Anda di halaman 1dari 16

KONSEP MODERASI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

AL QURAN DAN KETERAMPILAN HTN

DISUSUN OLEH : ANNUR SHADIQIN (2032021019)

DOSEN PENGAMPU: M.ANZAIKHAN,S.Fil.I.,M.Ag

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA

2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................

A. LATAR BELAKANG.............................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................

A. TENTANG MODERENISASI BERAGAMA........................................................


B. ANALISIS MODERASI BERAGAMA MENURUT ALQUR-AN ..
C. MODERASI BERAGAMA PENTING DALAM KONTEKS PERSATUAN
INDONESIA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Keseimbangan Islam (Wasatiyah Islam) telah menjadi pembicaraan yang sangat hangat.
Dalam mengartikulasikan pelajaran-pelajaran Islam terkadang muncul pandangan-
pandangan yang keterlaluan oleh perkumpulan-perkumpulan tertentu, sehingga dalam
beberapa kasus memicu kegiatan-kegiatan yang picik dan brutal. Dalam Islam, acuan yang
tegas adalah yang pasti, khususnya Al-Qur'an dan Al-Hadits, namun drama tanpa naskah
yang esensi Islamnya banyak. Ada banyak perkumpulan Islam yang terkadang memiliki
kualitas luar biasa dalam praktik praktik yang ketat. tampaknya perbedaan itu sudah
menjadi hal biasa, sunatullah, dan secara mengejutkan merupakan anugerah. Quraish
Shihab (2007) mencatat bahwa keragaman dalam kehidupan menyiratkan kebutuhan yang
dikehendaki Allah. Hal ini mengingat kontras dan ragam penilaian bidang logika, bahkan
ragam reaksi manusia terhadap realitas kitab-kitab suci, terjemahan substansinya, dan jenis
latihannya.

Dalam praktik yang ketat, pelajaran agama yang naik ke atas sebagian besar memiliki
tingkat ganda di mana bagian-bagian yang harus(motivasi moral) secara teratur
bertentangan dengan berita sosial di lapangan (keberadaan). Dalam situasi yang unik ini,
perilaku berprasangka yang ditunjukkan oleh kelompok Muslim garis keras secara
fundamental telah merusak citra Islam yang terkenal sebagai agama yang membawa
kelonggaran bagi alam semesta. Perilaku brutal dan fanatik tidak diragukan lagi akan
mencakup tujuan utama pelajaran Islam sesuai dengan semangat, agama, properti,
keturunan, dan jiwa. Memang, sejarah perilaku Nabi Muhammad yang tercatat dalam
berbagai penulisan hadis memberikan gambaran alternatif. Nabi Muhammad, sebagai misi
utamanya yang diutus oleh Tuhan, memiliki kewajiban untuk mewujudkan etika atau
kebaikan

B. RUMUSAN MASALAH
1. JELASKAN TENTANG MODERASI BERAGAMA
2. BAGAIMANA ANALISIS MODERASI BERAGAMA MENURUT ALQUR-AN
3. MENGAPA MODERASI BERAGAMA PENTING DALAM KONTEKS
PERSATUAN INDONESIA
BAB II
PEMBAHASAN

1. TENTANG MODERASI BERAGAMA


A. Moderasi
Istilah keseimbangan berasal dari bahasa Latin, moderâtio, yang berarti tidak
berkelimpahan dan tidak kekurangan). Istilah tersebut mengandung pentingnya
pengendalian perilaku yang tidak masuk akal dan perilaku yang tidak memadai. Dalam
referensi Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah keseimbangan mengandung dua
implikasi, khususnya, satu penurunan keganasan, dan dua.pemberi batas, sedangkan istilah
moderat secara umum adalah menjauhkan diri dari pandangan yang berlebihan dan
mewaspadai komponen jalan tengah. Sebagaimana dikemukakan oleh Lukman Hakim
Saifuddin, metode individu moderat adalah individu yang bertingkah laku khas, biasa-biasa
saja, dan tidak keterlaluan. ia menambahkan bahwa dalam bahasa Inggris, istilah control
sering digunakan, sangat, standar, atau tidak terikat. Pada dasarnya moderat berarti
memajukan keseimbangan sejauh keyakinan, etika, dan karakter, baik dalam memandang
orang lain sebagai manusia, maupun dalam mengelola dasar negara (Saifuddin 2019).1
Dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan wasath atau wasathiyah yang memiliki arti
yang sama dengan memanfaatkan istilah tawassuth (tengah-tengah), i'tidal (adil), dan
tawazun (menyesuaikan). Orang yang menerapkan pedoman wasathiyah bisa disebut
wasith. Dalam bahasa Arab pula, istilah wasathiyah dicirikan sebagai "keputusan yang
paling ideal". Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama,
yakni adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai
pilihan ekstrem. istilah wasith bahkan telah diserap ke dalam bahasa Indonesia sebagai
kata wasit yang memiliki 3 implikasi, khususnya: 1) delegasi, perantara (misalnya dalam
pertukaran, bisnis); 2) arbiter (pemisah, pendamai) antara para pihak yang bersengketa;
dan 3) pemimpin di pertandingan (Saifuddin 2019).

B.Beragama

Agama menyiratkan memeluk atau berpegang teguh pada suatu keyakinan sedangkan
keyakinan itu sendiri mengandung arti penting, kerangka, aturan keyakinan kepada Tuhan
dengan memanfaatkan pelajaran refleksi dan komitmen yang diidentikkan dengan agama
itu (KBBI 2020). iman di dunia ini belum banyak. Di Indonesia, agama yang dianut negara
adalah Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu
Secara bahasa, agama mengandung pengertian (merangkul) keyakinan. contoh: Saya
Muslim dan dia Kristen. Agama menyariatkan cinta; berbakti pada keyakinan besar

1
Fauziah Nurdin, Moderasi Beragama menurut Al-Qur’an dan Hadist, JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Vol.
18, No. 1, Januari 2021,hal 61
hidupnya (kepercayaan). contoh: dia berasal dari keluarga yang ketat. Bersikap tegas
berarti sangat menghormati; terpikat dengan; bersangkutan (pertukaran syarat). contoh:
Mereka ketat dalam properti. Dengan kata lain, agama menyebarkan kerukunan,
menyebarkan cinta, kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa pun. Agama bukan untuk
menyeragamkan keragaman, namun untuk menyikapi keragaman dengan menggunakan
wawasan yang utuh. Agama tersedia di tengah kita sehingga ketenangan, status, dan
kebanggaan manusiawi kita selalu terjamin dan terlindungi. Oleh karena itu, jangan
gunakan agama sebagai akal untuk mendiskreditkan dan menjelek-jelekkan dan
meniatuhkan satu sama lain. Oleh karena itu, kita harus secara konsisten menyebarkan
kerukunan dengan siapa pun, di mana pun dan kapan pun. Agama adalah hubungan,
keseimbangan menyerupai perkembangan dari tepi yang secara konsisten cenderung ke
tengah atau hububungan(sentripetal), sedangkan fanatisme adalah perkembangan
sebaliknya menjauh dari tengah atau poros, ke arah keluar dan keterlaluan (outward).
Seperti bandul jam, ada gerakan yang mendorong ke depan, tidak berhenti pada satu batas
di luar, namun bergerak menuju pusat. mengawasi, menjaga hati, menjaga perilaku
individu, memastikan seluruh bangsa dan mengamankan alam semesta ini.
Moderasi agama adalah sudut pandang kita tentang agama moderat, khususnya
mengamalkan dan memahami tanpa keekstreman, baik ekstrem kanan atau kiri.
Ekstremisme,Fanatisme, radikalisme, wacana meremehkan, dan putusnya hubungan antar
umat beragama yang ketat menjadi isu yang dilirik negara Indonesia saat ini. Kalau
dianalogikan, moderasi adalah ibarat gerak dari pinggir yang selalu cenderung menuju
pusat atau sumbu (centripetal), sedangkan ekstremisme adalah gerak sebaliknya menjauhi
pusat atau sumbu, menuju sisi terluar dan ekstrem (centrifugal). Ibarat bandul jam, ada
gerak yang dinamis, tidak berhenti di satu sisi luar secara ekstrem, melainkan bergerak
menuju ke tengah-tengah.

Mendapat kesamaan ini, dalam hal agama, keseimbangan selanjutnya merupakan


keputusan untuk memiliki pandangan, sikap, dan perilaku di tengah keputusan keterlaluan
yang ada., sementara fanatisme yang ketat sebagai sudut pandang, perilaku dan sikap
melampaui batasan dalam kesepakatan dan praktik yang ketat. Dengan demikian,
keseimbangan yang ketat kemudian dapat dipahami sebagai cara pandang, perilaku, dan
sikap untuk terus mengambil situasi di tengah, terus , dan tidak keterlaluan dalam
beragama. Jelas, harus ada ukuran, titik potong, dan penanda untuk memilih apakah sudut
pandang yang membatasi, perilaku, dan mentalitas yang ketat itu moderat atau keterlaluan.
Keseimbangan yang ketat benar-benar cara untuk membuat perlawanan dan keselarasan,
baik di tingkat terdekat, publik dan di seluruh dunia. Keputusan keseimbangan dengan
menepis fanatisme dan progresivisme dalam agama adalah cara untuk menyesuaikan,
untuk mendukung pembangunan dan pembentukan kerukunan. Dengan menggunakan
teknik ini, setiap daerah yang ketat dapat mendekati orang lain dengan rasa hormat,
mengakui perbedaan, dan hidup masing-masing dalam harmoni dan persahabatan. Bagi
penduduk multikultural seperti Indonesia, keseimbangan yang ketat mungkin bukan
pilihan, tapi kebutuhan (Saifuddin 2019).
C.Moderasi Beragama dalam Al-Qur’an

Al-Qur'an dan Hadits telah ditetapkan oleh para pemuuka Islam bahwa keduanya adalah
sumber utama dan referensi dalam menghadapi semua masalah yang ada di semua lini
kehidupan. Ini dari mulai dari zaman Nabi sampai kapan pun selama umat Islam benar-
benar hidup di bawah dunia ini. Apalagi, isu pengawasan ketat yang umumnya berdengung
dan bergemuruh diulas di berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.
Kata-kata dan istilah moderasi beragama yang ketat tidak didapat dari bahasa Arab yang
menyiratkan bahasa Al-Qur'an dan Hadits, melainkan kata-kata asing yang sudah termakan
bahasa Indonesia. pertanyaannya adalah apakah istilah moderasi beragama ditemukan
dalam Al-Qur'an dan hadits, yang keduanya merupakan sumber utama arah bagi umat
Islam di dunia ini. Apa yang dikemukakan oleh Al-Qur'an dan Hadits bukan berarti lafadh
melainkan substansi dan makna yang harus dicari, dan diteliti oleh para pengikutnya dan
kemudian diciptakan untuk membantu eksistensi manusia yang ditunjukkan oleh tempat
dan waktu, disitulah letak unsur-unsurnya. dari pelajaran Islam.
Apa yang bisa dibandingkan dengan kata yang mengandung makna wasathan yang ada
dalam Al-Quran dan Hadits memiliki implikasi yang berbeda Kata ini kemudian diperluas
dengan berbagai makna, term dan istilah yang dibawah ini uraiannya diketengahkan sebagai
berikut: Moderasi beragama bermakna umat pilihan .

ۤ
ِ َّ‫َو َك ٰذلِكَ َج َع ْل ٰن ُك ْم اُ َّمةً َّو َسطًا لِّتَ ُكوْ نُوْ ا ُشهَدَا َء َعلَى الن‬
ْ ِ‫اس َويَ ُكوْ نَ ال َّرسُوْ ُل َعلَ ْي ُك ْم َش ِه ْيدًا ۗ َو َما َج َع ْلنَا ْالقِ ْبلَةَ الَّت‬
.‫ي‬
ُ ‫دَى هّٰللا‬yَ‫ َرةً اِاَّل َعلَى الَّ ِذ ْينَ ه‬y‫َت لَ َكبِ ْي‬
ْ ‫ان‬yy‫ ۗ ِه َواِ ْن َك‬y‫ُك ْنتَ َعلَ ْيهَٓا اِاَّل لِنَ ْعلَ َم َم ْن يَّتَّبِ ُع ال َّرسُوْ َل ِم َّم ْن يَّ ْنقَلِبُ ع َٰلى َعقِبَ ْي‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫َّح ْي ٌم‬
ِ ‫فر‬ ٌ ْ‫اس لَ َرءُو‬ ِ َّ‫ُض ْي َع اِ ْي َمانَ ُك ْم ۗ اِ َّن َ بِالن‬
ِ ‫ۗ َو َما َكانَ ُ لِي‬
Artinya: Dan demikian Kami telah menjadikan kamu umatan wasatan agar kamu menjadi
saksi-saksi atas perbuatan manusia dan agar rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang dahulu menjadi kiblatmu
melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang
telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah:143)

1) Moderasi beragama dalam keseimbangan fenomena alam .

‫ص ۙ َر هَلْ ت َٰرى ِم ْن فُطُوْ ٍر‬ ٍ ۗ ‫ق الرَّحْ مٰ ِن ِم ْن ت َٰف ُو‬


َ َ‫ت فَارْ ِج ِع ْالب‬ ۗ
ِ ‫ا َما ت َٰرى فِ ْي َخ ْل‬yً‫ت ِطبَاق‬ َ َ‫الَّ ِذيْ َخل‬
ٍ ‫ق َس ْب َع َسمٰ ٰو‬
Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah
kamu lihat sesuatu yang cacat?

‫ت َج َع َل فِ ْيهَا زَ وْ َج ْي ِن ْاثنَي ِْن يُ ْغ ِشى الَّي َْل‬


ِ ‫ ۗ َو ِم ْن ُك ِّل الثَّ َم ٰر‬y‫ض َو َج َع َل فِ ْيهَا َر َوا ِس َي َواَ ْن ٰه ًرا‬ َ ْ‫َوه َُو الَّ ِذيْ َم َّد ااْل َر‬
ٍ ‫النَّهَا ۗ َر اِ َّن فِ ْي ٰذلِكَ اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
Artinya: Dan Dia lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gununggunung
dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya dengan buah-buahan berpasang
pasangan. Allah menutup malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkannya. (Ar- Ra’du: 3)

2) Moderasi beragama bermakna adil

َ‫اس َأن تَحْ ُك ُم ۟وا بِ ْٱل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُكم بِ ِٓۦه ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكان‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰ ٓى َأ ْهلِهَا َوِإ َذا َح َك ْمتُم بَ ْينَ ٱلن‬
۟ ‫َّن ٱهَّلل َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأن تَُؤ ُّد‬
ِ ‫وا ٱَأْل َم ٰـنَ ٰـ‬ ‫ِإ‬
‫صي ۭ ًرا‬ ۢ
ِ َ‫َس ِمي ًعا ب‬
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

3) Moderasi beragama yang bermakna seimbang pola hidup

َ ‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا َواَحْ ِس ْن َك َمٓا اَحْ َسنَ هّٰللا ُ اِلَ ْي‬
‫ك َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد‬ ِ َ‫س ن‬
َ َ‫ص ْيب‬ ‫وا ْبتَغ ف ْيمٓا ٰا ٰتى َ هّٰللا‬
َ ‫ك ُ ال َّدا َر ااْل ٰ ِخ َرةَ َواَل تَ ْن‬ َ ِ ِ َ
ْ ْ ‫هّٰللا‬
‫اَل‬
َ‫ض ۗاِن َ ي ُِحبُّ ال ُمف ِس ِد ْين‬ َّ ِ ْ‫فِى ااْل َر‬
Artinya: dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qashash: 77)

4) Moderasi beragama dalam bersikap

‫ت ْال َح ِمي ِْر‬ َ yۗ ِ‫صوْ ت‬


ِ ‫ك اِ َّن اَ ْن َك َر ااْل َصْ َوا‬
َ َ‫ت ل‬
ُ ْ‫صو‬ ِ ‫َوا ْق‬
َ ‫د فِ ْي َم ْشيِكَ َوا ْغضُضْ ِم ْن‬yْ ‫ص‬
Artinya: dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 19)2

5) Moderasi beragama dalam bermoral

2
‫س َّو َما َس ٰ ّوىهَ ۖا‬
ٍ ‫َونَ ْف‬
7.dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya)

‫ا‬yَۖ‫فَا َ ْلهَ َمهَا فُجُوْ َرهَا َوتَ ْق ٰوىه‬


8.Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya

‫قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن َز ٰ ّكىهَ ۖا‬


9.Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. (Asy-Syams: 7-9).
6) Moderasi beragama dalam berbangsa dan bernegara
‫م ع ْن َد هّٰللا اَ ْت ٰقى ُكم ۗا َّن هّٰللا‬y ‫ ۚ ا َّن اَ ْكرم ُك‬y‫ل لتَعارفُوْ ا‬y ‫ وجع ْل ٰن ُكم ُشعُوْ بًا َّوقَب ۤاى‬y‫ٰيٓاَيُّها النَّاسُ انَّا َخلَ ْق ٰن ُكم م ْن َذ َكر َّواُ ْن ٰثى‬
َ ِ ْ ِ ِ ْ َ َ ِ َ َ ِ َ ِٕ َ ْ َ َ َ ٍ ِّ ْ ِ َ
‫َعلِ ْي ٌم خَ بِ ْي ٌر‬
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lakilaki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujurat: 13).

2. ANALISIS MODERASI BERAGAMA MENURUT ALQUR-AN


Al-Quran dan Hadits merupakan sumber dan rujukan suci bagi umat Islam dalam
menggali dan mengalahkan kesulitan yang menghadang di depan kehidupan mereka. Saat
ini, tantangan global yang diarahkan oleh teknologi canggih yang dibuat oleh negara-
negara sekuler sulit dihentikan, memang bukan sesuatu yang perlu ditakuti karena
merupakan kebutuhan. Dunia islam tidak bisa menandingi mereka karena mereka terlena,
terbungkam, dan tenggelam dalam sentimentalitas dengan sentimen kemajuan umat islam
yang telah mereka capai dalam ratusan tahun terakhir, karena apa yang terjadi sekarang
dunia Islam dengan mudah dipengaruhi oleh pandangan dunia. fakta bahwa ekonomi,
industri, inovasi dan komunikasi yang luas berada dalam kondisi berada di tangan mereka.
Era global dengan kompleksitas perubahan dan berbagai etnis membuat dunia lebih kecil.
sejuta identitas, bahasa, budaya dan agama seolah terakumulasi dalam satu pegangan.
Untuk situasi ini, sekte yang umat Islam dipisahkan ke dalam organisasi, pemahaman dan
aliran yang berbeda, yang masing-masing saling memukul seperti yang terjadi di Timur
Tengah, yang riuh dengan konflik bersama. juga, ini merupakan kesempatan yang luar
biasa bagi para rival Islam untuk dimanfaatkan untuk melenyapkan Islam. juga, apa yang
mereka lihat sekarang, tanda-tanda Islam ekstremis, Islam penindas psikologis, Islam
sentral terus-menerus dipikul di pundak mereka.
Kondisi di atas sulit dibendung dan dikalahkan karena pemahaman umat Islam saat ini
pelajarannya yang tidak diseimbang , kurang tepat, lemah, dan fanatik. Dengan tujuan agar
mereka saling menghina agama yang berbeda dan saling mengkafirkan sesamanya, terlepas
dari bidang ekonomi, modern dan inovatif dunia Islam jauh di belakang mereka di mana
sebelumnya umat Islam berada di barisan depan dalam kemajuan peradaban dunia. Seperti
yang ditunjukkan oleh Yusuf Qardhawi (2017) yang dipandang sebagai seorang bapak
moderasi beragama dunia Islam mengungkapkan bahwa ada kebingungan di antara umat
beragama mengingat fakta bahwa berlebihan dalam beragama dan ini dipisahkan oleh
sikap sebagai berikut
a) Fanatik pada suatu pendapat
b) Kebanyakan orang mewajibkan atas manusia sesuatu yang tidak diwajibkan oleh allah
c) Memperberat yang tidak pada tempatnya
d) Sikap kasar dan keras.
e) Buruk sangka terhadap manusia.
f) Terjerumus ke dalam jurang pengafira

Keenam hal di atas disebabkan oleh pemahaman yang ekstrim terhadap agama umat
Islam dan tidak keseimbangan sehingga terjadilah berlebih-lebihan dalam praktik amalan
beragama.Pemahaman yang tidak seimbang yang mendorong kekecewaan misi suci Islam
itu sendiri, khususnya Islam datang ke dunia untuk membawa keringanan kepada semua
alam dan Nabi Muhammad sendiri diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan etika
kemanusiaan.
Sesungguhnya, sumber kitab surcii umat Islam seperti yang ditemukan dalam beberapa
reff Al-Qur'an dan Hadits yang telah dicatat di atas memberikan bahwa betapa indahnya
kehidupan, keselarasan, kesepakatan, ketenangan, keharmonisan dan perkembangan tidak
memberikan kegembiraan kepada individu saja, tetapi juga untuk setiap makhluk hidup.
Jika dengan beberapa keberuntungan. Seandainya umat Islam mampu menggali,
memahami, membuktikan dan mengaktualisasikan ayat-ayat tersebut di dalam kehidupan
nyata, dunia dan agama lain akan menadah kepadanya.
Al-Quran surat al-Hujarat ayat: 13 serta ar-Ra’du : ayat 3 telah memberikan jaminan
ideal kepada umat Islam mereka akan sejahtera rukun dan damai bisa hidup berdampingan
dengan suku bangsa dan agama lain kalau mereka mampu mengali dan memahami
nilainilai keseimbangan hidup dan moderasi beragama dalam Al-Quran karena dengan
penggalian tersebut akan terkuak misteri kehidupan, nikmatnya bertoleransi terhadap suku,
bangsa budaya dan agama lain, karena Nabi Muhammad sendiri telah melakukannya di
Madinah dan telah membuat undang-undangnya yang diberi nama “Piagam Madinah”.. Al-
Qur'an telah menyambut baik untuk memperhatikan dan memeriksa pembicaraan tentang
keseimbangan dalam aktivitas publik serta termasuk planet dan fenomena-fenomena alam.
Jika penjelajahan planet-planet dan fenomena alam tidak disesuaikan, alam ini akan
musnah, dan akhir rangkaian pengalamannya yang dalam bahasa tegas disebut sebagai hari
kiamat.
Planet alam ini sangat indah dan diatur oleh Allah, namun karena akibat kecanggihan
teknologi yang dimiliki, akhirnya Cina, Amerika, dan dunia industri lainnya telah
menyalahgunakan keseimbangan antara alam dan memanfaatkan asetnya untuk menopang
ekonomi kapitalis mereka. Namun, Tetapi alangkah sayangnya di dunia Islam akibat
lembaga pendidikan dan kurikulumnya lebih banyak menekankan yang berbau normatif
dibandingkan empiris, sehingga di dunia Islam tidak muncul ahli-ahli fisika bahkan yang
cukup disayangkan sebagaimana diungkapkan Agus Mustafa dalam bukunya Isra Mikraj
Nabi Muhammad bahwa di kalangan umat Islam sebenarnya menerima bahwa tujuh
lapisan langit menyerupai naik bangku loncatan berlapis-lapis, meskipun fakta bahwa
pentingnya tujuh lapisan langit adalah lapisan lingkungan untuk menahan panasnya api.
matahari yang menabrak bumi (Mustafa 2012). Terlebih lagi, sebaliknya karena
ketidakteraturan di antara kepercayaan dan fisikawan pada akhirnya menjadi normatif. Hal
ini dapat dilihat pada Steven Howkin, seorang fisikawan Jerman, yang mencari awal mula
alam, ia akhirnya mengamati bahwa dunia ini berasal dari "lubang hitam". ia
menyimpulkan bahwa alam ini terjadi sendiri, tidak ada pembuat dan tidak ada hari kiamat
(Zamzami 2018).
Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat: 143 juga menyatakan bahwa umat Islam adalah umat
yang moderat, umat yang berada di posisi tengah terbaik dan umat terpilih. Beragama yang
baik adalah bukan karena salatnya menghadap wajah ke sana dan kemari sebagaimana
protes kaum Yahudi kepada umat Islam ketika mengarah kiblat mereka ke Baitul Maqdis.
Umat yang terbaik adalah umat yang berada pada posisi tengah, mengakui, menghormati
nabi-nabi lain yang diutus Allah , bukan membunuh para Nabi sebagaimana dilakukan oleh
bangsa Yahudi dan menuhankan Nabi sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
Kristen.
kualitas yang berbeda umat moderat dan diseimbangkan adalah umat yang bertindak
secara adil. Dalam surat Annisa ayat 58 mengajak umat untuk bertindak adil. Wajar berarti
umat di tengah menyerupai anak timbangan. Sebaik-baik golongan adalah golongan yang
adil dalam hal mereka mengadili atau memilih perkara meskipun orang yang dihakimi
adalah orang yang terhormat dan mulia. Ini telah diselesaikan oleh Umar bin Khattab
ketika menjatuhkan hukuman pada Jabalah bin Aiham. Jabalah adalah Raja kerajaan
Ghassan, masuk Islam kemudian murtad kembali akibat hukum qisas yang dijatuhkan oleh
Umar bin Khattab kepadanya. Ketika Jabalah naik haji dan tawaf di Ka’bah, ujung kain
ihramnya terinjak oleh salah seorang Arab, Jabalah marah dan menamparkan mukanya.
Akhirnya Orang Arab tersebut mengadu kepada Umar. Umar memanggil Jabalah dengan
menerima tamparan yang sama karena dalam Islam hukumnya harus adil tidak ada beda
rakyat jelata dengan Raja.
Surah Al-Qasas ayat : 77 juga menyatakan bahwa umat moderat adalah umat yang
diseimbangkan dalam mengatur kepentingan dunia dan akhirat. keduanya harus terhubung
dan tersambung dan dalam keadaan harmoni. jika salah satunya terabaikan, pincang
posisinya. Jika Anda hanya memikirkan dunia, Anda akan terjebak dalam materialisme,
sekali lagi, jika Anda hanya diatur untuk keakhirat, Anda akan dilecehkan dan ditekan oleh
masa. Keadaan dunia Islam saat ini dalam model yang kedua, hal ini disebabkan, hal ini
disebabkan, lembaga pendidikan didominasi oleh pemikiran fikih normatif dan teologi Asy
’ari yang berujung pada fatalis dan kurang berorientasi pada kajian – kajian empiris yang
dapat membangkitkan kemajuan dunia industri, ekonomi dan teknologi sehingga ekonomi
negara mandiri tidak tergantung kepada negara lain dan masyarakatnya tidak miskin dan
bodoh.
Demikian pula, keseimbangan yang ketat dalam masyarakat majemuk telah diatur oleh
Al-Qur'an tentang hal itu. umat adalah kumpulan orang-orang yang hidup masing-masing,
bekerja sama untuk mendapatkan kepentingan yang normal, memiliki adat istiadat sehari-
hari, standar dan kebiasaan yang melekat pada keadaan mereka saat ini. Sedangkan
penduduk plural adalah individu yang berasal dari identitas, masyarakat, dan agama yang
berbeda. Era Global dari jenis pluralisme ini tidak dapat dihindarkan karena dunia ini
menyerupai sebuah kota, sebagian besar orang berkumpul bersama, dalam berbagai tatanan
sosial masalah sering terjadi karena berbagai kepentingan dan keyakinan yang ketat. Ini
sulit dikalahkan selain melalui moderasi beragam. Menghadapi kondisi ini, Al-Qur'an telah
menunjukkan gagasan wasathiah yang saat ini dianut sebagai kontrol yang ketat. Agama
tidak dipahami dalam struktur yang keterlaluan melainkan dalam struktur yang ramah,
alami, tenang, hormat, dan menyenangkan Sehingga tidak terkesan bahwa Islam datang ke
dunia untuk berperang, kejam, bengis dan terror Pada hal kalau ayat-ayat Al-Quran dikaji
secara menyeluruh dan mendalam menunjukkan bahwa Al-Quran membawa rahmat bukan
kepada umat manusia saja akan tetapi kepada seluruh makhluk dan lingkungan alam.
Bukankah fakta sejarah telah menunjukkan bahwa Sultan Muhammad al-Fatih, Sultan
Turki Usmani ketika menguasai kota konstantinopel begitu menghormati para pendeta
Kristen dan melindungi gereja mereka (Alatas 2015)
Keseimbangan pada fenomena alam, dalam bermoral, dalam menghadapi masyarakat
plural, dalam memberi nilai plus terhadap kepentingan dunia dan akhirat , dalam
bertawazunnya pada keadilan dan konsekuensinya bermoral bahkan tidak luput
seimbangnya berperilaku sebagaimana tertera dalam surat Luqman di atas sebagai harmoni
seni keindahan dalam hidup. Bukan Al-Quran saja yang berbicara tentang keseimbangan
dalam menata kehidupan, Hadis pun turut menanganinya. Beribadat berlebih-lebihan
dilarang oleh Nabi Muhammad karena dapat memberatkan umat manusia. Ketika Isra’
Mi’raj Nabi berulang kali meminta kepada Allah agar jumlah salatnya dikurangi hingga
lima waktu, karena itu cukup memberatkan umatnya di kemudian hari. Yang penting
beribadat itu harus ikhlas jauh dari ria.

C . MODERASI BERAGAMA PENTING DALAM KONTEKS PERSATUAN


INDONESIA

Moderasi beragama menjadi upaya bagus bagi membentangkan suatu sikap


keberagamaan di tengah berbagai dorongan kegentingan (constrains), seperti renggangan
tunntutan kebenaran sepenuhnya dan subjektivitas, antara interpretasi literal dan penolakan
yang arogan atas ajaran agama, juga antara radikalisme dan sekularisme. Komitmen utama
moderasi beragama terhadap toleransi menjadikannya sebagai cara terbaik untuk
menghadapi radikalisme agama yang mengancam kehidupan beragama itu sendiri dan,
pada gilirannya, mengimbasi kehidupan persatuan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Mencermati perilaku tegas di elemen-elemen baru negara dan mengungkapkannya,
Pemimpin Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam banyak acara menyambut para
perintis tegas untuk mengantarkan agama sebagai sumber kualitas yang mendukung
keragaman. Presiden menyambut baik para pionir dan individu-individu yang tegas untuk
menyampaikan pengalaman-pengalaman ketat yang lebih mendalam dan lebih luas kepada
individu-individu mereka yang terpisah, karena eksklusivisme, radikalisme, dan opini-
opini ketat umumnya akan bergantung pada pelajaran ketat yang salah bentuk. Tak
terbantahkan bahwa keyakinan adalah jiwa utama negara ini sehingga para perintis yang
tegas mengambil peran penting dalam menjaga pluralisme sebagai kekayaan dan modal
sosial Indonesia.
Bagi masyarakat Indonesia, keragaman diterima sebagai aspirasi yang luar biasa.
Keanekaragaman tidak diminta, namun anugerah dari Tuhan yang menciptakan, tidak bisa
diharapkan untuk diremehkan. Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis, etnis,
sosial, semantik dan ketat yang praktis tak tertandingi di planet ini. Terlepas dari enam
agama yang paling luas dianut oleh daerah setempat, ada ratusan atau bahkan sejumlah
besar kelompok etnis, dialek dan aksara provinsi, serta agama-agama terdekat di Indonesia.
Dengan kebenaran masyarakat Indonesia yang beragam, dapat dibayangkan betapa
berbedanya perasaan, cara pandang, keyakinan, dan kepentingan masyarakat umum setiap
negara, mengingat agama. Untungnya, kami memiliki satu bahasa yang disatukan, bahasa
Indonesia, sehingga banyak variasi dalam keyakinan ini dapat diberikan dalam hal apa pun,
dan oleh karena itu, individu dapat melihat satu sama lain. Meski begitu, pengaruh variasi
sembrono tidak luput terjadi dalam beberapa kasus.
Menurut perspektif yang ketat, keragaman adalah hadiah dan kemauan yang luar biasa;
Jika yang berkuasa menghendaki, tentu tidak sulit untuk membentuk pekerja-Nya menjadi
pakaian dan hanya satu jenis. namun yang berkuasa tidak diragukan lagi adalah keinginan
umat manusia untuk menjadi berbeda, etnis, dan publik, dengan tujuan agar kehidupan
dapat maju, saling menguntungkan, dan saling mengenal. lagi pula, bukankah variasi
sangat luar biasa? Kita patut mengapresiasi keragaman masyarakat Indonesia.
Meskipun berbeda agama dan keyakinan, dalam setiap agama juga terdapat berbagai
terjemahan dari pelajaran keyakinan, terutama yang berkaitan dengan praktik dan upacara
yang ketat. Pada umumnya, setiap terjemahan dari pelajaran ketat memiliki murid yang
percaya pada realitas pemahaman yang mereka praktikkan.
Informasi tentang semacam inilah yang memungkinkan penganut yang ketat memiliki
pilihan untuk sampai di jalan tengah (moderat). Tingkah laku yang moderat biasanya akan
muncul ketika seorang penganut yang ketat tidak menyadari bahwa ada metode alternatif
untuk memperbaiki makna yang berbeda yang dapat ia ambil. Dalam situasi khusus ini,
keadilan yang ketat menjadi sangat penting untuk digunakan sebagai sudut pandang
(viewpoint) dalam agama..
Di Indonesia, dalam masa pemerintahan sebagian besar terbuka, perbedaan pandangan dan
kepentingan di antara penduduk yang sangat beragam diawasi sedemikian rupa, sehingga segala
keinginan dapat diarahkan dengan tepat. Dengan cara yang sama dalam agama, konstitusi kita
menegaskan kesempatan individu yang ketat untuk memeluk dan mempraktikkan pelajaran yang
ketat sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Idiologi bangsa kita, Pancasila, menempatkan penekanan yang luar biasa pada
pembuatan antara keselarasan yang ketat. Indonesia bahkan menjadi panutan bagi negara-
negara di dunia sejauh efektif menghadapi keragaman sosial dan ketatnya, dan dikatakan
unggul dalam membandingkan cara beragama dan bernegara secara damai. Isu dan dampak
sosial dalam skala terbatas sering terjadi, namun pada umumnya kita mencari cara untuk
melepaskan diri dari perjuangan, dan kembali ke peneguhan tentang pentingnya solidaritas
dan kejujuran sebagai negara yang luar biasa, negara yang dihormati dengan keragaman
oleh Sang Pencipta.
Apapun itu, kita harus tetap berhati-hati. Mungkin bahaya terbesar yang dapat
memisahkan kita menjadi sebuah negara adalah perjuangan yang bergantung pada agama,
terutama yang disertai dengan demonstrasi kekejaman. Mengapa? Karena agama, di mana
pun dan di mana pun, memiliki gagasan tentang kecenderungan yang ditumpuk dengan
substansi antusias, dan subjektivitas yang tinggi, oleh karena itu, tidak jarang membuat
ikatan gairah pada pengikutnya. Bagaimanapun, bagi para pengikutnya yang lebih tinggi,
agama adalah "hal" suci yang disucikan, mengkhawatirkan, dan disucikan. Alih-alih
mendorong kehidupan yang tenang dan menghibur, obsesi yang keterlaluan terhadap
realitas terjemahan yang ketat sering kali menimbulkan antagonisme dan pertengkaran di
antara mereka.
Salah satu perwujudan kehadiran agama adalah menjaga kehormatan manusia sebagai
makhluk terhormat yang diciptakan oleh Tuhan, termasuk menjaga agar tidak kehilangan
nyawanya. Itulah sebabnya setiap agama secara konsisten mengemban misi kerukunan dan
keselamatan. Untuk mencapai itu, agama secara konsisten menyajikan pelajaran tentang
keseimbangan di berbagai bagian kehidupan; agama juga menginstruksikan bahwa
memastikan keberadaan manusia harus menjadi kebutuhan; mengakhiri hidup seseorang
sama dengan mengakhiri keberadaan seluruh umat manusia. Keseimbangan yang ketat
menjaga kualitas manusia. Individu yang keterlaluan secara teratur terjebak dalam praktik
ketat demi Tuhan hanya untuk menjaga keagungan-Nya sambil mengesampingkan
perspektif manusia. Individu yang ketat dengan cara ini akan mempermalukan individu
"demi Tuhan", meskipun fakta bahwa memastikan umat manusia itu sendiri adalah penting
untuk pusat pelajaran yang ketat.
Beberapa orang sering memanfaatkan pelajaran ketat untuk memuaskan keuntungan
tidak bermoral mereka, kepentingan makhluk, dan tidak jarang juga untuk melegitimasi
kerinduan politik mereka. Kegiatan-kegiatan manipulatif demi agama ini telah membuat
kehidupan yang ketat menjadi timpang, lebih sering keterlaluan dan dilebih-lebihkan.
Sejalan dengan itu, untuk situasi ini, pentingnya kontrol yang ketat adalah dengan alasan
bahwa itu adalah cara untuk membangun kembali praktik yang ketat untuk
mengakomodasi esensinya, sehingga agama benar-benar mampu mengimbangi keluhuran
manusia, bukan sebaliknya.
ribuan tahun setelah pengenalan agama, orang berkembang dan berbeda, pertemuan
etnis, identitas, warna kulit yang berbeda, menghilang di berbagai negara dan tempat.
Bersamaan dengan pergantian peristiwa dan penyebaran kemanusiaan, agama juga
menciptakan dan menyebar. Dibuat oleh peneliti masa lalu yang ditulis dalam bahasa Arab
saat ini tidak cukup untuk memenuhi semua seluk-beluk masalah yang bermanfaat. Teks-
teks ketat juga mengalami banyak pemahaman, realitas menjadi terduplikasi; beberapa
murid yang ketat pada saat ini tidak berpegang teguh pada intisari dan sifat dari pelajaran
ketat mereka, namun berada di atas dalam hal terjemahan realitas yang mereka sukai, dan
dalam beberapa kasus pemahaman yang sesuai dengan keuntungan politik mereka. Dengan
cara ini, perjuangan tidak bisa dihindari. Seluk-beluk kehidupan manusia dan ketat seperti
itu terjadi di berbagai wilayah di planet ini, di Indonesia dan Asia, namun juga di berbagai
wilayah di planet ini. Pengaturan ini menyebabkan pentingnya keseimbangan yang ketat,
sehingga peradaban manusia tidak dilenyapkan karena pertikaian dengan fondasi yang
ketat.3

1.PLURALISME DALAM MAKNA BERMODERASI AGAMA

Pada dasarnya pluralisme memiliki beberapa arti. Pertama, pluralisme lebih dari
sekedar beragama saja tapi juga menunjuk keikut sertaan. Kedua,pluralisme leih dari
toleransi yang dapat memahami perbedaan satu sama lain saja. Ketiga,pluralisme
didasarkan pada perbedaan bukan persamaan. Maka setiap umat yang beragam harus
menghormati perbedaan satu sama lain.4

Pluralisme menyimpan banyak pergulatan yang cukup mengkhawatirkan. Pemaknaan


pluralisme tersebut merupakan pemaknaan dalam ranah sosial,yang jika disemantikkan
dengan teologis akan membuat kerancuan. Hal ini terjadi di negara kita pada tahun 2005
saat MUI mengharapkan pluralisme5

3
Dr. Joni Tapingku, M.Th, Moderasi Beragama sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa,

4
Moh,shafan,Pluralisme Menyelamatkan Agama-Agama,dalam Umi Sumbulah,Nur Jannah,Pluralisme
Agama:Makna dan Lokalitas Pola Kerukunan Antarumat Beragama(Malang:UIN Maliki Press,2013)hlm,36.

5
Zindal Abidin Bagir,dkk,Pluralisme kewargaan : arah baru politik keragaman diindonesia,
(BANDUNG:Mizan,2011)hlm,23
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dari uraian diatas memiliki kesimpulan :
Bagi masyarakat Indonesia, ragam diterima sebagai keinginan yang luar biasa.
Keanekaragaman tidak diminta, namun anugerah Tuhan yang menciptakan, tidak
diharapkan tetapi diakui (diremehkan). Indonesia adalah negara dengan keragaman etnis,
etnis, sosial, etimologis dan ketat yang praktis tak tertandingi di planet ini. Terlepas dari
enam agama yang paling luas dianut oleh daerah setempat, ada ratusan bahkan sejumlah
besar suku, dialek dan isi wilayah, dan agama tetangga di Indonesia. Dengan kebenaran
yang beragam dari masyarakat Indonesia, Anda dapat membayangkan betapa berbedanya
perasaan, cara pandang, keyakinan, dan kepentingan masyarakat umum setiap negara,
mengingat agama. Untungnya kita memiliki satu bahasa yang terikat bersama, bahasa
Indonesia, sehingga banyak perbedaan dalam keyakinan ini dapat disampaikan, dan oleh
karena itu, individu dapat melihat satu sama lain. Meski begitu, efek dari variasi blunder
tidak luput terjadi sesekali.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai