Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PERAN DAN TANTANGAN NAHDHATUL ULAMA (NU) DALAM

MODERASI BERAGAMA: STUDI ANALISIS UPAYA PEMBENTUKAN ISLAM


MODERAT.
A. PENDAHULUAN
Penguatan moderasi beragama di Indonesia saat ini penting dilakukan didasarkan
fakta bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dengan berbagai macam
suku, bahasa, budaya dan agama. Indonesia juga merupakan negara yang agamis
walaupun bukan negara berdasarkan agama tertentu. Hal ini bisa dirasakan dan dilihat
sendiri dengan fakta bahwa hampir tidak ada aktivitas keseharian kehidupan bangsa
Indonesia yang lepas dari nilai-nilai agama. Keberadaan agama sangat vital di Indonesia
sehingga tidak bisa lepas juga dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu
moderasi beragama juga penting untuk digaungkan dalam konteks global di mana agama
menjadi bagian penting dalam perwujudan peradaban dunia yang bermartabat.
Lalu bagaimana cara kita memahami ajaran agama itu yang kemudian akan
terwujud pada prilaku dalam kehidupan? Di sinilah diperlukan moderasi beragama
sebagai upaya untuk senantiasa menjaga agar seberagam apapun tafsir dan pemahaman
terhadap agama tetap terjaga sesuai koridor sehingga tidak memunculkan cara beragama
yang ekstrem. Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saefudin menerangkan bahwa
moderasi beragama bukanlah ideologi. Moderasi agama adalah sebuah cara pandang
terkait proses memahami dan mengamalkan ajaran agama agar dalam melaksanakannya
selalu dalam jalur yang moderat. Moderat di sini dalam arti tidak berlebih-lebihan atau
ekstrem. Jadi yang dimoderasi di sini adalah cara beragama, bukan agama itu sendiri.
Agama sendiri merupakan sesuatu yang sudah sempurna karena datangnya dari Tuhan
yang Maha Sempurna. Namun cara setiap orang dalam memahami dan mengamalkan
ajaran agama memiliki perbedaan. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam
menafsirkan pesan-pesan agama sehingga muncul keragaman. Jika pemahaman dan
penafsiran yang muncul tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tentu akan terjebak pada
pemahaman yang berimplikasi pada tindakan yang berlebih-lebihan. Inilah yang
kemudian dinamakan sebagai beragama yang ekstrem.
Konsep moderasi beragama dalam Nahdhatul Ulama lebih dikenal dengan istilah
wasathiyah. Wasathiyah mengandung makna sebagai sikap tengah-tengah/ moderat, baik
dalam pola pikir, bersikap, maupun bertindak. Artinya, ia tidak terlalu kaku
(fundamental-radikal) dan juga tidak terlalu bebas (liberal). Prinsip wasathiyah sendiri
diyakini sebagai sebuah cara pandang/ metodologi yang paling tepat dalam kehidupan
beragama maupun bermasyarakat. Keyakinan akan ketepatan sikap wasathiyah ini
dilandaskan pada firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
ۗ‫َو َك ٰذ ِلَك َجَع ْلٰن ُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا ِّلَتُك ْو ُنْو ا ُش َهَد ۤا َء َع َلى الَّناِس َو َيُك ْو َن الَّرُسْو ُل َع َلْيُك ْم َش ِهْيًدا‬
Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40)
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (Q.S. Al Baqarah: 143)
Tuntunan berperilaku wasathiyah juga disampaikan oleh Rasulullah saw.:

‫َخ ْيُر ْاُألُمْو ِر َأْو َساُطَها‬

“Urusan yang terbaik itu adalah yang di tengah-tengah.” (HR. Baihaqi)


Kedua dalil tersebut menerangkan secara eksplisit bahwa
sikap wasathiyah (tawassuth, tasamuh, tawazzun, i’tidal) merupakan perintah Allah
SWT dan ajaran Rasulullah saw. bagi seluruh umat manusia. Perintah ini mengandung
hikmah besar bagi terciptanya tatanan kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin.
Dalam konteks keIndonesiaan, wasathiyah dipadankan dengan istilah Islam
Moderat (wasathiyah al-Islamiyah). Istilah “Islam moderat” sendiri sebenarnya masih
menimbulkan perdebatan. Ada di antara mereka yang menolak dengan istilah “Islam
moderat” tersebut. Karena ada yang beranggapan bahwa apabila ada Islam moderat
berarti ada Islam yang lain. Padahal yang namanya Islam adalah moderat sebagai cirinya.
Islam adalah agama yang rahmatan li al `alamin, agama yang memberi rahmat dan
kebaikan bagi semua makhuk di seluruh alam. Ketika ajaran tersebut tidak memberikan
rahmat dan kebaikan bagi seluruh alam, pasti itu bukan ajaran Islam. Di sisi lain, istilah
“moderat” juga merupakan sebuah konsep yang pemaknaannya sering diperebutkan oleh
berbagai kelompok (highly contested concept). 1 Masing-masing kelompok mengklaim
bahwa hanya kelompoknya yang ‘moderat” berdasarkan sudut pandangnya masing
masing
Pendapat lainnya menyatakan bahwa istilah “moderat”, berarti memposisikan diri
di tengah tanpa kejelasan orientasi ideologi dan misi perubahan. Ketidakpastian ini
menjadikan Islam moderat sebagai entitas yang lemah yang mengundang tanya seputar
jati diri yang sebenarnya. Tidak salah jika ia dibilang tidak jelas karena memang tidak

1
Danial Hilmi, Mengurai Islam Moderat Sebagai Agen Rahmatan lil `alamin, dalam M. Zainuddin et. All, Islam
Moderat Konsepsi, Interpretasi dan Aksi, (Malang: UIN Maliki Press, 2016), h. 63. Lihat pula John L. Esposito,
2005, Moderate Muslimss: A Mainstreim of Modernists. Islamists, Conservatives, and Traditionalists, dalam
American Journal of Islamic Social Sciences, Vol. XXII, No. 3. Summer 2005, h. 12.
jelas ke kiri atau ke kanan; ke barat atau ke timur, ke rasionalis atau tekstualis. Tidak
salah pula jika Nahdlatul Ulama pengusung Islam moderat dikritik karena ketidakjelasan
itu. Selain kelamin ideologi yang kabur, ia juga rawan terhadap tarik-menarik kelompok
kanan dan kiri.2
Jika kata moderat dari awal berpotensi bias, maka perlu definisi yang mani’ yang
mampu mengeluarkan yang tidak termasuk. Mengamati 4 indokator moderasi beragama
yang menjadi program utama kementerian agama saat ini, yaitu: kebangsaan, toleransi,
antikekerasan, dan pro budaya lokal, perlu adanya penjelasan yang lebih konkret.
Bagaimanapun definisi moderasi beragama tidak semata untuk menghindari aksi
kekerasan atas nama agama apalagi terorisme yang sudah jelas tertolak. Lebih dari itu, ia
harus menjangkau potensi disharmoni akibat kegemaran menyelisihi yang umum berlaku
dan menolak produk budaya lokal. Moderasi sedari awal cenderung sumir karena
posisinya di tengah. Dibutuhkan definisi yang mampu menghilangkan kesumiran itu agar
yang tidak termasuk di dalamnya sadar bahwa dia tidak moderat tapi ekstrem.
Bagi Nahdlatul Ulama sudah sangat jelas dalam Khittah NU, disebutkan bahwa
warga Nahdlatul Ulama memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya
dengan kelompok lain.3 Karakter tersebut adalah at-Tawasuth (pertengahan), al-I’tidal
(tegak lurus) dan at-Tawazun (keseimbangan) yang merupakan intisari dari penerapan
moderasi beragama. NU yang dalam penilaian banyak ahli memang merupakan ormas
yang konsen mengusung moderasi, tak jarang menghadapi berbagai tantangan dalam
melakukan penguatan moderasi beragama ini. Untuk konteks Solo Raya (Surakarta,
Klaten, Sukoharjo, Sragen, Wonogiri, Karanganyar, dan Boyolali), yang disinyalir oleh
banyak kajian sebagai tempat suburnya radikalisme, karena tak jarang kasus-kasus
terorisme terjadi di wilayah ini. Tentunya penguatan moderasi beragama oleh NU
memiliki dinamikanya tersendiri.
Dari sinilah penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana peran dan tantangan
Nahdhatul Ulama (NU) dalam moderasi beragama sebagai upaya pembentukan Islam
Moderat dan pemahaman yang inklusif terhadap kontekstual islam moderat itu sendiri.

B. PEMBAHASAN
1. Konsep Moderasi Beragama

2
Achmad Murtafi Haris, https://nu.or.id/opini/moderasi-beragama-perlu-definisi-
yang-tegas-ciPVT
3
Shiddiq, Achmad, 2005, Khittah Nahdliyyah, Surabaya: Khalista. H. 9
a. Definisi Moderasi Beragama

Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti


ke-sedang-an (tidak kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti
penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. n
pengurangan kekerasan, dan 2. n penghindaran keekstreman. Jika dikatakan,
“orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap wajar,
biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem. 1 Apabila ditelusuri lagi pengertian moderasi,
kata moderate artinya not extreme, limited; having reasonable limits atau „tidak
ekstrem, terbatas; memiliki batasan-batasan yang terbatas‟. Selanjutnya, apabila
menggunakan kata moderation maknanya adalah quality of being moderate;
freedom from excess artinya kualitas yang menjadi moderat; bebas dari akibat. 4
b. Ideologi Moderat
Kata “ideologi” berasal dari bahasa Inggris ideology. Kata tersebut diserap dari
bahasa Yunani yang berasal dari kata ide kemudian mendapat imbuhan logy,yang
secara umum berarti sekumpulan ide, gagasan, norma atau kepercayaan yang
dimiliki dan diyakini oleh seseorang atau sekelompok masyarakat. Dalam
KBBI10
dijelaskan bahwa kata ideologi mengandung beberapa makna, 1) kumpulan
konsep yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah untuk kelangsungan
hidup. 2) cara berpikir seseorang atau golongan, 3) paham, teori, dan tujuan yang
merupakan satu program politik.5
Secara terminologi, banyak pendapat para pakar berkaitan dengan pengertian
idelogi. Menurut Fran Magnis Suseno, ideologi adalah keseluruhan sistem berfikir
dan dan sikap dasar ruhaniah seseorang, sebuah kelompok atau masyarakat.
Pendapat lain diungkapkan oleh Louis Althuser bahwa ideologi adalah suatu ide
atau gagasan dalam rangka memberikan gambaran tentang bagaimana sebuah
kehidupan itu harus dijalani. Sedangkan menurut Karl Mark, ideologi adalah

4
Dezan M Fathurrahman, Implementasi Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta,
Repository.Uinjkt.Ac.Id, 2016 <https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/66647%0Ahttps://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/66647/1/Skripsi Dezan M Fathurrahman -
111803210000114.pdf>.
5
Mohammad Salik, Nahdlatul Ulama Dan Gagasan Moderasi Islam, ed. by Salik, I (Malang: PT. Literindo
Berkah Jaya, 2020).
merupakan alat atau sarana yang berguna untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan bersama dalam masyarakat.6

c. Latar Belakang Konsep Moderasi Beragama


Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang
ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu
dapat menimbulkan gesekan antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang
banyak terjadi di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang
ekslusif, serta adanya kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan
umat yang tidak dilandasi sikap toleran, karena masing-masing meng- gunakan
kekuatannya untuk menang sehingga memicu konflik.7
d. Berbagai Kondisi Sosial Umat Islam
e.
2. Islam Moderat dalam Terminologi Nahdhatul Ulama
3. Peran Nahdhatul Ulama (NU) Dalam Moderasi Beragama
4. Tantangan Nahdhatul Ulama (NU) Dalam Moderasi Beragama
C. KESIMPULAN
Daftar Pustaka
Akhmadi, Agus, ‘Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in
Indonesia ’ S Diversity’, Jurnal Diklat Keagamaan, 13.2 (2019), 45–55
Dezan M Fathurrahman, Implementasi Moderasi Beragama Di Pondok Pesantren Al-
Muhajirin Purwakarta, Repository.Uinjkt.Ac.Id, 2016
<https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/66647%0Ahttps://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/66647/1/Skripsi Dezan M
Fathurrahman - 111803210000114.pdf>
Salik, Mohammad, Nahdlatul Ulama Dan Gagasan Moderasi Islam, ed. by Salik, I (Malang:
PT. Literindo Berkah Jaya, 2020)

6
Salik.
7
Agus Akhmadi, ‘Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia Religious Moderation in Indonesia ’ S
Diversity’, Jurnal Diklat Keagamaan, 13.2 (2019), 45–55.

Anda mungkin juga menyukai