Anda di halaman 1dari 9

PRESENTASI MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH :
FAKIH IBRAHIM
M. FADHILLAH
M. HABIBI A

UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF


MODERASI BERAGAMA
A. Secara Bahasa
1) Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang berarti ke­sedang­an (tidak kelebihan dan tidak
kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat kelebihan dan kekurangan). Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan
kekerasan, dan 2. penghindaran keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti
bahwa orang itu bersikap wajar, biasa-­biasa saja, dan tidak ekstrem.

2) Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata­rata), core (inti),
standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat berarti mengedepankan
keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai
individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi negara.

3) Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah, yang memiliki
padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-­tengah), i’tidal (adil), dan tawazun (berimbang). Orang yang
menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith. Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan
sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni
adil, yang dalam konteks ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem.
B. RUANG LINGKUP MODERASI
BERAGAMA
SEKOLAH, sangat tepat menjadi laboratorium moderasi beragama. Kita sangat mafhum bahwa bangsa
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ragam suku dan agama. Indonesia memiliki kekhasan yang
unik, tetapi penuh dengan tantangan. Ruang sekolah sejatinya menjadi lahan tersemainya gagasan
kebangsaan, menanamkan nilai-nilai multikulturalisme, membawa pesan agama dengan lebih damai, dan
menebarkan cinta pada kemanusiaan. Hal itu mewujud dalam kurikulum yang berorientasi pada moderasi
beragama. Sekolah paling tidak menjadi ruang pengenalan antara NU dan Muhammadiyah, terutama
sekolah-sekolah negeri dan sekolah swasta yang berafiliasi pada dua ormas tersebut. Sebetulnya, kita
sudah memiliki modal sosial yang kuat, kemajemukan masyarakat menjadi potret bangsa kita. Nahdlatul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam moderat di Indonesia perlu aktif mengambil
peran sebab keduanya kalah pamor dengan ideologi transnasional yang menginginkan perubahan sistem
politik Indonesia.
KELUARGA, Agama dan keluarga adalah dua ketentuan yang tidak bisa dipisahkan, keduanya harus
berkelindan. Dimana ada agama disitu ada eksistensi untuk berkeluarga, begitupun sebaliknya dimana
ada keluarga maka sudah dipastikan ada ketentuan agama.
C. MODERASI BERAGAMA DALAM
PERSPEKTIF ISLAM
Istilah moderasi dalam Islam dikenal dengan “wasathiyah”, bahkan umatnya mendapat
julukan ummatan wasathan, yaitu menjadi umat pilihan yang selalu bersikap menengahi atau adil.
Alquran surah Al-Baqarah ayat 143 menyebutkan: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan
kamu “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas(perbuatan) kamu”.
 Salah satu bentuk moderasi beragama yang ditunjukkan Islam adalah dengan memberikan kebebasan
beragama. Ini dapat kita lihat pada Pasal 25 Piagam Madinah yang menyebutkan “bagi orang-orang
Yahudi, agama meraka dan orang-orang Islam agama mereka.” Pasal ini memberikan jaminan
kebebasan beragama. Piagam Madinah adalah suatu Piagam Politik yang dibuat oleh nabi Muhammad
Saw tidak lama setelah beliau hijrah ke Madinah, digunakan untuk mengatur kehidupan bersama
masyarakat Madinah yang dihuni oleh beberapa macam golongan. Dalam Piagam itu dirumuskan
kebebasan beragama, hubungan antarakelompok, dan kewajiban mempertahankan kesatuan hidup
bersama. Salah satu bentuk moderasi beragama yang ditunjukkan Islam adalah dengan
memberikan kebebasan beragama. Ini dapat kita lihat pada Pasal 25 Piagam Madinah yang
menyebutkan “bagi orang-orang Yahudi, agama meraka dan orang-orang Islam agama mereka.” Pasal
ini memberikan jaminan kebebasan beragama. 
D. INDIKATOR DAN ISU-ISU RADIKALISME
Ada 4 indikator dimaksud yakni, intoleransi, anti-Pancasila, anti-NKRI dan penyebaran paham takfiri
atau mengkafirkan orang. intoleransi adalah paham atau pandangan yang mengabaikan seluruh nilai-
nilai dalam toleransi. Dapat diartikan sikap intoleransi merupakan sikap tidak tenggang rasa atau
tidak toleran. anti-NKRI adalah seseorang yang tidak cinta kepada NKRI. mereka membuat
gerombolan dan kelompok Anti-NKRI itu Mengancam keutuhan bangsa, Mereka mau mendirikan
negara sendiri. Takfiri adalah sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh Muslim lainya sebagai
kafir dan murtad. Tuduhan itu sendiri disebut takfir, berasal dari kata kafir, dan disebutkan sebagai
"orang yang mengaku seorang Muslim tetapi dinyatakan tidak murni Islamnya dan diragukan
keimanannya
Radikalisme agama merupakan paham atau aliran keras yang berasal dari suatu ajaran agama yang
menimbulkan sikap intoleransi. Radikalisme agama dapat terjadi pada agama manapun,
termasuk dalam memahami ajaran Kekristenan.
E. ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
Islam rahmatan lil alamin terdiri dari dua kata, yakni rahmat yang berarti kasih sayang, dan
lil alamin yang berarti seluruh alam. Namun, ulama tafsir berbeda pendapat mengenai maksud
rahmatan lil alamin dalam surat Al Anbiya. Menurut Ath-Thabari yang paling benar adalah
[rahmat] bagi orang beriman maka sesungguhnya Allah memberikan petunjuk kepadanya dan
memasukkan keimanan ke dalam dirinya dan memasukkanya ke dalam surga dengan
mengerjakan amal yang diperintahkan Allah. Sederhananya, maksud Islam rahmatan lil alamin
adalah Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta.
F. MEMAHAMI DAN MENGIMPLEMENTASIKAN MODERASI
BERAGAMA UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA SEBAGAI
WUJUD EMOSIONAL DAN SPIRITUAL

Salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama adalah selalu menjaga keseimbangan di antara dua
hal, misalnya keseimbangan antara akal dan wahyu, antara jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban,
antara kepentingan individual dan kemaslahatan komunal, antara keharusan dan kesukarelaan, antara teks
agama dan ijtihad tokoh agama, antara gagasan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan antara masa lalu
dan masa depan. Begitulah, inti dari moderasi beragama adalah adil dan berimbang dalam memandang,
menyikapi, dan mempraktikkan semua konsep yang berpasangan di atas.
Dalam KBBI, kata “adil” diartikan: 1) tidak berat sebelah/tidak memihak; 2) berpihak kepada kebenaran;
dan 3) sepatutnya/ tidak sewenang-wenang. Kata “wasit” yang merujuk pada seseorang yang memimpin
sebuah pertandingan, dapat dimaknai dalam pengertian ini, yakni seseorang yang tidak berat sebelah,
melainkan lebih berpihak pada kebenaran. Prinsip yang kedua, keseimbangan, adalah istilah untuk
menggambarkan cara pandang, sikap, dan komitmen untuk selalu berpihak pada keadilan, kemanusiaan,
dan persamaan. Kecenderungan untuk bersikap seimbang bukan berarti tidak punya pendapat. Mereka
yang punya sikap seimbang berarti tegas, tetapi tidak keras karena selalu berpihak kepada keadilan,
hanya saja keberpihakannya itu tidak sampai merampas hak orang lain sehingga merugikan.
Keseimbangan dapat dianggap sebagai satu bentuk cara pandang untuk mengerjakan sesuatu secukupnya,
tidak berlebihan dan juga tidak kurang, tidak konservatif dan juga tidak liberal.
KESIMPULAN
Islam tidak menganggap semua agama itu sama tapi memperlakukan semua agama itu sama, dan ini
sesuai dengan konsep-konsep dari Islam wasattiyah itu sendiri yaitu konsep egaliter atau tidak
mendiskriminasi agama yang lain. Dan adapun cara-cara moderat yang dimaksudkan itu adalah
Konsep yang pertama yaitu konsep tasamuh (toleransi), sesuai dengan ciri-ciri moderasi Islam di atas
dapat dipastikan jika antar umat beragama di Indonesia sudah hidup berdampingan dan saling
toleransi, akan menjaga kestabilitasan antar umat beragama dan menjaga kerukunan antar umat
beragama.Konsep kedua yang ditawarkan oleh Islam yaitu tawazun (berkeseimbangan), i’tidâl (lurus
dan tegas), tasamuh (toleransi), musawah (egaliter), syura (musyawarah), ishlah (reformasi),
aulawiyah(mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif).
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Mengapa moderasi beragama memiliki peran penting dalam membangun persatuan dalam sebuah
bangsa? (RICO SEPTIAN) / M. HABIBI
Apakah generasi muda dapat berperan penting dalam moderasi beragama? (RICO SEPTIAN) / M.
HABIBI
Takfiri adalah sebutan bagi seorang muslim yang menuduh muslim lainnya dengan sebutan kafir atau
murtad, yang dimaksud menuduh itu apa? Apakah ada kesamaan dari fitnah atau suudzon atau tidak
keduanya? (RIQZAL FALDI) / M. HABIBI
Apa itu moderasi beragama dan bagaimana cara mewujudkannya? (AHMAD MUFADILLAH) /
FAKIH DAN M. FADHILLAH
Samakah moderasi beragama dengan moderasi agama? Jelaskan perbedaannya atau kesamaannya!
(WISNU) / RICO SEPTIAN
Apa fungsi moderasi dalam kehidupan berbangsa? (AHMAD MUFADILLAH) / ARIESTA
SETYAWATI
Mengapa diperlukan peran pemerintah, tokoh masyarakat, dan para penyuluh agama untuk
mensosialisasikan, menumbuh kembangkan wawasan moderasi beragama? (HIDAYAT SOLEH) /
ARIESTA SETYAWATI

Anda mungkin juga menyukai