Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt yang telah memberi
kita nikmat yang tak terhingga, terutama nikmat iman dan Islam serta kesehatan badan
sehingga masih dapat beraktivitas dalam meniti jalan ketaqwaan.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan atas Nabi Muhammad saw,
sebaik-baiknya makhluk yang senantiasa kita jadikan qudwah teladan dalam setiap derap
langkah. Semoga shalawat dan salam juga tercurahkan atas keluarga, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Pemirsa yang dirahmati Allah.
Saat ini kita memasuki era dimana segala sesuatu terhubung melalui teknologi informasi dan
komunikasi dengan segala kecanggihannya, seakan-akan dunia ini menjadi borderless atau
tanpa batas. Kita tidak lagi sulit jika ingin berteman dan berkomunikasi dengan orang-orang
yang berada di belahan bumi lain. Terlebih di masa pandemi ini berbagai media tersebut bisa
kita gunakan untuk proses belajar meski tanpa bertatap muka. Demikian besarnya manfaat
media informasi dan komunikasi sekarang ini, yang jauh menjadi dekat.
Namun di sisi lain, ternyata kemudahan-kemudahan itu mulai mengalihkan kehidupan kita
dari dunia nyata ke dunia maya. Banyak orang yang terlalu terlena dan nyaman dengan dunia
maya, sampai lupa bagaimana hidup di dunia nyata. Sehingga dia menjadi acuh tak acuh
kepada lingkungannya, membuat jarak semakin lebar dengan orang-orang yang dekat
dengannya. Di satu sisi dia bisa dekat dengan orang yang jauh, tapi di sisi lain dia malah jauh
dengan orang yang dekat. Semua itu bisa terjadi karena adanya media sosial.
1. Tidak boleh melakukan hate speech atau ujaran kebencian, provokasi, apalagi fitnah.
Islam mengajarkan kepada kita untuk menjaga dan menciptakan kedamaian. Sebagaimana
Islam itu sendiri bermakna damai dan mendamaikan, serta membawa kesejahteraan dan
ketenteraman. Maka media sosial harus dijadikan sebagai sarana untuk mewujudkan
perdamaian, bukan sebaliknya. Sudah banyak kasus hate speech, provokasi dan fitnah yang
mengancam persatuan kita.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu”
3. Tidak boleh pamer.
Belakangan ini ramai dibicarakan fenomena flexing. Banyak orang senang
memamerkan kemewahan di media sosial. Dalam ajaran Islam, hal demikian itu
dilarang keras karena menimbulkan banyak efek negatif. Jika sikap pamernya itu
dilihat oleh orang tidak mampu, maka akan menimbulkan ketersinggungan. Lebih
baik jika memang kita memiliki kemampuan berlebih syukuri dengan cara yang
benar tanpa harus memamerkannya di media sosial. Maka sikap empati harus
diutamakan bukan hanya di dunia nyata, melainkan juga di media sosial.
5. Menghargai sesama.
Derasnya arus informasi di media sosial diantaranya pasti ada yang menimbulkan
pro kontra. Perbedaan sikap dan pandangan merupakan sesuatu yang wajar, maka
perlu diantara kita mengedepankan sikap saling menghormati dan menghargai.
Jangan sampai postingan atau komentar kita di media sosial mengandung unsur
kezaliman. Sebagaimana di kehidupan nyata, perbuatan kita di media sosial pun
akan selalu dipantau oleh Allah dan dicatat oleh malaikat yang mengawasi kita. Allah
swt berfirman dalam surat Qaaf ayat 18:
“Tidak ada suatu kata yang diucapkan melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang
selalu siap (mencatat)”.