Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH AGAMA ISLAM

MODERASI BERAGAMA

DOSEN PENGAMPU:

SYAMSIA MIDU SH, MH

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 4

Gagah eka saputra mamonto 230711010312


Romansyahcri Sutarmin 230711010273
Rizky Junaidy Rumeser 230711010271
Muthia Az Zahra 230711010246
Suci indawati Elungan 230711010283

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

NOVEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami Kelompok 4 masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Moderasi Beragama” ini guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
“Agama” semoga makalah ini bisa dapat menambah wawasan dan pengentahuan bagi para
pembaca.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak, Khusunya kepada Dosen Pengampu
SYAMSIA MIDU SH, MH

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Manado, 7 November 2023

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1 Pengertian Moderasi.......................................................................................................5

2.2 Beragama.......................................................................................................................6

2.3 Karakteristik Moderasi Beragama.................................................................................. 6

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 12

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia dan menjadi
target utama dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah prinsip dasar Islam. Islam moderat
merupakan pemahaman keagamaan yang sangat relavan dalam konteks keberagaman dalam
segala aspek,baik agama,adat,suku,maupun bangsa itu sendiri. Dari berbagai jenis keragaman
yang demiliki negara Indonesia, keragaman agama adalah yang paling kuat dalam mementuk
radikalisme di Indonesia. Munculnya kelompok ekstrim yang semakin melebarkan sayapnya
disebabkan oleh berbagai faktor seperti kepekaan kehidupan beragama, dari luar negeri
bahkan masalah politik dan pemerintahan. Maka, di tengah hiruk pikuk masalah radikalisme
ini, muncul istilah yang disebut “Moderasi Beragama”.

Pengertian moderasi beragama harus dipahami secara kontekstual bukan secara tekstual
artinya moderasi dalam agama di Indonesia bukanlah Indonesia yang moderat, tetapi
pemahaman dalam agama harus moderat karena Indonesia memiliki banyak
kultur,budaya,dan adat istiadat. Moderasi islam ini dapat menjawab berbagai persoalan
agama dan peradaban global. Tidak kalah pentingnya adalah Muslim moderat dapat
merespon dengan lantang, disertai dengan aksi damai dengan kelompok berbasis radikal dan
ekstremis yang melakukan segala sesuatu dengan paksaan dan kekerasan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu Moderasi Beragama?

2. Bagaimana Karakteristik Moderasi Beragama?

4
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moderasi
Kata moderasi berasal dari bahasa latin Moderatio yang memiliki arti “sedang” (tidak
berlebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti pebguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan) . Sedangkan dalam bahasa Arab , moderasi dikenal dengan kata
wastah atau wasathiyah yang memiliki pandaan makna dengan kata tawassuth (tengah-
tengah) , I’tidal (adil) , dan tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip
wasathiyah bisa disebut wasith . Dalam bahasa Arab pula , kata wasathiyah bisa diartikan
sebagai “pilihan terbaik” . Apa pun kata yang dipakai , semuanya menyiratkan satu makna
yang sama , yakni adil , yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara
berbagai pilihan ekstrem

Moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan , tidak ekstrem dan tidak radikal
(tatharuf). Berdasar dalam Q.s al-Baqarah; 143 yang merujuk pengertian bahwa moderasi di
sini menjelaskan keunggulan umat islam dibandingkan umat lain. Dalam hal apa saja? Al-
Qur’an mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia akan sisi spiritualitas atau
tuntutan batin akan kehadiran tuhan , juga menyeimbangkan tuntuan manusia akan
kebutuhan materi. Disebutkan dalam hadits, ada sekelompok orang mendatangi Nabi
Muhammad untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang kuat beribadah, sampai tidak
menikah . Nabi menjawab yang benar adalah keseimbangan antara ibadah dan pemenuhan
materi. Itulah sunnah beliau. Dalam hal moral, al-Qur’an juga mengajarkan hal
keseimbangan, seperti menekankan hal tidak berlebihan. Seseorang tidak perlu terlalu
dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga dia sendiri menjadi bangkrut dan tidak
punya apa-apa. Tetapi ia juga jangan terlalu kikir dan terlalu pelit, sehingga mejadi kaya
sendiri, karena dalam harta yang kuta miliki terdapat harta agi orang yang membutuhkan.
Demikian , pesan yang tersampaikan dalam ayat ayat Al-Qur’an terhadap ungkapan ummatan
wasathan. Menurut mereka , maksud ungkapan ini adalah bahwa umat islam adalah orang-
orang yang mampu berlaku adil dan merupakan orang yang berperilaku baik.

2.2 Beragama
Secara Istilah Beragama itu menebar kedamain, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun
dan kepada siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk

5
memahami berbagai keberagaman dengan penuh kearian. Agama hadir ditengah-tengah kita
agar harkat, derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.

Jadi moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.

2.3 Karakteristik Moderasi Beragama


1. Tawassuth (moderat)

Tawassuth adalah sikap netral yang berdasar pada prinsip hidup menjunjung tinggi nilai
keadilan di tengah kehidupan bersama, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Sikap ini
dikenal juga dengan sebutan moderat (al-wasathiyyah)

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa tawassuth/moderat berasal dari kata wasath
yang berarti adil, baik, tengah-tengah, dan seimbang. Artinya, seorang Muslim yang bersikap
tawassuth akan menempatkan dirinya di tengah-tengah dalam suatu perkara, tidak ekstrim
kanan ataupun kiri.Mengutip buku Moderasi Islam Nusantara oleh H. Mohamad Hasan,
M.Ag., terdapat lima alasan mengapa sikap tawassuth dianjurkan ada pada diri seorang
Muslim, yaitu:

1. Sikap tawassuth dianggap sebagai jalan tengah dalam memecahkan masalah, maka
seorang Muslim senantiasa memandang tawassuth sebagai sikap yang paling adil
dalam memahami agama.
2. Hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa mendahulukan perdamaian dan menghindari pertikaian.
3. Pemeluk agama lain juga mahluk ciptaan Allah yang harus dihargai dan dihormati,
maka seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa memandang dan
memperlakukan mereka secara adil dan setara
4. Ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam mewujudkan
nilai-nilai kemanusiaan, maka Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa
mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.

6
5. Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau kelompok. Maka sudah
sepatutnya seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa menjunjung tinggi
kesetaraan.

Dari kelima alasan tersebut, seorang Muslim seharusnya sudah memahami arti
pentingnya sikap tawassuth dalam kehidupannya. Tawassuth cocok diterapkan dalam
kehidupan sosial antar sesama manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan
problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama. Adapun contoh sikap
tawassuth dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.


2. Menjalin silaturahmi antar sesama agar tidak timbul pertikaian.
3. Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.

2. Tawazun (berkeseimbangan)

Tawazun adalah suatu sikap yang mampu menyeimbangkan diri seseorang pada saat
memilih sesuatu sesuai kebutuhan, tanpa condong atau berat sebelah terhadap suatu hal
tersebut.Dalam konteks moderasi beragama, sikap ini sangat penting dalam kehidupan antar
umat beragama, jadi kita bisa seimbang dalam kehidupan dunia, tapi kita juga bisa seimbang
dalam kehidupan akhirat nya. Sikap tawazun sangat diperlukan oleh manusia agar dia tidak
melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan mengesampingkanhal-hal yang lain, yang
memiliki hak harus ditunaikan. Tawazun merupakan Kemampuan seorang individu untuk
menyeimbangkan kehidupanya dalam berbagai dimensi, sehingga tercipta kondisi yang
stabil, sehat, aman dan nyaman.

3. I’tidal (lurus dan tegas)

Arti kata I'tidal secara harfiah berarti lurus dan teguh, berarti meletakkan sesuatu pada
tempatnya, menjalankan hak dan memenuhi kewajiban secara proporsional. Islam
mengutamakan keadilan bagi semua pihak. Banyak ayat Al-Qur'an yang menunjukkan ajaran
mulia ini, tanpa mengedepankan keadilan, nilai-nilai agama terasa kering dan tidak berarti,
karena keadilan adalah ajaran agama yang secara langsung memengaruhi kebutuhan hidup
mayarakat. Tanpa itu, kemakmuran dan kesejahteraan hanya akan menjadi ilusi.

I'tidal sangat diperlukan dalam kehidupan, karena tanpa itu nantinya semua akan mengarah
pada pemahaman Islam yang terlalu liberal atau radikal. Peran pendidik dalam me-moderasi

7
pendidikan Islam sangat diperlukan untuk pemahaman yang lurus, jujur dan tegas dalam
beragama.

Adapun contoh sikap I’tidal dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Seseorang yang selalu mematuhi aturan dalam lingkup masyarakat, sekolah maupun
keluarga.
2. Seorang pengajar atau guru yang memberikan tugas dan nilai yang adil kepada semua
murid atau siswa.
3. Tidak pernah goyang atau putus semangat dalam menegakkan keadilan dan
kebenaran.
4. Tasamuh (toleran)

Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Menurut bahasa Tasamuh artinya
adalah tenggang rasa, sedangkan menurut istilah saling menghormati dan menghargai antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Contoh tindakan tasamuh dalam kehidupan
sehari-hari:
1. Berlapang dada dalam menerima segala perbedaan.
2. Memberikan kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan (agama).
3. Menghormati orang lain yang sedang beribadah.

5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)

Musawah yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan
atau agama, tradisi dan asal usul seseorang. Secara bahasa, musawah berarti kesejajaran atau
kesetaraan. Artinya, tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga dapat
memaksakan kehendaknya. Dalam urusan kenegaraan, penguasa tidak bisa memaksakan
kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Sebab, rakyat dan penguasa
memiliki kedudukan dan hak sama yang harus dihargai keberadaannya. Dalam konteks
umum, musawah bisa dikaitkan dengan kerukunan antar masyarakat. Dengan adanya
musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan terjadi.

Contoh tindakan musawah dalam kehidupan sehari-hari:

1. Menghargai perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Golongan yang terdapat disekitar kita.
2. Tidak memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti ajaran agama kita.

8
3. Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain walaupun orang itu belum meminta
maaf.
4. Tidak mendiskriminasi atau membeda-bedakan teman terutama yang berbeda
keyakinan.

6. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)

Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas) yaitu kemampuan mengidentifikasi hal-ihwal yang


lebih penting harus diutamakan untuk diimplementasikan dibandingkan dengan yang
kepentingannya lebih rendah. Jika dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan benturan
dalam beramal contohnya, untuk menentukan prioritas dalam beramal, kita tidak boleh hanya
mengandalkan logika, hawa nafsu, analisis fakta ataupun mengandalkan manfaat dan
mudharat suatu perkara tersebut. Bila terjadi benturan dalam beramal, bagaimana membuat
skala prioritasnya? Bila mubah bertemu sunnah, maka yang sunnah harus didahulukan, bila
sunnah bertemu wajib, maka yang wajib harus didahulukan, tetapi bila wajib bertemu wajib
kita lihat bentuk fardhu ‘ain dan kifayah yang diutamakan, begitu pula seterusnya.

7. Tahaddhur (berkeadaban)

Tahadhdhur (berkeadaban) yaitu menjunjung tinggi akhlakulkarimah, karakter, identitas, dan


integritas sebagai khairu ummah dalam kehidupan kemanusiaan dan peradaban.Manusia
adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia tanpa adanya orang lain
disekitar. Berbuat baik serta tolong menolong menjadi suatu hal yang wajib dilakukan demi
terciptanya hidup rukun dan damai antar sesama manusia. Tahaddhur dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa sangat dibutuhkan, karena dengan adanya sikap ini maka seluruh
kegiatan tangan, kami dan mata kita akan dapat terjaga dengan baik. Sekarang kita banyak
menyaksikan banyak isu yang beredar di tengah-tengah masyarakat yang terbiasa
menyebarkan informasi tanpa di cek terlebih dahulu kebenaran dan fakta nya dan juga kita
menyaksikan seringnya terjadi perdebatanantar individu terhadap suatu perkara yang mereka
sendiri sebenarnya tidak memahami dan mempunyai ilmu yang mumpuni dalam hal tersebut.
Melihat situasi dan kondisi itu maka moderasi pendidikan islam dalam Tahaddhur sangat
diperlukan agar kehidupan berbangsa dan bernegara tercipta kerukunan dan keamanan serta
ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.

9
8. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif)

Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) yaitu selalu terbuka untuk melakukan
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk
kemaslahatan dan kemajuan umat manusia.Pengertian dari Tathawwur wa Ibtikar (dinamis
dan inovatif) yaitu: selalu terbuka untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan
perkembangan zaman serta menciptakan hal baru untuk kemaslahatan dan kemajuan umat
manusia. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis dan inovatif) dalam moderasi pendidikan islam
sangat dibutuhkan, karena merupakan suatu strategi yang disusun sedemikian rupa untuk
menjawab berbagai macam permasalahan dan kondisi kekinian yang harus dihadapi oleh
setiap orang. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin dinamis dan
berkelanjutan sebagai akibat dari modernisasi dan globalisasi. moderasi pendidikan islam
memerlukan Tathawwur wa Ibtikar untuk menjawab berbagai macam persoalan yang terjadi
di masyarakat.

10
BAB III

KESIMPULAN

Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antarumat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.Moderasi beragama mengajarkan bagaimana cara pandang kita dalam
kehidupan beragama yang baik dan benar,tidak ekstrem apalagi radikal. Moderasi beragama
pun memberitahu kita sebagai seorang muslim untuk bertoleransi antar sesama umat
beragama,tidak diskriminasi antar ras, suku, agama, juga mengajarkan bagaimana cara kita
berpikir dinamis dan inovatif. Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman
masyarakat, senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan
radikalisme, adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu ajaran
Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi segenap alam semesta.

11
DAFTAR PUSTAKA

(Yulianto, 2020)Yulianto, R. (2020). Implementasi Budaya Madrasah dalam Membangun


Sikap Moderasi Beragama. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(1), 111–123.
Rahayu, luh riniti, & Lesmana, putu surya wedra. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia.
Intizar, 25(2), 95–100.

12
13

Anda mungkin juga menyukai