Anda di halaman 1dari 29

MODERASI

DALAM ISLAM
KELOMPOK 7
Kelompok 7

1. Dany Isharrudin (ketua)


2. Gustian Naufal Sadad
3. Gina Astuti Rahman
4. Alfian Araviranata 
BAB 1
Pendahaluan
Latar Belakang
Moderasi islam (Wasathiyah islam) adalah ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil, seimbang, bermaslahat
dan proporsional, atau sering disebut dengan kata “moderat” dalam semua dimensi kehidupan. Agama islam ialah agama
yang diturunkan dengan bersifat rahmatan lil aalamiin, yang merupakan agama samawi dengan menyentuh semua aspek
kehidupan manusia.
Dinamika umat silam di Indonesia saat ini sedang diguncang oleh datangnya hal hal baru yang tidak sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia hal ini perlu diwaspadai karena bukannya berdampak baik justru berdampak buruk bagi
bangsa. penyebaran aliran sesat datang dengan menawarkan fenomena yang terkesan islami, Indonesia bertauhid hingga
islam yang kaffah. Tak hanya itu kekerasan yang mengatas namakan agama islam yang menndukung perilaku tak bermoral
seperti peladakan bom bunuh diri yang terjadi di gereha yang berada di makassar. Peristiwa ini seakan akan membuat
pemahan bahwasannya Muslimah yang menjadi pelaku terorisme. Penyebaran aliran sesat tentu akan mengancam
keselamtan generasi umat islam pada masa sekarang dan yang akan datang. Kenaikan indeks toleransi secara tidak langsung
akan menurunkan tindak radikalisme.
Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud Apa saja prinsip Apa saja ciri ciri
dengan moderasi prinsip dalam amaliyah umatan
islam moderasi islam wasath atau umat
yang moderat

Kendala kendala
Apa itu aktualisasi
penanaman konsep
konsep islam moderat
moderat
Tujuan

Menjelaskan apa Menjelaskan apa Menjelaskan apa


yang dimaksud saja prinsip prinsip saja ciri ciri
dengan moderasi dalam moderasi amaliyah ummatan
islam islam wasath

Menjelaskan apa saja


Menjelaskan aktualisasi kendala kendala
konsep moderasi penanaman konsep
moderat
BAB 2
Kajian Teori
Pengertian Moderasi Dalam Islam

Secara Bahasa wasathiyah (moderasi) berasal dari akar kata wasath


memiliki beragam makna antara lain di tengah tengah, berada di
antara dua ujung, adil, yang tengah-tengah atau yang sederhana
atau biasa-biasa saja. Kata wasath juga berarti menjaga dari
bersikap ifrath dan tafrith. Dalam kitab Mu’jam al-Wasith kata
wasathan bermakna adulan dan Khiyaran, yaitu sederhana dan
terpilih.
Pengertian Moderasi Dalam Islam

Adapun makna wasathiyah secara istilah adalah nilai-nilai


Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan
pertengahan, tidak berlebihan dalam hal-hal
tertentu.Adapun Kalimat ummatan wasatha dalam Surat al-
Baqarah: 143 bermakna umat yang adil dan terpilih/pilihan,
artinya umat Islam adalah umat yang sempurna agamanya,
paling baik akhlaknya, paling utama amalnya, ummat yang
sempurna dan adil yang menjadi saksi bagi seluruh manusia
di hari kiamat nanti. Ummatan wasathan adalah umat
pilihan yang adil, terbaik, dan memiliki visi meluruskan
(hanif).
BAB 3
Pembahasan
Moderasi Islam Menurut Para Ulama
Imam abu hamid Al-Ghazali

At-Thabari berpendapat bahwa umat Islam yang wasathiyah adalah


“Umat Islam adalah umat moderat, karena mereka berada pada posisi
tengah dalam semua agama, mereka bukanlah kelompok yang ekstrem
dan berlebihan seperti sikap ekstremnya nashrani dengan ajaran
kerahibannya yang menolak dunia dan kodratnya sebagai manusia. Umat
Islam juga bukan seperti bebasnya dan lalainya kaum yahudi yang
mengganti kitab-kitab Allah, membunuh para Nabi, mendustai Tuhan dan
kafir pada-Nya. Akan tetapi umat Islam adalah umat pertengahan dan
seimbang dalam agama, maka karena inilah Allah menamakan mereka
dengan umat moderat”
Moderasi Islam Menurut Para Ulama

Imam ibnu jarir At-Thabari


ketika membahas sikap para Sahabat Nabi saw terhadap
dunia pada Bab Zuhud, Al-Ghazali berkata: “bahwa para
sahabat tidak bekerja di dunia untuk dunia tapi untuk
agama, para sahabat tidak menerima dan menolak dunia
secara keseluruhan atau secara mutlak. Sehingga mereka
tidak ekstrem dalam menolak dan menerima, tapi
mereka bersikap antara keduanya secara seimbang,
itulah keadilan dan pertengahan antara dua sisi yang
berbeda dan inilah sikap yang paling dicintai oleh Allah
swt”
Moderasi Islam Menurut Para Ulama

Imam Al-Qurthubiy
Imam Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubiy.
Bahwa umat wasathan adalah umat yang berkeadilan
dan paling baik karena sesuatu yang paling baik adalah
yang paling adil”. Al-Qurthubi menjelaskan bahwa Allah
swt menginginkan umat Islam menjadi umat yang
moderat, paling adil dan paling cerdas. Bahwa umat
Islam harus menjadi umat yang selalu pada posisi
pertengahan dan moderat tidak pada posisi ekstrem atau
berlebihan”
Moderasi Islam Menurut Para Ulama

Ibnu As-Syathibiy
Dalam kitabnya “Al-Muwafaqaat” As-Syatibi berkata: “Bahwa kandungan
syari’at berjalan pada jalan pertengahan yang paling adil, berada pada
posisi yang seimbang antara dua kutub yang bertentangan, tanpa
cenderung pada salah satunya. Berada pada kemampuan hamba yang
tidak menyulitkan dan meremehkan, akan tetapi syari’at berada pada
pembebanan mukallaf dengan ukuran yang seimbang dan sangat adil,
seperti Ibadah shalat, zakat, haji, jihad dan lainnya”. Bahkan Imam As-
Syatibi berkata: “Bila seandainya penetapan hukum syara’ terdapat
kecenderungan keluar dan menyeleweng dari manhaj moderat, kepada
salah satu dari dua kutub yang saling bertentangan, yaitu kutub ekstrim
kanan dan ekstrim kiri, maka penetapan hukum atau fatwa, segera
dikembalikan kepada karakternya atau manhajnya yang moderat.”
Moderasi Islam Menurut Para Ulama

Imam ibnu taimiyah


. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa “Umat Islam disebut
umat wasath karena mereka tidak berlebihan dan
ekstrem terhadap nabi-nabi mereka. Umat Islam
moderat tidak menyamakan para Nabi tersebut sebagai
Tuhan dan menjadikan sifat para nabi sebagai sifat
ketuhanan, lalu menyembahnya dan menjadikan mereka
penyembuh penyakit. Umat Islam juga tidak
mengabaikan para Nabi itu sebagai utusan Allah,
menolak mereka dan tidak mentaati mereka, tapi umat
Islam menghormati para Nabi, mengikuti syari’at mereka
dan menolong agama mereka”
Prinsip Prinsip Moderasi Islam

Keadilan Toleransi Keseimbangan


(Al-Adl) (tasamuh) (tawazun)

Keberagman Keteladanan
(tanawwu’) (uswah)
Ciri ciri amaliyah ummatan wasatha
atau umat yang moderat

Tawasuth (mengambil jalan Tasamuh (toleran) Musawah (egaliter) tidak


tengah), tawazun (seimbang) diskriminatif
I’tidal (tegak lurus)

Syura (musyawarah) Tathawwur wa ibtikar Tahadhdhur


(dinamis dan inovatif) (berkeadaban)
Aktualitasi konsep islam moderat

Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa konsep


moderasi Islam teraktualisasi ke dalam segala bidang kehidupan
umat Islam, mulai dari bidang aqidah, ibadah, mu’amalah,
ekonomi, dan sebagainya. Secara lebih detailnya dijelaskan
sebagai berikut:
Aktualitasi konsep islam moderat

Bidang Akidah
Ajaran Islam melalui risalah al-Qur’an datang dengan membawa kepastian tentang
konsep moderasi dalam bidang aqidah (keyakinan). Hal itu karena aqidah merupakan
asas utama keberagamaan dan seluruh aktivitas keberagamaan seseorang dibangun
berdasarkan aqidah yang kokoh.

Bidang metode (manhaj) berfikir


Dalam bidang manhaj berfikir, umat Islam juga mengambil jalan yang moderat, yang
menyeimbangkan antara nalar dan naql. Salah satu contoh yang paling konkrit tentang
manhaj moderat yang dilakukan umat Islam adalah tindakan memadukan antara ilmu
dengan amal, tidak menjunjung setinggi langit keutamaan ilmu tanpa amal, begitu juga
sebaliknya, tidak berkerja tanpa ilmu, karena ilmu tanpa amal akan sia-sia, amal tanpa ilmu
akan tersesat.
Aktualitasi konsep islam moderat

Bidang Ibadah
Dalam bidang ibadah, umat muslim juga menjaga keseimbangan dan keadilan.
Memelihara harmoni yang indah antara tuntutan kebutuhan jasmani dan rohani.
Selaras dengan fitrah manusia yang dibawanya sejak lahir.

Bidang Syariat Dan Hukum


Sifat moderasi syariat dan hukum dalam Islam dapat dilihat dalam
berbagai persoalan, antara lain mengambil jalan tengahtengah antara
sifat-sifat hukum yang Ilahiyah di satu sisi, dan sifat hukum yang
insaniyah di sisi yang lain. Artinya bahwa umat Islam sepakat hanya
Allah SWT sebagai al-Hakim (pembuat hukum) satu satunya, hanya
Allah yang memiliki otiritas mensyariatkan. Menentukan halal dan
haram, wajib dan sunnah, mubah dan makruh kepada umatnya.
Manusia hanya sebagai individu atau kelompok yang mengerahkan
segala kemampuan (ijtihad) untuk memahami titah Tuhan yang
termaktub dalam wahyu sehingga menjadi ajaran yang praktis dan
mudah diamalkan.
Aktualitasi konsep islam moderat

Bidang Mu’amalah
Dalam bidang mu’amalah, ajaran Islam dibangun berdasarkan dasar dan batasan-batasan
syariah yang bertujuan untuk kemaslahatan individu dan masyarakat. karena itu dalam
mu’amalah, tidak diperkenankan transaksi yang mengandung unsur riba dan segala
bentuknya, baik dilakukan oleh individu muslim maupun masyarakat secara umum, baik
dalam bermuamalah dengan sesama muslim maupun dengan saudarasaudara non muslim
yang lainnya. Bermu’amalah dalam ajaran Islam dibangun dari empat sendi utama, yaitu
ketuhanan, etika, kemanusiaan, dan sikap moderat (pertengahan).

Bidang politik (siyasah syar’iyyah)


Islam telah memperkenalkan sistem bernegara (politik) sejak Muhammad SAW hijrah ke Madinah
dengan satu hasil rumusan perjanjian Madinah. Pada waktu itu sudah terbentuk kesatuan hidup
politik di tengah masyarakat Madinah yang majemuk. Memang kala itu belum ada suatu konsep
politik yang secara menyeluruh mengatur prihal pemerintahan, tapi nabi hanya mengaplikasikan
potensi dan etika politik yang dijarkan oleh wahyu tuhan disertai dengan ijtihadijtihad nabi sendiri
dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Praktek politik seperti itu kemudian dilanjutkan oleh
para sahabat setelah wafatnya Nabi.
Aktualitasi konsep islam moderat

Moderat dalam pembaruan dan ijtihad


Konsep moderasi Islam tentang pembaharuan dan ijtihad terlihat dalam metode berfikir para ulama’ yang tetap
mempertahankan hasi pemikiran ulama masa lalu, sehingga meski pemikir melukukan pembaruan saat ini,
kajian-kajian keberagamaan yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu untuk menyelesaikan
permasalahan umat di zamannya. Ada satu kaidah yang sangat terkenal al-Muhafadhatuh ala al-qadim al-shalih
wa al-Ahdu bil Jadid al-aslah, memelihara hazanah lama yang baik sembari mengupayakan sesuatu yang baru
yang lebih. Dengan kaidah ini, umat Islam saat ini dapat melakukan pembaruan dalam metode berfikir, tentang
hokum, dan permasalahan kontemporer lainnya yang belum disentuh oleh pemikiran ulama di zamannya,
tanpa harus terbebani oleh hasil pemikiran mereka untuk zaman lampau.

Bidang Akhlak Dan perilaku


Ajaran Islam dalam akhlak dan perilaku juga menjunjung tinggi nilai-nilai moderat
dalam pelaksanaannya. Ajaran Islam memandang manusia sebagai ciptaan Allah
yang tidak saja dikarunia akal namun juga syahwat. Pada diri manusia tersimpan dua
jenis potensi, yaitu instink hewan dan bayangan malaikat. Karenanya manusia
berpotensi untuk menjadi baik dan buruk secara seimbang. Karena memang
penciptaannya dikaruniai potensi fujur (jahat) dan potensi taqwa (baik), hanya
upaya-upaya yang mampu mengarahkan kepada manusia ke jalan yang benar.
Kendala kendala penanaman konsep moderat dan solusinya

Kebodohan
Yaitu tidak memiliki ilmu tentang sesuatu hal, khususnya tentang ilmu agama.
Apalagi kebodohan kuadrat kebodohan di atas kebodohan (al-Jahlul Murakkab).
Yaitu posisi tidak mengetahui kalau dia adalah tidak punya ilmu. Dalam al-
Qur’an banyak celaan yang ditujukan kepada kebodohan, bahkan kebodohan
diidentikkan dengan golongan kafir. Sifat bodoh merupakan sifat yang paling
hina, sehingga tidak seorangpun mau diberi sifat bodoh meski orang bodoh
sekalipun. Solusinya adalah berpegang teguh kepada kitab al-Qur’an dan
sunnah nabi, berpengang kepada pemahaman ulama’ salaf, dan ilmu syariat.
Ilmu merupakan obat yang paling mujarab untuk mengubati sakit bodoh yang
kritis sekalipun. Sehingga dikatakan ilmu akan mengangkat derajat pemiliknya
dengan kemulyaan, dan akan menjadikan pemiliknya sampai kepada derajat
tertinggi. Seorang yang berilmu lebih ditakuti oleh Iblis dari pada seribu ahli
Ibadah.
Kendala kendala penanaman konsep moderat dan solusinya

Fanatisme (ta’asub)
Fanatik adalah sifat atau perilaku yang memandang dirinnya kelompoknya saja
yang paling benar, sedangkan individu atau kelompok yang lain diposisikan
sebagai bukan termasuk golongannya. Fanatisme ini bisa saja terjadi atas
pendapat seseorang yang disanjungnya, baik itu mengenai pemikiran mazhab
pemikiran, aqidah, fiqih, atau atas kelompok-kelompok tertentu. Penyebab
munculnya sikap fanatic yang berlebihan salah satunya adalah karena
minimnya pengetahuan yang dimiliki dalam memandang satu persoalan. Oleh
karena minim pengetahuan, kebanyakan tindakannya terinspirasi dari hawa
nafsu dan amarah, sehingga berujung kepada tidak menemukan logika yang
dapat diterima dan dalil yang benar kecuali yang keluar dari hawa nafsunya
sendiri.
Kendala kendala penanaman konsep moderat dan solusinya

Sikap Berlebih Lebihan


Yang dimaksud di sini adalah dalam masalah keagamaan, padahal berlebihan dalam
menjalankan keberagamaan merupakan kesesatan. Sifat berlebihan dalam keberagamaan
antara lain disebabkan karena minimnya pengetahuan tentang agama itu sendiri, terutama
tentang ajaran Islam yang besifat umum dan khusus pada masing-masing aspeknya, Sering
juga disebabkan karena pola pikir yang tidak konsisten atau sebaliknya pola fikir yang kaku,
sehingga tidak ada kata lain selain selalu menemukan istilah-istilah yang negative dalam
keberagamaan, seperti bahasa haram, tidak boleh, kafir, syirik, sesat, karena mengira bahwa
semakin tinggi kekakuan pola piker mengenai keagamaan seseorang, semakin tinggi pula
nilai-nilai ketaqwaannya, dan merasa lebih dekat kepada Allah, padahal yang demikian itu
menunjukkan satu kondisi ketidakpahaman yang sebenarnya tentang hakikat Islam. Sebab
sikap berlebihan lainnya adalah karena jauh dari orangorang alim yang mendalam ilmu al-
Qur’an dan Ilmu tentang sunnah Nabi yang mampu memberikan pemahaman tentang
kebijaksanaan dan hukum-hukum agama. Sebaliknya sering berkumpul dengan orang-orang
yang selalu mengedepankan rasionalitas dalam keberagamaannnya, khususnya dalam
bidang aqidah.
BAB 4
Simpulan
Simpulan
Secara Bahasa wasathiyah (moderasi) berasal dari akar kata wasath memiliki beragam
makna antara lain di tengahtengah, berada di antara dua ujung, adil, yang tengah-tengah
atau yang sederhana atau biasa-biasa saja. Kata wasath juga berarti menjaga dari bersikap
ifrath dan tafrith. Dalam kitab Mu’jam al-Wasith kata wasathan bermakna “adulan” dan
“Khiyaran”, yaitu sederhana dan terpilih.makna wasathiyah secara istilah adalah nilai-nilai
Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan
dalam hal-hal tertentu umat yang adil dan terpilih/pilihan, artinya umat Islam adalah
umat yang sempurna agamanya, paling baik akhlaknya, paling utama amalnya, ummat
yang sempurna dan adil yang menjadi saksi bagi seluruh manusia di hari kiamat nanti.
Ummatan wasathan adalah umat pilihan yang adil, terbaik, dan memiliki visi meluruskan.
Ajaran Islam sesungguhnya memiliki prinsip-prinsip moderasi yang sangat mumpuni
yang harus dipahami dan dimengerti. Prinsip prinsip moderasi Islam itu adalahKeadilan,
toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun), keberagaman (tanawwu),
keteladan (uswah) ciri-ciri pola pikir maupun amaliyah individu maupun kelompok yang
memiliki karakter ummatan wasatha (umat moderat) berikut ini merupakan ciri ciri
tawasuth, tawazun, I’tidal, tazamuh, musawah, syura, tathawwur wa ibtikar tahadhbur
Daftar Pustaka
Arif, D. H. (2020). Moderasi Islam Dan Kebebasan Beragama. Sleman: deepublish.
Kosim, M. d. (2019). Moderasi Islam Di Indonesia. Yogyakarta: lKiS.
Shihab, M. Q. (2019). Wasathiyyah Wawasan Islam tentang Moderasi Beragama. Tanggerang
Selatan: Penerbit Lentera Hati.
SEKIAN
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai