Anda di halaman 1dari 7

PENGUATAN MODERASI BERAGAMA SEBUAH KENISCAYAAN

UPAYA MEWUJUDKAN GENERASI MADANI YANG BERMARTABAT

Muhammad Alex Irhandi

PTP Kemenag Kota Payakumbuh

E-mail : muhammadirhandi325@gmail.com

Abstrak

Dewasa ini ketika aneka ide telah masuk kerumah kita, melalui media di genggaman kita tanpa izin
dengan ragam ekstrem atau lawannya, telah menampakkan wajahnya disertai dengan dalih-dalih agama
yang pemahamannya sangat jauh dari esensi/ hakikat islam itu sendiri. Perkembangannya dalam
beberapa dekade terakhir ini, dunia Islam menjadi pihak tertuduh, citranya terpuruk terutama setelah
terjadinya Nine-Eleven karena adanya aksi radikalisme yang menunggangi propaganda agama.
Kemudian dunia Islam berupaya memulihkan nama baiknya dengan memperkenalkan karakter ajaran
Islam yang sebenarnya yaitu Islam Rahmatan Lil Alamin, dengan mengusung Islam yang
mengedepankan modernitas dan sisi kemanusiaan. Pesan yang ditampilkan adalah Islam sebagaai
Agama Wahyu yang bercorak Diin Washithiyah. Moderasi beragama dalam dunia Islam bukanlah barang
baru, hal ini dibuktikan dengan beberapa peristiwa yang membuka mata dan telinga dunia barat,
diantaranya :

-Di tahun 2024 di Jordania telah dicetuskannya Referendum Amman Masage (Risalatu Aman), yang
berisi cara keberislaman yang moderat, toleran, dan menghargai keragaman.

-Di tahun2008 Arab Saudi mengadakan siding terbuka antar mazhab, ditahun yang sama di bulan Juli di
Spanyol diadakan Konvensi Agama Sedunia.

-Di Bulan November tahun 2008 juga, Raja Abdullah (Saudi) berpidato tentang “Peta Jalan Baru
Moderasi Islam”

-Dipertegas kembali oleh raja Muhammad Salman, bahwa “Saudi Arabia akan kembali kepada ajaran
Islam yang Moderat”.

Sedangkan di Negara kita, untuk mensyiarkan Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, Kementereian
Agama RI ditahun 2019 sudah mencanangkan dan memasukkan Moderasi Beragama sebagi visi dan
misinya. Bahkan telah dijadiakan sebagai program prioritas Kemenag yang dituangkan dalam RPJMN
2020-2024.

Apa, Mengapa dan bagaimana Moderasi Beragama.

I.Apakah Moderasi beragama itu ?


Secara bahasa menurut KBBI mengandung 2 Makna, yaitu Pengurangan kekerasan dan menghindari
keekstreman.

Secara Istilah : “ Cara pandang, sikap dan praktek beragama dalam kehidupan berbangsa dengan cara
mengamalkan esensi ajaran agama, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan, berorientasi u ntuk
kemashlahatan umum, berlandaskan prinsip adil berimbang dan mentaati konstitusi yang telah
disepakati dalam kehidupan bersama dan berbangsa.”

Secara Normatif Moderasi beragama tidak bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan sejalan dengan

Maqaashid Syariah (Misi keberadaan Agama), yaitu untuk memelihara kemurniaan agama, menjaga
fikiran, keturunan dan melindungi harta benda.

Dari sisi historis Islam, Hal ini pernah dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad SAW dengan ditanda
tanganinya Piagam Madinah, dimana komunitas Muslim pendatang (muhajirin) dan Muslim pribumi
(Anshar) bersama Komunitas Yahudi dan Kristen di Madinah beliau membuat Konsensus untuk menjaga
persatuan dan kesatuan negara Madinah ketika itu. Tema besar Moderasi Beragama ini sebenarnya
telah dititahkan langsung oleh Allah SWT Sendiri kepada hamba-hambanya.perhatikanlah sifat-sifatNYA
yang maha tinggi dan mulia seperti Ar rahman,Arrahim Al adl,Al aziz dan Alhakim.

Lebih khususnya moderasi beragama ini telah di lukiskan oleh Allah dalam Q,S Albaqarah: 143

‘’Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu , umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas
perbuatan mansia dan agar Rasul Muhammad menjadi saksi atas perbuatan kamu.’’

Dalam ayat tersebut Allah menutup ayat dengan sikap moderasinya kepada manusia,”Sesungguhnya
Allah Maha Penyantun dan Penyayang pada hamba-Nya’

Di dalam timbangan Para ahli tafsir berpandangan ;

-Menurut Imam Ibnu Katsir Ummatan Wasathan bermakna Al Akhyar dan Ajwad (Pilihan dan yang
terbaik)

-Menurut Imam Az zubaidi, Al Ausath = Afdhal (Istimewa dengan segala kelebihannya)

-Sedangkan menurut Mushafa Al Maraghi, sependapat dengan Ibnu Manzhur, Fairuz Zabadi dalam
kitab tafsirnya merujuk pada makna ‘Adlan = Adil dan Khiyar = Pilihan. Menurut mufasirin tersebut ada
dua kata yang melekat pada kata Ummatan Wasathan, yaitu Al- khairiyah dan Al Bainiyah (Sebagai
poros kebaikan dan keadilan)

-Dalam kitabnya Jami’atul Ahkam, Imam Qurthuby menjelaskan ayat tersebut, “ Sebagaimana Ka’bah
merupakan pusatnya bumi, maka demikanlah umat Nabi Muhammad Saw sebagai umat pertengahan
yang terpuji diantara umat yang lain, berdiri ditengah-tengah diantara dua kutub tidak seperti yang
mementingkan materi seperti faham materialism atau hanya yang mementingkan urusan kerohanian
saja, mereka seimbang diantara keduanya lahir dan bathin.
-Dan menurut Prof. Quraish Shihab, Kata yang sepadan dengan Wasithiyah adalah Shirathal Mustaqim,
Jalan lapang yang lurus, Karena agama ini lapang dan lurus tidak perlu ke kanan dan ke kiri, maka ia bias
menampung tidak usah bertengkar selama tujuan kita sama menuju Allah.

-Dalam kajian Hadits pada pencarian Kuttubus Sittah, kata Wasathiah tidak ditemukan, tapi ada kata
yang setara dengannya yaitu Al Qashdu (Tepat sasaran), Disebutkan sebanyak 6 kali dan kata I’tidal
(Tegak adil) hanya disebutkan sekali dalam hadits At tirmizi 255.

Allah SWT menitahkan agar setiap mukmin berlaku adil karena adil adalah perisai orang yang
beriman baik itu terhadap kerabat family maupun diri sendiri. Bahkan kebencian terhadap seseorang
atau suatu golongan tidak boleh mempengaruhi dan menyebabkan kita berlaku dzolim dan menyimpang
dari kebenaran.

Pada ayat tersebut terdapat istilah umatan washatan,sebagai padanan kata dari moderasi beragama.
Kata Wasath berarti tengah/ pertengahan, moderat / jalan tengah seimbang diantara 2 kutub atau dua
ekstrem (kanan dan Kiri). Jadi arti Moderasi adalah lawan dari Ekstrem (Tatharruf, berlebihan atau
melampaui batas dan Tafridh, berkekurangan / menganggap ringan/ dan melakukan perbuatan sia-sia)
dalam menafsirkan dan menjalankan ajaran agamanya. Ini berarti bahwa Umatan Wasathan adalah
umat yang berfikiran, bersikap secara moderat, adil proporsional antara kepentingan material dan
kepentingan spiritual, Ketuhanan dan Kemanusiaan, masa lalu dan masa depan, akal dan wahyu,
individu dan masyarakat, real dan idealis, berorientasi duniawi dan ukhrawi. Moderasi beragama bukan
berarti mendangkalkan pemahaan beragama tetapi menjadikan filosofi agama sebagai sendi kehidupan
umat dalam berbangsa dan berkemanusiaan, Karena Islam sesuai dengan definisi bahasanya agama
dengan Rahmat dan Kedamaian. Kita harus meyakini bahwa moderasi beragama adalah kebutuhan,
proyek impian dan cita-cita kita sebagai bangsa yang majemuk.Sesungguhnya Islam yang moderat
adalah sifat asli dari universalitas agama Allah ini.

II.Mengapa kita perlu moderasi beragama,seberapa pentingkah ?

Ada tiga pertimbangan secara ilmiah yang bisa menjawab pertanyaan tersebut :

1. Untuk mengingatkan kembali tentang hakikat/esensi ajaran agama.


2. Dalam kontek keindonesian perbedaan/keragaman tafsir beragama jika tidak ditata secara
moderat maka akan berpotensi menimbulkan konflik. Setiap spirit agama itu melibatkan
emosi terdalam dari setiap pemeluknya yang jika tidak dikelola akan menimbulkan
fanatisme buta, seperti yang disindirkan oleh pepatah dari Minang ;
“Kepalang tukang binaso kayu, kepalang cadiak binaso adat,kepalang alim rusak agamo,
kepalang paham, kacau nagari”. Makna kepalang disini adalah pemahaman yang
parsial/juz’iyyah,tidak holistic dan integral dalam memahami suatu bidang.
3. Sebagai bagian dari upaya merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Bagaimana
menyeimbangkan komitmen beragama yang harus mendalam, Kaffah sesungguhnya tidak
berbenturan dengan komitmen Kebangsaan. Menerima perbedaan dan keragaman dalam
masyarakat majemuk adalah sebuah keniscayaan yang tak terelakkan karena hal tersebut
telah menjadi Sunatullah yang hendaknya menjadi warna rahmat-Nya dari semesta.
Demikianlah Halnya ketika kita menerima Moderasi beragama sebagai pilihan dan komitmen
beragama berarti kita telah mengembalikan sikap beragama kita pada proporsional yang semestinya
sebagaimana garis-garis besar haluan hidup yang telah dititahkan oleh Ilahy.

Mari kita lihat beberapa contoh kasus moderasi beragama dari beberapa sisi :

a) Sisi Aqidah :
Ada orang yang Atheis , ada orang yang Polytheis , maka Islam Hadir dengan Tauhid, yang
menerangkan bahwa Allah itu ada dan Dia Dzat Yang Satu tak berbilang.
b) Sisi Ibadah :

Di dunia timur kita mengenal adanya faham kerahiban yang tidak perduli dengan kehidupan
berumah tangga, di dunia barat kita mengenal adanya Freesex sebagai gaya hidup, maka Islam
hadir dengan konsepnya Pernikahan yang halal. Pada masa Rasulullah dating 3 sahabat menemui
Nabi Muhammad SAW, mereka melihat Ibadah Nabi siangnya berpuasa, malamnya mendirikan
sholat tahajud yang berkepanjangan, mereka menilai ibadah Sang Nabi masih kurang ideal dan
mereka bertekad untuk tidak kawin, mereka akan beribadah sepanjang tahun. Maka setelah
diketahui oleh Nabi Sikap sahabatnya itupun ditegur dan beliau menjelaskan prinsip tawazun
(Keseimbangan hidup dan Ibadah) dalam Islam. Bahwa beliau berpuasa tetepi beliau juga tidak
melupakan hak-hak ahli keluarganya, beliau sholat malam tetapi mata dan badannya diberikan
haknya untuk diistirahatkan.

c) Sisi Akhlak :
- Rasulullah SAW juga mengajarkan umatnya untuk menghormati pemeluk agama lain, bahkan
sekalipun non muslim tersebut telah meninggal dunia, sebagai mana digambarkan dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Apabila kamu melihat
jenazah,maka berdirilah hingga jenazah itu membelakangimu”, Pada kesempatan lain Rasul
berdiri untuk menghormati jenazah seorang Yahudi, maka seorang sahabatpun berkata ;”
Sesungguhnya ia adalah jenazah yahudi !”, Maka Nabipun menjawab “bukankah Ia juga
Manusia ?”
Hal ini sesuai dengan ungkapani hikmah dari Imam Ali bin Abi Thalib, “Dia yang bukan saudaramu
dalam Iman adalah saudaramu dalam Kemanusiaan”., Dan Rosul SAW pun menegaskan puncak
Keimanan itu diantaranya adalah :

“Tidak sempurna keimanan diantara kamu, sampai kamu mencintai saudaramu seperti mencintai
dirimu sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)

- Dalam tataran rumah tangga, contoh prilaku orng tua kepada anak atau hubungan timbal balik
suami dan istri yang berlebihan bisa menimbulkan kemanjaan dan bila kadar penghormatannya
berkurang bisa menimbulkan ketidakpedulian dan hilangnya rasa cemburu.
- Dalam tataran pribadi sikap moderasi bisa ditampilkan dalam sikap :
* Berani, yang tegak diantara sifat penakut dan ceroboh/ membabi buta.
* Sikap Dermawan, yang berdiri seimbang diantara sifat kikir dan boros (Qs. Al Furqon : 67)
*Berdoapun diajarkan secara moderat ,
“ Katakanlah (Ya Muhammad), Serulah Allah atau serulah Ar Rahman dengan Nama yang mana
saja kamu dapat menyeru,karena Dia mempunyai Nama-nama terbaik, dan janganlah engkau
mengeraskan suaramu dan janganlah merendahkannya dan usahakanlah jalan tengah di antara
keduanya.” (Qs. A Isra : 110)

III Bagaimana cara moderasi beragama itu :


Dalam hal ini tinjauan dari Prof. Quraish Shihab memberikan prasyarat untuk menjalani moderasi
beragama, diantaranya :
1. Kita harus memiliki pengetahuan agama yang Kaffah (Komprehensif)
2. Memahami kondisi -situasi dan kebutuhan dari umat.
3. Bersikap Wara’I ( penuh kehati-hatian, Arif dan Bijaksana)
Adapun untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam menerapkan moderasi beragama ditengah
masyarakat dapat di ukur dengan standar indikatornya, yaitu :
1. Anti kekerasan
Dengan menjadikan moderasi beragama sebagai barometer, maka kita akan mampu meredam
aksi anarkis atau menangkal konflik- konflik horizontal .
2. Toleransi
Di dalam kitab Al Manhaj Al Quran al karim fi ishlah mujtama’ (Pustaka pengetahuan Al quran),
Bahwa Kata toleransi dan drivat padanan katanya ditemukan sebanyak 44 kali penyebutan, dari
hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah ajaran yang menjunjung tinggi Humanism dan hak
asasi manusia. Menerima dan menghargai perbedaan, maknanya adalah meyakini kebenaran
agama yang kita anut, disaat yang sama memberi ruang kepada umat yang lain untuk meyakini
agamanya.
Inilah yang menjadi titik temu keberagaman /perbedaan, selagi masih ada Rahmah (Kasih
Sayang) dan akhlak maka moderasi agama akan terus berjalan. ‘ Selagi masih bisa menjaga kasih
saying dan akhlak kita akan mengatakan Welcome, tetapi ketika keduanya di tinggalkan cukup
kita mengatakan Say goodbye’. Hasil tertinggi dari pendidikan adalah Toleransi, karena orang
yang Toleran adalah orang yang faham perbedaan dan ia akan terus menghayati makna
kebersamaan, dan ini adalaah modal utama membentuk harmoni kehidupan.
3. Memiliki Wawasan Kebangsaaan dan berkomitmen cinta tanah air.
Hal ini pernah dibuktikan oleh ulama kharismatik nusantara KH. Hasyim Asyari ketika di masa
kemerdekaan tepatnya sebelum terjadinya peristiwa 10 November di Surabaya (22 Oktober
1945, yang hari tersebut dijadikan sebagi hari santri),beliau mengeluarkan resolusi jihad dalam
membela tanah air dari penjajah dalam agresi Belanda II . Bahkan semboyan kecintaan pada
tanah air pernah ditorehkan oleh KH. Wahab Hasbullah dari NU yang mengikrarkan ;
“Hubbul Wathan minal Iman, Mencintai tanah air adalah sebagian dari Iman”
4. Ramah Tradisi –Budaya lokal, sejauh tidak bertentangan dengan pokok-pokok agama.
Moderasi beragama bukanlah sekedar penerimaan tanpa kritis terhadap keyakinan, tapi sebuah
panggilan untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Membawa
pesan-pesan universal tentang cinta, perdamaian, kerukunan dan keadilan ke dalam praktek
nyata. Untuk itulah diperlukan adanya pengakuan terhadap tradisi-tradisi keagamaan yang
menjadi bagian integral dari identitas suatu masyarakat.
IV. Konklusi ; Urgensi Moderasi beragama di lingkungan Pendidikan.

Pentingnya peranan moderasi beragama sebagai Life Style dalam lingkungan pendidikan begitu
mendesak untuk diakselerasikan ditengah kancah masyarakat plural kekinian. Moderasi dapat
diumpamakan seperti generator perubahan wajah masyarakat. Mesin pembangkit perubahan itu
bermula dari institusi yang bernama Pendidikan, sebagai Agen Perubahan yang akan mengalirkan aliran
listrik dan lampu-lampu pencerahan dan modernitas beragama di tengah masyarakat. Penguatan
moderasi beragama menjadi angin segar dan solusi yang diperlukan di era disrupsi ini ; sebagai filter
dari arus informasi yang membawa akidah dan aliran pemikian, agama dan kultur di satu sisi ada yang
berdampak positif namun di satu sisi lain juga dapat menyesatkan maka penguatan moderasi beragama
menjadi keniscayaan yang urgen untuk dilakukan bagi pembentukan generasi madani di masa datang.

Dalam rangka pencapaian tujuan mulia tersebut Kementerian agama telah menerbitkan sebuah
buku panduan berjudul “ Panduan Implementasi Moderasi Beragama di Madrasah” yang diterbitkan
oleh Direktorat KSKK Madrasaah Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementerian Agama RI,tahun 2021.
Dalam kata sambutannya Dr. A. Umar MA menekankan, bahwa Panduan Moderasi beragamaa di
Madrasah diarahkan untuk membekali pemahaman keagamaaan yang komprehensif dan moderat, juga
memandu proses internalisasi nilai -nilai luhur kepada peserta didik. Panduan ini juga diharapkan
menjadi acuan cara berfikir bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, dan buku inipun dinilai
sebagi dokumen hidup yang memiliki fleksibelitas dan memungkinkan untuk penyempurnaannya sesuai
dengan tuntutan zaman. Ada sisi menarik yang dipaparkan dalam buku tersebut yang menjadi sorotan
penulis dalam hal ini adalah pada sisi Indikator Ketercapaian dari proyek ini. Indikator pencapaian yang
dimaksud disini adalah adanya perkembangan dan peningkatan pemahaman, serta sikap dan prilaku
keberagamaan moderat warga madrasah di Indonesia.

Indikator Moderasi beragama yang dimaksud dalam panduan ini,yaitu :

1. Visi Rahmatan Lil Alamin


a) Kemaslahatan umum
b) Akhlak karimah
c) Kesalehan Sosial
2. Komitmen kebangsaaan
a) Realitas keragaman
b) Prinsip Kemajemukan
c) Empat pilar kebangsaan
3. Toleran
a) Sikap terbuka
b) Menerima perbedaan
c) Hargai orang lain yang berbeda
4. Adil terhadap sesama
a) Kesetaraan
b) Anti korupsi
c) Ramah lingkungan
5. Persaudaraan
a) Ukhuwah Islamiyah
b) Ukhuwah Basyariah
c) Ukhuwah Wataniyah
6. Akomodasi Budaya Lokal
a) Etos kerja warisan leluhur
b) Melestarikan kesenian lokal
c) Melestarikan nilai sastra luhur
7. Santun dan Bijak
a) Berperilaku santun
b) Dakwah santun
c) Kepemimpinan yang bijaksana
8. Inovatif, Kreatif dan Mandiri
a) Berpikiran terbuka
b) Bernalar Kritis
c) Berjiwa kompetitif

Sebagai kesimpulan dari narasi ini, kami ingin memberikan sebuah natijah sebagaimana yang
dikatakan oleh imam Ibnu Taimiyah : “Shiratal Mustaqim, Jalan lurus dan benar merupakan puncak
moderasi karena berada di jalan yang benar berarti berada di tengah – tengah di kebenaran, tidak
menyimpang dan tidak pula ekstrim”. Maka Ummatan Washathan (umat yang moderat) adalah Khair
Ummah, umat yang terbaik yang selalu menyerukan kebaikan dan berlomba – lomba dalam kebajikan
dan mencegah kemungkaran, selalu menjadikan hidupnya penuh keseimbangan dan kebahagiaan di
dunia dan akhirat, sekaligus menjadikan islam sebagai rahmatan lil alamin.

Anda mungkin juga menyukai