ISBN:
Cetakan Pertama, Juli 2022
Penyunting:
Editor:
Desain Sampul:
Desain Isi:
Diterbitkan oleh:
kata pengantar
3
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Modul 1:
Upacara Tradisi Khatam Al-Quran 7
Modul 2:
Alat Musik Tradisional Minangkabau (Pupuik) 24
Modul 3:
“Barani Karano Bana, Takuik Karano Salah” 47
Modul 4:
Lagu “Andam Oi” 67
Modul 5:
Mancak (Seni Permainan Silek Minangkabau)
Modul 6: 72
Kato Nan Ampek 142
Modul 7:
Sumbang Duo Baleh 188
Referensi 211
Tentang Penulis 214
5
Daftar gambar
Gambar 1. Pelepasan Khatam Quran 12
Gambar 2. Peserta Khatam Quran 18
Berpakaian Muslim dan Berpayung Seragam
Gambar 3. Arak-arakan Keliling Kampung 19
Gambar 4. Musabaqah Tilawatil Quran 22
Gambar 5. Pengumuman Pemenang Musabaqah 24
Gambar 6. Pupuik Tanduak 30
Gambar 7. Pupuik Batang Padi 32
Gambar 8. Saluang 33
Gambar 9. Sarunai 35
Gambar 10. Bansi 33
Gambar 11. Sampelong 34
Gambar 12. Sampelong 35
Gambar 13. Teknik Memainkan Pupuik Batang Padi 39
Gambar 14. Alat Musik Tradisional Minang Lainnya yang 41
Dimainkan Bersama Pupuik Batang Padi
Gambar 15. Ilustrasi Tentang Menjaga Kebersihan 54
Gambar 16.Ilustrasi Tanggung Jawab Terhadap Keluarga 55
Gambar 17. Ilustrasi Tanggung Jawab Dalam Masyarakat 56
7
Gambar 46. Perempuan Minang Berpakaian Adat 165
Bersama Saudara Laki- Lakinya
Gambar 47. Seorang Perempuan Minang Berpakaian Adat 166
Gambar 48. Perempuan Minang Pakai Baju Basiba 166
Gambar 49. Ilustrasi Seorang Perempuan Berjilbab 168
Berprofesi Sebagai Dokter
Gambar 50. Seorang Perempuan Berjilbab 168
Berprofesi Sebagai Guru
9
modul 1
UPACARA DAN TRADISI KHATAM AL-QUR’AN
A. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui makna Upacara dan tradisi Khatam
Al-Quran
2. Mempresentasikan secara sederhana urutan tata cara
acara Khatam Al-Quran menjelaskan fungsi dan
makna Khatam Al-Quran
11
E. Materi
13
sifatnya tradisional. Upacara Khatam Quran
dilaksanakan atas rasa syukur kepada yang maha
kuasa dan berbangga atas kepandaian anak-anak
dalam membaca Alquran, dan suatu harapan
setelah Khatam Quran berprilaku baik anak anak
dan mengamalkan ilmunya serta menjadi contoh
buat adik-adik kelas setelah Khatam Quran
berprilaku baik.
Upacara Khatam Quran yang dilaksanakan
masyarakat Minangkabau merupakan kebudayaan
dari hasil ciptaan masyarakat Minangkabau yang
berawal dari penafsiran masyarakat setempat yang
diyakininya sejak dulu sampai sekarang.
Upacara yang dilaksanakan merupakan hasil
interpretasi atau penafsiran atas kebersamaan,
ungkapan rasa syukur, memberikan pengukuhan
secara sosial kepada anak atas prestasi yang dimiliki
anak, serta pemberitahuan kepada masyarakat
banyak bahwa anak mereka telah “tamat kaji” dan
patut diberi penghargaan sehingga perlu dilakukan
upacara Khatam Quran.
Khatam Quran dilakukan saat seorang anak
sudah menyelesaikan pendidikan baca Al Quran. Ia
sudah bisa membaca Al Quran dengan benar.
Setiap orang tua di Bukittinggi, memasukkan
anaknya ke madrasah tempat baca Al Quran.
Anak belajar baca Al Quran antara 9-12
tahun, setelah dianggap mampu membaca Al
Quran dengan baik, diadakan arak-arakan, Khatam
Quran. Semua anak yang sudah lulus, berjalan kaki,
mengenakan baju dengan warna yang sama (baju
haji), berkerudung dan baju panjang. Meriah.
Kemeriahan ini berlangsung pada saat libur sekolah
(Januari dan Juni). Setelah arak-arakan keliling kota.
mereka kembali ke lembaga pendidikan baca Al
Quran. Setiap anak membaca al quran di depan
umum, satu-satu, semua mendapat giliran.
Pada akhir acara dinilai siapa yang paling
sempurna dan bagus bacaan Al Quran dan diberi
hadiah, juara I, II, II. Dulu, setelah selesai Khatam
Quran tidak mendapat sertifikat, sekarang lembaga
baca Al Quran memberikan sertifikat pada siswa,
yang Khatam Quran Acara Khatam Al Quran
diadakan setiap tahun, dan setiap perguruan baca
Al Quran melakukan kegiatan yang sama,
mengarak siswa yang lulus keliling kota, dan
membaca ayat suci Al Quran.
Bagi warga Kurai, warga asli Bukittinggi,
Khatam Quran, menjadi peristiwa besar bagi anak.
Keluarga mengadakan pesta, seperti pesta kawin,
mengundang makan saudara, kerabat, dan kenalan
pada hari Khatam Quran itu.
Acara pesta diadakan di rumah, makan di
bawah, tidak ada kursi. Tamu duduk di atas
karpet, di depan ada makanan: gulai, rendang,
sayur, kue, dan pisang. Tamu datang dan duduk,
15
tuan rumah membawa nasi panas, tamu mengambil
dari tempat nasi, ke dalam piring masing-masing.
Pada hari Khatam Quran, dapat ditemui
beberapa rumah yang mengadakan pesta Khatam
Quran untuk anak. Belajar membaca Al Quran
pada anak usia Sekolah Dasar, sudah tradisi di
Bukittinggi, termasuk Bung Hatta, yang lahir yang
besar di Bukittinggi mendapat pelajaran baca Al
Quran di Surau Inyiak Djambek (Syekh Djamil
Djambek).
Khatam Quran memiliki tiga fungsi yaitu
untuk tujuan religius, sosial dan estetika (hiburan).
Fungsi religius maksudnya sebagai bagian dari
ucapan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa
karena telah memberi kepintaran kepada anak
kemenakan mereka, rasa syukur diiringi kegiatan
berbagi dengan makan bersama-sama. Fungsi
hiburan terlihat dari proses arak-arakan.
Sedangkan fungsi sosial Khatam Quran adalah
sebagai berikut:
a. Sarana penghargaan kepada anak-anak dan
orang banyak dimana anak-anak dihargai
karena telah mampu mengaji dengan baik.
b. Sarana untuk bersilaturahmi dan
berkomunikasi dalam rangka mewujudkan
hubungan yang harmonis di tengah
masyarakat
c. Sarana penghargaan kepada tokoh
masyarakat dan tokoh pendidikan melalui
rangkaian acara ziarah kubur sambil
menyampaikan nilai-nilai yang telah
mereka ajarkan selama ini
d. Sarana memupuk rasa cinta pada Alquran
e. Sarana memupuk rasa cinta pada kampung
halaman
17
dikelilingi oleh karib kerabat serta masyarakat
banyak. Pada saat ini anak-anak dalam keadaan
senang mendapat pesan dan petuah dari pengurus
Perguruan/ tempat mengaji dan tokoh masyarakat,
diantaranya petuah itu mengajak untuk menjadikan
Alquran sebagai pedoman hidup, Al Quran tidak
hanya dibaca tapi dimaknai sebagaimana mestinya.
Perlengkapan upacara Khatam Quran ini
adalah benda yang digunakan adalah peralatan adat
yang memiliki makna. Peralatan yang digunakan
pada saat arak-arakan yaitu baju pakaian haji atau
muslim dengan bentuk seragam dan payung
berwarna seragam.
19
yang akan lewat di depan rumah. Biasanya dari
suku tertentu, setiap anak yang ber-Khatam
Quran saat arak arakan itu mereka memberi
uang untuk keperluan makan disaat arak-arakan.
Dalam rangkaian arakan-arakan yang
diiringi musik tradisional (talempong) dan drum
band. Anak-anak peserta Khatam Quran
dipayungi oleh sanak saudaranya atau karib
kerabatnya, dulunya peserta Khatam Al Quran
dipayungi oleh orang tua, ini memiliki makna
anak dipangku kemenakan dibimbing dan sanak
saudara saling dipatenggangkan (anak dipangku
kemenakan dibimbing dan sanak saudara
dipertimbangkan).
Tradisi Khatam Quran adalah warisan
nenek moyang, pewarisan kepada generasi
muda yang merupakan anak kemenakan
dideskripsikan juga dalam petuah anak dipangku
kamanakan dibimbiang (anak dipangku,
kemenakan dibimbing). Artinya anak diberi
nafkah dan disekolahkan, serta kemenakan
dibimbing untuk menjalani kehidupan yang
nyata ini, (paman) memiliki peran dan tanggung
jawab untuk mendidik dan mengarahkan anak
dan kemenakannya ke jalan yang benar.
Di dalam tradisi Khatam Quran terdapat
tradisi lainnya seperti tradisi mandabiah jawi
(menyembelih sapi), tradisi makan bajamba,
tradisi manyumbang rang rantau, (menyumbang
orang rantau), tradisi musik talempong, tradisi
menyumbang dari rantau, tradisi musyawarah
mufakaik (musyawarah mufakat), tradisi
arak-arakan dan tradisi Mandoa (berdoa
bersama).
Pertunjukan arak-arakan dalam rangkaian
upacara tradisi Khatam Quran memiliki makna
yang signifikan dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat. Makna simbolik dalam
upacara Khatam Quran anak-anak merupakan
tradisi masyarakat Minangkabau yang
diselenggarakan sekali setahun sebagai tanda
bersyukur dan penghargaan kepada anak-anak
yang sudah pintar mengaji secara baik dan
benar.
Fenomena arak-arakan dalam tradisi
Khatam Quran anak-anak dalam masyarakat
adalah suatu simbol interaksi sosial yang
memiliki makna yang khas dan sudah menjadi
suatu keyakinan bagi masyarakat.
Berikut ini makna simbolik yang ada
pada pertunjukan arak-arakan dalam rangkaian
upacara Khatam Quran:
1) Bagian dari dakwah Islamiyah
2) Nilai Pendidikan
3) Nilai penghargaan dan rekreatif bagi
anak
21
4) Nilai kenangan bagi alumni dan
masyarakat.
5) Promosi wisata
23
d. Pengumuman Pemenang Musabaqah
3. Kesimpulan
Upacara Khatam Quran merupakan sistem
simbol atau jaringan–jaringan simbol yang memiliki
makna bagi masyarakat Minangkabau yang merupakan
bagian dari suku bangsa yang ada di Indonesia ini.
Upacara ini punya makna khusus.
Makna upacara Khatam Quran diantaranya untuk
memberi pengakuan sosial dan legalitas atas prestasi
yang dicapai oleh anak-anak mereka; mempertahankan
tradisi dari pada terdahulu; sebagai pengakuan atas
keberadaan ada. ke empat, sebagai rasa kebanggaa
norang tua atas prestasi anak-anak. Ke lima, sebagai
pemberitahuan kepada orang banyak dan mempererat
solidaritas sosial antar karib kerabat dan masyarakat.
Tradisi Khatam Quran juga memiliki makna
kepedulian dalam hubungan sosial antar sesame
khususnya dalam membangun kebersamaan dan gotong
royong diantara karib kerabat dan masyarakat. Tradisi
Khatam Quran juga memiliki makna ekonomis dan
sosial budaya bagi masyarakat dan pemerintah serta para
perantau baik perantau lokal maupun perantau
internasional.
Didalam rangkaian kegiatan Khatam Quran
terdapat berbagai tradisi, diantaranya tradisi mandabiah
jawi, makan bajamba, manyumbang rang rantau, tradisi musik
talempong, tradisi arak-arakan dan tradisi musyawarah
25
mufakat, tradisi mandoa di rumah masing masing yang
semua itu memiliki makna religius, kultural dan sosial
ekonomi serta makna estetik. Semua ini merupakan
kearifan lokal yang dapat dipertahankan menjadi
pedoman hidup masyarakat dan tradisi memiliki potensi
wisata budaya yang dapat memberikan sumbangan
pembangunan buat daerah.
F. Latihan
A. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui bentuk dan fungsi alat musik tiup
tradisional Minangkabau (pupuik)
2. Mempresentasikan secara sederhana cara
memainkan pupuik
C. Materi Pelajaran
1. Alat musik tradisional Minangkabau (pupuik)
27
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Menjelaskan alat musik tiup tradisional
Minangkabau (pupuik)
2. Mengidentifikasi bentuk alat musik tradisional
Minangkabau (pupuik)
3. Mengidentifikasi fungsi alat musik tradisional
Minangkabau (pupuik)
4. Menjelaskan cara memainkan alat musik tradisional
Minangkabau (pupuik)
5. Menyebutkan alat musik tradisional Minangkabau
lainnya yang sering dimainkan bersama pupuik
6. Memperagakan pemakaian/memainkan alat musik
tradisional Minangkabau (pupuik)
E. Materi
29
Terkadang, dipakai sebagai isyarat kepada
warga kalau ada informasi yang akan
disampaikan oleh pemimpin warga.
31
Sama seperti pupuik tanduak, suara
pupuik batang padi jika ditiup akan
mengeluarkan bunyi yang melengking. Supaya
suaranya semakin melengking, batang padi
yang sudah dipecah tadi dapat disambung
dengan lintingan daun pandan atau kelapa dan
dibentuk seperti corong. Batang padi yang
sudah tersambung dengan daun pandan atau
kelapa itu dapat menghasilkan suara hingga
jarak 2 km.
3) Saluang
Gambar 8. Saluang
33
dari ‘talang’ yang merupakan sejenis bambu
tapi lebih tipis. Talang dengan ukuran yang
lebih besar juga digunakan sebagai wadah
untuk memasak makanan khas minangkabau
yaitu Lamang. Alat musik tradisional
minangkabau yang satu ini memiliki panjang
40-60 sentimeter dengan 4 buah lubang
dengan diameter masing-masing lubang 3-4
sentimeter.
Untuk memainkan Saluang tidaklah
mudah, dibutuhkan teknik khusus yang
dinamakan dengan ‘manyisiahan angok’
(menyisakan nafas). Dengan teknik ini pemain
saluang bisa meniup saluang dari awal sampai
akhir lagu tanpa nafas yang terputus.
Permainan alat musik saluang ini
membutuhkan cara khusus dimana penarikan
nafas dilakukan sembari meniupnya, teknik ini
dikenal dengan nama manyisiahkan angok
(menyisihkan napas).
Gambar 9. Sarunai
35
Cara Memainkan Sarunai
5) Bansi
6) Sampelong
37
Sampelong juga dikenal dengan nama Saluang
Sirompak.
7) Saluang Pauh
39
mengiringi acara adat. Biasanya, pupuik dimainkan bersama
alat musik tradisional lainnya, sehingga menghasilkan alunan
musik.
Jadi, pupuik batang padi berfungsi sebagai:
a. sarana untuk memeriahkan upacara adat
Minangkabau
b. sarana untuk memeriahkan kegiatan panen raya
c. musik pengiring tari tradisional Minangkabau
d. media hiburan
41
Gambar 13. Teknik Memainkan Pupuik Batang Padi
43
4. Alat Musik Tradisional Minangkabau yang Sering
Dimainkan Bersama Pupuik
a. Talempong
Salah satu alat musik tradisional minangkabau
adalah talempong. Alat musik pukul ini terbuat dari
kuningan, berbentuk bulat dengan bagian bawah
berlubang dan pada bagian atasnya ada sedikit
tonjolan. Talempong sering digunakan sebagai alat
musik untuk mengiringi berbagai kesenian tradisional
minangkabau seperti tarian atau musik.
b. Tambua Tasa
Tambua Tasa adalah alat musik pukul yang
sampai saat ini masih sering digunakan, terutama
pada saat acara adat. Alat musik ini terdiri dari dua
alat yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa.
Gandang Tambua berbentuk tabung dengan
bahan kayu dengan dua permukaan kulit. Gandang
Tambua dimainkan dengan cara disandang pada
salah satu bahu oleh pemain dalam posisi berdiri
dengan menggunakan dua buah kayu sebagai
pemukul. Sedangkan Gandang Tasa lebih mirip
setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit
(single headed drum). Kayu untuk memukul Gandang
Tasa biasanya lebih ramping, lentur dan berukuran
lebih panjang.
45
Cara Memainkan Gandang
c. Rabab
Rabab adalah alat musik tradisional
minangkabau yang mirip dengan biola. Dikatakan
mirip karena dari segi bentuk memang hampir sama
dan cara memainkannya pun sama yaitu dengan
digesek. Rabab selain menjadi alat musik juga
menjadi kesenian tersendiri. Kesenian rabab biasanya
berbentuk cerita atau dendang dengan diiringi alat
musik rabab tadi. Dua aliran rabab yang cukup
terkenal adalah Rabab Pasisia dan Rabab Pariaman.
47
3) musik pengiring tari tradisional
Minangkabau
4) media hiburan
G. Tugas
Soal Esai
a. Sarunai c. Talempong
b. Bansi d. Pupuik
49
a. 1 teknik c. 4 teknik
b. 2 teknik d. 3 teknik
a. Corong c. Lingkaran
b. Persegi panjang d. Simetris
modul 3
“BARANI KARANO BANA, TAKUIK KARANO SALAH”
A. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui nilai-nilai “barani karano bana, takuik
karano salah”
2. Mempraktekkan nilai-nilai “barani karano bana, takuik
karano salah”
51
C. Materi Pelajaran
1. Ungkapan “barani karano bana, takuik karano salah”
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Menjelaskan makna dari ungkapan “barani karano
bana, takuik karano salah”
2. Mengidentifikasi nilai-nilai dalam ungkapan“barani
karano bana, takuik karano salah”
2. Menyebutkan contoh prilaku, perbuatan, dan
kejadian yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam
ungkapan “barani karano bana, takuik karano salah”
3. Menulis dan/atau mempresentasikan satu contoh
dari karakter/ perilaku/ perbuatan/ kejadian yang
mencerminkan nilai-nilai “barani karano bana, takuik
karano salah” yang pernah dialami sendiri oleh
peserta didik/ disaksikan di lingkungan tempat
tinggal/ disaksikan di media cetak/ massa/ internet.
E. Materi
53
akan tingkah laku atau perbuatan, baik yang
disengaja atau tidak disengaja. Tanggung jawab
adalah sikap atau perilaku untuk melakukan
sesuatu dengan sungguh-sungguh dan siap
menanggung segala risiko dan perbuatan.
55
menanggung resiko atas tindakan dan
ucapannya
13. Menjadi pendengar yang baik, serta
mampu menerima kritik dan saran dari
orang lain
14. Memiliki keberanian untuk meminta maaf
sekaligus menanggung beban atas
kesalahan yang sudah dilakukan
15. Bersedia mengakui kesalahan yang telah
diperbuat dan selalu menepati janji untuk
tidak mengulang kesalahan yang sudah
pernah dilakukan
16. Memiliki kepedulian pada kondisi
sekeliling termasuk kondisi teman dan
keluarga
17. Memiliki sikap tegas atas semua keputusan
dan sikap
18. Mampu menghormati dan menghargai
suatu aturan yang sudah ada di dalam
lingkungan masyarakat.
19. Sering memberikan apresiasi kepada siapa
saja serta selalu ingat mengucapkan terima
kasih atas berbagai hal yang diperoleh.
2. Contoh Perilaku, Perbuatan, dan Kejadian yang
Berkaitan Dengan Nilai-nilai Dalam Ungkapan
“Barani Karano Bana, Takuik Karano Salah”
(Tanggung Jawab)
57
Gambar 15. Ilustrasi Tentang Menjaga Kebersihan
59
Gambar 17. Ilustrasi Tanggung Jawab Dalam
Masyarakat
61
Gambar 20. Ilustrasi Tanggung Jawab kepada Tuhan
dan Agama
63
juga menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar.
Siswa tersebut tentu memiliki kesadaran penuh
terhadap semua tugas-tugas yang diberikan sebagai
bagian dari masa depan mereka nantinya.
65
justru malah mencontek saat ulangan. Kendati
terlihat sepele dan mudah, jika sikap tanggung
jawab siswa di sekolah tersebut tidak dilatih serta
ditanamkan sejak awal, akan sulit untuk
mempraktekannya. Jika sudah menjadi kebiasaan
maka tanggung jawab tersebut bukan sesuatu yang
sulit dan
67
Sedangkan level keberanian terdiri atas, sangat berani,
berani, cukup berani, kurang berani.
4. Kesimpulan
69
b. Ciri-ciri dari sikap bertanggung jawab adalah
● Memilih jalan lurus atau benar
● Selalu berusaha untuk memajukan diri
sendiri
● Menjaga kehormatan diri
● Mempunyai kewaspadaan
● Memiliki komitmen pada tugas yang telah
diberikan
● Melakukan dan menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya
● Melakukan apa yang sudah diucapkan
● Memiliki jiwa melayani dengan baik kepada
siapa saja
● Mampu berkomunikasi dengan baik kepada
siapa saja
● Mampu menjelaskan perbuatan yang sudah
dilakukan, sehingga menjadi pribadi
manusia yang memiliki tujuan
F. Latihan
71
modul 4
MAKNA DAN NILAI DARI LAGU “ANDAM OI”
A. Kompetensi Dasar
1. Memahami makna dan nilai-nilai yang terdapat pada
lirik lagu “Andam Oi”
2. Menjelaskan nilai-nilai yang terdapat pada lirik lagu
“Andam Oi”
C. Materi Pelajaran
1. Nilai nilai yang terdapat dalam lagu Andam Oi
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Menjelaskan makna dan nilai-nilai yang terdapat pada
lirik lagu “Andam Oi”
2. Mengidentifikasi lirik lagu “Andam Oi” yang
mengandung nilai-nilai kehidupan; mencerminkan
karakter semangat hidup masyarakat Minang; atau
informasi mengenai lingkungan sosial budaya dan
geografis Minangkabau.
3. Menyebutkan contoh perilaku, perbuatan, dan
kejadian yang berkaitan dengan nilai-nilai dalam lirik
lagu “Andam Oi”.
5. Menulis atau menyanyikan ulang beberapa lirik lagu
“Andam Oi” yang mengandung nilai-nilai kehidupan;
mencerminkan karakter semangat hidup masyarakat
Minang; atau informasi mengenai lingkungan sosial
budaya dan geografis Minangkabau.
73
5. Mencocokkan/ menyusun gambar/ ilustrasi dengan
lirik lagu “Andam Oi” yang mengandung nilai-nilai
kehidupan; mencerminkan karakter semangat hidup
masyarakat Minang; atau informasi mengenai
lingkungan sosial budaya dan geografis
Minangkabau.
E. Materi
75
Andam Oi- Tika Imoet
https://www.youtube.com/watch?v=Ma9jICRcyos
2. Pencipta Lagu “Andam Oi”
77
1960-an. Banyak diantaranya yang menjadi hit dan abadi
sepanjang masa bagi penggemar musik Minang.
Karya-karya Syahrul banyak dibawakan dan
membesarkan penyanyi-penyanyi Minang, seperti Elly
Kasim, Tiar Ramon, Yan Bastian, Lily Syarif, Nurseha
dan beberapa penyanyi Minang lainnya.
Lagu-lagu ciptaan Syahrul tidak hanya dinikmati
oleh warga Sumatera Barat, tetapi juga digemari oleh
oleh publik sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia,
Singapura dan lain-lain. Sering lagu ciptaannya didaur
ulang sampai beberapa kali. Lagu karya Syahrul juga
sempat mewarnai film layar lebar yang berjudul
Merantau. Bagi warga Sumatera Barat, karya Syahrul
Tarun Yusuf adalah bentuk peninggalan budaya Minang
modern. Syair lagu-lagu Syahrul sering menjadi sumber
tesis bagi para mahasiswa karawitan.
Beberapa lagu terkenal di antara ratusan lagu
yang dicipta Syahrul Tarun Yusuf:
● Andam Oi
● Ampun Mande
● Bapisah Bukannyo Bacarai
● Batu Tagak
● Bika si Mariana
● Bugih Lamo
● Gasiang Tangkurak
● Hujan
● Minang Maimbau
● Ranah Balingka
● Tinggalah Kampuang
79
Ratu pernah mengikuti Festival Lomba Seni
Siswa Nasional (FLS2N) semasa kelas 2 SMP. Pada
2011, ia kembali mewakili Banten dalam lomba
yang sama. Masa itu ia masih di SMA dan berhasil
menghadiahkan Emas untuk Banten. Selain itu
Ratu yang sekilas mirip Princess Syahrini ini juga
pernah memenangkan kompetisi di TV Swasta. Ia
pernah ikut acara Langsung Beken & Twist and
Shot di MNCTV dan meraih juara 2 dan 1. Pernah
juga ia bersama girlband-nya yang bernama
QUEEN ikut kompetisi Boy & Girlband di SCTV.
Ratu Sikumbang menyanyikan lagu “Andam Oi”
dalam album dengan judul yang sama pada tahun
2015.
2) Yona Irma
81
Agam pun menjadikan Kota Bukittinggi sebagai pusat
kegiatan perekonomian. Pusat perdagangan,
perbelanjaan, dan pariwisata terdapat di kota tersebut.
83
Gambar 27. Jalan Berbelok dari Malalak ke
Bukittinggi
85
adalah suatu kasih sayang dan suatu rasa cinta terhadap
tempat kelahiran atau tanah airnya. Secara lebih konkrit
makna Cinta tanah air adalah perasaan yang timbul dari
dalam hati sanubari seorang warga Negara, untuk
mengabdi, memelihara, membela, melindungi tanah
airnya dari segala ancaman dan gangguan.
Rasa cinta tanah air biasanya telah mendarah
daging dalam suatu individu atau sekelompok orang,
cinta tanah air bisa dikatakan sebagai cara berpikir,
bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan,kepedulian dan penghargaan yang tinggi
terhadap Bahasa, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
budaya, ekonomi dan politik bangsa.
Ciri-ciri sikap yang mencerminkan cinta tanah
air adalah perilaku membela, menjaga, dan melindungi
tanah air. Rela berkorban demi bangsa dan negara,
mencintai adat atau budaya yang ada di negaranya
dengan melestarikannya. asa cinta terhadap tanah air
bisa ditunjukkan dalam berbagai hal oleh masyarakat
Indonesia. Ada yang berjuang mengharumkan nama
bangsa di tingkat internasional. Selain itu, ada juga
yang berjuang mempertahankan harga diri bangsa
dengan menjadi tentara atau anggota militer lainnya.
4. Contoh perilaku, perbuatan, dan kejadian yang
berkaitan dengan nilai-nilai dalam lirik lagu
“Andam Oi”
87
b. Contoh perilaku yang mencerminkan cinta tanah air di
lingkungan sekolah
● Mengikuti upacara bendera dengan baik dan
tertib.
● Belajar dengan sungguh-sungguh.
● Ikut berpartisipasi dalam memajukan sekolah.
● Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar ketika belajar di sekolah.
● Menciptakan kehidupan yang rukun dan
harmonis.
89
● Menggunakan hak pilih dalam pemilu.
● Menjaga fasilitas umum.
● Memberikan aspirasi yang membangun bangsa.
5. Kesimpulan
F. Latihan
91
a. Pop Minang
b. Dangdut
c. Rock
d. Pop
4. Nama kota apa yang terdapat pada lirik lagu Andam Oi…
a. Padang
b. Batusangkar
c. Bukittinggi
d. Pariaman
Soal Esai
1. Lagu “Andam Oi” merupakan lagu yang menceritakan
tentang …….. dan …….?
2. Dalam lagu juga disebutkan Jalan Ampek Puluah yang
mendaki. Sebutkan maksud dari Jalan Ampek Puluah!
3. Pada lagu di Andam Oi Bukittinggi disebutkan sebagai
kotanya orang Agam. Apa maksud dari lirik tersebut?
modul 5
“MANCAK”
SENI PERMAINAN SILEK MINANGKABAU
A. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui Mancak (seni permainan Silek
Minangkabau)
2. Memperagakan Mancak (seni permainan Silek
Minangkabau)
93
8. Memperagakan salah satu gerakan Mancak (seni
permainan Silek Minangkabau)
9. Mencocokkan/ menyusun gambar/ ilustrasi dengan
keterangan yang berisi informasi tentang pemain/
pakaian pemaian/ nilai/ karakter yang tercermin dalam
Mancak (seni permainan Silek Minangkabau)
C. Materi Pelajaran
1. Permainan Silek Minangkabau
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Mengidentifikasi ciri khas dan ragam gerakan
Mancak (seni permainan Silek Minangkabau)
2. Mengidentifikasi pakaian pemain Mancak (seni
permainan Silek Minangkabau)
3. Mengurutkan langkah-langkah/ gerakan dasar
Mancak (seni permainan Silek Minangkabau)
4. Menjelaskan makna filosofis gerakan dasar Mancak
(seni permainan Silek Minangkabau)
5. Menyebutkan fungsi dan peran Mancak (seni
permainan Silek Minangkabau)
6. Mengidentifikasi karakter dan nilai yang tercermin
dari Mancak (seni permainan Silek Minangkabau)
7. Memperagakan salah satu gerakan Mancak (seni
permainan Silek Minangkabau)
8. Mencocokkan/ menyusun gambar/ ilustrasi dengan
keterangan yang berisi informasi tentang pemain/
pakaian pemaian/ nilai/ karakter yang tercermin
dalam Mancak (seni permainan Silek Minangkabau)
E. Materi
95
maka terbentuk sebuah identitas untuk daerah tersebut.
Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai
bersama yang dianut masyarakat tertentu. Salah satu
kebudayaan lokal yang menjadi identitas dari Sumatera
Barat ialah kebudayaan silat atau disebut juga oleh orang
Minang yaitu silek. Kebudayaan Silek merupakan
warisan turun temurun yang telah menjadi kebiasaan
masyarakat suku Minang yang fungsinya untuk beladiri.
Silek (juga disebut sebagai Silat
Minangkabau dalam bahasa Indonesia) adalah salah satu
seni bela diri tradisional khas etnis Minangkabau yang
berasal-usul dari wilayah Sumatera Barat di Indonesia.
Pencak silat merupakan salah satu ilmu bela diri khas
Nusantara yang terkenal di dunia. Pencak silat diyakini
dipengaruhi oleh ilmu bela diri dari Cina dan India. Ilmu
ini diperkirakan tiba di Nusantara pada abad ke-7
Masehi. Terdapat berbagai jenis pencak silat di
Indonesia, salah satunya Silek Minang.
Silek adalah nama Minangkabau buat seni beladiri
yang ditempat lain dikenal dengan Silat. Sistem
matrilineal yang dianut membuat anak laki-laki setelah
akil balik harus tinggal di surau dan silat adalah salah
satu dasar pendidikan penting yang harus dipelajari oleh
anak laki-laki disamping pendidikan agama islam. Silek
merupakan unsur penting dalam tradisi dan adat
masyarakat Minangkabau yang merupakan ekspresi etnis
Minang.
Silek Minang adalah ilmu bela diri yang
berkembang di wilayah Sumatera Barat. Bagi masyarakat
Minang, silek memiliki dua fungsi yaitu panjago
diri (pembelaan diri dari serangan musuh) dan parik paga
dalam nagari (sistem pertahanan negeri). Selain itu, silek
juga menjadi inspirasi gerakan dalam randai (drama
Minangkabau).
Menurut catatan sejarah, Silek Minang
dikembangkan sejak tahun 1129 oleh Datuak Suri
Dirajo beserta empat orang pengawal Kerajaan
Minangkabau yang bergelar Kambiang Utan (dari
Kamboja), Harimau Campo (dari Champa), Kuciang
Siam (dari Siam atau Thailand), dan Anjiang Mualim
(dari Persia). Gerakan-gerakan dalam silek ini
merupakan perpaduan seni bela diri lokal dan bangsa
luar.
Silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu
beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari
luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut,
diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang
khas itu adalah buah karya mereka.
Langkah silat Minangkabau sederhana saja,
namun di balik langkah sederhana itu, terkandung
kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan
tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu
sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk
dikembangkan menjadi lebih rumit.
97
Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah
orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat
yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya
menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tak hingga
jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam
pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba
alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika
diuraikan akan menjadi selebar alam).
Kebudayaan silek di masyarakat minangkabau
dahulunya memang mewajibkan untuk para pemudanya
dapat mempelajari ilmu silek itu sendiri. Para pemuda
minang dapat mempelajari ilmu silek dengan
mendatangi surau-surau (mushala). Di sana, nantiknya
mereka akan berguru dengan para guru yang pandai
dalam basilek yang ada di surau.
Dalam masyarakat Minangkabau, silek
mempunyai dua peranan. Pertama, silek sebagai seni
bela diri dan dinamakan silek. Kedua, silek sebagai
permainan yang dinamakan mancak atau pancak. Mancak
merupakan tangga atau satu tahapan awal dalam
mempelajari silek.
Para pasilek disebut dengan pandeka (pendekar),
sedangkan pemain mancak disebut dengan anak sasian
atau anak silek karena umumnya yang mempelajari
mancak adalah remaja dan anak-anak. Seorang pandeka
mempunyai etikaa: musuah indak dicari, jikok basuo pantang
diilakkan yang artinya musuh tidak dicari kalau bertemu
pantang dielakkan.
Fungsi silek mulai mengalami pengecilan makna
ketika hanya dimaknai sebagai seni bela diri atau hanya
memandang nilai estetikanya saja. Sedangkan,
hakekatnya ketika mempelajari silek juga ditanamkan
nilai-nilai karakter, yang mana akan membahas
mengenai ekonomi, sosial dan lainnya.
Selain fungsi tersebut, silek dulunya juga memiliki
fungsi untuk menjalin silaturahmi antar pemuda dan
orang tua di daerah setempat. Sehingga, seharusnya silek
tetap eksis di kalangan pemuda minang untuk
mempertahankan estetika kebudayaan minangkabau dan
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari
99
disusun dan kemudian dikembangkan ke wilayah
sekitarnya (Luhak Nan Tigo).
Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah
membuat silek Minangkabau sekarang tersebar ke
mana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para
perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan
kemanapun mereka pergi mereka juga sering membuka
sasaran silat (perguruan silat) di daerah rantau dan
mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka.
Mereka biasanya lebur dengan penduduk sekitar
karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang
mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di
mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima
bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di
situ aia disauak (di mana bumi dipijak di situ langit
dijunjung, di mana rantiang dipatah di situ air disauk).
Pepatah ini mengharuskan perantau Minang
untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang
silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi
akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan
terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan
khas untuk daerah tersebut.
Silek Minangkabau juga menyebar karena
diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di
Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu
menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat
perantau dari masyarakat Minangkabau itu sendiri dan
karena diajarkan kepada pendatang.
Seperti banyak kebudayaan Suku Minang, Silek
Minang juga merupakan ilmu bela diri yang mendunia.
Selain tersebar di berbagai wilayah Indonesia, Silek juga
bisa didapati hingga mancanegara, seperti di Singapura,
Malaysia, Filipina, Austria, Spanyol, Belanda, Amerika,
hingga Afrika. Penyebaran ini dilakukan oleh dua pihak,
yaitu para perantau Minang dan para pendatang yang
mempelajari Silek. Pada tahun 2014, Silek Minang
ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia dari Provinsi Sumatera Barat.
101
Alam takambang jadi guru adalah konsep universal
dari budaya alam Minangkabau. Kata "alam", berasal
dari bahasa Sanskerta artinya sama dengan lingkungan
kehidupan atau daerah. Konsep ini juga diterjemahkan
oleh para pendiri silat pada masa dahulunya menjadi
gerakan-gerakan silat. Antara silat dan produk budaya
lain di Minangkabau adalah satu kesatuan filosofis,
jadi untuk menerangkan silat, pepatah-pepatah yang
biasa diucapkan dalam upacara adat bisa digunakan.
Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera
sebagaimana daerah di kawasan Nusantara lainnya
adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah
penting sejak abad pertama Masehi. Oleh sebab itu,
tentu saja ancaman-ancaman keamanan bisa saja datang
dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi
secara fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua
yakni sebagai
a) Panjago diri (pembelaan diri dari serangan
musuh), dan
b) Parik paga dalam nagari (sistem pertahanan
negeri).
103
turun ke gelanggang memperlihatkan bagaimana mereka
saling serang dan saling mempertahankan diri dengan
gerakan yang mematikan.
Kedua tuo silek itu hanya melakukan mancak dan
berupaya untuk tidak saling menyakiti lawan main
mereka. Karena menjatuhkan tuo silek lain di dalam
acara akan memiliki dampak kurang bagus bagi tuo silek
yang "kalah". Dalam praktik sehari-hari, jika seorang
guru silat ditanya apakah mereka bisa bersilat, mereka
biasanya menjawab dengan halus dan mengatakan
bahwa mereka hanya bisa mancak (pencak), padahal
sebenarnya mereka itu mengajarkan silek (silat). Inilah
sifat rendah hati ala masyarakat Nusantara, mereka
berkata tidak meninggikan diri sendiri, biarlah kenyataan
saja yang bicara.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa silat itu
berasal dari kata silek. Kata silek pun ada yang
menganggap berasal dari silek, atau si liat, karena
demikian hebatnya berkelit dan licin seperti belut. Di
tiap Nagari memiliki tempat belajar silat atau dinamakan
juga sasaran silek, dipimpin oleh guru yang dinamakan
Tuo Silek. Tuo silek ini memiliki tangan kanan yang
bertugas membantu dia mengajari para pemula.
Orang yang mahir bermain silat
dinamakan pandeka (pendekar). Gelar Pandeka ini pada
zaman dahulunya dilewakan (dikukuhkan) secara adat
oleh ninik mamak dari nagari yang bersangkutan.
Namun pada zaman penjajahan gelar dibekukan oleh
pemerintah Belanda, tapi kemudian dilestarikan kembali
oleh masyarakat Minangkabau.
Beberapa karakter dari silek membuatnya dapat
dilaksanakan seperti tarian karena itu silek sering diiringi
oleh musik dan lagu dimana para pemain musik
mencocokkan irama musik dengan gerakan para
pendekar silek.
Sebuah karakter unik dari silek adalah barisan
melingkar (galombang) yang dipakai saat latihan pada
beberapa aliran silek. Setiap peserta latihan
melaksanakan gerakan secara simultan sehingga
memberikan kesan seperti tarian. Maka tidaklah
mengherankan bila seni beladiri silek merupakan asal
dari banyak seni tari dan seni teater di Minangkabau
seperti randai, tari rantak, tari persembahan dan tari
tanduk (tari tanduak).
105
Ada banyak aliran yang berkembang di Ranah
Minangkabau. Setidaknya terdapat sepuluh aliran utama
Silek Minangkabau, yaitu:
a) Silek Tuo (Silat Tua)
107
11 Aliran Silek Minangkabau
109
Gambar 36. Pemuda Minang Memperagakan Mancak.
Sumber: kumparan.com
111
ritmis, dengan tidak meninggalkan unsur-unsur
gerak silat.
b. Pareso (Periksa)
113
Pareso adalah kemampuan analisis
dalam waktu yang singkat atau nalar. Di
dalam pertempuran ungkapan pareso ini
adalah kemampuan memanfaatkan
sesuatu di dalam berbagai situasi
pertempuran dalam upaya untuk
memperoleh kemenangan. Misalkan, jika
kita bertempur waktu sore, upayakan
posisi jangan menghadap ke barat, karena
akan silau oleh cahaya matahari.
Jadi, raso merupakan kemampuan
untuk melakukan gerakan tanpa berpikir)
dan peraso merupakan kemampuan
analisis dan penggunaan nalar dalam
waktu yang singkat. Antara raso dan
pareso itu jalannya berpasangan, tidak
boleh jalan sendiri-sendiri. Kita tidak
boleh terlalu mengandalkan perasaan
tanpa menggunakan pikiran, namun tidak
boleh pula berpikir tanpa menggunakan
perasaan. Ada pepatah yang
mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao
turun (Rasa di baik naik ke alam pikiran,
periksa dibawa turun ke alam rasa).
4. Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata
Berjawab, Gayung Bersambut)
Alam pikiran Minangkabau
memiliki konsep berpasangan, ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya pepatah yang
memiliki isi kalimat berpasangan,
contohnya: mancari nan baik manulak nan
buruak (mencari hal-hal yang baik dan
menolak hal-hal yang buruk), manitiak dari
ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas,
membersit dari bumi), tiok kunci ado
pambukaknyo (tiap kunci ada pembukanya)
dan tiok kabek bisa diungkai (tiap ikatan bisa
dilepas).
Hal yang sama berlaku pada silek,
setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap
kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh
sebab itu sepasang pemain silat yang mahir
mampu bersilat terus menerus tanpa putus
dengan mengalir begitu saja. Mereka baru
berhenti kalau sudah lelah atau capek. Jadi,
kato bajawek, gayuang basambuik (kata berjawab,
gayung bersambut), yang berarti setiap jurus
ada cara mematahkannya.
115
Tagang bajelo, kandua badantiang (tegang
mengalun, kendor berdenting) bermakna
bahwa Silek Minangkabau adalah perpaduan
antara kelembutan dan kekuatan. Misalnya
dalam menghadapi serangan lawan dilakukan
dengan membelokan serangan tersebut untuk
menghindari cedera yang berisiko.
Guru silek mengatakan, jika tagang
badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan
jika kandua manjelo (mengalun) itu artinya
lemah. Adapun silek Minangkabau tidaklah
demikian, silat itu adalah kombinasi pas antara
kelembutan dan kekuatan, dia lembut tetapi
keras, dia keras tetapi lembut. Mungkin istilah
lentur atau plastis bisa disamakan dengan
pengertian ungkapan di atas.
Di dalam permainan silek, serangan
lawan itu tidak ditangkis atau dihadang,
namun dipapah atau dibelokkan ke arah lain.
Menangkis serangan lawan, seperti sepak atau
tinju akan membawa risiko memar atau
cedera, namun jika serangan itu dibelokkan,
risiko cedera bisa dihindari dan lawan akan
terdorong ke arah lain.
6. Adaik manuruik alua, alua manuruik
patuik jo mungkin (Alami, logis dan
efektif)
Adaik manuruik alua, alua manuruik
patuik jo mungkin (alami, logis, dan efektif)
bermakna gerakan silek harus mengikuti alur
tubuh sehingga menghasilkan gerakan yang
logis dan efektif.
Tubuh manusia memiliki alur dan pola,
gerakan silek harus mengikuti alur tubuh
manusia, jangan menentangnya. Konsep ini
adalah konsep flow (mengalir) di dalam
permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka
permainan silek akan terlihat indah dan
mengalir, serta aman.
Silek disusun sedemikian rupa dengan
mempertimbangan kaidah hukum alam
sehingga menghasilkan gerakan yang logis dan
efektif untuk beladiri. Bagaimana mengikuti
alur tubuh yang baik dapat dilihat pada
gerakan silat yang dimainkan. Sekali alur itu
dilanggar, maka akan terjadi apa yang disebut
sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat
cedera mulai dari ringan sampai patah.
Pada permainan, seorang pesilat harus
bisa melihat bagaimana konsep itu digunakan.
Pihak lawan diarahkan kepada posisi yang
melawan pola alur tubuh manusia (sungsang),
117
akibatnya, lawan akan kehilangan
keseimbangan yang dapat mengakibatkan dia
jatuh atau miring ke arah-arah tertentu yang
menguntungkan pesilat untuk menyudahi
lawan tersebut. Gerakan yang sungsang dapat
mengakibatkan cedera akibat gelek, dorongan,
kepoh, piuah (pelintir), bantingan atau patahan
dari pesilat lain.
Prinsip umumnya, gerakan memukul
yang diawali dengan ancang-ancang rileks,
santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan
efek pukulan lebih keras daripada pukulan
yang diawali dengan ancang-ancang yang
kaku. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan
alamiah tubuh sendiri.
6. Kesimpulan
4. Seni beladiri silek merupakan asal dari banyak seni tari dan seni
teater di Minangkabau, yaitu kecuali
a. Randai
b. Tari rantak
c. Tari persembahan
d. Semua benar
121
modul 6
“KATO NAN AMPEK”
A. Kompetensi Dasar
1. Menjelaskan makna, jenis dan fungsi Kato Nan Ampek
2. Mempraktek “Kato Nan Ampek: Kato Mandaki, Kato Malereang,
Kato Mandata, dan Kato Manurun”
C. Materi Pelajaran
1. Kato Nan Ampek
D. Kegiatan Pembelajaran
122
1. Mengidentifikasi contoh-contoh penggunaan Kato Nan Ampek
dalam teks tertulis/audio/ tayangan audio visual.
2. Menyebutkan jenis-jenis Kato Nan Ampek (Kato Mandaki, Kato
Malerang, Kato Mandata, dan Kato Manurun).
3. Menjelaskan fungsi Kato Nan Ampek
4. Menjelaskan makna Kato Nan Ampek
5. Menulis dan menampilkan contoh-contoh kalimat/ucapan
yang cocok dengan jenis-jenis Kato Nan Ampek
6. Bermain peran untuk mempraktekkan salah satu contoh
kalimat/ucapan yang cocok dengan jenis-jenis Kato Nan Ampek
E. Materi
123
Manusia adalah makhluk sosial, makhluk hidup yang
bermasyarakat. Manusia tidak dapat hidup sendiri, dia selalu
akan berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Untuk
berhubungan itu manusia mempunyai alat dan mempunyai
aturan- aturan. Aturan hidup dalam bermasyarakat itulah yang
disebut dengan adat.
Di Minangkabau orang yang hidup dengan
aturan-aturan itu disebut orang yang beradat yang dapat dilihat
dari sikap sopan santun masyarakat itu. Sopan santun disebut
pula tata krama atau etika bermasyarakat. Manusia menentukan
dalam bermasyarakat mempunyai tugas dan kedudukan yang
hubungannya dengan orang lain. Hubungan itu diumpamakan
melalui sebuah jalan untuk mencapai tujuan.
Di dalam pergaulan hidup, banyak orang yang kita temui.
Ada yang kecil, besar, dan yang lebih tua. Justru kita sebagai
masyarakat Minang harus mengetahui kedudukan kita. Apakah
kita termasuk kecil, remaja, besar, ataupun tua.
Kalau kita tidak tahu kedudukan kita maka kita akan
dikatakan sebagai orang yang tidak tahu diri. Orang yang tidak
tahu diri biasanya tidak bisa mengendalikan diri dalam bergaul.
Baginya tua, muda, kecil sama saja. Sehingga sering melakukan
kesalahan dalam berbicara dan berbuat. Bila hal ini terjadi maka
dia akan kehilangan budi dalam pergaulan.
Dalam segi kehidupan sehari-hari, masyarakat
Minangkabau sangat identik dengan halnya adat istiadat yang
selalu menjadi tiang dalam berinteraksi sosial baik itu secara
sosial formal maupun sosial non-formal. Keadaan ini
diperkuat dengan tata cara bergaul maupun bertingkah laku di
tengah-tengah masyarakat.
124
Penggunaan adat istiadat sangat kental layaknya
penggunaan aturan-aturan Allah dalam kitab suci Al-Qur'an
yang merupakan pondasi adat dimana “adat basandi syarak,
syarak basandi kitabullah, kitabullah barasal dari nan satu, nan satu
tagak sandirinyo".
Masyarakat Minangkabau seperti daerah-daerah lainnya
juga memiliki ciri khas yang menggambarkan keunikan serta
kearifan lokal kepada masyarakat luas. Salah satu budaya
Minangkabau yang mudah dikenali oleh masyarakat luas adalah
bahasa minang. Bahasa minang tersebut dalam adat istiadat
Minangkabau disebut kato nan ampek.
Bicara budaya Minangkabau tidak akan lepas dari
berbagai macam falsafah adatnya yang kaya akan makna dan
filosofi kehidupan masyarakatnya yang sangat memegang teguh
adat. berbagai macam filosofi atau ungkapan ungkapan adat
yang memberikan contoh untuk bertindak bagi masyarakat
Minangkabau. diantaranya ialah ungkapan adat "tau di kato nan
Ampek" tahu dengan kata yang Empat.
Kato Nan Ampek adalah aturan yang mengikat bagi
masyarakat Minangkabau dalam berkomunikasi dan
mengungkapkan pemikirannya di kehidupannya sehari-hari.
Semakin halus penghayatan seseorang terhadap Kata Yang
Empat ini, semakin bernilai lah keberadaan orang yang
bersangkutan. Sebaliknya, bagi mereka yang tak menerapkan
Kato Nan Ampek ini dalam berkomunikasi, semakin rendahlah
keadabannya (disebut dengan celaan: “tidak tahu adat”).
125
Nan Ampek terbagi 4, yaitu : Mandaki, Malereang, Mandata, dan
Manurun.
Kato Mandaki
Kato mandaki (KM1) maksudnya bagaimana kita
menyatakan pikiran kita baik dalam komunikasi dengan
maupun ketika kita membicarakan tentang seseorang
yang posisi tawarnya lebih tinggi dari kita, seperti
orangtua, guru, ulama, tokoh masyarakat, termasuk
pemimpin negara. Merupakan hal yang terlarang kita
menyebut mereka dengan namanya saja, atau memberi
kata sandang ‘Si’.
Jalan Mandaki
126
Jalan mandaki artinya sikap atau tingkah laku
seseorang terhadap orang yang lebih tua atau dituakan.
Orang yang lebih tua harus dihormati dan dihargai
karena jasanya sangat banyak, dan dalam mendidik serta
membina, beliau sudah banyak pengalamannya. Seperti
diungkapkan Jauah bajalan banyak diliek, lamo hiduik banyak
diraso. Karena banyak pengalamannya itulah orang tua
bisa mendidik dan mengajari generasi mudanya menjadi
orang-orang yang lebih sempurna budi pekertinya.
Kesadaran untuk menghormati rang nan labiah tuo
seperti diungkapkan sebagai berikut.
Turuik pangaja urang tuo
Supayo badan nak salamaik
Talangkah, babaliak
Sasek, suruik
Baitu paham kito handaknyo
Pengajaran rang tuo jikok di langga
Cilako badan kasudahannyo
127
Kato mandaki merupakan sebuah ungkapan
pendidikan bagaimana cara berbicara dan bersikap
kepada orang yang lebih tua dari kita. kato mandaki
merupakan sikap sikap yang kita tunjukan kepada orang
yang lebih tua seperti kalau berbicara tidak membentak/
kasar, mendengarkan nasihatnya, tidak membantah
pembicaraan atau pengajarannya.
Ungkapan kata mendaki ini adalah cara pergaulan
kepada orang yang lebih tua seperti anak kepada orang
tuanya, kemanakan kepada mamak, murid kepada guru
dan adik kepada kak. Intinya, kato mandaki adalah kata
yang digunakan kepada orang yang lebih tua dari
pembicara. Contoh: Ayah, Ibu, mamak, sumando, inyiak.
Jadi, kato mandaki adalah bagaimana cara kita
bertutur kata terhadap orang-orang yang lebih tua
ataupun orang tua. Kepada yang lebih tua sebaiknya kita
bertutur kata dengan sopan, lemah lembut, dan hormat.
Orang menempuh jalan mandaki bila
berhubungan dengan orang yang lebih besar, atau lebih
tua, dan orang yang lebih tinggi derajatnya. Bila
seseorang dapat menyesuaikan kata-kata dengan lawan
bicaranya maka orang itu mempunyai hubungan baik
dengan orang lain dan pasti dia akan disenangi orang.
Contoh jalan mandaki dapat kita tampilkan dalam
perkataan dan perbuatan. Dalam perkataan misalnya:
1) Kepada orang tua laki-laki, kita menyapa dengan
panggilan: abak, bapak, ayah, papa, buya, dan
sebagainya.
2) Kepada orang tua perempuan, kita menyapa
dengan panggilan: umi, amak, mama, bundo,
amai, mande, dan lain-lain.
128
3) Kepada kakak perempuan, kita menyapa dengan
panggilan: uni, kakak, onang, cayang, caani, dan
lain-lain.
4) Kepada kakak laki-laki, kita menyapa dengan
panggilan: ajo, uda, kanda, tuan, akak, dan
lain-lain.
5) Kepada orang tua dari ayah dan ibu biasanya
dengan panggilan: kakek, nenek, inyiak,
anduang, uwo, angku, dan datuak.
6) Kepada adik perempuan ayah dan ibu, biasa
dipanggil: etek, ande, dan lain-lain.
129
selalu bicara dengan lemah lembut dan dalam pekerjaan
kita harus minta izin terlebih dahulu.
Kato mandaki seperti yang dikehendaki oleh
adat, hendaknya dapat pula dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti: antara murid dan guru,
antara bawahan dan atasan, dan antara rakyat dengan
pemimpinnya, sehingga tercipta masyarakat yang
beradat.
Kato Manurun
Kato manurun (KM2) adalah cara
berkomunikasi dengan atau membicarakan tentang
seseorang yang posisi tawarnya di bawah kita, terutama
yang umurnya lebih muda atau memang kepada remaja
dan bocah.
Kato manurun merupakan ungkapan yang
menggambarkan bagaimana cara bersikap, berbicara
seseorang dengan yang lebih muda dengannya.
diartikan juga dengan tindakan mengayomi,
menyayangi yang lebih kecil dari kita. ungkapan ini
digunakan oleh orang tua kepada anak, guru kepada
murid, mamak kepada kemenakan, dll. Intinya, kato
manurun adalah kata yang digunakan kepada orang yang
lebih kecil dari pembicara. Contoh: Adik kandung.
Menjadi orang yang berbudi merupakan
keinginan semua orang. Berbudi luhur dan sopan
santun. Adat mengatakan budi di jua indak dimakan bali.
130
Budi tidak bisa dinilai dengan harta. Budi diukur
dengan raso yang dalam. Segan-menyegani dan
hormat-menghormati antar sesama.
Ajaran Minangkabau mengajarkan pada kita,
yang tua dihormati, yang kecil disayangi, samo gadang
lawan baiyo. Orang yang muda menghormati
orang-orang yang lebih tua. Begitu juga orang-orang
yang tua menyayangi orang muda, samo gadang
baiyo-iyo, atau turuik mampaturuikkan.
Jalan Manurun
131
bersifat pribadi di tempat ramai. Sifat utama bagi yang tua
adalah bapandang lapang, baalam laweh, bahati lapang paham
salasa perhatikan juga pituah berikut ini, nak tinggi naikkan
budi, nak mulie tapeki janji, nak taguah paham dikunci.
Ada beberapa alasan kenapa yang tua harus
santun kepada yang muda, antara lain:
133
Baburu ka padang data
Dapek ruso si balang kaki
Baguru kapalang aja
Bagai bungo kambang tak jadi
Kato Mandata
Kato mandata (KM3) merupakan cara berbahasa
dengan teman sebaya dalam pergaulan. Kato mandata
merupakan ungkapan sikap perbuatan atau tindakan,
cara berbicara kepada yang sama besar dengan kita.
ungkapan ini digunakan oleh teman sepermainan.
saling menghormati dan menghargai sebaya dengan
kita. Intinya, kato mandata adalah kata yang digunakan
kepada orang yang sederajat atau seusia dengan
pembicara. Contoh: orang sebaya.
134
Jalan Mandata
135
kalampauan. Jangan sampai terjadi seperti istilah garah
kudo.
Bila perkataan atau ucapan dapat dipelihara
maka perselisihan sesama besar dapat dihindari.
Ada Minangkabau mengatakan:
Kato sapatah dipikiri
Jalan salangkah indak suruik Ingek sabalun kanai
Diagak mangko diagiah
Mangurangi sio-sio
Manangah bak tulang pungguang
Kato Malereang
137
Dalam kata melereng ini digunakan kata-kata
berkias banding. Umpama komunikasi antara mertua
dng menantu dan sebaliknya. Intinya, kato malereang
adalah kata yang digunakan kepada orang yang disegani
dari pembicara. Contoh: Mertua, guru, tetangga sekitar
yang lebih tua.
Jalan Malereng
138
Cara berkata kias dalam adat disebut tau jo kilek
kato bayang, tau jo kieh kato sampai, alun bakilek lah
bakalam, bulan disangko tigo puluah, alun diliek alah dimakan,
rasolah tibo dalam tubuah. Dalam pergaulan, jalan
malereang ini, digunakan terhada urang sumando, mamak
rumah, minantu, mintuo, ipa, bisan, dan sebaginya.
Terhadap orang-orang itu tida dibiasakan
berbicara secara langsung tetapi digunakan jalan
melereang yang berupa kasan. Dengan kata kiasan itulah
mereka slaing memahami apa maksud pembiacaraan itu,
sehingga mereka dapat berhubungan. Orang yang tidak
tahu dengan jalan melereang disebut orang yang tidak
tahu dengan ereang jo gendeang. Di Minangkabau orang
yang tidak tahu ereang jo gendenag dikatakan indak tau jo nan
ampek. Pantun Minang berbunyi:
139
digunakan jalan mendata. Begitu juga bila berhubungan
dengan yang segan-menyegani digunakan jalan
malereang.
Jalan malereang juga dipakai dalam upacara-upacara
adat. Kalimat-kalimatnya berbentuk pepatah petitih yang
pada umumnya memakai kata-kata kiasan. Jadi, si
pembicara tidak langsung berbicara dalam ungkapan
biasa, ia mengenakan jalan malereang.
Kata kiasan selain menunjukan perasaan yang
halus dan budi pekerti yang tinggi, juga menggambarkan
sopan santun dan keindahan. Jadi kita harus pandai
menyesuaikan jalan yang ditempuh dengan kata yang
dipakai. Bila jalan yang ditempuh sesuai dengan kata
yang dipakai, kita akan terhindar dari tingkah laku yang
tidak sopan.
141
4. Contoh Penggunaan Kato Nan Ampek
142
kepada orang yang disegani. Kata tersebut merupakan kato
malereang.
Pada kalimat keempat, awak indak dapek pai jo uda, kata
tersebut merupakan kato mandaki. Kata ini biasanya digunakan
oleh istri kepada suami', adik kepada kakak laki-laki dan
pembicara yang lebih muda kepada lawan bicara yang lebih
tua.
Video ke-1
Link: https://www.youtube.com/watch?v=l94mLltSw0c
Video ke-2
Link https://www.youtube.com/watch?v=hpbSsigRoEw
Video ke-3
Link https://www.youtube.com/watch?v=G2AYY_qYLMY
143
Video ke-4
Link https://www.youtube.com/watch?v=ExOCMSasb2U
Video ke-5
Link https://www.youtube.com/watch?v=qsZrx_5IRos
5. Kesimpulan
a. Kato Nan Ampek adalah aturan yang mengikat bagi
masyarakat Minangkabau dalam berkomunikasi dan
mengungkapkan pemikirannya di kehidupannya sehari-hari.
Semakin halus penghayatan seseorang terhadap Kata Yang
Empat ini, semakin bernilai lah keberadaan orang yang
bersangkutan. Sebaliknya, bagi mereka yang tak menerapkan
Kato Nan Ampek ini dalam berkomunikasi, semakin rendahlah
keadabannya (disebut dengan celaan : Tidak tahu adat).
b. Kato Nan Ampek, kebudayaan Minangkabau yang berkaitan
dengan cara bertutur kata terhadap lawan bicara berdasarkan
siapa yang diajak bicara. Seperti istilahnya, Kato Nan Ampek
terbagi 4, yaitu : Mandaki, Malereang, Mandata, dan Manurun.
c. Kato mandaki maksudnya bagaimana kita menyatakan pikiran
kita baik dalam komunikasi dengan maupun ketika kita
membicarakan tentang seseorang yang posisi tawarnya lebih
144
tinggi dari kita, seperti orangtua, guru, ulama, tokoh
masyarakat, termasuk pemimpin negara.
d. Kato manurun adalah cara berkomunikasi dengan atau
membicarakan tentang seseorang yang posisi tawarnya di
bawah kita, terutama yang umurnya lebih muda atau memang
kepada remaja dan bocah.
e. Kato mandata merupakan cara berbahasa dengan teman sebaya
dalam pergaulan. Kato mandata merupakan ungkapan sikap
perbuatan atau tindakan, cara berbicara kepada yang sama
besar dengan kita. ungkapan ini digunakan oleh teman
sepermainan. saling menghormati dan menghargai sebaya
dengan kita. Intinya, kato mandata adalah kata yang digunakan
kepada orang yang sederajat atau seusia dengan pembicara.
Contoh: orang sebaya.
f. Kato malereang adalah bagaimana cara berkomunikasi dengan
pihak yang rasanya janggal apabila mengungkapkan perasaan/
pikiran kepadanya secara gamblang dan terus terang. Kato
malereang merupakan ungkapan sikap tindakan dan cara
berbicara dengan orang yang kita senangi, hormati. ungkapan
ini ditujukan dalam pergaulan sehari hari antara mando jo
sumando, ipa jo bisan. Dalam kata melereng ini digunakan
kata-kata berkias banding. Umpama komunikasi antara mertua
dng menantu dan sebaliknya. Intinya, kato malereang adalah kata
yang digunakan kepada orang yang disegani dari pembicara.
Contoh: Mertua, guru, tetangga sekitar yang lebih tua.
145
F. Latihan
Soal Esai
1. Apakah yang dimaksud dengan istilah Kato nan ampek dalam
adat Minangkabau?
2. Jelaskan jenis-jenis Kato Nan Ampek beserta contohnya!
3. Apa fungsi dari Kato Nan Ampek di Minangkabau?
4. Sebutkan contoh-contoh penggunaan Kato Nan Ampek dalam
kehidupan sehari hari!
Latihan Kelompok
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam memakai jalan
mandaki?
2. Apa isyarat yang terkandung dalam jalan mandaki?
3. Bagaimana cara menghormati orang yang lebih tua?
4. Jalan manurun merupakan sikap sopan santun dari …..?
5. Jalan manurun merupakan ….?
6. Berbicara dalam jalan manurun tidak boleh menggunakan
bahasa yang …..?
7. Sebutkan contoh jalan manurun!
8. Jalan mendata adalah sikap sopan santun yang dipakai dalam..?
9. Jalan mandata merupakan ……?
10. Contoh jalan mandata dipakai pada teman ……?
11. Pergaulan sesama besar hendaklah …..?
12. Saling menghormati dan menghargai dapat terlihat pada …?
13. Bergaul sama besar haruslah …….?. Jangan …….? dan jangan
pula terlalu kurang.
14. Jalan malereang biasanya berupa kata kiasan yang
menunjukkan.?
15. Menurut adat Minangkabau jalan malereang digunakan bila
berkata-kata dengan …..?
146
16. Jalan malereang ditampilkan dalam bentuk …..?
17. Apa yang dimaksud dengan jalan malereang?
18. Penggunaan kata kiasan menunjukan …….?
2. Jalan manurun adalah sikap yang dilakukan oleh yang tua pada
yang…
a. Kecil
b. Muda
c. Belia
d. Semua benar
147
d. Mandata
5. Jika ingin berbicara dengan urang sumando, minantu, mintuo,
ipa, bisan, dan lain-lain, maka kato yang digunakan adalah
a. Malereng
b. Manurun
c. Mandaki
d. Mandata
148
modul 7
“SUMBANG DUO BALEH”
A. Kompetensi Dasar
1. Mengetahui makna dan bentuk “Sumbang Duo Baleh”
2. Mengindentifikasi bentuk “Sumbang Duo Baleh” dan melatih diri
untuk menghindari perbuatan yang “sumbang”
C. Materi Pelajaran
1. Sumbang Duo Baleh
D. Kegiatan Pembelajaran
1. Mengidentifikasi bentuk perilaku/ kejadian yang menunjukkan
“Sumbang Duo Baleh” yang terdapat di dalam teks tertulis/
audio/audio visual
2. Menyebutkan jenis-jenis “Sumbang Duo Baleh”
149
3. Menjelaskan pentingnya mengetahui “Sumbang Duo Baleh”
4. Menulis contoh-contoh perilaku yang dikategorikan “Sumbang
Duo Baleh” dan solusi penyelesainnya
5. Melaporkan contoh kasus “Sumbang Duo Baleh” yang pernah
dialami atau disaksikan oleh peserta didik dan menuliskan
solusinya
6. Sumbang jalan, sumbang tagak, sumbang jawek, sumbang
caliak,sumbang duduk, sumbang karajo, sumbang makan,
sumbang kurenah, sumbang pakai, sumbang bagaua, sumbang
tanyo, sumbang kato
150
E . Materi
151
suku dan kaumnya. Seperti yang dikatakan dalam pepatah
adat
“Budi baiak baso katuju, muluik manih kucindan
murah. Dibagak urang ndak takuik, dikayo urang ndak arok,
dicadiak urang ndak ajan, dirancak urang ndak ingin, di budi
urang takanai.”
“Sasuai bak bunyi pantun, Babelok babilin-bilin, dicapo
tumbuahlah padi, dek elok urang tak ingin, dek baso luluahlah
hati. Nan kuriak Lundi , nan merah sago, nan baiak budi, nan
indah baso.”
Maksudnya:
Budi dan bahasa yang baik akan disukai orang.
Walau seorang perempuan merupakan seorang yang
pemberani orang lain tidak takut, walau kaya orang tak
meminta, walau pintar orang tak hormat, walau cantik
orang tak suka. Akan tetapi dengan budi dan bahasa baik
orang akan tertarik.
152
2. Mengapa Sumbang Duo Baleh Diperuntukkan untuk
Perempuan di Minangkabau
153
Maksudnya:
154
Maksudnya:
155
1. Sumbang Duduak (Sumbang ketika Duduk)
Di Minangkabau, duduk di hamparan.bagi
laki-laki duduknya baselo, lutut tidak boleh
ditegakkan, dan kaki tidak boleh dilunjuakan
(selonjor) serta tidak boleh duduk mancangkuang
(jongkok). Bagi perempuan duduk yang paling
pantas bagi perempuan adalah bersimpuh. Tidak
boleh bersila seperti lelaki, tidak boleh
mengangkat kaki, berjongkok. Duduk di kursi pun
haruslah menyamping dan merapatkan paha.
Apabila berboncengan tidak boleh mengangkang,
harus menyamping, kecuali dalam keadaan
emergensi seperti sakit.
Bagi perempuan Minang, duduk yang
sopan adalah dengan bersimpuh (basimpuah). Oleh
karena itu perempuan minang dilarang duduk
bersila, mencangkung (jongkok) atau menegakkan
lutut. Dan apabila duduk diatas kursi, duduknya
menyamping dan merapatkan paha.
Duduk sumbang menurut adat
Minangkabau apabila duduk ditepi jalan tanpa ada
yang menemani dan tidak ada keperluan. Duduk
dimana laki-laki banyak duduk dan bermain-main.
Duduk di pintu atau kepala tangga sedangkan
banyak orang hilir mudik di tempat itu.
Sumbang juga bagi seseorang perempuan
terutama yang sudah gadis duduk berdekatan
dengan famili laki-laki, adik atau kakak, mamak,
ipar, bisan apalagi dengan laki-laki lain. Sumbang
bagi perempuan duduk menyerupai duduk
laki-laki seperti duduk mencangkuang dan
sebagainya.
156
Duduk sumbang harus dihindari, jika tidak
dihindari berarti kita disebut melanggar adat atau
tidak beradat. Orang Minangkabau mengatakan
hiduik dikanduang adaik.
157
Gambar 40. Perempuan Minang Sedang
Berdiri
sumber: sumbartempodulu.blogspot.com
159
dengan siapa ia berkata-kata. Dilarang untuk
memotong pembicaraan orang lain, berkata
dengan terlalu kegirangan.
Tingkah laku sumbang biasanya dimulai
dari bakato sumbang, untuk itu perempuan
minang dituntut agar dapat menjaga ucapannya,
berkata dengan lemah lembut, dan berbicara
seperlunya saja.
Sumbang bagi perempuan berkata
berolok-olok dihadapan laki-laki lain, begitu juga
family sendiri. Sumbang bagi perempuan
berkata-kata yang diselangi dengan gelak tawa
yang tidak wajar, sedang di sampingnya ada orang
yang harus dihomati atau disegani seperti ibu,
bapak, mamak, kakak, adik, ipar, bisan dan
lainnya.
Sumbang juga bagi perempuan berkata
yang kotor atau porno dalam pendengaran orang
lain,begitu juga di hadapan keluarga atau kaum
seadat, sekampung sehalaman, sepersukuan dan
sebagainya.
Sangat dilarang berkata sumbang pada
orang tua, apalagi berbicara dengan keras atau
bahkan berteriak yang disebut sebagai anak
durhaka. Anak durhaka akan dibenci Tuhan dan
manusia seperti Si Malin Kundang.
Perempuan Minang sudah selayaknya
berkata lemah-lembut dan sopan sehadap apapun,
tapi yang kita lihat sekarang kebanyakan wanita
berbicara keras seakan dia berbicara pada dunia,
kebanyakan juga berkata kasar dan tak layak
didengar, apalagi sejak teknologi Facebook dan
media sosial lainnya muncul, wanita Minang
160
semakin bebas berbicara dan membuat orang lain
tersinggung. Tentunya ini akan jadi contoh
sumbang bakato.
161
Perempuan yang telah gadih (gadis)
dilarang untuk bersitatap dengan lelaki yang
bukan muhrimnya, ia haruslah menundukan dan
menjaga pandangannya. Saat ada tamu, sebisa
mungkin untuk tidak melihat jam terlalu sering.
Karena dianggap tengah mengusir tamu secara
halus.
"Kok awak manjadi tuan rumah, usah
pancaliak ka jam tangan, tasingguang urang sadang
duduak, itu manusia caro aluih". Maksudnya tidak
selayaknya tuan rumah selalu melihat jam karena
itu akan menyinggung orang lain yang sedang
duduk, bukankah itu cara menyuruh orang pergi.
162
6. Sumbang Makan (Sumbang Ketika Makan)
Makanlah secukupnya, makan pelan-pelan.
Dilarang makan sambil berdiri apalagi berjalan.
Sebisa mungkin tidak berbicara saat makan kecuali
sangat penting. Jangan berbunyi saat makan
(mancapak). Janganlah perempuan Minang makan
sambil berdiri, karena dalam kehidupan Minang
itu merupakan hal yang tidak sopan.
Sumbang bagi orang minang makan
sambil berdiri. Sumbang pula kalau makan
berlebih-lebihan (sampai piriang balanjuang).
Apabila makan dengan tangan genggamlah nasi
dengan ujung jari, bawa ke mulut pelan-pelan,
jangan sampai makan bersuara (mancapak) dan
jangan berbicara ketika mulut berisi makanan. Bila
kita makan menggunakan sendok jangan sampai
sendok beradu dengan gigi.
163
Gambar 45. Perempuan Minang Duduk Bersimpuh dan
Makan Bersama Dalam Acara Baralek
Sumber: Padangkita.com
165
tasimbah ateh bawah, usah… Satantang mode jo
potongan, sasuaikanlah jo bantuak badan, sarasikan jo
ragi kain, buliah sajuak pandangan mato."
166
8. Sumbang Karajo (Sumbang Ketika Bekerja)
167
Gambar 49. Ilustrasi Seorang Perempuan Berjilbab
Berprofesi Sebagai Dokter
Sumber: id.pngtree.com
168
9. Sumbang Tanyo (Sumbang Dalam Bertanya)
169
tersebut dapat diartikan sebagai sindiran
untuk menyuruh tamu lekas pergi
170
atau mamintak tambah gulo stek mak, jan mati gadih
kau dibueknyo piak, indak buliah tu."
171
12. Sumbang Kurenah (Sumbang Dalam
Bertingkah Laku)
Video ke-1
https://www.youtube.com/watch?v=VFM4ib9hDSE
Video ke-2
https://www.youtube.com/watch?v=sm4ahxTinMI
Video ke-3
https://www.youtube.com/watch?v=cet1bJQsyb4&t=14s
173
Video ke-4
https://www.youtube.com/watch?v=8lPcRlAa0Kc
174
4. Kesimpulan
Sumbang Duo Baleh adalah panduan untuk mengatur
tingkah laku seorang perempuan, agar tidak menyimpang dari
kodrat dan status sosialnya di dalam masyarakat. Sumbang,
jangga atau cando, adalah perbuatan yang kurang baik dan
harus dihindari oleh perempuan di Minangkabau karena akan
mendatangkan malu bagi suku dan kaumnya. Perempuan yang
sering melakukan Sumbang Duo Baleh dianggap sebagai
perempuan yang tidak sopan atau dalam istilah Minang indak
bataratik.
Beberapa contoh perilaku sumbang yang harus
dihindari oleh perempuan Minang:
a) Duduk bersila (baselo) seperti laki-laki. Idealnya perempuan
itu duduknya bersimpuh (basimpuah).
b) Duduk berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan muhrim
di tempat yang sepi
c) Berdiri di pinggir jalan sendirian tanpa ada tujuan yang jelas
d) Memakai pakaian sempit yang membentuk lekuk-lekuk
tubuh
d) Berjalan sendirian, berjalan tergesa-gesa dan berjalan di
depan laki-laki
e) Berbisik-bisik di depan orang ramai
f) Berkata kasar, tidak sopan
Jika kita ingin dihargai dan diistimewakan, maka
harus harus mampu menjaga diri dari 12 sumbang yang
telah dijelaskan di atas.
175
F. Latihan
Soal Esai
176
14. Apa yang dimaksud dengan sumbang jawek? Berikan
contoh sumbang jawek yang harus dihindari.
15. Apa yang dimaksud dengan sumbang bagaua? Berikan
contoh sumbang bagaua yang harus dihindari.
16. Apa yang dimaksud dengan sumbang kurenah? Berikan
contoh sumbang kurenah yang harus dihindari.
177
5. Berikut yang tidak termasuk kedalam Sumbang Duo Baleh
adalah…
a. Sumbang makan
b. Sumbang pakaian
c. Sumbang jalan
d. Semua benar
178
DAFTAR PUSTAKA
179
Meigalia, Eka. 2019. Minangkabau Dalam Lirik Lagu. Padang: LPPM
Universitas Andalas.
TENTANG PENULIS
181
Leni Marlina, S.S., M.A. merupakan perempuan Minang yang lahir
dan besar di Baso, Agam, Sumbar. Ia menamatkan studi SD, SMP dan
SMA di Baso, Agam dan Sarjana Sastra Inggris di Universitas Negeri
Padang (UNP) serta Master of Arts di Deakin University, Australia. Ia
seorang Ibu dari tiga orang putra. Ia mengajar sebagai dosen tetap PNS
di Departemen Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Padang sejak tahun 2006. Ia beberapa kali menjadi
salah seorang juri pemilihan “Gadih Minang dan Perempuan
Berprestasi Tingkat Sumatera Barat” yang diadakan oleh Badan
Eksekutif Mahasiswa UNP. Salah satu karyanya yang berkaitan dengan
Minangkabau adalah karya terjemahan “Cikal Bakal Elit Politik
Minangkabau Abad ke-XIV”. Karya yang lainnya tersedia di google
scholar.
182