Anda di halaman 1dari 14

PERAN MODERASI BERAGAMA DALAM

KEHIDUPAN MASYARAKAT MODERN

Farida Untsa Sabrina


UIN Walisongo Semarang
e-mail: faridauntsa55@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan dan kemajuan adalah sesuatu yang tidak bisa
dihindari.Bersamaan dengan perkembangan islam, modernisasi juga
berkembang ditengah masyarakat dengan membawa beragam dampak
positif dan negatif yang membuat masyarakat semakin jauh dengan nilai-
nilai ketuhanan. Oleh karena itu sebagai salah satu kepercayaan dengan
penganut terbanyak di dunia, islam hadir sebagai pengontrol serta
penengah dari segala kekacauan tersebut. Melalui moderasi beragama
islam membangun sikap untuk saling menghormati antar pemeluk
agama,tidak terlalu mencintai kehidupan dunia, mengontrol diri untuk
menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat serta bagaimana bersikap
moderat ditengah masyarakat yang beragam.
Kata kunci : Modernisasi, moderasi beragama,masyarakat
A.PENDAHULUAN
Islam merupakan agama yang datang sebagai rahmatallil alamin
atau sebagai rahmat bagi seluruh alam.Kedatangannnya diharapkan
dapat membawa kasih sayang, kebahagiaan serta kedamaian sempurna
baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu islam juga merupakan agama
dakwah yang disebarluaskan sejak dari Nabi sampai kepada umat yang
sekarang (Alam, 2016) .Seiring dengan perkembangan islam, dunia juga
terus mengalami perkembangan di berbagai aspek. Kemudahan disegala
bidang atau modernisasi terus berkembang di seluruh dunia dan
menyebar dengan cepat.Hal ini seakan tidak bisa ditolak sebab menolak
berarti tertinggal.Tetapi menerima juga berarti harus siap dengan segala
konsekuensi atau dampak yang akan ditimbulkan,padahal dampak dari
suatu kemajuan tidak hanya dampak positif tetapi juga dampak negatif.
Johan Willem Schoorl mengartikan modernisasi sebagai penerapan ilmu
pengetahuan pada segala bidang kehidupan, dan aspek kemasyarakatan.
Aspek yang paling menonjol perkembangannya dari proses modernisasi
adalah bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Ada banyak dampak positif dari modernisasi,diantaranya adalah
kemajuan tekhnologi disegala bidang,pengambilan keputusan di segala
bidang yang memperhatikan aspek ilmiah,kemudahan untuk mengakses
dan mendapatkan sesuatu, dsb. Bersamaan dengan segala kemajuan
pada masa modern ini manusia juga sedang memasuki suatu masa yang
menurut Harvey Cox disebut sebagai kota sekuler, munculnya masa ini
adalah salah satu dampak dari modernisasi.Era tersebut adalah sebuah
era yang ditandai oleh pemujaan terhadap materialisme yang menjebak
manusia untuk melakukan segala cara demi tujuannya,hedonisme serta
penindasan terhadap satu sama lain. Perkembangan iptek juga membuat
berbagai macam aliran bermunculan (Rofiq, 2018). Mulai dari aliran
dengan pemahaman yang moderat sampai aliran dengan peham yang
radikal. Kenyamanan yang ditawarkan oleh tekhnologi juga membuat
munculnya beragam penyakit masyarakat modern seperti anti
sosial,peretasan,pornografi,hoax,ujaran kebencian,dsb yang semakin
membuat masyrakat modern terasa jauh dengan nilai-nilai
ketuhanan.Sehingga diperlukan pengontrol serta pembatas untuk
mengatasi segala kekacauan tersebut.
Islam sebagai salah satu agama dengan penganut terbanyak di
dunia, tentunya berperan dalam mengatasi hal-hal tersebut. Melalui
moderasi beragama islam hadir untuk menyelamatkan manusia dari
kegersangan jiwa serta menciptakan kembali masyarakat yang moderat
terhadap hal-hal berbau duniawi agar terciptanya kebahagiaan dunia dan
akhirat yang sempurna.
B.PENGERTIAN MODERASI BERAGAMA

Indonesia adalah sebuah negara yang sangat


beragam,keberagamannya terdiri dari keberagaman suku, bangsa,
bahasa, adat istiadat dan agama, sayangnya belakangan ini seringkali
diterpa isu tentang radikalisme. Gerakan-gerakan yang
mengatasnamakan kelompok tertentu ini semakin hari terus berkembang
dan semakin berani secara terang-terangan menyuarakan ideologi
mereka. Aksi teror, penculikan, penyerangan, bahkan pengeboman juga
semakin marak terjadi (Tantizul, 2021).Umumnya para ekstrimis ini
berasal dari lingkup agama yang ingin ideologi radikalnya terus
berkembang.Selain isu radikalisme,Indonesia juga terus diwarnai dengan
memanasnya isu politik, penyakit masyarakat akibat
modernisasi,hedonisme,dsb. Maka ditengah hiruk-pikuk beragam
permasalahan tersebut, muncul sebuah istilah yang disebut “Moderasi
beragama”.

Secara bahasa “moderasi” berasal dari bahasa latin yaitu


Moderatio, yang artinya kesedangan atau tidak kelebihan dan
kekurangan. Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
moderasi, diartikan sebagai pengurangan kekerasan, dan penghindaran
keekstreman saja, dan tidak ekstrem. Sehingga apabila ada seseorang
yang dikatakan moderat berarti orang ersebut tidak memihak atau berada
ditengah suatu paham atau situasi. Dalam bahasa Inggris, kata
moderation disamaartikan dengan core (inti), standard (baku), dan non-
aligned (tidak berpihak). Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi lebih
dikenal dengan istilah wasath atau wasathiyah, yang berarti sama dengan
kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang).
Orang yang menerapkan prinsip ini bisa disebut wasith.Semua kata
menyiratkan makna yang sama, yaitu adil, yang dalam konteks ini berarti
memilih posisi di tengah atau tidak memihak di salah satu pilihan yang
ekstrem.

Sedangkan secara istilah, moderasi adalah sikap atau pandangan


untuk tidak berlebihan, tidak ekstrem dan tidak radikal (tatharruf). Al-
Qur'an telah mengajarkan keseimbangan antara keinginan manusia akan
sisi spritual atau tuntutan batin berkaitan dengan kehadiran Tuhan, juga
menyeimbangkan kebutuhan materinya. Sikap untuk tidak berlebih-
lebihan juga ditekankan di dalam al-Quran,seseorang tidak perlu terlalu
banyak berbagi dengan menyedekahkan kemilikannya sehingga dia
sendiri menjadi tidak punya apa-apa. Tapi, seseorang juga jangan kikir,
sehingga hartanya hanya untuk dirinya sendiri. Selain itu moderasi
beragama juga berkaitan dengan keadilan serta kebaikan.
Kata beragama secara bahasa berarti menganut atau memeluk,
beribadat, serta sangat memuja-muja.Sedangkan secara istilah benebar
menebar kebaikan dan kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada
siapapun. Beragama bukanlah bertujuan untuk menyeragamkan
keberagaman, tetapi untuk menyikapi keberagaman tersebut dengan
penuh kebijaksanaan. Agama hadir ditengah-tengah masyarakat agar
harkat, derajat dan martabat kemanusiaan manusia senantiasa terjamin
dan terlindungi. Sehingga tidak sepatutnya seseorang saling
merendahkan dengan penganut agama lain.

Dapat disimpulkan dari pengetian datas jika moderasi beragama


adalah bagaimana cara pandang seseorang dalam beragama agar tetap
moderat atau tidak berlebihan dan ekstrem baik ke kanan atau ke kiri.
Sedangkan menurut bapak Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama
2014-2019), yang harus dipahami dari istilah moderasi beragama adalah
yang harus dimoderasi bukan agamanya, melainkan cara kita beragama.
Hal ini karena agama sudah pasti moderat.

C.KARAKTERISTIK MODERASI BERAGAMA

Dalam penerapan moderasi beragama ada beberapa karakteristik


yang harus diterapkan, sikap-sikap tersebut adalah :

1. Tawazun (Seimbang)
Tawazun adalah kemampuan untuk berpikir seimbang,
moderat serta tidak ekstrim kanan atau kiri.  Dalam ilmu kalam,
tawazun dapat diartikan sebagai paham yang menggabungkan
antara pengakuan terhadap kekuasaan Tuhan dan kemampuan
atau usaha manusia. Pola pikir tawazun yang dijelaskan ilmu kalam
ini lebih dikaitkan dengan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah yang
dibawa oleh Abu Hasan al-Asy’ari. Sikap ini sangat diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari,sebab seseorang yang menerapkan
sifat ini akan mampu menyeimbangkan antara kehidupan akhirat
dan dunianya tanpa terlalu condong,mengesampingkan atau
berlebihan kepada salah satunya.Karakteristik ini berkaitan dengan
kemampuan adaptasi dan menyeimbangkan diri seseorang di
berbagai bidah sehingga tercipta kehidupan yang stabil,aman dan
nyaman.Contoh penerapan sifat ini dalam kehidupan sehari-hari
adalah seseorang yang bekerja ia tetap menjalankan sholat saat
ada panggilan adzan,itu artinya ia telah menyeimbangkan
kehidupan dunia dan akhiratnya.
2. I'tidal (tegak lurus)
I’tidal berati sikap tegak atau tidak condong,berarti
menempatkan sesuatu sesuai porsi, hak dan kewajibannya.
Karakteristik ini menjunjung tinggi berlaku adil dan lurus di tengah
kehidupan yang beragam tanpa terlalu condong pada sesuatu.
Pandangan ini sangat diperlukan sebab tanpa pandangan ini dapat
mengarah kepada islam yang radikal. Contoh I’tidal dalam
kehidupan sehari-hari adalah
a. Pembebanan ukt yang adil dan sesuai dengan keadaan
ekonomi mahasiswa.
b. Selalu menegakkan keadilan dan kebenaran dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Selalu menaati peraturan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tasamuh (Toleransi)
Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi.
Toleransi dapat berarti tenggang rasa, bermurah hati, lapang dada
serta saling menghormati dan menghargai sebagai sesama
manusia.Contoh tasamuh dalam kehidupan sehari-hari adalah
a. Memberikan kebebasan bagi orang lain untuk beragama
atau berpendapat.
b. Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan.
c. Menghormati kegiatan peribadatan penganut agama lain.
4. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)
Musawah dapat diartikan sebagai kesejajaran atau
kesetaraan. Artinya, tidak ada pihak yang dapat lebih tinggi
sehingga dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain.Hal
ini juga berkaitan dengan tidak diskriminatif terhadap seseorang
yang berbeda keyakinan,suku,bangsa dan juga asal. Mengutip dari
buku Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam Multikultural oleh Dr.
Halimatussa'diyah, M. Tholhah Hasan menyatakan ada empat
macam konsep musawah, yaitu:
a. Persamaan dalam hukum, islam memperlakukan semua
orang pada tingkatan hukuman yang sama. Bahkan dalam
salah satu riwayat, Rasulullah bersabda "Seandainya
fatimah anakku mencuri, pasti akan kupotong tangannya."
b. Persamaan dalam proses peradilan
c. Persamaan dalam pemberian status sosial
d. Persamaan dalam ketentuan pembayaran zakat harta, islam
menyamaratakan ketentuan zakat, diat, serta denda bagi
semua orang.Semua hal tersebut wajib dibayar oleh tanpa
dibeda-bedakan.
5. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)
Aulawiyyah berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
membedakan mana skala prioritasnya dan manakah hal yang
harus ia pentingkan daripada hal lain.Contohnya adalah dalam
beramal seseorang tidak bisa hanya mengandalakan akalnya,hawa
nafsu serta fakta-fakta yang menyertainya.Apabila seseorang
dipertemukan dengan amalan yang mubah dan sunnah,maka ia
harus memprioritaskan yang sunnah.Begitu pula saat bertemu
dengan antara yang sunnah dan fardu,maka harus diutamakan
yang fardhu terlebih dahulu.Contoh dari aulawiyah dalam
kehidupan sehari-hari adalah saat seseorang tidak mengetahui
arah kiblat,maka ia harus terlebih dahulu mencari dimana arah
kiblat.Setelah ia mencari,ia tetap tidak menemukannya maka
barulah ia dapat sholat dengan kiblat menurut perkiraannya agar ia
dapat tetap beribadah kepada Allah SWT.
6. Thadhdhur (berkeadaban)
Berkeadaban disini maksudnya adalah seseorang harus
menjunjung tinggi akhlakul karimah,segala sifat-sifat
baik,identitas,harga diri serta integritas.Seseorang tdak seharusnya
berbuat jahat kepada orang lain sebab manusia adalah makhluk
sosial yang membutuhkan orang lain,sehingga sudah seharusnya
sebagai sesama manusia untuk saling menjunjung tinggi dan
menerapakan bebagai akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif).
Tathawwur wa ibtikar dapat diartikan sebagai dinamis,kreatif
dan inovatif sehingga dapat karakteristik ini berkaitan dengan
kemampuan untuk mengikuti perkembangan zaman.Dinamis
sendiri berasal dari bahasa belanda yang dapat diartikan sebagai
giat bekerja, selalu nergerak dan terus tumbuh.Sehingga dapat
dikatakan jika dinamis adalah kemampuan untuk terus berkembang
mengikuti zaman.Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang berbeda serta menghubungkan sesuatu yang
abstrak. Sedangkan inovatif adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan hal yang benar-benar baru.Ketiga karakter tersebut
sangat diperlukan untuk terus mengikuti perkembangan,sebab
tanpa ketiga hal tersebut perkembangan tidak akan terjadi dan
kemungkinan untuk tertinggal semakin besar.

D.PERAN MODERASI BERAGAMA DI MASA KINI

Di Indonesia yang dikenal sebab keberagamannya,seseorang tidak


dapat mengakui kebenaran atau keselamata hanya dari salah satu
kepercayaan, hal ini tentu akan sangat rawan menjadi penyebab konflik.
Selain itu keberagaman yang eksklusif dan persaingan guna mencari
suara atau dukungan antar umat beragama yang tidak dilandasi oleh
sikap toleransi juga di anggap sebagai salah satu pemicu terkuat
terjadinya disintegrasi bangsa (Akhmadi, 2019) .Hal ini telah terbukti
terjadi di masa lalu dimana terjadi persaingan antar kelompok ekstrim kiri
(komunis) dan kelompok ekstrim kanan (islamisme). Namun sayangnya,
seiring dengan perkembangan zaman sumber konflik tidak hanya sebab
persaingan antar kelompok tetapi juga globalisasi dan islamisme.

Dengan adanya globalisasi,segala hal menjadi lebih mudah untuk


dicapai termasuk dalam hal informasi serta ilmu.Seseorang dapat belajar
darimana saja dan dengan siapa saja tanpa memerlukan interaksi
langsung melalui bantuan tekhnologi.Hal ini membuat pemikiran manusia
lebih cepat berkembang sebab literasi dapat dilakukan dengan mudah dan
dimana saja.Bersamaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi tersebut dalam konteks agama munculah kutub ekstrem yang
disebut kelompok liberal yang mengagungkan akal pikiran hingga
mengabaikan teks kitab suci.Dengan munculnya kelompok seperti
kelompok liberal tentu terdapat pula kelompok lawan yaitu kutub yang
terlalu mengagungkan teks dan pengamalannya dilakukan tanpa melihat
konteks,kelompok ini disebut kelompok konservatif.

Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam mengatasi


disharmoni kehidupan masyarakat Indonesia terutama dalam konteks
agama adalah dengan moderasi beragama. Dalam mengatasi masalah,
moderasi beragama berusaha melakukan pendekatan kompromi dengan
cara tetap berada ditengah antara berbagai perbedaan dan permasalahan
tersebut. Dengan moderasi suatu masalah akan diatasi dengan tetap
menjunjung tinggi nilai toleransi, saling menghargai dan tetap saling
meyakini kepercayaan atau pegangan masing-masing madzhab,agama
atau kelompok tanpa ingin lebih unggul satu sama lain. Selain itu
moderasi beragama juga akan mengedepankan keterbukaan terhadap
perbedaan dan asas persaudaraan bukan hanya keagamaan dan
kenegaraan.Sehingga pada titik inilah keduanya akan bertemu dan
mencapai titik tengah dimana moderasi itu berada.

Moderasi beragama bukan berarti tidak memiliki pegangan


kebenaran dengan mencampuradukkan kebenaran dan melebur atau
menghilangkan jati diri masing-masing kelompok. Tetapi lebih kepada
keterbukaan bahwa diluaran sana terdapat pendapat, paham serta
keyakinan yang berbeda dan memiliki hak yang sama untuk
dihormati,dihargai dan diakuI dalam bingkai kebersamaan.Oleh karenanya
kita harus tetap menjadi moderat untuk menjaga dan menghargai hal
tersebut, sehingga tidak akan tercipta konflik antar kelompok.

Moderasi adalah ilmu yang dapat diterapkan di berbagai bidang


tidak hanya meliputi bidang serta permasalahan agama. Salah satu
karakteristik dari moderasi beragama yang dapat diterapkan dimasa kini
terutama dalam menghadapi masa pandemi adalah sikap tawazun.
Dimasa pandemi seperti sekarang, seseorang akan menjadi lebih sensitif
dan emosional sehingga akan rawan terjadi tekanan terhadap kesehatan
mentalnya.Sedangkan disaat yang sama ia harus tetap arif dan bijaksana
dalam berpikir dan bersikap. Kearifan ini akan menuntun seseorang untuk
tetap dapat rasional dalam menanggapi suatu kondisi atau kebijakan.
Dengan mengesampingkan rasionalitas akan membuat seseorang
menjadi lebih emosional dalam mengambil keputusan sehingga akan
membuat orang lain atau masyarakat bingung, dan juga dapat
munurunkan imun. Dengan bersikap tawazun seseorang akan dapat tetap
rasional dan tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu (Anshori,
2020).

Apabila seseorang menerapkan sikap tawazun dalam menjalani


kehidupannya selam masa pandemi,ia tidak akan mudah menyerah
dengan keadaan. Sebab salah satu poin dari sifat tawazun adalah
mengakui kekuasaan tuhan yang sejalan dengan usaha atau ikhtiar
manusia. Sehingga seseorang yang bersikap tawazun akan mengakui jika
virus corona ini memanglah takdir atau ujian yang diberikan oleh sang
pencipta.Dengan adanya pemahaman ini,seseorang akan tetap
melakukan hubungan vertikal dengan sang pencipta, seperti dengan cara 
tafakkur atau muhasabah (intropeksi) baik secara perorangan maupun
kelompok, berdoa, memohon kepada yang Maha Kuasa agar wabah ini
segera dihilangkan.Tapi disaat yang sama ia juga menerapkan segala
protokol kesehatan seperti memakai masker dan vaksinasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah sebagai bentuk ikhtiarnya,agar pandemi ini
dapat segera berakhir.

Kebijakan new normal dari sudut pandang Maqashid Syari’ah juga


merupakan contoh penerapan tawazun di masa pandemi. Kebijakan ini
merupakan bentuk ikhtiar untuk tetap menjaga diri dari virus COVID-19
(hifdzunnafs) serta disaat yang sama untuk tetap menjaga roda
perekonomian agar tetap berjalan dan kebutuhan materi tetap terpenuhi
(hifdzulmal). Kebijakan lockdown yang terlalu ketat tentu tidak akan baik
bagi roda perekonomian karena sangat rawan untuk lumpuh. Sedangkan
tetap melakukan kegiatan ekonomi tanpa mengindahkan virus COVID-19
dan protokol kesehatan, juga bukan keputusan bijak sebab sangat
beresiko bagi kesehatan diri dan orang lain. Oleh karena itu diambilah
keputusan tengah (tawazun) untuk mengatasinya agar kedua hal tersebut
dapat tetap berjalan tanpa mengorbankan salah satunya.

Pokok pemikiran tawazun ini tidak hanya dapat diterakan dalam


kasus ekonomi dan kesehatan saja seperti pada contoh diatas. Prinsip ini
juga dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan dalam rangka
berinteraksi antar sesama manusia. Terutama di Indonesia sebagai
negara yang sangat beragam dan juga terbuka. Keterbukaan dan
keberagamannya di saat yang sama dapat menjadi bumerang apabila
seseorang tidak dapat bersikap tawazun atau seimbang. Ia akan mudah
terbawa arus kebudayaan asing apabila seseorang tersebut mencoba
mendekatinya tanpa memiliki pegangan prinsip yang kuat. Sedangkan
seseorang yang telah berpegangan pada prinsip tawazun ia hanya akan
menerima hal-hal baik yang datang bersamaan dengan modernisasi tanpa
sepenuhnya terbawa arus.

Selain tawazun, karakteristik lain yang juga dapat membuktikan jika


moderasi beragama dapat menghadapi berbagai permasalahan
masyarakat modern adalah Tahaddhur atau berkeadaban. Tahaddhur
sangat penting untuk diterapkan terutama dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara, dengan menerapkan tahaddhur seseorang dapat
mengontrol dan menjaga akhlaknya. Seperti yang dapat kita lihat dimasa
modern seperti sekarang seseorang seakan telah kehilangan
kemanusiaanya dan melakukan berbagai hal seenaknya, fenomena hoaks
dan post-truth menjadi salah satu bukti jika perkembangan tekhnologi
dapat membawa dampak yang buruk. Kemampuan literasi masyarakat
yang rendah dan kebiasaan untuk langsung mempercayai suatu berita
tanpa sebelumnya mencari fakta terkait, turut memperkeruh keadaan ini
sehingga seringkali fenomena ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang
tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan hoax atau ujaran kebencian
terhadap orang lain. Seringkali hoaks juga dimanfaatkan untuk menggiring
opini publik tentang sesuatu yang justru lebih sering ke arah negatif.
Selain hoaks dan fenomena post-truth, sering kita lihat jika masyarakat
sering memperdebatkan hal-hal tidak bermutu atau mengenai sesuatu hal
yang sebenarnya tidak mereka pahami secara penuh. Dalam hal ini,
moderasi melalui tahaddhur memiliki peran untuk mengarahkan
bagaimana seharusnya seseorang berhubungan dengan orang
lain,bagaimana seharusnya akhlakul karimah diterapkan dalam hubungan
antar sesama manusia.

Tetapi menjadi moderat juga bukan alasan untuk tidak mengikuti


perkembangan zaman, sebab moderasi sendiri sudah membuktikan
eksistensinya dengan masih diterapkan hingga masa kini. Hal ini menjadi
bukti jika moderasi beragama adalah ilmu yang dinamis, seseorang yang
moderat harus pula mengikuti perkembangan zaman, sebab tanpa
mengikuti perkembangan zaman seseorang akan tertinggal. Sehingga
penerapan Tathawwur wa Ibtikar (dinamis,kreatif,inovatif) sangat
diperlukan sebab untuk mempersiapkan diri menghadapi pesaingan dunia
modern yang tidak hanya bersaing dengan manusia tetapi juga dengan
teknologi.Sehingga moderasi melalui tathawwur wa ibtikar dapat
menciptakan generasi yang unggul dalam menghadapi modernisasi,yaitu
generasi yang dinamis,kreatif,serta inovatif.Dengan terciptanya generasi
dengan 3 kecerdasan tersebut,Indonesia tidak akan khawatir tertinggal
oleh negara lain.

Perkembangan generasi muda tidak hanya memerlukan pendidikan


serta peran dan dukungan dari lingkungannya tetapi juga dari pemerintah.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi generasi muda
yang nantinya akan meneruskan bangsa, tetapi dimasa modern seperti
sekarang ini, ditengah persaingan ekonomi serta kehidupan hedonisme
yang semakin banyak digandrungi, pemerintah seakan tidak lagi peduli
dengan rakyatnya dan lebih memilih untuk memenuhi dirinya. Pemerintah
tidak seharusnya hanya saling sikut untuk berebut posisi tetapi juga
memperhatikan tanggung jawab seperti apa yang nantinya akan ia
tanggung. Selain itu penguasa tidak seharusnya memaksakan
kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Pemimpin
yang paham tentang bagaimana konsep dari moderasi melalui musawah
(egaliter dan non diskriminasi) tidak akan melakukan hal-hal tersebut.
Sebab ia paham antara pemerintah dan rakyat tidak ada yang lebih
unggul, sehingga harus saling menghargai. Oleh karena itu, melalui
musawah, moderasi sebenarnya memiliki peran sebagai pengontrol
timbulnya hal-hal tersebut.

E.PENUTUP

Tidak dapat dipungkiri jika perkembangan teknologi dan


modernisasi mempermudah hidup manusia. Kehadirannya seakan
memberikan harapan jika semua hal dapat menjadi mungkin dengan
adanya ilmu pengetahuan. Beragam dampak positif seperti kemudahan
akses informasi, beragam fasilitas untuk berkembang,dan beragam
perlengkapan yang mempermudah hidup manusia adalah berkat adanya
perkembangan iptek dan modernisasi.Tetapi tidak dapat dipungkiri pula
hal ini membawa banyak kabar buruk yang jika tidak diatasi dan terus
dibiarkan mungkin dapat membawa petaka bagi manusia itu sendiri
terutama bagi masyarakat yang multikultural seperti di Indonesia.

Sehingga dengan adanya moderasi serta beragam perananya bagi


masyarakat modern terutama bagi masyarakat muslim dapat menghalau
serta mengantisipasi dari beragam dampak negatif yang timbul dari
adanya perkembangan iptek dan modernisasi ini.Tetapi hal ini tentunya
tidak bsa hanya dilakukan oleh satu dua orang saja, diperlukan senergi
yang kuat dari beragam pihak untuk mewujudkannya, sehingga tercipta
kehidupan masyarakat yang saling menghargai,aman,nyaman,serta
berakhlakul karimah.
DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, A. (2019). MODERASI BERAGAMA DALAM KEBERAGAMAN


INDONESIA. Jurnal Diklat Keagamaan, 13.

Alam, L. (2016). INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM


PERGURUAN TINGGI UMUM MELALUI LEMBAGA DAKWAH KAMPUS.
Istawa : Jurnal Pendidikan Islam, 1(2), 101–119.
http://journal.umpo.ac.id/index.php/istawa/article/view/171

Anshori. (2020, September 1). Bersikap Tawazun (Seimbang).

Rofiq, M. N. (2018). Peranan Filsafat Ilmu  Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan.


FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman, 9(1), 161–175.
https://doi.org/10.36835/FALASIFA.V9I1.112

Tantizul. (2021, March 4). Moderasi Beragama.


http://purbalingga.kemenag.go.id/berita/read/moderasi-beragama

Anda mungkin juga menyukai