Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH AGAMA

MEMBANGUN PERSATUAN DI TENGAH KEBERAGAMAN


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Ilham Andhy Prasetyo (PTE B/17050514041/2017)

Muhammad Rizky Ma`arif (PTE B/17050514049/2017)

Robby Falahudin Firdaus (PTE B/17050514078/2017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2018
1. PENDAHULUAN
Ajaran Islam disyiarkan dimuka bumi melalui Rasulullulah saw tanpa
adanya pemaksaan dalam rangka meluruskan aqidah, syariah, dan ahklaq manusia.
Agama islam dengan sumber utama al-Qur`an dan al-Hadist memberikan
penjelasankepada seluruh umat manusia tentang pentingnya membangun hubungan
sesama manusia /hablun min an-nas tanpa membedakan latar belakang suku,
budaya, ras, dan golongan
Realitas historis dan sosiologis menunjukkan bahwa umat islam terdiri
dari beragam mazhab , beragam pemahamman , dan beragam praktik keagaman .
keragaman ini semakin berwarnawarni ketika islam dibawa masuk ke ranah
kehidupan masyarakat yang lebih luas : politik , ekonomi , dan sosial budaya . fakta
keberagaman ini sudah berlangsung lebih dari beberapa abad. Di negeri kita hal
tersebut tidak mungkin dapat dihindari . Ikhtiar yang perlu kita lakukan adalah
membangun persatuan dalam keberagaman . Ungkapan satu islam multimazhab
( dan ungkapan lain serupa , seperti satu islam multipartai ) didengungkan
oleh banyak ulama dan cendekiawan muslim.
2. ISI

2.1 Konsep Islam tentang Keragaman dalam Keberagaman

Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi manusia


menuju jalan yang lurus, benar dan sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur’an
yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kalau dikaitkan dengan kontets
perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam memandang keberagaman/pluralitas
yang ada dinegeri ini, bahkan di dunia. Sebagaimana yang telah disebutkan berkali-
kali oleh Allah SWT didalam Al Qur’an. Islam sangat menjunjung
keberagaman/pluralitas, karena keberagaman/pluralitas merupakan sunnatullah,
yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya.

Seperti dalam (Qs Al Hujurat:13), Allah SWT telah menyatakan” Wahai


para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki, dan
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya
kamu saling mengenal”. Dari ayat Al Qur’an tadi, itu menunjukan bahwa Allah
sendiri lah yang telah menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini
mutlak adanya.

Dengan adanya keberagaman ini, bukan berarti menganggap kelompok,


madzab, ataupun keberagaman yang lain sejenisnya menganggap kelompoknyalah
yang paling benar. Yang harus kita ketahui disini adalah, keberagaman sudah ada
sejak zaman para sahabat, yaitu ketika Nabi wafat, para sahabat saling mengklaim
dirinyalah yang pantas untuk menjadi pengganti Nabi.

Ajaran islam mengutamakan persaudaraan atau ukhuwwah dalam menyikapi


keberagaman, istilah Ukhuwwah dijelaskan dalam Qs. Al-Hujurat, 49:10,

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat”

Ketegasan syariah islam memberikan gambaran betapa perhatiannya Islam


terhadap permasalahan keberagaman, dengan mengutamakan persaudaraan,
keharmonisann, dan perdamaian. Beberapa hadist memeberikan perumpaan bahwa
sesama muslim diibaratkan satu tubuh,

“perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan


menyayangi, seumpama tubuh, jika satu tubuh anggota sakit, maka anggota tubuh
yang lain akan susah tidur atau merasakan demam” (HR.Muslim)

Perumpamaan yang lain diibaratkan bangunan;

“orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan,
sebagian menguatkan sebagian yang lain” (sahahih Muslim no.4684)

Penyebab munculnya perbedaan aliran antara lain;


1) Adanya pergolakan politik dalam negeri,

2) Mengalirnya pemikiraan non-muslim,

3) Akibat proses perubahan kultural dan politik, dari masyarakat tradisional ke


modern dan dari politik regional ke dunia. (Adeng, 2008)

Islam memberikan beberapa prinsip dasar dalam menyikapi dan memahami


pruralisme ini:

1) Prinsip keberagamaan yang lapang

Salah satu masaah yang serius dalam menyikapi keberagamaan adalah


masalah klaim kebenaran. ). Padahal untuk mencapai kepasrahan yang tulus
kepada tuhan (makna generik dari kata islam) diperlukan suatu pemahaman
yang sadar dan bukan hanya ikut-ikutan. Oleh sebab itu sikap kelapangan
dalam mencapai kebenaran ini bisa dikatakan sebagai makna terdalam
keislaman itu sendiri. Diceritakan dalam hadist nabi bersabda kepada sahabat
Utsman bin Mazhun “ Dan sesungguhnya sebaik-baik agama disisi Allah
adalah semangat pencarian kebenaran yang lapang (Al Hanifiyah Al Samhah)

2) Keadilan yang obyektif

Dalam konteks pruralisme, Keadilan mencakup pandangan maupun


tindakan kita terhadap pemeluk agama lain. Kedangkalan dalam tindakan
seringkali karena kita tidak suka dan menganggap orang lain sebagai bukan
bagian dari kelompok kita (outsider) maka kita bisa berbuat tidak adil terhadap
mereka dalam memutuskan hukum, interkasi sosial maupun hal-hal lain.

Islam mengajarkan bahwa kita harus menegakkan keadilan dalam sikap


dan pandangan ini dengan obyektif terlepas dari rasa suka atau tidak suka (like
and dislike). Seperti yang diterangkan dalam QS. Al-Maidah ayat 8,
“hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi yang adil. Dan
janganlah kebencianmu pada suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlakulah adil karena adil itu lebih dekat kepada taqwa”

3) Menjauhi kekerasan dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain


termasuk ketika melakukan dakwah

“Serahkanlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan jalan bijaksana


dan pelajaran yang baik dan bantahlahlah mereka dengan lebih baik” QS. An
Nahl ayat 12

“Tidak ada paksaan dalam (memeluk) agama, sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat” QS. Al Baqoroh ayat 256

Dalam berdawah kita harus mengutamakan dialog, kebijaksanaan dan


cara-cara argumentatif lainnya (interfaith dialogue). Tiap agama mempunyai
logikanya sendiri dalm memahami tuhan dan firmannya, kedua bahwa dialog
bukanlah dimaksudkan untuk saling menyerang tetapi adalah upaya untuk
mencapai kesepahaman, dan mempertahankan keyakinan kita

“Katakanlah olehmu (wahai Muhammad) wahai Ahli kitab marilah menuju


ketitik pertemuan antara kami dan kamu” QS. Ali Imran ayat 64

4) Menjadikan keragaman agama tersebut sebagai kompetisi positif


dalam kebaikan

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya yang mereka menghadap kepadanya,
maka berlomba-lombalah dalam berbuat kebajikan” QS. Al Baqarah ayat 148

Ketika ada pemeluk agama lain berbuat amal sosial dengan semisal
melakukan advokasi terhadap masyrakat tertindas seperti kaum buruh,
pelecehan seksual dan sebagainya maka kita tidak boleh begitu mencurigainya
sebagai gerakan pemurtadan atau bahkan berusaha menggagalkannya tetapi hal
tersebut haruslah menjadi pemacu bagi kita kaum muslimin untuk berusaha
menjadi lebih baik dari mereka dalam hal amal sosial.

Kalau keempat prinsip ini bisa kita pegang Insya Allah akan tercipta
hubungan yang lebih harrmonis antar umat beragama, hubungan yang dilandasi
oleh sikap saling menghargai, menghormati dan saling membantu dalam
kehidupan sosial. Sehingga kehadiran agama (khususnya islam) tidak lagi
menjadi momok bagi kemanusiaan tetapi malah menjadi rahmat bagi
keberadaan tidak hanya manusia tetapi sekaligus alam semsta ini. ( Wallahu
A’lam Bishawab).

Manusia Terbaik Adalah Yang Bermanfaat terhadap Yang Lainnya

2.2 Agama sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Adapun Islam dalam menaggapi perbedaan dalam persatuan dan kesatuan


bangsa adalah: 1.

Konsep Toleransi dalam Islam (Kebebasan Beragama)

Radikalisme Islam mendorong Barat memelihara isu “:teroris Islam” agar


dunia waspada dan ikut memberantas kelompok ekstrimis Islam. Dan menghapus
citra Islam dengan mengatakan Islam adalah agama yang intoleransi. Islam adalah
agama yang sangat toleransi. Jelas ini tidak pantas jika Islam dituduh agama yang
ekstrim dan radikal.
Apalagi dengan mengatakan Al Qur’an dan Nabi Muhammad sebagai inti dari
semua teror.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama. Dalam
Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan agamanya
dan masuk Islam dengan terpaksa, karena Allah telah berfirman:
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”
(QS. Al Baqarah: 256) Sejarah telah mengabadikan kepemimpinan Rosulullah saw
dan sikap tasamuh beliau dalam memperlakukan penduduk Madinah yang plural.
Seperti yang tertulis dalam “Piagam Madinah” (shahifah madinah). Diantara isi
piagam disebutkan tentang adanya kesepakatan, bahwa jika ada penyerangan
terhadap kota Madinah atau penduduknya, maka semua ahlu shahifah (yang terlibat
dalam Piagam Madinah) wajib mempertahankan dan menolong kota Madinah dan
penduduknya tanpa melihat perbedaan agama dan qabilah 1.

Batasan toleransi dalam perspektif islam


Seperti yang terjadi di masa sahabat, saat seorang munafik yang bernama
Musailah Al Kadzdzab (dan pengikutnya) mengaku bahwa dirinya nabi setelah
wafatnya Nabi Muhammad saw. Melihat hal tersebut para sahabat tidak tinggal
diam dan membiarkan pengikut Musailamah terus menyebarkan ajaran sesatnya.
Karena disitu ada mashlahah untuk menjaga agama (hifdz al din) yang merupakan
faktor dharury (primer) dalam kehidupan umat Islam. Allah telah berfirman dengan
tegas dan jelas bahwa Nabi Muhammad saw adalah penutup para Nabi dan tidak
ada Nabi setelah Nabi Muhammad.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al Ahzab: 40) Toleransi semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam agama
Islam. Karena seorang yang mengaku muslim berarti meyakini dan bersakasi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah dan
meyakini bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw. 1. Al Asas al fikri li
tasamuh al muslimin. Yusuf Qordhowi dalam kitabnya fi fiqh al aqliyat al muslimah
menyebutkan beberapa faktor toleransi muslim terhadap non-muslim:
Nilai kemanusiaan yang mulia.
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak - anak Adam.”(QS. Al Isra’: 70)
Perbedaan yang dimuka bumi ini adalah sesuai dengan kehendak Allah Sang Maha
Pencita alam semesta dan isinya
“Jikalau Tuhan-mu mengkehendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang
satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.”(QS. Hud: 118)
Perbedaan tersebut adalah menjadi pertanggung jawaban antara dia dan Allah di akhirat nanti.
“Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, “Allah lebih mengetahui
tentang apa yang kamu kerjakan” Allah akan mengadilindiantara kamu pada hari
kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih”.(QS. Al Hajj: 68-69)
Allah telah memerintahkan untuk berbuat adil dan berakhlak mulia
“Hai orang -orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil.”(QS. Al Ma’idah: 8)

2.3 Implementasi Keragaman dalam Keberagaman

Mencermati berbagai ulasan mengenai keragaman dan keberagaman dalam


perspektif islam dan juga agama sebagai salah satu parameter persatuan dan
kesatuan bangsa diatas, maka langkah konkrit untuk menyikapi itu semua adalah
membangun tali silaturrahmi yang mengedepankan toleransi intern umat islam.

“siapa yang senang diperluas rezekinya dan diperpanjang umurnya maka


hendaklah dia bersilaturrahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan terjalinnya tali silaturrahmi maka banyak peluang kerja sama dalam
berbagai aspek kehidupan dan janii Allah melaui sabda Nabi SAW, akan
mengundang rezki material dan spiritual. Maka dari itu sesama muslim dilarang
untuk memutus tali silaturrahmi, jika terjadi pertikaian harus segera berdamai.

Jalinan silaturrahmi dengan mengedepankan toleransi tidak hanya saat


berhubungan dengan antar umat beragama saja, namun bagaimana sesama muslim
mampu hidup damai, rukun, saling menghormati antar golongan keislaman berbeda
mahdzab. Istilah toleransi maka menghargai setiap pendapat maupun perbedaan hal
yang dimiliki oleh seseorang maupun kelompok.
“hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain (karena boleh jadi) mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka
(yang mengolok-olok) dan jangan pula wantita-wanita (mengolok-olok) wanita-
wanita lain karena boleh jadi wanita-wanita (yang diperolokkan) lebih baik
daripada wanita-wanita (yang mengolok-olok0 dan janganlah kamu mencela
dirimu sendiri dan janganlah kamu memanggil dengan gelar-gelar yang buru.
Seburuk-buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan
barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim”
Q.S. Al-Hujurat ayat 11

Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab rapuhnya tali persatuan dan
kesatuan di kalangan umat antara lain (Sudarto,2014;100):

1) Munculnya sifat kecurigaan/ prasangka buruk yang berlebihan terhadap


kelompok lain

2) Munculnya interpretasi yang juga menjadi penyebab adanya kecurigaan tanpa


bukti yang berujung pada konflik

3) Mencari kejelekan-kejelekan orang lain

3. KESIMPULAN

Membangun persatuan di tengah keberagaman dalam perspektif islam


memerlukan tindakan konkrit yang nyata. Ajaran islam telah mengajarkan
umatnya untuk hidup dalam toleransi. Untuk menjaga persatuan ini maka umat
harus menjaga tali silaturrahmi antar manusia dan juga menjunjung tinggi
toleransi.

Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Quran untuk hidup dengan


damai sekalipun berada di antara perbedaan. Jalinan silaturrahmi dengan
mengedepankan toleransi tidak hanya saat berhubungan dengan antar umat
beragama saja, namun bagaimana sesama muslim mampu hidup damai, rukun,
saling menghormati antar golongan keislaman berbeda mahdzab.
Islam mengakui keberagaman ada, termasuk keberagaman dalam agama.
Dalam Islam seorang muslim dilarang memaksa orang lain untuk meninggalkan
agamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Makalah-Konsep-Islam-Tentang-Keragaman-Dalam.


(Online) (https://www.scribd.com/document/372436727/Makalah-Konsep-Islam-
Tentang-Keragaman-Dalam). Diakses Pada Tanggal 5 Maret 2018

Farahmq, Istigh. 2016. Makalah-konsep-islam-tentang-keragaman-dalam-


keberagaman. (Online)
(https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-
tentang-keragaman-dalam-keberagaman/). Diakses Pada Tanggal 5 Maret
2018

Yani, Turhan M, dkk. 2018. Pendidikan Agama Islam Kontekstual di Perguruan


Tinggi. Surabaya. Unesa University Pres.

Anda mungkin juga menyukai