FAKULTAS SYARIAH
2021/2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keseimbangan Islam (Wasatiyah Islam) telah menjadi pembicaraan yang sangat hangat.
Dalam mengartikulasikan pelajaran-pelajaran Islam terkadang muncul pandangan-
pandangan yang keterlaluan oleh perkumpulan-perkumpulan tertentu, sehingga dalam
beberapa kasus memicu kegiatan-kegiatan yang picik dan brutal. Dalam Islam, acuan yang
tegas adalah yang pasti, khususnya Al-Qur'an dan Al-Hadits, namun drama tanpa naskah
yang esensi Islamnya banyak. Ada banyak perkumpulan Islam yang terkadang memiliki
kualitas luar biasa dalam praktik praktik yang ketat. tampaknya perbedaan itu sudah
menjadi hal biasa, sunatullah, dan secara mengejutkan merupakan anugerah. Quraish
Shihab (2007) mencatat bahwa keragaman dalam kehidupan menyiratkan kebutuhan yang
dikehendaki Allah. Hal ini mengingat kontras dan ragam penilaian bidang logika, bahkan
ragam reaksi manusia terhadap realitas kitab-kitab suci, terjemahan substansinya, dan jenis
latihannya.
Dalam praktik yang ketat, pelajaran agama yang naik ke atas sebagian besar memiliki
tingkat ganda di mana bagian-bagian yang harus(motivasi moral) secara teratur
bertentangan dengan berita sosial di lapangan (keberadaan). Dalam situasi yang unik ini,
perilaku berprasangka yang ditunjukkan oleh kelompok Muslim garis keras secara
fundamental telah merusak citra Islam yang terkenal sebagai agama yang membawa
kelonggaran bagi alam semesta. Perilaku brutal dan fanatik tidak diragukan lagi akan
mencakup tujuan utama pelajaran Islam sesuai dengan semangat, agama, properti,
keturunan, dan jiwa. Memang, sejarah perilaku Nabi Muhammad yang tercatat dalam
berbagai penulisan hadis memberikan gambaran alternatif. Nabi Muhammad, sebagai misi
utamanya yang diutus oleh Tuhan, memiliki kewajiban untuk mewujudkan etika atau
kebaikan
B. RUMUSAN MASALAH
1. JELASKAN TENTANG MODERASI BERAGAMA
2. BAGAIMANA ANALISIS MODERASI BERAGAMA MENURUT ALQUR-AN
3. MENGAPA MODERASI BERAGAMA PENTING DALAM KONTEKS
PERSATUAN INDONESIA
BAB II
PEMBAHASAN
B.Beragama
Agama menyiratkan memeluk atau berpegang teguh pada suatu keyakinan sedangkan
keyakinan itu sendiri mengandung arti penting, kerangka, aturan keyakinan kepada Tuhan
dengan memanfaatkan pelajaran refleksi dan komitmen yang diidentikkan dengan agama
itu (KBBI 2020). iman di dunia ini belum banyak. Di Indonesia, agama yang dianut negara
adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu
Secara bahasa, agama mengandung pengertian (merangkul) keyakinan. contoh: Saya
Muslim dan dia Kristen. Agama menyariatkan cinta; berbakti pada keyakinan besar
1
Fauziah Nurdin, Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist, JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Vol.
18, No. 1, Januari 2021,hal 61
hidupnya (kepercayaan). contoh: dia berasal dari keluarga yang ketat. Bersikap tegas
berarti sangat menghormati; terpikat dengan; bersangkutan (pertukaran syarat). contoh:
Mereka ketat dalam properti. Dengan kata lain, agama menyebarkan kerukunan,
menyebarkan cinta, kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Agama bukan untuk
menyeragamkan keragaman, namun untuk menyikapi keragaman dengan menggunakan
wawasan yang utuh. Agama tersedia di tengah kita sehingga ketenangan, status, dan
kebanggaan manusiawi kita selalu terjamin dan terlindungi. Oleh karena itu, jangan
gunakan agama sebagai akal untuk mendiskreditkan dan menjelek-jelekkan dan
meniatuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, kita harus secara konsisten menyebarkan
kerukunan dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun. Agama adalah hubungan,
keseimbangan menyerupai perkembangan dari tepi yang secara konsisten cenderung ke
tengah atau hububungan(sentripetal), sedangkan fanatisme adalah perkembangan
sebaliknya menjauh dari tengah atau poros, ke arah keluar dan keterlaluan (outward).
Seperti bandul jam, ada gerakan yang mendorong ke depan, tidak berhenti pada satu batas
di luar, namun bergerak menuju pusat. mengawasi, menjaga hati, menjaga perilaku
individu, memastikan seluruh bangsa dan mengamankan alam semesta ini.
Moderasi agama adalah sudut pandang kita tentang agama moderat, khususnya
mengamalkan dan memahami tanpa keekstreman, baik ekstrem kanan atau kiri.
Ekstremisme,Fanatisme, radikalisme, wacana meremehkan, dan putusnya hubungan antar
umat beragama yang ketat menjadi isu yang dilirik negara Indonesia saat ini. Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung menuju
pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak sebaliknya menjauhi
pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem (centrifugal). Ibarat bandul jam, ada
gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak
menuju ke tengah-tengah.
Al-Qur'an dan Hadits telah ditetapkan oleh para pemuuka Islam bahwa keduanya adalah
sumber utama dan referensi dalam menghadapi semua masalah yang ada di semua lini
kehidupan. Ini dari mulai dari zaman Nabi sampai kapan pun selama umat Islam benar-
benar hidup di bawah dunia ini. Apalagi, isu pengawasan ketat yang umumnya berdengung
dan bergemuruh diulas di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Kata-kata dan istilah moderasi beragama yang ketat tidak didapat dari bahasa Arab yang
menyiratkan bahasa Al-Qur'an dan Hadits, melainkan kata-kata asing yang sudah termakan
bahasa Indonesia. pertanyaannya adalah apakah istilah moderasi beragama ditemukan
dalam Al-Qur'an dan hadits, yang keduanya merupakan sumber utama arah bagi umat
Islam di dunia ini. Apa yang dikemukakan oleh Al-Qur'an dan Hadits bukan berarti lafadh
melainkan substansi dan makna yang harus dicari, dan diteliti oleh para pengikutnya dan
kemudian diciptakan untuk membantu eksistensi manusia yang ditunjukkan oleh tempat
dan waktu, disitulah letak unsur-unsurnya. dari pelajaran Islam.
Apa yang bisa dibandingkan dengan kata yang mengandung makna wasathan yang ada
dalam Al-Quran dan Hadits memiliki implikasi yang berbeda Kata ini kemudian diperluas
dengan berbagai makna, term dan istilah yang dibawah ini uraiannya diketengahkan sebagai
berikut: Moderasi beragama bermakna umat pilihan .
ۤ
ِ ََّو َك ٰذلِكَ َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو َسطًا لِّتَ ُكوْ نُوْ ا ُشهَدَا َء َعلَى الن
ْ ِاس َويَ ُكوْ نَ ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبلَةَ الَّت
.ي
ُ دَى هّٰللاyَ َرةً اِاَّل َعلَى الَّ ِذ ْينَ هyَت لَ َكبِ ْي
ْ انyy ۗ ِه َواِ ْن َكyُك ْنتَ َعلَ ْيهَٓا اِاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع ال َّرسُوْ َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَلِبُ ع َٰلى َعقِبَ ْي
هّٰللا هّٰللا
َّح ْي ٌم
ِ فر ٌ ْاس لَ َرءُو ِ َُّض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِ َّن َ بِالن
ِ ۗ َو َما َكانَ ُ لِي
Artinya: Dan demikian Kami telah menjadikan kamu umatan wasatan agar kamu menjadi
saksi-saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang dahulu menjadi kiblatmu
melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah:143)
َاس َأن تَحْ ُك ُم ۟وا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكان
ِ َّت ِإلَ ٰ ٓى َأ ْهلِهَا َوِإ َذا َح َك ْمتُم بَ ْينَ ٱلن
۟ َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأن تَُؤ ُّد
ِ وا ٱَأْل َم ٰـنَ ٰـ ِإ
صي ۭ ًرا ۢ
ِ ََس ِمي ًعا ب
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
َ ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْي
ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد ِ َس ن
َ َص ْيب وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا
َ ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن َ ِ ِ َ
ْ ْ هّٰللا
اَل
َض ۗاِن َ ي ُِحبُّ ال ُمف ِس ِد ْين َّ ِ ْفِى ااْل َر
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 77)
2
س َّو َما َس ٰ ّوىهَ ۖا
ٍ َونَ ْف
7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)
Keenam hal di atas disebabkan oleh pemahaman yang ekstrim terhadap agama umat
Islam dan tidak keseimbangan sehingga terjadilah berlebih-lebihan dalam praktik amalan
beragama.Pemahaman yang tidak seimbang yang mendorong kekecewaan misi suci Islam
itu sendiri, khususnya Islam datang ke dunia untuk membawa keringanan kepada semua
alam dan Nabi Muhammad sendiri diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan etika
kemanusiaan.
Sesungguhnya, sumber kitab surcii umat Islam seperti yang ditemukan dalam beberapa
reff Al-Qur'an dan Hadits yang telah dicatat di atas memberikan bahwa betapa indahnya
kehidupan, keselarasan, kesepakatan, ketenangan, keharmonisan dan perkembangan tidak
memberikan kegembiraan kepada individu saja, tetapi juga untuk setiap makhluk hidup.
Jika dengan beberapa keberuntungan. Seandainya umat Islam mampu menggali,
memahami, membuktikan dan mengaktualisasikan ayat-ayat tersebut di dalam kehidupan
nyata, dunia dan agama lain akan menadah kepadanya.
Al-Quran surat al-Hujarat ayat: 13 serta ar-Ra’du : ayat 3 telah memberikan jaminan
ideal kepada umat Islam mereka akan sejahtera rukun dan damai bisa hidup berdampingan
dengan suku bangsa dan agama lain kalau mereka mampu mengali dan memahami
nilainilai keseimbangan hidup dan moderasi beragama dalam Al-Quran karena dengan
penggalian tersebut akan terkuak misteri kehidupan, nikmatnya bertoleransi terhadap suku,
bangsa budaya dan agama lain, karena Nabi Muhammad sendiri telah melakukannya di
Madinah dan telah membuat undang-undangnya yang diberi nama “Piagam Madinah”.. Al-
Qur'an telah menyambut baik untuk memperhatikan dan memeriksa pembicaraan tentang
keseimbangan dalam aktivitas publik serta termasuk planet dan fenomena-fenomena alam.
Jika penjelajahan planet-planet dan fenomena alam tidak disesuaikan, alam ini akan
musnah, dan akhir rangkaian pengalamannya yang dalam bahasa tegas disebut sebagai hari
kiamat.
Planet alam ini sangat indah dan diatur oleh Allah, namun karena akibat kecanggihan
teknologi yang dimiliki, akhirnya Cina, Amerika, dan dunia industri lainnya telah
menyalahgunakan keseimbangan antara alam dan memanfaatkan asetnya untuk menopang
ekonomi kapitalis mereka. Namun, Tetapi alangkah sayangnya di dunia Islam akibat
lembaga pendidikan dan kurikulumnya lebih banyak menekankan yang berbau normatif
dibandingkan empiris, sehingga di dunia Islam tidak muncul ahli-ahli fisika bahkan yang
cukup disayangkan sebagaimana diungkapkan Agus Mustafa dalam bukunya Isra Mikraj
Nabi Muhammad bahwa di kalangan umat Islam sebenarnya menerima bahwa tujuh
lapisan langit menyerupai naik bangku loncatan berlapis-lapis, meskipun fakta bahwa
pentingnya tujuh lapisan langit adalah lapisan lingkungan untuk menahan panasnya api.
matahari yang menabrak bumi (Mustafa 2012). Terlebih lagi, sebaliknya karena
ketidakteraturan di antara kepercayaan dan fisikawan pada akhirnya menjadi normatif. Hal
ini dapat dilihat pada Steven Howkin, seorang fisikawan Jerman, yang mencari awal mula
alam, ia akhirnya mengamati bahwa dunia ini berasal dari "lubang hitam". ia
menyimpulkan bahwa alam ini terjadi sendiri, tidak ada pembuat dan tidak ada hari kiamat
(Zamzami 2018).
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat: 143 juga menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang moderat, umat yang berada di posisi tengah terbaik dan umat terpilih. Beragama yang
baik adalah bukan karena salatnya menghadap wajah ke sana dan kemari sebagaimana
protes kaum Yahudi kepada umat Islam ketika mengarah kiblat mereka ke Baitul Maqdis.
Umat yang terbaik adalah umat yang berada pada posisi tengah, mengakui, menghormati
nabi-nabi lain yang diutus Allah , bukan membunuh para Nabi sebagaimana dilakukan oleh
bangsa Yahudi dan menuhankan Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
Kristen.
kualitas yang berbeda umat moderat dan diseimbangkan adalah umat yang bertindak
secara adil. Dalam surat Annisa ayat 58 mengajak umat untuk bertindak adil. Wajar berarti
umat di tengah menyerupai anak timbangan. Sebaik-baik golongan adalah golongan yang
adil dalam hal mereka mengadili atau memilih perkara meskipun orang yang dihakimi
adalah orang yang terhormat dan mulia. Ini telah diselesaikan oleh Umar bin Khattab
ketika menjatuhkan hukuman pada Jabalah bin Aiham. Jabalah adalah Raja kerajaan
Ghassan, masuk Islam kemudian murtad kembali akibat hukum qisas yang dijatuhkan oleh
Umar bin Khattab kepadanya. Ketika Jabalah naik haji dan tawaf di Ka’bah, ujung kain
ihramnya terinjak oleh salah seorang Arab, Jabalah marah dan menamparkan mukanya.
Akhirnya Orang Arab tersebut mengadu kepada Umar. Umar memanggil Jabalah dengan
menerima tamparan yang sama karena dalam Islam hukumnya harus adil tidak ada beda
rakyat jelata dengan Raja.
Surah Al-Qasas ayat : 77 juga menyatakan bahwa umat moderat adalah umat yang
diseimbangkan dalam mengatur kepentingan dunia dan akhirat. keduanya harus terhubung
dan tersambung dan dalam keadaan harmoni. jika salah satunya terabaikan, pincang
posisinya. Jika Anda hanya memikirkan dunia, Anda akan terjebak dalam materialisme,
sekali lagi, jika Anda hanya diatur untuk keakhirat, Anda akan dilecehkan dan ditekan oleh
masa. Keadaan dunia Islam saat ini dalam model yang kedua, hal ini disebabkan, hal ini
disebabkan, lembaga pendidikan didominasi oleh pemikiran fikih normatif dan teologi Asy
’ari yang berujung pada fatalis dan kurang berorientasi pada kajian – kajian empiris yang
dapat membangkitkan kemajuan dunia industri, ekonomi dan teknologi sehingga ekonomi
negara mandiri tidak tergantung kepada negara lain dan masyarakatnya tidak miskin dan
bodoh.
Demikian pula, keseimbangan yang ketat dalam masyarakat majemuk telah diatur oleh
Al-Qur'an tentang hal itu. umat adalah kumpulan orang-orang yang hidup masing-masing,
bekerja sama untuk mendapatkan kepentingan yang normal, memiliki adat istiadat sehari-
hari, standar dan kebiasaan yang melekat pada keadaan mereka saat ini. Sedangkan
penduduk plural adalah individu yang berasal dari identitas, masyarakat, dan agama yang
berbeda. Era Global dari jenis pluralisme ini tidak dapat dihindarkan karena dunia ini
menyerupai sebuah kota, sebagian besar orang berkumpul bersama, dalam berbagai tatanan
sosial masalah sering terjadi karena berbagai kepentingan dan keyakinan yang ketat. Ini
sulit dikalahkan selain melalui moderasi beragam. Menghadapi kondisi ini, Al-Qur'an telah
menunjukkan gagasan wasathiah yang saat ini dianut sebagai kontrol yang ketat. Agama
tidak dipahami dalam struktur yang keterlaluan melainkan dalam struktur yang ramah,
alami, tenang, hormat, dan menyenangkan Sehingga tidak terkesan bahwa Islam datang ke
dunia untuk berperang, kejam, bengis dan terror Pada hal kalau ayat-ayat Al-Quran dikaji
secara menyeluruh dan mendalam menunjukkan bahwa Al-Quran membawa rahmat bukan
kepada umat manusia saja akan tetapi kepada seluruh makhluk dan lingkungan alam.
Bukankah fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Sultan Muhammad al-Fatih, Sultan
Turki Usmani ketika menguasai kota konstantinopel begitu menghormati para pendeta
Kristen dan melindungi gereja mereka (Alatas 2015)
Keseimbangan pada fenomena alam, dalam bermoral, dalam menghadapi masyarakat
plural, dalam memberi nilai plus terhadap kepentingan dunia dan akhirat , dalam
bertawazunnya pada keadilan dan konsekuensinya bermoral bahkan tidak luput
seimbangnya berperilaku sebagaimana tertera dalam surat Luqman di atas sebagai harmoni
seni keindahan dalam hidup. Bukan Al-Quran saja yang berbicara tentang keseimbangan
dalam menata kehidupan, Hadis pun turut menanganinya. Beribadat berlebih-lebihan
dilarang oleh Nabi Muhammad karena dapat memberatkan umat manusia. Ketika Isra’
Mi’raj Nabi berulang kali meminta kepada Allah agar jumlah salatnya dikurangi hingga
lima waktu, karena itu cukup memberatkan umatnya di kemudian hari. Yang penting
beribadat itu harus ikhlas jauh dari ria.
Pada dasarnya pluralisme memiliki beberapa arti. Pertama, pluralisme lebih dari
sekedar beragama saja tapi juga menunjuk keikut sertaan. Kedua,pluralisme leih dari
toleransi yang dapat memahami perbedaan satu sama lain saja. Ketiga,pluralisme
didasarkan pada perbedaan bukan persamaan. Maka setiap umat yang beragam harus
menghormati perbedaan satu sama lain.4
3
Dr. Joni Tapingku, M.Th, Moderasi Beragama sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa,
4
Moh,shafan,Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama,dalam Umi Sumbulah,Nur Jannah,Pluralisme
Agama:Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan Antarumat Beragama(Malang:UIN Maliki Press,2013)hlm,36.
5
Zindal Abidin Bagir,dkk,Pluralisme kewargaan : arah baru politik keragaman diindonesia,
(BANDUNG:Mizan,2011)hlm,23
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Dari uraian diatas memiliki kesimpulan :
Bagi masyarakat Indonesia, ragam diterima sebagai keinginan yang luar biasa.
Keanekaragaman tidak diminta, namun anugerah Tuhan yang menciptakan, tidak
diharapkan tetapi diakui (diremehkan). Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis,
etnis, sosial, etimologis dan ketat yang praktis tak tertandingi di planet ini. Terlepas dari
enam agama yang paling luas dianut oleh daerah setempat, ada ratusan bahkan sejumlah
besar suku, dialek dan isi wilayah, dan agama tetangga di Indonesia. Dengan kebenaran
yang beragam dari masyarakat Indonesia, Anda dapat membayangkan betapa berbedanya
perasaan, cara pandang, keyakinan, dan kepentingan masyarakat umum setiap negara,
mengingat agama. Untungnya kita memiliki satu bahasa yang terikat bersama, bahasa
Indonesia, sehingga banyak perbedaan dalam keyakinan ini dapat disampaikan, dan oleh
karena itu, individu dapat melihat satu sama lain. Meski begitu, efek dari variasi blunder
tidak luput terjadi sesekali.
DAFTAR PUSTAKA