DISUSUN OLEH :
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas berkah dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “FIKIH TENTANG IJAROH” ini dengan lancar. Sholawat
serta salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga apa yang kami tulis dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh sebab
itu kritik dan saran sangat kami nantikan untuk menyempurnakan makalah kami.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan saran dalam penyusunan makalah ini baik secara moril maupun secara materiil
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Fikih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan
manusia dengan manusia lainya dalam sebuah masyarakat.Didalamnya termasuk
kegiatan masyarakat.Salahsatu jenis transaksi ekonomi yang dibahas dalam fikih
muamalah adalah ijarah.
Ijarah merupakan salah satu bentuk transaksi muamalah yang banyak
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Didalam pelaksaan ijarah
ini,yang menjadi objek transaksi adalah manfaat yang terdapat dalam sebuah
zat.Ijarah sering disebut dengan upah atau imbalan.Ijarah sering kita kenal dengan
persewaan,sangat sering membantu kehidupan,karena dengan adanya ijarah
ini,seseorang yang terkadang belum bisa membeli benda untuk kebutuhan
hidupnya,maka bisa menggunakan dengan cara menyewa.
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
PEMBAHASAN
A.Pengertian Ijarah
Ijarah secara bahasa berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”. karena itu lafaz ijarah
mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau
imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu aktivitas.
Dalam arti luas, ijarah bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu
dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu. Hal ini sama artinya dengan
menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual ‘ain dari benda itu sendiri.
Sedangkan menurut istilah beberapa ulama’ mendefinisikan sebagai berikut :
Pertama, ulama’ Hanafiyah mendefinisikannya dengan :
َ َع ْق ٌد َع
ٍ لى َمنَافِ ِع بِ ِع َو
اض
”Transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan.”
Kedua, ulama’ Syafi’iyah mendefinisikan dengan :
اض َم ْعلُ ْو ٍم َ َاح ٍة قَابِلَ ٍة لِ ْلبَ ْذ ِل َو ْا ِألب
ٍ اح ِة بِ ِع َو َ ََع ْق ٌد َعل َى َم ْنفَ َع ٍة َم ْقص ُْو َد ٍة ُمب
”Transaksi terhadap suatu manfa’at yang dituju tertentu, bersifat mubah dan boleh
dimanfaatkan dengan imbalan tertentu”.
Ketiga, ulama’ Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikan dengan :
Dari sumber-sumber hukum tersebut dapat disimpulkan bahwa praktek ijarah atau sewa
menyewa boleh adanya.Tetapi harus sesuai dengan ajaran agama Islam dan tidak melenceng
dari syari’at Islam.
Ada beberapa istilah dan sebutan yang berkaitan dengan ijarah,yaitu antara lain
Mu’jir(pemilik benda yang menerima uang sewa atas suatu manfaat),Musta’jir(pihak yang
menywa),Ma’jur(pekerjaan yang diakadkan manfaatnya),dan ajr atau ujrah(uang sewa yang
diberikan atau diterima sebagai imbalam atas manfaat yang diberikan).
D.Macam-Macam Ijarah
Ijarah terbagi dua, yaitu Ijarah terhadap benda atau sewa-menyewa, dan Ijarah atas
pekerjaan atau upah-mengupah.
a. Sewa-Menyewa
Diperbolehkan Ijarah atas barang mubah seperti rumah, kamar, dan lain-lain, tetapi
dilarang Ijarah terhadap benda-benda yang diharamkan.
Cara memanfaatkan barang sewaan.
Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah, dibolehkan untuk memanfaatkannya sesuai kemauannya,
baik dimanfaatkan sendiri atau dengan orang lain, bahkan boleh disewakan lagi atau
dipinjamkan kepada orang lain.
Sewa tanah
Sewa tanah diharuskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan ditanam atau bangunan
apa yang akan didirikan disana. Jika tidak dijelaskan, Ijarah dipandang rusak.
Sewa kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus dijelaskan salah
satu diantara dua hal, yaitu waktu dan tempat. Juga harus dijelaskan barang yang akan dibawa
atau benda yang akan diangkut.
Perbaikan barang sewaan.
Menurut ulama Hanafiyah, jika barang yang disewakan rusak, seperti pintu rusak atau
dinding jebol dan lain-lain. Pemiliknya lah yang berkewajiban memperbaikinya, tetapi ia
tidak boleh dipaksa sebab pemilik barang tidak boleh dipaksakan untuk memperbaiki
barangnya sendiri. Apabila penyewa bersedia memperbaikinya, ia tidak diberikan upah sebab
dianggap suka rela.
Kewajiban penyewa setelah habis masa sewa
Diantara kewajiban penyewa setelah masa sewa habis adalah :
Mengembalikan apa yang sudah disewa. Misalnya, jika menyewa rumah maka harus
mengembalikan kunci kepada pemilik rumah.
Jika yang disewakan kendaraan, maka harus dikembalikan ketempat asalnya.
b. Upah-mengupah
Upah-mengupah atau Ijarah ‘ala al-a’mal, yakni jual beli jasa, biasanya berlaku dalam
beberapa hal seperti menjahit pakaian, membangun rumah, dan lain-lain. Ijarah ‘ala al-a’mal
terbagi dua,yaitu:
Ijarah khusus
Ijarah khusus yaitu Ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang
yang bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberi upah.
Ijarah Musytarik
Ijarah musytarik yaitu ijarah yang dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerja
sama. Hukumnya dibolehkan bekerjasama dengan orang lain.
KESIMPULAN
Ijarah secara bahasa berarti “upah” atau “ganti” atau “imbalan”. karena itu lafaz ijarah
mempunyai pengertian umum yang meliputi upah atas pemanfaatan sesuatu benda atau
imbalan sesuatu kegiatan, atau upah karena melakukan sesuatu aktivitas.
Rukun-rukun Ijarah:
a.mu’jir dan musta’jir
b.ijab qabul
c.ujrah
Syarat-syarat ijaroh:
a. Tidak berkurang nilainya
b. Harus jelas
c. Bisa membawa manfaat yang jelas
d. Barang yang disewakan atau sesuatau yang dikerjakan dalam upah-mengupah
Diperbolehkan menyewakan lagi barang sewaan tersebut pada orang lain,dengan syarat
penggunaan barang itu sesuai dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad awal.
Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut :
a. Terjadi cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa.
b. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh dan sebagainya.
c. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur ‘alaih), seperti baju yang diupahkan untuk
dijahitkan.
d. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa yang telah ditentukan dan
selesainya pekerjaan.
e. Menurut Hanafiyah, boleh fasakh Ijarah dari salah satu pihak, seperti yang menyewa toko
untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan memfasakhkan
sewaan itu.
PENUTUP
Syukur Alhamdulillah demikian makalah yang dapat kami susun. Dalam penyusunan
makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami ini dan
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamin.
DAFTAR PUSTAKA
Huda,Qomarul.Fiqh muamalah.Yogyakarta:teras.2011
Wardi Muslich, Ahmad. Fiqh Muamalat.Jakarta:Amzah.2010
GHAZALY ABDUL RAHMAN dkk. FIQH MUAMALAT Jakarta:KENCANA.2012