Anda di halaman 1dari 6

www.muslim.or.

id

Belajar dari Rumah


muslim.or.id/57848-belajar-dari-rumah.html

Ari Wahyudi, S.Si. August 4, 2020


Bismillah. Wa bihi nasta’iinu.

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Salawat dan salam semoga tercurah
kepada hamba dan utusan-Nya; sang penyeru menuju agama Allah di atas bashirah.
Amma ba’du.

Pandemi yang melanda dunia mempengaruhi berbagai lini aktivitas manusia.


Perekonomian, ibadah, pendidikan dan juga kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan rutin
di masjid-masjid yang dulunya berjalan berupa majelis ilmu dan pengajian kini pun
lama tak lagi kita jumpai seperti di masa-masa sebelum pandemi. Inilah kenyataan
yang semestinya menyadarkan kita tentang pentingnya pendidikan dan proses
pembelajaran yang bisa dilakukan di rumah atau di tengah keluarga. 

Bagi mereka yang telah menempuh jalan ilmu, maka muroja’ah atau mengulang-
ulang pelajaran tentu satu hal yang bisa lebih maksimal dilakukan pada masa-masa
semacam ini. Bagi mereka yang selama ini menekuni dunia dakwah maka metode
pelajaran online pun menjadi salah satu solusi yang paling digemari. Bahkan sekolah,
pendidikan tinggi dan pesantren pun banyak yang harus mengalihkan metode
pembelajaran dengan lebih banyak secara online atau belajar dari rumah. 

Hal ini kembali menyadarkan kita tentang pentingnya menciptakan suasana rumah
yang tarbawi. Suasana rumah yang diwarnai pembinaan dan pendidikan bagi
manusia dan keluarga. Rumah adalah sekolah pertama bagi generasi. Hal ini yang
selama ini luput dan banyak dilalaikan para orang tua dengan alasan kesibukan
mencari nafkah dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga; anak dan istri.
Maka pendidikan anak pun seolah kurang mendapat prioritas oleh ayah dan ibunya
sendiri. Kondisi pandemi semacam ini mau tidak mau menuntut ayah dan ibu untuk
lebih perhatian kepada pendidikan dan pembinaan anak-anaknya sendiri.

Baca Juga: Belajar Tauhid, Mengapa Tidak?

Pada hari ini, sesungguhnya peran orang tua dalam menanamkan kecintaan kepada
ilmu agama adalah sesuatu yang dinilai sangat-sangat berharga. Karena situasi
pandemi yang masih saja meliputi dan anak-anak yang berada di rumah bersama
sarana-sarana yang bisa saja merusak generasi tanpa mereka sadari. Orang tua sering
beranggapan bahwa kunci kesuksesan anak adalah dengan semata-mata
menyekolahkan anak setinggi mungkin. Padahal, kunci kebaikan itu ada pada
kepahaman tentang agama. Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

‫اﻟﺪﻳﻦ‬
ِ ‫ﺧﻴﺮا ﻳُ َﻔﻘﻬْ ﻪ ﻓﻲ‬
ً ُ ‫َﻣﻦ ﻳُ ِﺮ ِد‬
‫ﷲ ﺑﻪ‬

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan niscaya Allah pahamkan dia dalam
agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kebaikan seorang terletak sejauh mana dia memahami agama ini dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kecintaan kepada ilmu agama inilah
modal yang harus diberikan dan dipupuk oleh orang tua kepada anak-anaknya. Para
ulama kita terdahulu pun telah mengajarkan kepada kita untuk menjadi sosok
pendidik yang rabbani; yaitu yang membina manusia dengan ilmu-ilmu yang dasar
sebelum ilmu-ilmu yang besar. Ilmu itu dipelajari dan dicari seiring dengan
perjalanan malam dan siang hari. Sedikit demi sedikit dan terus-menerus. Sehingga
dengan panduan ilmu itulah seorang hamba mengenali jalan menuju Rabbnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

ِ ‫ﻳﻘﺎ اﻟَﻰ ْاﻟ َﺠ‬


‫ﻨﺔ‬ ً ‫ﻴﻪ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ َﺳﻬ َﻞ ا ُ ﻟَ ُﻪ ِﺑ ِﻪ َﻃ ِﺮ‬
ِ ‫ﻳﻘﺎ ﻳَ ْﻠﺘَ ِﻤ ُﺲ ِﻓ‬
ً ‫َو َﻣ ْﻦ َﺳﻠَ َﻚ َﻃ ِﺮ‬

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka mencari ilmu (agama) maka Allah
mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran dan perjuangan. Yahya bin Abi Katsir
mengatakan, “Ilmu tidak diperoleh hanya dengan cara bersantai-santai.” Sebagian
penyair arab berkata:

Katakan kepada orang yang mendamba

Perkara-perkara mulia dan utama

Tanpa perjuangan maka

Kau hanya mengharap sesuatu yang mustahil adanya

Baca Juga: Tidak Terlalu Tertarik Belajar Tauhid, karena Belum Paham Tauhid
Sepenuhnya

Kemuliaan umat ini bergantung pada perjuangan mereka untuk memahami agama
ini dan mengamalkannya. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mendorong umatnya untuk belajar Islam dan mengajarkannya. Beliau bersabda, 

َ ‫َﺧ ْﻴ ُﺮﻛُ ْﻢ َﻣ ْﻦ َﺗﻌَ ﻠ َﻢ ْاﻟ ُﻘ ْﺮ‬


‫آن َوﻋَ ﻠ َﻤ ُﻪ‬

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya.”


(HR. Bukhari)

Belajar al-Qur’an mencakup membacanya dengan benar, memahami isinya dan


merenungkan kandungan hukum dan pelajaran berharga yang tersimpan di
dalamnya. Sebab ia menjadi petunjuk bagi manusia dan pembimbing bagi orang yang
bertakwa. Dengan mengikuti ajarannya manusia menjadi mulia. Dan karena
mencampakkan ajarannya manusia pun hina. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 

َ ‫اﻣﺎ َوﻳَ َﻀﻊُ ِﺑ ِﻪ‬


‫آﺧ ِﺮﻳﻦ‬ ِ َ‫ان ا َ ﻳَ ْﺮ َﻓﻊُ ِﺑﻬَ َﺬا ْاﻟ ِﻜﺘ‬
ً ‫ﺎب ا ْﻗ َﻮ‬

“Sesungguhnya Allah akan memuliakan dengan Kitab ini beberapa kaum dan akan
merendahkan kaum-kaum yang lain dengannya pula.” (HR. Muslim)
Mendidik keluarga untuk mengenali al-Qur’an dan mencintainya adalah perkara
yang banyak dilupakan oleh manusia, bahkan oleh banyak di antara kaum muslimin
sekalipun. Rutinitas membaca al-Qur’an pun terkalahkan oleh hobi membaca komik,
kegemaran menonton televisi, dan bermain game yang tidak mendidik. Padahal al-
Qur’an menyimpan obat bagi penyakit-penyakit hati. Ia menjadi rahmat bagi
manusia yang beriman dan pelajaran bagi ulil albab. 

Sosok kepahlawanan para pendahulu yang salih diantara umat ini pun tersingkir
oleh pahlawan fiktif dan tokoh-tokoh khayalan. Hal ini tidaklah terjadi kecuali
disebabkan kesalahan manusia dan masyarakat itu sendiri. Allah berfirman, 

‫ان ا َ َﻻ ﻳُ َﻐﻴ ُﺮ َﻣﺎ ِﺑ َﻘ ْﻮ ٍم َﺣﺘﻰ ﻳُ َﻐﻴ ُﺮوا َﻣﺎ ِﺑﺎ ْﻧ ُﻔ ِﺴ ِﻬ ْﻢ‬

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d : 11)

Maka minimnya suasana tarbawi dan kurangnya pembinaan nilai-nilai agama di


tengah keluarga dan masyarakat secara umum adalah fenomena yang timbul akibat
kurangnya perhatian kita terhadap ilmu agama dan sikap meremehkannya. Padahal
ilmu agama ini adalah ‘panglima’ bagi seluruh ucapan dan amal perbuatan hamba.
Mungkin kita masih ingat perkataan emas Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya
yaitu Bab Ilmu sebelum ucapan dan amalan.

Baca Juga: Kapan Belajar Ilmu Ushul Fiqh?

Di masa pandemi ini, tidaklah berlebihan kalau para orang tua kembali memberikan
perhatian besar kepada pembinaan ruhiyah anak-anaknya. Karena rumah anda
adalah sekolah pertama bagi generasi penerus bangsa. Keteladanan dan bimbingan
dari orang tua akan memberikan pengaruh besar ke dalam pertumbuhan dan
keadaan anak setelah taufik dari Allah kepadanya. Karena itu Islam mengajarkan
kepada para orang tua untuk memerintahkan anak-anak untuk mulai mengerjakan
sholat walaupun usianya masih belia. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
mengajarkan aqidah kepada anak kecil di antara para sahabatnya. 

Para orang tua hendaknya belajar kembali tentang Islam dengan pemahaman yang
benar. Karena tidaklah Islam itu terbatas hanya dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat tanpa memahami isi dan konsekuensinya. Sebagaimana yang dijelaskan
para ulama bahwa islam adalah kepasrahan kepada Allah dengan bertauhid, tunduk
kepada-Nya dengan penuh ketaatan, dan berlepas diri dari syirik dan pelakunya.
Islam dan tauhid inilah agama yang diajarkan oleh setiap nabi kepada umatnya,
walaupun syari’at mereka berbeda-beda. 
Islam tegak di atas tauhid; yaitu pemurnian ibadah kepada Allah dan meninggalkan
syirik kepada-Nya. Tauhid ini pula yang menjadi tujuan penciptaan segenap jin dan
manusia. Allah berfirman, 

ْ ْ َ
ِ ُ‫َو َﻣﺎ َﺧﻠ ْﻘ ُﺖ اﻟ ِﺠﻦ َواﻻ ْﻧ َﺲ اﻻ ِﻟ َﻴﻌْ ُﺒﺪ‬
‫ون‬

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat : 56). 

Seorang ulama besar binaan manusia terbaik dan teladan bagi para pemuda Islam
yaitu Ibnu Abbas menafsirkan maksud ayat ini bahwa maksud beribadah kepada
Allah adalah dengan mentauhidkan-Nya, sebagaimana disebutkan al-Baghawi dalam
tafsirnya.

Tauhid ini pula perintah terbesar di dalam agama. Hak Allah yang paling wajib untuk
ditunaikan oleh setiap insan kepada Rabbnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, 

‫أن ﻳﻌﺒﺪوه وﻻ ﻳﺸﺮﻛﻮ ﺑﻪ ﺷﻴﺄ‬

“Hak Allah atas para hamba adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan
tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sudahkah para orang tua belajar tentang tauhid dan mengajarkan tauhid ini kepada
keluarganya? 

Baca Juga:

Keutamaan Belajar Bahasa Arab dan Ilmu Nahwu


Belajar Dahulu Fikih Haji, Semoga Dimudahkan Segera

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

Artikel Muslim.or.id

Sahabat muslim, yuk berdakwah bersama kami. Untuk informasi lebih lanjut silakan
klik disini. Jazakallahu khaira

Copyright 2020 Muslim.Or.Id. All Rights Reserved.

Anda mungkin juga menyukai