berupa bend ayang diketahui yang dibolehkan memanfaatkannya
(mal mutaqawwin)
 Sesuatu yang berharga ataudapat dihargai dengan uang sesuai dengan adat
kebiasaan setempat.
 Upah/imbalan tidak disyaratkan dari jenis yang diakadkan, misalnya sewa rumah
dengan ssebuah rumah, upah mengerjakan sawah denhgan sebidang sawah.
Syarat seperti ini sam dengan riba.
 Sighat, disyaratkan dengan kesesuaian dan menyatunya majelis akad. seperti
yang dipersyaratkan dalam akad jual-beli.
E. SIFAT AKAD IJARAH
 Ulama Hanafiah berpendirian, bahwa akad ijarah itu bersifat mengikat,
tetapi boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat udzur dari salah satu
pihak yang berakad, seperti salah satu pihak wafat atau kehilangan
kecakapan dalam bertindak secara hukum. Akan tetapi, jumhur ulama
mengatakan, bahwa akad ijarah bersifat mengikat, kecuali adat cacat atau
barang tersebut tidak boleh dimanfaatkan
 Akibat perbedaan pendapat ini tampak dalam kasus apabila salah seorang
yang berakad meninggal dunia, maka akad ijarah batal karena manfaat
tidak boleh diwarisakn.
F. MENYEWAKAN BARANG SEWAAN
 kepada orang lain, dengan syarat penggunaan barang itu sesuai dengan
penggunaan yang dijanjikan ketika akad awal.
 MenuruMenurut Sayyid Sabiq, penyewa boleh, menyewakan barang lagi
barang sewaan tersebut t Hendi Suhendi, apabila ada kerusakan pada benda
yang disewa, maka yang bertanggung jawab adalah pemilik barang (al-
mu’jir) dengan syarat kerusakan itu bukan akibat dari kelalaian (al-
musta’jir). Bila kerusakan benda yang disewa itu akibat kelalaian penyewa
(al-musta’jir)maka yang bertanggung jawab adalah penyewa atau musta’jir
itu sendiri.
 Dalam Kompilasi Ekonomi Syariah (KHES) pasal 26 disebutkan, bahwa :
“penyewa dilarang menyewakan dan meminjamkan akad ijarah kepada
pihak lain, kecuali atas pihak yang menyewakan.
G. UDZUR YANG DAPAT MERUSAK AKAD IJARAH
Ulama Hanafiyah sebagaimana dikutip oleh Imam Mustofa, menjelaskan tiga
unsur yang dapat merusak akad ijarah, yaitu :
• Udzur yang terjadi pihak penyewa, seperti penyewa pailit atau bangkrut
sehingga tidak mampu membayar biaya sewa atau upah jasaa atau pekerjaan.
• Udzur yang terjadi pada pihak yang memberi sewa, misalnya adanya jatuh
tempo utang yang tidak dapat membayar, kecuali dengan menjual barang
yang ia sewakan, maka akad menjadi fasakh.
• Udzur yang terjadi pada barang yang disewakan, eperti orang yang menyewa
kamar mandi, ternyata didalamnya airnya habis karena suatu hal atau sebab
tertentu. Dalam kondisi seperti ini akad iajarah rusak dan tidak dapat
dilanjutkan.
H. BERAKHIRNYA AKAD IJARAH

Akad ijarah berakhir karena sebab-sebab sebagai berikut :


• Menurut ulama hanafiyah, akad iajarah berakhir dengan meninggalnya salah
seorang dari dua orang yang berakad. Ijarah hanya hak manfaat maka hak ini
dapat diwariskan karena kewarisan berlaku untuk benda yang dimiliki.
• Akad ijarah berakhir dengan iqalah (menarik kembali)
• Sesuatu yang disewakan hancur atau mati, misalnya heewan sewaan mati atau
rumah sewaan yang hancur.
• Manfaat yang diharapkan telah terpenuhi atau pekerjaan telah sesuai, kecuali
ada udzur atau halangan.
I. PENGEMBALIAN BARANG SEWAAN
 Jika akad ijarah telah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan barang
sewaan. Jika barang itu berbentuk barang yang dapat dipindahkan (barang
bergerak), seperti kendaraan, binatang dan sejenisnya, ia wajib
menyerahkannya langsung kepada pemiliknya. Dan jika berbentuk barang
yang tidak dapat berpindah (barang tidak bergerak), seperti rumah, tanah, dan
bangunan, ia berkewajiban meyerahkan kepada pemiliknyadalam keadaan
kosong, seperti keadaan semula.
 Madzhab Hanbali berpendapat, bahwa ketika akad ijarah telah berakhir
penyewa harus melepaskan barang sewaan dan tidak ada kemestian
mengembalikan untuk menyerah terimakannya, seperti barang titipan.
Selanjutnya, mereka juga berpendapat, bahwa setelah berakhirnya masa akad
ijarah dan tidak terjdadi kerusakan tanpa disengaja, maka tidak ada kewajiban
menanggung bagi penyewa
J. IMPLEMENTASI IJARAH DILEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH

Akad ijarah dalam implementasi perbankan dapat dijelaskan sebagai berikut :


• Transaksi ijarah, ditandai dengan adanya pemindahan manfaat.
• Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan
kepada nasabah.
• Harga sewa dan harga jual, disepakati pada awal perjanjian antara bank dan
nasabah.
FATWA DSN-MUI Nomor 09/DSN-MUI/IV/200 menetapkan mengenai
ketentuan ijarah dalam LKS sebagai berikut :
1. Kewajiban LKS sebagai pemberi yang disewakan atau jasa yang diberikan;
• Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
• Menanggung biaya pemeliharaan barang .
• Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.
2. kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa ;
• Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga kebutuhan
barang serta menggunakannya sesuai akad (kontrak).
• Menanggung biaya pemeliharaan barang yang bersifat ringan (tidak materiil).
• Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan
yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penerima manfaat dalam
menjaganya, ia tidk bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.
jenis barang yang dapat disewakan adalah sebgai berikut :
a. Barang modal ; aset tetap, seperti bangunan, gedung, kantor dan ruko.
b. Barang produksi ; mesin, alat-alat berat, dll
c. Barang kendaraan transportasi ; darat, laut, dan udara.
d. Jasa untuk membayar ongkos ; uang sekolah/kuliah, tenaga kerja, hotel,
angkutan/transportasi, dan sebagainya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai