Anda di halaman 1dari 10

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

RANGKUMAN KELOMPOK
Fiqh Dakwah Dan Studi Agama Kontemporer
ARDIANSYAH KUKU
10 mei 2023

[rangkuman materi dari semua kelompok yang sudah presentasi mata kuliah fiqh dakwah dan studi
agama kontemporer]
#KELOMPOK 1
DAKWAH HUMANIS

Humanisme dalam konteks dakwah mengacu pada pendekatan dan sikap yang mengutamakan
nilai-nilai kemanusiaan, menghargai martabat dan kepentingan manusia, serta memperjuangkan
kehidupan yang lebih baik. Konsep ini menekankan pentingnya rasa keperimanusiaan dan
mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik. Secara etimologis, humanisme berasal dari
bahasa Latin yang berarti "membumi" dan "manusiawi". Humanisme menunjukkan sifat-sifat
"membumi" dan "manusiawi" tersebut. Hal ini berarti mengakui martabat dan nilai setiap
manusia, serta berupaya meningkatkan kemampuan alamiyah (baik fisik maupun nonfisik)
secara penuh. Humanisme juga melibatkan sikap spiritual yang diarahkan kepada
humanitarianisme. Humanisme dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yaitu humanisme
antroposentris (berpusat pada manusia) dan humanisme teosentris (berpusat pada Tuhan).
Humanisme antroposentris menjadikan manusia sebagai pusat segala sesuatu, sementara
humanisme teosentris menjadikan Tuhan sebagai pusat manusia dengan keyakinan bahwa
manusia diberi kekuasaan untuk mengatur dan mengolah alam ini. Dalam sejarah, dakwah yang
bersifat humanis tercermin dalam berbagai peristiwa. Misalnya, pada masa penaklukan Mekkah,
Nabi Muhammad saw menunjukkan sikap yang humanis dengan memberikan pengampunan
kepada orang-orang kafir Quraisy yang sebelumnya telah melakukan penistaan dan penghinaan
terhadap beliau. Rasulullah memperlakukan umat manusia dengan kasih sayang, mencintai
mereka, dan menunjukkan persaudaraan antara umat Muslim. Pada masa Khulafaur Rasyidin,
terutama pada masa kepemimpinan Umar bin Khattab, terdapat beberapa peristiwa yang
menunjukkan sikap humanis dalam dakwah Islam. Umar bin Khattab memperhatikan
kesejahteraan rakyat dengan mendistribusikan kekayaan negara secara adil, memberikan
perlindungan dan keadilan bagi seluruh warga negara, serta memperbaiki kondisi sosial dan
ekonomi umat Muslim. Dalam konteks haji wada' (haji perpisahan), khutbah Nabi Muhammad
saw di Arafah menunjukkan sikap humanisme beliau. Beliau menekankan persaudaraan umat
Muslim, menghormati kehidupan dan darah manusia, serta memperjuangkan persatuan dan
keadilan. Khutbah ini menjadi contoh dakwah yang berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan dan
tetap berpengaruh hingga saat ini.
#KELOMPOK 2
DAKWAH DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Multikulturalisme adalah pandangan dunia yang mengakui dan menerima adanya keragaman,
pluralitas, dan multikultural dalam kehidupan masyarakat. Hal ini diartikan dalam berbagai
kebijakan kebudayaan yang menghargai dan mengakui perbedaan dalam kebersamaan, baik
secara individu maupun sosial. Indonesia, sebagai negara terbesar dengan populasi umat Muslim
terbesar di dunia, memiliki kekayaan dalam keberagaman budaya. Namun, pemahaman tentang
pluralitas dan multikulturalisme saja tidak cukup untuk mengembangkan suatu negara. Yang
lebih penting adalah membangun kesadaran dan kemampuan hidup bersama dalam keberagaman
dan pluralitas, menghargai perbedaan dalam kesamaan, serta rela berkorban demi keselamatan
bersama. Dalam konteks ini, penting bagi seorang dai (pengkhotbah) untuk berperan sebagai
pencerah dan penghubung antara umat Islam dan non-Muslim. Metode propaganda yang
bertujuan menghancurkan umat Islam yang berada dalam jalan dakwah telah menyebabkan
kesalahpahaman di antara masyarakat yang beragam. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi
yang efektif dari seorang dai untuk berinteraksi dengan sesama dalam rangka mengatasi
kesalahpahaman tersebut. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beragam
kelompok sosial dengan norma dan kebudayaan yang berbeda. Dalam perspektif
multikulturalisme, terdapat pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitas
dengan kebudayaannya yang unik. Ringkasnya, multikulturalisme adalah pandangan dunia yang
menghargai dan mengakui keberagaman dalam kehidupan masyarakat. Untuk membangun
persatuan, diperlukan pemahaman, komunikasi yang efektif, dan penghargaan terhadap
perbedaan dalam kesamaan.
#KELOMPOK 3
RELASI ISLAM & UMAT KRISTEN DAN YAHUDI

Manusia memiliki kecenderungan alami untuk berkelompok dan membentuk kelompok sosial.
Terdapat empat syarat agar suatu kesatuan manusia dapat disebut sebagai kelompok sosial.
Pertama, anggota kelompok menyadari diri mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Kedua, terdapat interaksi atau hubungan timbal balik antara anggota kelompok. Ketiga, adanya
faktor formatif yang dimiliki bersama oleh anggota kelompok, sehingga hubungan di antara
mereka semakin kuat. Keempat, kelompok memiliki kaidah pola perilaku yang sama. Faktor
interaksi dan identitas bersama dalam suatu kelompok sosial akan menghasilkan "we attitude"
atau rasa memiliki terhadap kelompok. Harold Lasswell menjelaskan bahwa jika faktor interaksi
ini mencapai tingkat ikatan kerjasama, maka akan muncul "we feeling" yang menyebabkan
kesediaan untuk bekerja sama dan mengorbankan sesuatu demi kepentingan kelompok. Salah
satu faktor formatif dan identitas bersama yang mengikat manusia adalah agama. Di dunia yang
terbagi ke dalam berbagai lingkungan kebudayaan, faktor agama mempengaruhi relasi antara
umat Islam dan Kristen di Indonesia. Pluralitas keagamaan di Indonesia dan penyebaran
penduduk serta faktor geografis mempengaruhi relasi antarumat tersebut. Relasi antara umat
Islam dan Kristen dapat berbentuk yang ideal, seperti hubungan harmonis, kerjasama yang baik,
dan toleransi. Agama merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial manusia. Manusia
menggunakan agama untuk meningkatkan pengetahuan dan cintanya kepada Tuhan. Ekspresi
keagamaan manusia tercermin dalam gagasan tentang Tuhan dan berlanjut dalam tindakan nyata.
Ekspresi ini dapat berupa ritual atau peribadatan, yang merupakan cara konkrit untuk menjalin
hubungan yang langgeng antara manusia dan Tuhan. agama memiliki peran penting dalam
membentuk kelompok sosial, mempengaruhi relasi antarumat, dan menjadi sarana ekspresi
pengalaman keagamaan manusia.
#KELOMPOK 4
HUBUNGAN RELASI ANTAR AGAMA ISLAM, HINDU, BUDHA DAN KONGHUCU

Dalam ajaran Islam, toleransi beragama adalah sikap menghargai keyakinan orang lain yang
berbeda dengan keyakinan sendiri. Ini merupakan ajaran yang penting dalam Al-Quran dan
seharusnya dimiliki oleh setiap umat Islam. Toleransi beragama memungkinkan terjalinnya
kerukunan antara sesama makhluk dan mempromosikan perdamaian dalam masyarakat. Islam
mengajarkan kebebasan beragama, yang dinyatakan dalam Al-Quran (Surah Al-Baqarah: 256)
yang menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Hal ini berarti setiap individu memiliki
kebebasan untuk memilih agama dan keyakinan mereka sendiri. Dalam suasana kehidupan
beragama di masa Rasulullah dan sekarang, umat Islam menunjukkan sikap toleransi terhadap
umat non-Muslim yang tinggal di sekitarnya, memberi kebebasan kepada mereka untuk
melaksanakan ibadah dengan damai. Namun, penting untuk dicatat bahwa toleransi beragama
memiliki batas sesuai dengan ketentuan dalam Islam. Dalam menjalankan toleransi, umat Islam
tidak boleh mengabaikan prinsip-prinsip ajaran agama mereka sendiri. Mereka tetap diharapkan
mematuhi ajaran Islam, namun dengan menghormati hak orang lain untuk memiliki keyakinan
dan praktek agama mereka sendiri. Dengan demikian, Islam mendorong sikap toleransi
beragama antara umat yang berbeda keyakinan. Ini mencerminkan kebebasan beragama dan
menghargai kebebasan individu dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing,
sejauh tidak melanggar prinsip-prinsip agama yang mereka anut.
#KELOMPOK 5
DAKWAH DAN TANTANGAN DI ERA KONTEMPORER

Ilmu pengetahuan dan peradaban dunia saat ini dominan berpusat pada peradaban Barat,
sementara peradaban Islam dianggap mengalami stagnasi tanpa kemajuan yang signifikan untuk
kemaslahatan umat. Untuk mengembalikan fokus dakwah Islam pada visi sains seperti pada awal
peradaban keilmuan Islam, beberapa tawaran epistemologi dan metode dakwah melalui keilmuan
muslim kontemporer dapat dicoba. Salah satunya adalah dengan melakukan integrasi antara sains
dan agama menggunakan empat paradigma yang ditawarkan oleh Ian Barbour, yaitu tipologi
konflik, independensi, dialog, dan integrasi. Selain itu, perlu dilakukan redefinisi atau
rekonseptualisasi terhadap wacana integrasi sains dan agama dalam keilmuan dakwah Islam.
Dakwah pada era kontemporer tidak boleh memaksakan dirinya dengan menggunakan model
arogan radikal, model justifikatif, atau model romantis secara spekulatif. Dai kontemporer harus
menyadari bahwa mereka adalah manusia dan audiens mereka juga manusia. Konsep dakwah
kontemporer ini mencakup ajakan untuk memahami, mempercayai, dan mengamalkan ajaran
Islam, serta mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dakwah Islam
diungkapkan langsung oleh Allah SWT dalam ayat-ayat Al-Quran. Oleh karena itu, dalam
konteks ini, dakwah merujuk pada ajakan untuk mengenal dan mengamalkan ajaran Islam.
Dengan demikian, tawaran ini bertujuan untuk menghidupkan kembali visi sains dalam dakwah
Islam dengan menggunakan pendekatan epistemologi dan metode yang sesuai dengan
perkembangan kontemporer. Integrasi sains dan agama menjadi penting dalam upaya
memperbarui dan memperkaya dakwah agar relevan dengan zaman dan memberikan manfaat
bagi umat manusia.
#KELOMPOK 6
DAKWAH DAN LITERASI DIGITAL

Literasi digital merupakan kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai
sumber melalui komputer dan internet. Dalam Islam, literasi dihormati dan dianggap sebagai
bentuk jihad yang meningkatkan pengetahuan dan iman. Literasi digital memungkinkan
penyebaran dakwah melalui media sosial dan internet, mencapai audiens yang lebih luas tanpa
batasan geografis. Keuntungan dakwah digital meliputi jangkauan yang luas, biaya yang lebih
rendah, dan akses cepat. Namun, perlu berhati-hati dengan sumber informasi yang akurat dan
dapat dipercaya. Literasi digital dalam dakwah harus didukung oleh pengetahuan agama yang
kuat dan pemahaman tentang penggunaan media sosial secara etis. Upaya penyebaran nilai-nilai
keagamaan moderat melalui media sosial juga telah dilakukan oleh Kementerian Agama
Republik Indonesia. Secara keseluruhan, literasi digital dan dakwah digital menjadi penting
dalam menjawab tantangan era digital dan memperkuat keimanan umat Islam.
#KELOMPOK 7
HUBUNGAN BERAGAMA ANTAR ISLAM & HINDU & BUDHA DAN KONGHUCU

Hubungan antara agama Islam, Hindu, Buddha, dan Konghucu melibatkan keragaman dan
kompleksitas. Islam adalah agama monoteistik yang berinteraksi dengan agama lain secara
damai, tetapi juga mengalami ketegangan dan konflik. Hinduisme memiliki kepercayaan yang
beragam dan berinteraksi dengan agama lain di India, dengan sejarah yang kompleks.
Buddhisme menekankan pencerahan pribadi dan telah berinteraksi dengan agama lain di Asia
Timur. Konghucu adalah tradisi Tiongkok yang berpusat pada etika dan keharmonisan, dan telah
hidup berdampingan dengan agama lain di Tiongkok. Hubungan ini melibatkan saling pengaruh
dan dialog antaragama.
#KELOMPOK 8
RELASI ISLAM DENGAN AGAMA LOKAL

Relasi antara Islam dan agama lokal mencakup interaksi, pengaruh saling, dan akulturasi. Islam
dan agama lokal berinteraksi dalam konteks sosial, budaya, dan ekonomi. Mereka saling
mempengaruhi dalam praktik keagamaan dan toleransi. Pengaruh Islam terhadap agama lokal
dan sebaliknya dapat terjadi, dan akulturasi menghasilkan bentuk keagamaan baru yang
menggabungkan elemen-elemen dari kedua tradisi. Relasi ini dapat berbeda di setiap wilayah
dan tergantung pada konteks sejarah dan budaya setempat. Penting untuk menjaga harmoni dan
dialog saling pengertian antara Islam dan agama lokal dalam masyarakat multikultural.
#KELOMPOK 9
RELASI ISLAM & ATHEIS DAN AGNOSTIK

Akidah adalah keyakinan fundamental atau kepercayaan dasar seseorang terhadap agama atau
kepercayaannya. Muamalah berkaitan dengan hubungan antarmanusia dalam segala aspek
kehidupan, seperti hubungan sosial, ekonomi, dan politik. Etika adalah konsep yang berkaitan
dengan perilaku manusia dalam mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam Islam, etika ditekankan melalui konsep akhlak yang baik, seperti sopan santun,
kejujuran, kesederhanaan, dan menghindari perilaku buruk seperti keserakahan, kekerasan, dan
penipuan. Ateisme adalah paham atau keyakinan yang menolak keberadaan Tuhan dan tidak
mengakui adanya Tuhan dalam kehidupan manusia. Ateisme juga menolak keberadaan hal-hal
gaib dan kehidupan setelah kematian. Pandangan ini juga skeptis terhadap keberadaan makhluk
supernatural yang seharusnya mempengaruhi alam semesta. Ateisme juga mencakup penolakan
terhadap semua agama. Eksistensialisme adalah pandangan yang sangat mempengaruhi
ketidakpercayaan kepada Tuhan. Istilah "ateisme" pertama kali digunakan pada akhir abad ke-18
di Eropa untuk merujuk pada ketidakpercayaan pada dewa-dewa monoteistik. Di Mesir, ada
kelompok yang menentang perkembangan agama dan berupaya menghilangkan kepercayaan
agama dalam masyarakat. Mereka menggunakan argumen filosofis untuk mempengaruhi
masyarakat yang awam terhadap filsafat dan meyakinkan mereka tentang ateisme. Namun,
kelompok ini mudah ditentang oleh golongan yang memupuk pikiran religius dan melakukan
perdebatan filosofis dengan menggunakan argumen yang lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai