Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH HUKUM PERDATA

SEJARAH DAN SISTEMATIKA HUKUM PERDATA DAN MENURUT


ILMU PENGETAHUAN

DOSEN PENGAMPU:
MIEN SOPUTAN SH. MH.

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2

Muh. Salman Alfansuari Jacob 230711010245


Muthia Az Zahra 230711010246
Mutiara Novela Stince 230711010247
Myzza Elnia Rorie 230711010248

ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MARET 2024

MANADO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
Kelompok 2 masih diberikan kesempatan untuk menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Sejarah Dan Sistematika Hukum Perdata Dan Menurut Ilmu Pengetahuan” ini guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah “Hukum Perdata” semoga makalah ini bisa
dapat menambah wawasan dan pengentahuan bagi para pembaca. Tidak lupa juga saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi
dalam penyusunan Makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak, Khusunya kepada Dosen Pengampu MIEN SOPUTAN SH.
MH.

Sebagai penyusun, kelompok kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Manado, 16 Maret 2024

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5

2.1 Sejarah Hukum Perdata................................................................................................5

2.2 Sistematika Hukum Perdata..........................................................................................6

2.2.1 Sistematika Hukum Perdata Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan...........6

2.2.2 Sistematika Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.............................7

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum Perdata di Indonesia merupakan peninggalan produk hukum yang berasal dari
sistem Eropa Kontinental (Eropa Continental System). Ciri-ciri hukum yang menganut sistem
Eropa Kontinental, yaitu hukumnya terbentuk melalui kodifikasi. Kodifikasi adalah
pembentukan hukum dalam kitab hukum yang tersusun secara sistematis dan lengkap. Bentuk
kodifikasi dari hukum perdata adalah Burgelijke Wet Boek yang diterjemahkan menjadi Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Istilah hukum perdata merupakan
terjemahan dari bugerlijkerecht yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga sipil
hukum perdata disebut juga civilrecht. Hukum perdata merupakan bagian dari hukum privat
(privatrecht) yang pengaturannya terdapat didalam Burgerlijke Wetboek disingkat (BW) atau
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Sistem Hukum Perdata di Indonesia bersifat pluralisme
(beraneka ragam). Keanekaragamannya ini sudah berlangsung sejak jaman penjajahan Belanda. Hal
ini disebabkan karena adanya Pasal 163 IS (Indische Staatsregeling) dan Pasal 131 IS.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejarah Hukum Perdata di Indonesia
2. Sistematika Hukum Perdata
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Hukum Perdata
Sejarah Perkembangan hukum Perdata di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangan
Ilmu Hukum di negara-negara Eropa lainnya, dalam arti perkembangan hukum perdata di
Indonesia amat dipengaruhi oleh perkembangan hukum di negara-negara lain, terutama yang
mempunyai hubungan langsung. Indonesia sebagai negara yang berada di bawah
pemerintahan Hindia Belanda maka kebijakan-kebijakan dalam hukum perdata tidak terlepas
dari kebijakan yang terjadi dan diterapkan di negara Belanda. Menurut Kansil (1993 : 63),
tahun 1848 menjadi tahun yang amat penting dalam sejarah hukum Indonesia. Pada tahun ini
hukum privat yang berlaku bagi golongan hukum Eropa dikodifikasi, yakni dikumpulkan dan
dicantumkan dalam beberapa kitab undang-undang berdasarkan suatu sistem tertentu.
Pembuatan kodifikasi dalam lapangan hukum perdata, dipertahankan juga asas konkordansi,
risikonya hampir semua hasil kodifikasi tahun 1848 di Indonesia adalah tiruan hasil
kodifikasi yang telah dilakukan di negeri Belanda pada tahun 1838, dengan diadakan
beberapa perkecualian agar dapat menyesuaikan hukum bagi golongan hukum Eropa di
Indonesia dengan keadaan istimewa. Adapun yang dimaksud dengan asas konkordansi adalah
asas penyesuaian atau asas persamaan terhadap berlakunya sistem hukum di Indonesia yang
berdasarkan pada ketentuan Pasal 131 ayat (2) I.S. yang berbunyi “Untuk golongan bangsa
Belanda harus dianut atau dicontoh undang-undang di negeri Belanda”. Berdasarkan hal
tersebut jelas pemberlakuan ketentuan Hukum Belanda di Indonesia tidaklah menghapus
sistem hukum yang telah ada sebelumnya. Hal ini sebenarnya berkaitan dengan politik adu
domba “device et ampera” yang dijalankan Pemerintah Kolonial Belanda. Dengan
pemberlakuan politik Hukum Belanda tersebut maka terjadi pengotak-ngotakan hukum dan
golongan penduduk di Indonesia. Hal ini tercermin dengan pemberlakuan Pasal 163 IS yang
berasal dari Pasal 109 RR baru yang menyatakan bahwa dalam hubungan berlakunya BW di
Indonesia, penduduk di Hindia Belanda dibagi dalam 3 golongan berikut ini :

1. Eropa.
2. Timur Asing.
3. Bumi Putera.

Hal ini menurut Kansil (1993: 115) berarti bahwa hukum yang berlaku bagi orang-orang
Belanda di Indonesia harus disamakan dengan hukum yang berlaku di negeri Belanda. Jadi
jelasnya hukum kodifikasi di Indonesia dengan hukum kodifikasi di negeri Belanda adalah
berdasarkan asas konkordansi. Sumber pokok Hukum Perdata ialah Kitab Undang-Undang
Hukum Sipil disingkat KUHS atau Burgerlijk Wetboek (BW). Sumber KUHS sebagian besar
adalah hukum perdata Prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838 sebagai akibat
pendudukan Prancis di Belanda maka Hukum Perdata Prancis berlaku di negeri Belanda
sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Sipil yang resmi. Sedangkan dari Code Napoleon ini
adalah Code Civil yang dalam penyusunannya mengambil karangan pengarang-pengarang
bangsa Prancis tentang Hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada zaman dahulu
dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Peraturan-peraturan yang belum ada pada
zaman Romawi tidak dimasukkan dalam Code Civil, tetapi dalam kitab tersendiri ialah Code
de Commerce. Setelah pendudukan Prancis berakhir oleh pemerintah Belanda dibentuk suatu
panitia yang diketuai Mr. J.M. Kemper dan bertugas membuat rencana kodifikasi hukum
perdata Belanda dengan menggunakan sumber sebagian besar Code Napoleon dan sebagian
kecil hukum Belanda Kuno. Meskipun penyusunan sudah selesai sebelum 5 Juli 1830, tetapi
Hukum Perdata Belanda baru diresmikan pada 1 Oktober 1838. Pada tahun itu, dikeluarkan:

1. Burgerlijk Wetboek (KUH Sipil)


2. Wetboek van Koophandel (KUH Dagang).

Berdasarkan asas konkordansi, kodifikasi hukum perdata Belanda menjadi contoh bagi
kodifikasi hukum perdata Eropa di Indonesia. Kodifikasi ini diumumkan tanggal 30-4-1847
Staatsblad No. 23 dan mulai berlaku 1 Mei 1848 di Indonesia. Adapun dasar hukum
berlakunya peraturan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Indonesia adalah Pasal 1
Aturan Peralihan UndangUndang Dasar 1945 hasil perubahan keempat, yang menyatakan
bahwa segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini. Dengan demikian, sepanjang belum
ada peraturan yang baru maka segala jenis dan bentuk peraturan perundang-undangan yang
ada yang merupakan peninggalan dari zaman kolonial masih dinyatakan tetap berlaku. Hal ini
termasuk keberadaan Hukum Perdata. Hanya saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan
asas dan falsafah negara Pancasila, termasuk apabila telah lahir peraturan perundang-
undangan yang baru maka apa yang ada dalam KUH Perdata tersebut dinyatakan tidak
berlaku. Contohnya, masalah tanah yang telah ada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Pokok-pokok Agraria, terutama yang mengenai Bumi, air serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya, kecuali ketentuan-ketentuan yang mengenai hipotek yang masih
berlaku pada mulainya berlaku undangundang ini; begitu juga masalah Perkawinan yang
telah ada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Perkawinan.

Setelah bangsa Indonesia merdeka dan sampai saat ini Kitab UndangUndang Hukum Perdata
yang dikodifikasi tahun 1848 masih tetap dinyatakan berlaku di Indonesia. Adapun dasar
hukum berlakunya Kitab UndangUndang Hukum Perdata tersebut adalah Pasal 1 Aturan
peralihan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang selengkapnya
berbunyi “Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.

2.2 Sistematika Hukum Perdata

2.2.1 Sistematika Hukum Perdata Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan


Sistematika Hukum Perdata Hukum perdata menurut ilmu pengetahuan hukum, sekarang
ini dibagi menjadi empat bagian, yaitu hukum:
a. Tentang diri seseorang (hukum perorangan);
b. Kekeluargaan
c. Kekayaan terbagi atas hukum kekayaan yang absolut, hukum kekayaan yang relatif
d. Waris.

Penjelasan sebagai berikut:


a. Hukum perorangan memuat peraturan tentang manusia sebagai subjek hukum,
peraturan perihal percakapan untuk memiliki hak dan percakapan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal yang mempengaruhi kecakapan.
Merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur mengenai kedudukan orang
mengenai manusia sebagai subjek hukum, kecakapan bertindak dalam lalu lintas
hukum, catatan sipil, ketidakhadiran, dan domisili. Termasuk kedudukan badan
hukum sebagai subjek hukum perdata.

b. Hukum keluarga merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur hubungan


hukum bersumber pada pertalian keluarga, misalnya perkawinan, kekuasaan orang
tua, perwalian, dan pengampuan.

c. Hukum kekayaan merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur antara subjek
hukum dan harta kekayaannya atau mengatur mengenai hak dan kewajiban yang dapat
dinilai dengan uang. Hukum kekayaan yang absolut berisi hak kebendaan, yaitu hak
yang memberi kekuasaan langsung atas suatu benda dan dapat dipertahankan terhadap
setiap orang. Hukum kekayaan yang relatif berisi hak perorangan, yaitu hak yang
timbul dari suatu perikatan dan hanya dapat dipertahankan terhadap pihak-pihak
tertentu saja.

d. Hukum waris merupakan keseluruhan norma hukum yang mengatur peralihan hak dan
kewajiban di bidang hukum kekayaan dari si pewaris kepada sekalian ahli warisnya
beserta akibat-akibatnya.

2.2.2 Sistematika Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

a. Buku I tentang orang Ketentuan yang diatur dalam buku I ini mengatur tentang
hukum orang dan hukum keluarga, hal tersebut mengingat menurut pembuat
undangundang pengertian hukum orang dalam arti luas, juga meliputi hukum
keluarga. Berkaitan dengan ketentuan Buku I KUHPerdata dewasa ini dengan telah
diundangkannya UU No. 1 Th. 1974 tentang Perkawinan maka segala ketentuan yang
berkaitan dengan perkawinan sepanjang sudah diatur dalam UU tersebut maka
ketentuan perkawinan dalam KUHPerdata tidak berlaku lagi.

b. Buku II tentang benda Ketentuan yang diatur dalam buku II KUHPerdata menyangkut
tentang hak-hak kebendaan yang merupakan bagian dari hukum kekayaan
sebagaimana diatur dalam doktrin. Menurut doktrin hukum kekayaan dibagi menjadi
dua, yaitu hukum kekayaan yang absolut yang merupakan hak kebendaan yang diatur
dalam Buku II tentang Benda. Dan hukum kekayaan yang relatif merupakan hak-hak
perseorangan yang diatur dalam Buku III tentang Perikatan. Berkaitan dengan
ketentuan Buku II tentang Benda, KUHPerdata tidak diberlakukan lagi, yaitu dengan
berlakunya UU No. 5 Th. 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria.
Berdasarkan UU tersebut semua ketentuan hukum menyangkut bumi (tanah), air, dan
kekayaan alam lain yang terkandung di dalamnya yang telah diatur dalam UU No. 5
Tahun 1960 dinyatakan tidak berlaku. Selain itu, berkaitan dengan jaminan atas tanah
dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang dulu menggunakan ketentuan
hipotik sebagaimana diatur dalam Buku II KUHPerdata, dengan berlakunya UU No.4
Tahun 1996 tentang hak tanggungan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam buku II
tentang Benda KUHPerdata tersebut juga diatur ketentuan hukum waris berdasarkan 2
alasan yang menurut pembuat UU melalui ketentuan Pasal 584 KUHPerdata yang
menyebutkan mewaris adalah salah satu cara memperoleh hak milik. Selain itu,
ketentuan dalam Pasal 528 KUHPerdata ditentukan hak waris merupakan hak
kebendaan

c. Buku III tentang perikatan Hukum perikatan yang diatur dalam buku III KUHPerdata
sebagaimana disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari hukum kekayaan yang
relatif (menurut doktrin). Hukum perikatan mengatur tentang hubungan hukum antara
orang yang satu dengan orang yang lain untuk memberikan sesuatu, berbuat sesuatu
atau tidak berbuat dalam ruang lingkup hukum kekayaan yang bersumber dari UU
maupun perjanjian. Khusus tentang hukum perjanjian berlaku asas kebebasan
berkontrak (freedom of contract), dalam hal ini setiap pihak diperbolehkan mengatur
sendiri perjanjian yang mengikat di antara mereka bahkan boleh menyimpangi
ketentuan yang berlaku dalam KUHPerdata.

d. Buku IV tentang pembuktian dan daluwarsa Dalam buku IV KUHPerdata diatur


tentang alat-alat bukti yang digunakan untuk menuntut atau mempertahankan hak-hak
keperdataan seseorang di muka pengadilan. Selain itu, Buku IV KUHPerdata juga
mengatur tentang daluwarsa atau masa jangka waktu tertentu yang menyebabkan
seseorang dapat kehilangan hak-hak keperdataannya atau mendapatkan hak-hak
keperdataan, misalnya jangka waktu kapan seseorang kehilangan hak untuk menuntut
hak miliknya atau jangka waktu yang menyebabkan orang dapat memperoleh hak
milik. Berkaitan pengaturan yang termuat dalam buku IV KUHPerdata, para ahli
hukum (doktrin) berpendapat seharusnya itu tidak dimasukkan dalam hukum perdata
materil4 , tetapi dimasukkan dalam hukum perdata formil (hukum acara)5 , tetapi
pembuat UU beranggapan bahwa berkaitan dengan alat bukti dan daluwarsa
merupakan hukum acara materiil sehingga dimasukkan ke dalam hukum materiil.
Pembuat UU membedakan antara hukum acara materiil yang masuk dalam ruang
lingkup hukum materiil dan hukum acara formil yang masuk dalam ruang lingkup
hukum acara (formil).
BAB III

KESIMPULAN
Hukum Perdata adalah hukum yang mengatur hubungan antar perorangan didalam
masyarakat. Hukum Perdata dalam arti luas adalah bahan hukum sebagaimana tertera dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(WVK) beserta sejumlah undang-undang yang disebut undang-undang tambahan lainnya.
Hukum Perdata dalam arti sempit adalah hukum perdata sebagaimana terdapat dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW).

Subekti mengatakan hukum perdata dalam arti luas meliputi semua hukum privat
materiil, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan perseorangan. Hukum
Perdata adakalanya dipakai dalam arti sempit sebagai lawan hukum dagang.

Menurut ilmu pengetahuan hukum, hukum perdata dapat dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu:

1. Hukum Perorangan (Personenrecht)


2. Hukum Keluarga (Familierecht)
3. Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht)
4. Hukum waris (Arfrecht)
Sedangkan sistematika hukum perdata menurut Kitab Undang-Undang Perdata
(KUHPerdata) terdiri atas 4 bagian, yaitu:

1. Hukum Tentang Orang (Van Personen)


2. Hukum Tentang Benda (Van zaken)
3. Hukum Tentang Perikatan (Van Verbintennissen)
4. Hukum Tentang Pembuktian dan Daluarsa (Van Bewijs En Verjaring)
DAFTAR PUSTAKA

Entah, A. R. (1989). Hukum Perdata ( Studi Studi Perbandingan Ringkas). Malang:


Liberty.
H. Budi Mulyana, S. M. (2017). Hukum Perdata. Retrieved from Repository Unikom:
https://repository.unikom.ac.id/52341/1/Materi%209%20-%20HUKUM%20PERDATA.pdf
Prof. Dr. Rosa Agustina, S. M. (n.d.). Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Perdata.
Retrieved from Repository U.T: http://repository.ut.ac.id/4053/1/HKUM4202-M1.pdf
Prof.Abdulkdir Muhammad, S. (2011). Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.

Anda mungkin juga menyukai