Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ayu Mahroza Lubis

Nim : 12130422543
Kelas : Tafaqquh A4
Prodi : Ilmu Hadis
Matkul : Moderasi Beragama

Soal ujian akhir semester Moderasi Beragama


1. Jelaskan pengertian moderasi beragama ?

Jawaban:
Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin moderâtio, yang berarti ke-sedang-an (tidak
kelebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni:
1. pengurangan kekerasan, dan
2. penghindaran keekstreman.
Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang itu bersikap
wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-
rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum,
moderat berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak,
baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan
dengan institusi negara.
Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun
kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam
konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.

2. Sebutkan prinsip-prinsip moderasi beragama dan jelaskan ?

Jawaban:
Salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga keseimbangan
di antara dua hal, misalnya keseimbangan antara akal dan wahyu, antara jasmani dan
rohani, antara hak dan kewajiban, antara kepentingan individual dan kemaslahatan
komunal, antara keharusan dan kesukarelaan, antara teks agama dan ijtihad tokoh agama,
antara gagasan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan antara masa lalu dan masa
depan.
3. Tuliskan 1 firman Allah tentang sikap moderasi beragama ?
Jawaban:

143. Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan
pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa
amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha pengasih lagi Maha
penyayang. “( QS. Al- Baqarah/2: 143).

4. Bagaimana cara mengimplementasikan sikap moderasi beragama dalam kehidupan


sehari-hari ?
Jawaban:

1. memahami realitas. Dikemukakan bahwa Islam itu relevan untuk setiap zaman dan
waktu (shalih li kulli zaman wa makan). Disebutkan juga bahwa ajaran Islam itu ada
yang tetap dan tidak bisa dirubah –seperti shalat lima waktu, dan ada juga yang bisa
dirubah karena waktu dan tempat –seperti zakat fitrah dengan beras, gandum, atau sagu
tergantung yang menjadi makanan pokok pada masyarakat itu.
2. memahami fiqih prioritas. Umat Islam yang bersikap moderat sudah semestinya
mampu memahami mana-mana saja ajaran Islam yang wajib, sunnah, mubah, makruh,
dan haram. Mana yang fardlu ‘ain (kewajiban individual) dan mana yang fardlu kifayah
(kewajiban komunal). Di samping memahami mana yang dasar atau pokok (ushul) dan
mana yang cabang (furu).
3.  memberikan kemudahan kepada orang lain dalam beragama. Ada istilah bahwa agama
itu mudah, tapi jangan dipermudah. Pada saat mengutus Muadz bin Jabal dan Abu Musa
al-Asy’ari ke Yaman untuk berdakwah, Nabi Muhammad saw. berpesan agar keduanya
memberikan kemudahan dan tidak mempersulit masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai