Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SRI GUSTIANI

NIM : 12210620232

JURUSAN : PENDIDIKAN EKONOMI

KELAS : TA’ALLUM 16

TUGAS : MODERASI BERAGAMA

1. Jelaskan apa arti Moderasi menurut pemahaman kalian


Jawaban:
Istilah “moderasi” berasal dari Bahasa Inggris yaitu kata “moderation”, yang
bermakna sikap sedang dan tidak berlebih-lebihan. Kita mengenal istilah
“moderator”, yang bermakna ketua (of meeting), pelerai, penengah (of dispute).
Secara lebih luas moderator dipahami sebagai orang yang bertindak sebagai
penengah (hakim, wasit, dan sebagainya), pemimpin sidang (rapat, diskusi) yang
menjadi pengarah pada acara pembicaraan atau pendiskusian masalah, alat pada
mesin yang mengatur atau mengontrol aliran bahan bakar atau sumber tenaga.
Kata moderation berasal dari bahasa Latin “moderatio”, yang berarti ke-sedang-an
(tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan kata “moderasi” dengan penghindaran kekerasan atau penghindaran
keekstreman. Istilah untuk moderat atau moderasi dalam Bahasa Arab adalah
washattiyah yang bermakna pertengahan. Ibnu Faris dalam karyanya Mu’jam
Maqayis al-Lughah, memaknainya dengan sesuatu yang di tengah, adil, baik, dan
seimbang. Dalam bahasa yang umum digunakan dalam keseharian kita hari ini,
wasathiah seringkali diterjemahkan dengan istilah moderat atau bersikap netral
dalam segala hal. Terminologi wasath atau dalam bentuk Sifat musyabbahahnya
dibaca wasith ini kemudian diadobsi oleh bahasa Indonesia dengan sebutan
“wasit”, yaitu orang yang menengahi sebuah pertandingan antara dua kubu atau
kelompok dalam sebuah pertandingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya

1
moderasi sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak
radikal (tatharruf). 
2. Jelaskan apa itu Moderasi Beragama menurut pemahaman kalian
Jawaban:
Saat ini kita sering sekali mendengar istilah moderasi beragama, kata ini menjadi
semacam campaign (kampanye) dalam kehidupan beragama khususnya di
Indonesia. Apabila istilah moderasi digabungkan dengan agama dan sikap dalam
beragama maka menjadi moderasi beragama yang bermakna “Sikap mengurangi
kekerasan, atau menghindari keekstreman dalam praktik beragama”. Istilah ini
merujuk kepada sikap dan upaya menjadikan agama sebagai dasar dan prinsip
untuk selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem
(radikalisme) dan selalu mencari jalan tengah yang menyatukan dan
membersamakan semua elemen dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan
berbangsa Indonesia. Jadi, moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam
beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama
dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri. Ekstremisme,
radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat
beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
3. Jelaskan prinsip Beragama yang moderat!
Jawaban:
Adapun prinsip beragama yang moderat adalah sebagai berikut:
a. Wasathiyah (mengambil jalan tengah)
Yaitu pandangan yang mengambil jalan pertengahan dengan tidak
berlebih lebihan dalam beragama dan tidak mengurangi ajaran agama, jalan
tengah ini dapat berarti pemahaman yang memadukan antara teks ajaran agama
dan konteks kondisi masyarakat.
b. Tawazun (seimbang)
Tahawzun merupakan pandangan keseimbangan tidak keluar dari dari
garis yang telah di tetapkan. Jika di telusuri istilah tawazun berakar dari kata

2
mizan yang berarti timbangan. Tapi dalam pemahaman konteks moderasi
mizan bukan diartikan sebagai alat atau benda yang digunakan untuk
menimbang melainkan keadilan dalaam semua aspek kehidupan baik terkait
dengan dunia ataupun terkait dengan kehidupan yang kekal kelak di akhirat.
c. I’tidal (lurus dan tegas)
Istilah I’tidal berasal dari kata bahasa arab yaitu adil yang berarti sama,
dalam kamus besar bahasa Indonesia adil berarti tidak berat sebelah, tidak
sewenang wenang. I’tidal merupakan pandangan yang menempatkan sesuatu
pada tempatnya, membagi sesui dengan porsinya, melaksankaan hak dan
memenuhi kewajiban.
d. Musawah (persamaan)
Musawah berarti persamaan derajat, islam tidak pernah membeda
bedakan manusia dari segi personalnya semua manusia memiliki derajat yang
sama diantara manusia lainya tidak pandang jenis kelamin, ras, suku, tradisi,
budaya, pangkat karena semuanya telah ditentukan oleh sang pencipta manusia
tidak dapat hak untuk merubah ketetapan yang telah di tetapkan.
e. Syuro (musyawarah)
Dalam konteks moderasi, musyawarah merupakan solusi untuk
meminimalisir dan mengilangkan prasangka dan perselisihan antar individu
dan kelompok, karena musyawarah mampu menjalin komunikasi, keterbukaan,
kebebasan berpendapat, serta sbegai media silaturahmi sehingga akan terjalin
sebuah hubungan persaudaraan dan persatuan yang erat dalam ukhuwah
islamiyah, ukhuwah watoniyah, ukhuwah basariyah dan ukhuwah insaniyah.
f. Ishlah (Reformasi)
Dalam konsep moderasi, islah memberikan kondisi yang lebih baik untuk
merespon perubahan dan kemajuan zaman atas dasar kepentingan umum
dengan berpegang pada prinsip memelihara nilai nilai tradisi lama yang baik
dan menerapkan nilai nilai tradisi baru yang lebih baik demi kemaslahatan
bersama. Pemahaman ini akan menciptakan masyarakat yang senantiasa

3
menyebarkan pesan perdamaian dan kemajuan menerima pembaharuan dan
persatuan dalam hidup berbangsa.
g. Awlawiyah (mendahulukan perioritas)
Al-awlawiyyah adalah bentuk jamak dari kata al-aulaa, yang berarti
penting atau perioritas. Awlawiyah dalam konteks moderasi dalam kehidupan
berbangsa harus mampu memperioritaskan kepentingan umum yang membawa
kemaslahatan bagi kehidupoan berbangsa.
h. Tathawur Wa Ibtikar (dinamis dan Inovatif)
Tathawwur wa Ibtikar merupakan sifat dinamis dan inovatif yang
memiliki pengertian bergerak dan pembaharu, selalu membuka diri untuk
bergerak aktif partisipasi untuk melakukan pembahrauan sesuai dengan
perkembangan zaman untuk kemajuan dan kemaslahatan umat.
i. Tahadhdhur (berkeadaban)
Keberadaban dalam konteks moderasi dalam kehidupn berbangsa menjadi
penting untuk di amalkan karena semakin tginggi abab seseorang maka akan
semaking tinggi pula toleransi dan penghargaannya kepada orang lain,
memandang bukan hanya dalam perspektif dirinya sendiri melainkan melihat
dari berbagai macam prespektif.
4. Samakah moderasi Beragama dengan moderasi agama? Jelaskan
Jawaban:
Moderasi beragama dengan moderasi agama tidak dapat kita samakan karena
keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Agama tidak perlu di moderasi
karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan dan
keseimbangan. Jadi bukan agama yang harus di moderasi, melainkan cara
penganut agama yang harus di moderasi. Tidak ada agama yang mengajarkan
ekstremitas, tapi tidak sedikit orang yang menjalankan ajaran agama namun
berubah menjadi ekstrem.
5. Bagaimana menempatkan Moderasi Beragama dalam konteks Indonesia?
Jawaban:

4
Dalam konteks keIndonesiaan, moderasi beragama dapat dijadikan sebagai strategi
kebudayaan untuk merawat Indonesia yang damai, toleran dan menghargai
keraagamaan. Moderasi Beragama adalah cara hidup untuk rukun, saling
menghormati, menjaga dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena
perbedaan yang ada. Dengan penguatan moderasi beragama diharapkan agar umat
beragama dapat memposisikan diri secara tepat dalam masyarakat multireligius,
sehingga terjadi harmonisasi sosial dan keseimbangan kehidupan sosial. Dalam
konteks bernegara, moderasi beragama penting diterapkan agar paham agama yang
berkembang tidak bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan. Saat ini, moderasi
beragama telah masuk dalam agenda prioritas dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yang disusun oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas). Pada aras ini, moderasi beragama dikembangkan menjadi program
yang dilembagakan. Pelembagaan moderasi beragama artinya menerjemahkan
moderasi beragama ke dalam institusi, lembaga, struktur, atau unit yang secara
khusus memikirkan strategi implementasi konsep ini. Sehingga, dapat dipaparkan
menjadi program dan kegiatan yang terukur dan berkesinambungan.

Anda mungkin juga menyukai