Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN

DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH :
AJENG WAHYU RAHMAWATI M (1911100007)
MAULIDA LUTFIA AZIZAH (1911110009)
MELIANA EKA PUTRI (1911110005)

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah ini tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentu penulis
tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
Dalam Kesempatan ini penulis bertrimakasih kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal
pikiran,sehingga penulis mampu menyeleaikan pembuatan Makalah ini penulis
buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan”.
Penuis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan seta kekurangan di dalamya
.Untuk itu,penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Purwokerto 20 September 2019

Penulis,

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1
BAB I ..................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan .................................................................................................... 6
BAB II.................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN .................................................................................................... 8
A. Pengertian Syirik................................................................................... 8
B. Jenis-Jenis Syirik................................................................................. 10
C. Bentuk Bentuk Syirik ......................................................................... 16
D. Penyebab Terjadinya Syirik Pada Manusia ..................................... 18
E. Tindakan Rasulullah dalam Menangkal Syirik ............................... 23
F. Pengertian Syirik Modern ..................................................................... 26
G. Bentuk-bentuk Syirik ......................................................................... 27
H. Cara Menanggulangi Syirik pada Zaman Modern.......................... 34
BAB III ................................................................................................................ 37
PENUTUP ........................................................................................................... 37
A. Kesimpulan .......................................................................................... 37
B. Saran .................................................................................................... 37

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu
(kebodohan), dhai’ful iiman(lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara
membabi-buta). Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat
sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka
tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh
dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin
jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecenderungan berbuat syirik semakin kuat.
Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para dukun selalu menjadi rujukan
utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan dengan kobodohannya mereka tidak
tahu bagaimana seharusnya mengatasi berbagai persoalan yang mereka hadapi.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dhai’ful iimaan (lemahnya iman).
Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut
kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan
oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh
hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan
syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang
ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau
selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat
hati orang banyak.
Taqliid sebab yang ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-
orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu
karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman,“Dan apabila
mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek
moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami
mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Al-A’raf: 28).

4
Ibarat tsumani yang meluluh-lantahkan semua yang ada di muka bumi.
Seperti luapan panas erupsi gunung Merapi yang membumi-hanguskan alam
disekitarnya. Bak virus ganas yang memusnakan semua sel-sel tubuh manusia.
Itulah syirik, ia adalah the real destroyers (perusak sesungguhnya), dapat
mengundang murka Allah SWT, menanggung beban dosa terbesar,
menggugurkan seluruh amal kebaikan, dan disiksa dalam neraka uang dahsyat nan
abadi. Sungguh mengerikan dampak negatif dari perbuatan syirik.
Tempo dulu, kesyirikan identik dengan penyembahan berhala seperti yang
dilakukan oleh kaum Nabi Nuh AS. Seribu tahun lamanya Nabi Nuh AS
mengajak umatnya untuk mengesakan Allah SWT, namun penyimpangan itu tak
kunjung hilang. Sebaliknya justru mendapat perlawanan keras dari kaumnya,
termasuk anaknya sendiri. Lalu Nabi Nuh AS memohon kepada Allah SWT untuk
memusnahkan kaum yang ingkar itu. Datanglah bencana banjir besar yang
menghancurkan semuanya, bahkan orang-orang yang berlindung di atas gunung
sekalipun tenggelam dan musnah.
Setelah masa Nabi Nuh AS berlalu, kesyirikan kembali muncul di tengah
umat manusia yang dipelopori oleh kaum ‘Ad, kaum Tsamud, Bani Israil, dan
lainnya. Pada periode Nabi Muhammad SAW, kesyirikan tak kalah hebat dengan
masa-masa sebelumnya. Dalam suatu riwayat disebutkan ada sekitar 360 berhala
di sekeliling Ka’bah yang disembah oleh kaum Quraisy. Nabi Muhammad SAW
pun tiada henti menyeru kaumnya kepada ajaran Tauhid, meski perlawanan,
tekanan, dan penindasan kerap kali di alaminya. Kurang lebih dua puluh tahun
lamanya sang Nabi berdakwah, akhirnya fenomena kesyirikan itu sedikit demi
sedikit menghilang, lalu digantikan kembali dengan ketauhidan kepada Allah
SWT.
Dalam surat adz- Dzariyat ayat 56 Allah SWT berfirman, “dan Aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada – Ku”.
Firman in sangat jelas bahwa penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk
beribadah kepada – Nya. Segala sesuatu tentang peribadahan hanyalah kepada
Allah kita menyembah bukan kepada selain – Nya. Sehinnga tujuan hidup kita
adalah utuk beribadah kepada Allah SWT untun menggapai ridha – Nya.

5
Syirik yang merupakan salah satu bentuk penghambaan kepada selain Allah
adalah dosa besar yang tidak terampuni. Kesyrikan manusia sudah ada dari masa
dakwah para nabi hingga sekarang. Kesesatan manusia ini bukan tanpa alasan,
karena tingkat keimanan yang dimiliki oleh setiap manusia berbeda – beda. Dan
hal ini syetan juga sangat senang dan antusias untuk selalu menggoda manusia
ikut dalam kesesatan syetan. Bahwasanya syetan sudah berjanji setelah
penciptaanya bahwa syetan akan terus menggoda anak cucu Adam untuk ikut
sesat dan masuk neraka bersama syetan tersebut, na’udzubillah min dzalik.
Permasalahan kesyirikan ini bukan suatu masalah yang kecil, ini merupakan
permasalahan ummat yang sangat serius di akhir zaman seperti ini. Karena
hilangnya ghirah umat muslim ini lah salah yang menjadi sebabnya. Maka
dakwah untuk memerangi kesyirikan senantiasa harus di syiarkan agar ummat di
dunia ini atau disekitar kita tidak terjerumus kedalam kesyirikan. Sehinnga
berdasarkan permasalahan ini kami menulis sebuah makalah yang berjudul ‘Syirik
dan bahanya bagi manusia’ yang akan dibahas dibawah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian syirik?
2. Apa saja jenis-jenis dari syirik?
3. Apa bentuk-bentuk syirik?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya syirik pada manusia?
5. Bagaimana tindakan Rasulullah menangkal syirik?
6. Apa pengertian syirik modern?
7. Apa saja bentuk-bentuk syirik modern?
8. Bagaimana cara menanggulangi syirik pada masa modern?
9. Apa saja bahaya syirik bagi kehidupan manusia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Syirik
2. Untuk mengetahu Jenis-jenis Syirik..
3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Syirik

6
4. Untuk mengetahui Penyebab Terjadinya Syirik pada Manusia
5. Untuk mengetahui Tindakan Rasulullah Dalam Menangkal Syirik
6. Untuk mengetahui Pengertian Syirik Modern
7. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Syirik Modern
8. Untuk mengetahui Cara Menanggulangi Syirik pada Masa Modern
9. Untuk mengetahui Bahaya Syirik Bagi Kehidupan Manusia

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirik

Secara etimologi, syirik berarti persekutuan yang terdiri dari dua atau lebih
yang disebut sekutu. Sedangkan secara terminologi, syirik berarti menjadikan bagi
Allah tandingan atau sekutu. Definisi ini bermuara dari hadis Nabi tentang dosa
terbesar,

َ‫أَ ْن تَجْ َع َل َ هّلِلَ نَدًّا َو ْه َو َخلَقَك‬

“…Engkau menjadikan sekutu bagi Allah sedangkan Dia yang


menciptakanmu.”

Karena itu, barangsiapa menyembah dan berdo’a kepada selain Allah


berarti ia meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepada
yang tidak berhak, dan itu merupakan kezhaliman yang paling besar. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ظ ْل ٌم َع َظي ٌم‬
ُ َ‫َإ هن الش َْركَ ل‬

“… Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman


yang besar.” [Luqman: 13]

Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َقالُ ْوا)ثَالَثًا(أَالَ أُنَ َبئ ُ ُك ْم َبأ َ ْك َب َر ْال َك َبا َئ َر‬،: َ‫س ْو َل للا‬
ُ ‫ َب َلى َيا َر‬. ‫قَا َل‬: ‫عقُ ْو ُق ْال َوا َلدَي َْن‬
ُ ‫ ََ اْ َإل ْش َراكُ َباهللَ َو‬-
‫س َو َكانَ ُمته َكئًا فَقَا َل‬ َ َ‫و َجل‬-: َ ‫الز ْو َر‬ ُّ ‫أَالَ َوقَ ْو ُل‬. ‫قَا َل‬: َ‫س َكت‬َ ُ‫فَ َما زَ ا َل يُك ََر ُرهَا َحتهى قُ ْلنَا لَ ْيتَه‬.

“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang


paling besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat)
menjawab: “Tentu saja, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada
Allah, durhaka kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau
duduk tegak seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!”

8
Perawi berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau
diam.”

Syirik (menyekutukan Allah) dikatakan dosa besar yang paling besar dan
kezhaliman yang paling besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq
(Pencipta) pada hal-hal yang khusus bagi Allah Ta’ala. Barangsiapa yang
menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia telah menyamakannya dengan
Allah dan ini sebesar-besar kezhaliman. Zhalim adalah meletakkan sesuatu bukan
pada tempatnya.

Akan tetapi, jika disebutkan secara mutlak, syirik berarti memalingkan


suatu ibadah kepada selain Allah. Dan inilah makna syirik secara khusus.
Sebagaimana tauhid bermakna mengesakan Allah -dalam ibadah- jika disebut
secara mutlak. Karena kesyirikan jenis inilah yang diperangi oleh Rasulullah
semasa hidup beliau. Bahkan, kesyirikan pertama yang terjadi di muka bumi ini
disebabkan oleh penyelewengan dalam beribadah kepada selain Allah yang telah
menimpa kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Diriwayatkan bahwa di zaman Nabi Nuh terdapat beberapa orang saleh.


Ketika mereka wafat, setan membisikkan kepada manusia-manusia setelah mereka
untuk mendirikan patung orang-orang saleh tersebut dan menamakannya dengan
nama-nama mereka. Hal itu bertujuan untuk membuat mereka semangat dalam
beribadah tatkala melihat patung tersebut.

Kala itu tiada seorang pun yang menyembah patung itu. Akan tetapi,
ketika generasi pembuat patung wafat dan manusia berada di dalam kungkungan
kebodohan, maka generasi setelahnya menjadikan patung-patung tersebut sebagai
sesembahan. Mereka telah menduakan Allah dan itulah sebesar-besar dosa.

9
B. Jenis-Jenis Syirik

Syirik ada dibagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Syirik Besar

Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allah,
seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri kepadanya dengan
penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin
atau syaithan, dan lainnya. Atau seseorang takut kepada orang mati (mayit) yang
(dia menurut perkiraannya) akan membahayakan dirinya, atau mengharapkan
sesuatu kepada selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun
mudharat, atau seseorang yang meminta sesuatu kepada selain Allah, di mana
tidak ada manusia pun yang mampu memberikannya selain Allah, seperti
memenuhi hajat, menghilangkan kesulitan dan selain itu dari berbagai macam
bentuk ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan ditujukan kepada Allah
saja.[9] Allah Ta’ala berfirman:

َ‫ب ْالعَالَ َمين‬


َ ‫آخ ُر دَ ْع َوا ُه ْم أ َ َن ْال َح ْمد ُ َ هّلِلَ َر‬ َ ‫س ْب َحانَكَ الله ُه هم َوت ََحيهتُ ُه ْم فَي َها‬
َ ‫س َال ٌم ۚ َو‬ ُ ‫دَع َْوا ُه ْم فَي َها‬

“Do’a mereka di dalamnya adalah, ‘Subhanakallahumma,’ dan salam


penghormatan mereka adalah: ‘Salaamun.’ Dan penutup do’a mereka adalah:
‘Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin.’” [Yunus: 10]

Syirik besar dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya
kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum
bertaubat daripadanya.

Syirik besar ada banyak, sebagian diantaranya :

a. Syirik do’a, yaitu di samping ia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa


Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selain-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫صينَ لَهُ الدَينَ فَلَ هما نَ هجا ُه ْم إَلَى ْالبَ َر إَذَا ُه ْم يُ ْش َر ُكون‬ ‫فَإَذَا َر َكبُوا فَي ْالفُ ْل َك د َ َع ُوا ه‬
َ ‫َّللاَ ُم ْخ َل‬

10
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdo’a kepada Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka
sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” [Al-
‘Ankabuut: 65]

Syirik niat, keinginan dan tujuan, yaitu ia menujukan suatu bentuk ibadah
untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ف إَلَ ْي َه ْم أ َ ْع َمالَ ُه ْم فَي َها َو ُه ْم فَي َها َال يُ ْب َخسُونَ أ ُو َٰلَئَكَ الهذَين‬
َ ‫َم ْن َكانَ ي َُريد ُ ْال َحيَاة َ الدُّ ْنيَا َو َزينَت َ َها نُ َو‬
َ‫اط ٌل َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬َ َ‫صنَعُوا فَي َها َوب‬ َ ‫ط َما‬ َ َ‫ار ۖ َو َحب‬ُ ‫ْس لَ ُه ْم فَي ْاْل َخ َرةَ إَ هال النه‬ َ ‫لَي‬

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya


kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna
dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” [Huud:
15-16].

a. Syirik ketaatan, yaitu mentaati selain Allah dalam hal maksiyat


kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫َّللاَ َو ْال َمسَي َح ابْنَ َم ْريَ َم َو َما أ ُ َم ُروا َإ هال َليَ ْعبُدُوا إَ َٰلَ ًها‬
‫ُون ه‬َ ‫ار ُه ْم َو ُر ْهبَانَ ُه ْم أ َ ْربَابًا َم ْن د‬
َ َ‫ات ه َخذُوا أَحْ ب‬
َ‫س ْب َحانَهُ َع هما يُ ْش َر ُكون‬ ُ ۚ ‫احدًا ۖ َال إَ َٰلَهَ إَ هال ه َُو‬
َ ‫َو‬

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka


sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb) al-Masih
putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Allah Yang
Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia.
Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah: 31]

b. Syirik mahabbah (kecintaan), yaitu menyamakan Allah Subhanahu


wa Ta’ala dengan selain-Nya dalam hal kecintaan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

11
َ َ‫َّللاَ ۖ َوالهذَينَ آ َمنُوا أ‬
‫شدُّ ُحبًّا َ هّلِلَ ۗ َولَ ْو يَ َرى‬ ‫ب ه‬ َ ‫َّللاَ أ َ ْندَادًا ي َُحبُّونَ ُه ْم َك ُح‬
‫ُون ه‬َ ‫اس َم ْن يَت ه َخذ ُ َم ْن د‬
َ ‫َو َمنَ النه‬
َ ‫شدَيدُ ْالعَذَا‬
‫ب‬ ‫اب أ َ هن ْالقُ هوةَ َ هّلِلَ َج َميعًا َوأ َ هن ه‬
َ َ‫َّللا‬ َ َ‫ظلَ ُموا إَذْ يَ َر ْونَ ْالعَذ‬
َ َ‫الهذَين‬

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah.

Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada


Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka
menyesal).” [Al-Baqarah: 165]

1. Syirik Kecil
Syirik kecil yaitu dalam bentuk ucapan atau perbuatan. Sebagai
contoh bersumpah dengan selain nama Allah SWT. Syirik ini tidak
membuat pelakunya keluar dari islam akan tetapi perbuatan ini
mengurangi tauhid dan merupakan jalan menuju syirik besar.Syirik
kecil ada dua macam, yaitu :
a. Syirik zhahir (nyata)
Yaitu syirik kecil dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam
bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan selain Nama Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ف بَغَي َْر للاَ فَقَدْ َكفَ َر أ َ ْو أ َ ْش َرك‬


َ َ‫ َم ْن َحل‬.

“Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah


berbuat kufur atau syirik.”

Syirik dan kufur yang dimaksud di sini adalah syirik dan kufur kecil.

Qutailah binti Shaifi al-Juhaniyah Radhiyallahu anhuma menuturkan


bahwa ada seorang Yahudi yang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa

12
sallam, dan berkata: “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan perbuatan syirik.
Engkau mengucapkan: ‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu,’ dan
mengucapkan: ‘Demi Ka’bah.’” Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan para Sahabat apabila hendak bersumpah agar mengucapkan:

‫ َوأَ ْن يَقُ ْولُ ْوا‬،‫ب ْال َك ْعبَ َة‬ َ َ‫ َماشَا َء للاُ ث ُ هم َشئْت‬.
َ ‫و َر‬:

“Demi Allah, Pemilik Ka’bah,” dan mengucapkan: “Atas kehendak Allah


kemudian atas kehendakmu.’”

Contoh lain syirik dalam bentuk ucapan yaitu perkataan:

َ‫ َما شَا َء للاُ َو َشئْت‬.

“Atas kehendak Allah dan kehendakmu.”

Ucapan tersebut salah, dan yang benar adalah:

َ‫ َما شَا َء للاُ ث ُ هم َشئْت‬.

“Atas kehendak Allah, kemudian karena kehendakmu.”

Hal ini berdasarkan hadits dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ف أ َ َحدُ ُك ْم فَالَ يَقُ ْل‬


َ َ‫ َإذَا َحل‬: ‫ َو َل َك ْن َليَقُ ْل‬، َ‫ َما شَا َء للاُ َو َشئْت‬: َ‫ َما شَا َء للاُ ث ُ هم َشئْت‬.

“Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan:


‘Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:

َ‫ َما شَا َء للاُ ث ُ هم َشئْت‬.

“Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.”

Kata ‫(ثُـ هم‬kemudian) menunjukkan tertib berurutan, yang berarti


menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

13
َ‫َّللاُ َربُّ ا ْلعَالَ َمين‬
‫َو َما تَشَا ُءونَ إَ هال أ َ ْن يَشَا َء ه‬

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali


apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” [At-Takwir: 29]

Adapun contoh syirik dalam perbuatan, seperti memakai gelang,


benang, dan sejenisnya sebagai pengusir atau penangkal marabahaya. Seperti
menggantungkan jimat (tamimah) karena takut dari ‘ain (mata jahat) atau lainnya.
Jika seseorang meyakini bahwa kalung, benang atau jimat itu sebagai penyerta
untuk menolak marabahaya dan menghilangkannya, maka perbuatan ini adalah
syirik ashghar, karena Allah tidak menjadikan sebab-sebab (hilangnya
marabahaya) dengan hal-hal tersebut. Adapun jika ia berkeyakinan bahwa dengan
memakai gelang, kalung atau yang lainnya dapat menolak atau mengusir
marabahaya, maka per-buatan ini adalah syirik akbar (syirik besar), karena ia
menggantungkan diri kepada selain Allah.

b. Syirik khafi (tersembunyi)


Yaitu syirik dalam hal keinginan dan niat, seperti riya’ (ingin dipuji
orang) dan sum’ah (ingin didengar orang), dan lainnya. Seperti melakukan suatu
amal tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ia ingin mendapatkan
pujian manusia, misalnya dengan memperindah shalatnya (karena dilihat orang)
atau bershadaqah agar dipuji dan memperindah suaranya dalam membaca (Al-
Qur-an) agar didengar orang lain, sehingga mereka menyanjung atau memujinya.

Suatu amal apabila tercampur dengan riya’, maka amal tersebut


tertolak, karena itu Allah memperintahkan kita untuk berlaku ikhlas. Allah Ta’ala
berfirman:

َ ‫ي أَنه َما َإ َٰلَ ُه ُك ْم َإ َٰلَهٌ َو‬


‫احدٌ ۖ فَ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو َلقَا َء َر َب َه فَ ْليَ ْع َم ْل َع َم ًال‬ ‫قُ ْل َإنه َما أَنَا بَش ٌَر َمثْلُ ُك ْم يُو َح َٰى َإلَ ه‬
‫صا َل ًحا َو َال يُ ْش َر ْك َب َعبَادَةَ َر َب َه أَ َحدًا‬ َ

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanyalah manusia sepertimu,


yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa sesungguhnya Ilah kamu itu adalah Allah
Yang Esa.’’ Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-nya, maka

14
hendaklah ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” [Al-Kahfi: 110]

Maksudnya, katakanlah (wahai Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam)


kepada orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu: “Sesungguhnya
aku ini hanyalah manusia seperti juga dirimu.” Maka barangsiapa yang
menganggap diriku (Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) adalah pendusta,
hendaklah ia mendatangkan sebagaimana yang telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bawa. Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui
yang ghaib, yaitu tentang perkara-perkara terdahulu yang pernah disampaikan
beliau, seperti tentang Ashhaabul Kahfi, tentang Dzul Qarnain, atau perkara ghaib
lainnya, melainkan (sebatas) yang telah diwahyukan Allah Ta’ala kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa


ilah (sesembahan) yang mereka seru dan mereka ibadahi, tidak lain adalah Allah
Yang Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan bahwa barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan-Nya -
yaitu mendapat pahala dan kebaikan balasan-Nya- maka hendaklah ia
mengerjakan amal shalih yang sesuai dengan syari’at-Nya, serta tidak
menyekutukan sesuatu apapun dalam beribadah kepada Rabb-nya. Amal
perbuatan inilah yang di-maksudkan untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala
semata, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

Kedua hal tersebut (amal shalih dan tidak menyekutukan Allah)


merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-benar tulus
karena Allah (menjauhi perbuatan syirik) dan harus sesuai dengan syari’at
(Sunnah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ َ ‫علَ ْي ُك ُم ال َش ْركُ اْأل‬


‫ فَقَالُ ْوا‬،‫صغ َُر‬ ُ ‫ف َما أَخ‬
َ ‫َاف‬ َ ‫إَ هن أ َ ْخ َو‬: ‫س ْو َل للاَ؟ قا َ َل‬ ْ َ ‫ َو َما ال َش ْركُ اْأل‬: ‫ا َ َلريَا ُء‬.
ُ ‫ يَا َر‬،‫صغ َُر‬

15
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil.”
Mereka (para Sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?”
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yaitu riya’.” [18]

Termasuk juga dalam syirik, yaitu seseorang yang melakukan amal untuk
kepentingan duniawi, seperti orang yang menunaikan ibadah haji atau berjihad
untuk mendapatkan harta benda.

Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ي َو َإ ْن لَ ْم‬
َ ‫ض‬
َ ‫ي َر‬ َ ‫ إَ ْن أُع‬،‫س َع ْبد ُ ْالخ ََم ْيلَ َة‬
َ ‫ْط‬ َ ‫س َع ْبد ُ ْالخ ََم ْي‬
َ ‫ ت َ َع‬،‫ص َة‬ َ ‫ ت َ َع‬،‫س َع ْبد ُ ال َد ْره ََم‬
َ ‫ ت َ َع‬،‫َار‬ َ ‫ت َ َع‬
َ ‫س َع ْبد ُ ال َدن‬
َ ‫س َخ‬
‫ط‬ َ ‫ط‬ َ ‫يُ ْع‬.

“Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba


khamishah, celakalah hamba khamilah [19]. Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak
diberi ia marah.”[20]

C. Bentuk Bentuk Syirik


1. Syirik di dalam ibadah (uluhiyyah)
Syirik di dalam uluhiyyah Allah bermakna menyekutukan Allah di dalam
ibadah. Atau dengan arti lain menyelewengkan ibadah kepada selain Allah. Ini
adalah definisi syirik ketika penyebutannya bersifat mutlak. Karena kesyirikan ini
yang paling menjamur, dan parahnya, tidak banyak orang yang menyadari akan
hal itu. Betapa banyak manusia menduakan Allah di dalam penghambaan dirinya
tanpa mereka sadari.

Termasuk ibadah di antaranya adalah salat, zakat, puasa, sembelihan,


sumpah, doa, istigasah, cinta, takut, harap, dan segala bentuk peribadahan seorang
hamba kepada Allah. Oleh sebab itu, termasuk bentuk kesyirikan ketika seseorang
menyembelih kurban untuk jin semisal sesajen, berdoa meminta pertolongan
kepada orang mati, atau penyelewangan ibadah lainnya kepada selain Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

16
‫َّللاَ أ َ َحدًا‬
‫اجدَ َ هّلِلَ فَ َال تَدْعُوا َم َع ه‬
َ ‫س‬َ ‫َوأ َ هن ْال َم‬

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu ialah milik Allah. Maka


janganlah kalian menyembah sesuatu pun di dalamnya selain Allah.” (QS. Al-
Jinn: 18)

2. Syirik di dalam perbuatan Allah (rububiyyah)

Syirik di dalam rububiyyah Allah berarti meyakini adanya selain Allah yang
melakukan perbuatan-perbuatan Allah. Atau menyamakan makhluk dengan Allah
dalam hal-hal yang merupakan kekhususan rububiyyah-Nya. Misalnya,
memercayai adanya sang pencipta selain Allah, pemberi rezeki, penurun hujan,
dan pengatur alam semesta.

Syirik jenis ini umumnya sedikit. Karena kaum kafir Quraisy yang diperangi
oleh Rasulullah pun meyakini tauhid jenis ini. Allah Ta’ala berfirman,

‫ت‬َ ‫ي َمنَ ْال َم َي‬‫ار َو َم ْن ي ُْخ َر ُج ْال َح ه‬ َ ‫ص‬َ ‫ض أ َ هم ْن يَ ْم َلكُ الس ْهم َع َو ْاأل َ ْب‬
َ ‫اء َو ْاأل َ ْر‬ ‫قُ ْل َم ْن يَ ْر ُزقُ ُك ْم َمنَ ال ه‬
َ ‫س َم‬
َ‫َّللاُ فَقُ ْل أَفَ َال تَتهقُون‬
‫س َيقُولُونَ ه‬ َ َ‫َوي ُْخ َر ُج ْال َم َيتَ َمنَ ْال َحي َ َو َم ْن يُدَ َب ُر ْاأل َ ْم َر ف‬

“Katakanlah wahai Muhammad, ‘Siapakah yang memberi kalian rezeki dari


langit dan bumi? Siapakah yang menguasai pendengaran dan penglihatan?
Siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan mengeluarkan yang
mati dari yang hidup? Siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka
akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakan, ‘Lantas mengapa kalian tidak
bertakwa?” (QS. Yunus: 31)

3. Syirik di dalam nama dan sifat-Nya (asma’ wa shifat)

Syirik di dalam al-asma’ wa ash-shifat bermakna menjadikan sekutu bagi


Allah, baik itu di dalam salah satu nama-Nya, atau salah satu sifat-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,

‫ير‬
ُ ‫ص‬َ ‫ش ْي ٌء َوه َُو الس َهمي ُع ا ْل َب‬
َ ‫ْس ك ََمثْ َل َه‬
َ ‫لَي‬

17
“Tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah yang Maha mendengar
lagi Maha melihat.” (QS. Asy-syura: 11)

D. Penyebab Terjadinya Syirik Pada Manusia

Pada dasarnya penyebab timbulnya kesyirikan sangat banyak sekali, dan


pada pembahasan singkat ini kita berusaha menyebutkan pokok-pokoknya yang
kemudian dari pokok inilah menjadi bercabang, diantara pokok-pokok tersebut
adalah :

1. Berlebih-lebihan dalam memuji Rasul atau memuji orang shaleh.

Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam telah memperingatkan


akan hal itu dalam sabda beliau :“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam
memujiku, sebagaimana orang-orang Nashrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa
anak Maryam, sesungguhnya saya hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah
hamba Allah dan rasul-Nya”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika berlebih-lebihan dalam memuji Nabi adalah sesuatu yang terlarang,


tentu lebih terlarang lagi jika berlebihan dalam memuji selain beliau dari orang-
orang shaleh atau yang lainnya. Dan hal inilah yang merupakan penyebab
kesyirikan pertama dalam kehidupan umat manusia, yaitu pada umat Nabi Nuh
‘Alaihissalam, sebagaimana yang diceritakan Allah dalam firman-Nya :“Dan
mereka berkata ; Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-
tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kami meninggalkan (penyembahan)
Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr”. (QS. Nuh : 23)

Ibnu Abas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan : Kelima nama ini
adalah nama orang-orang shaleh dari kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam. Maka tatkala
mereka (orang-orang shaleh) itu wafat, syetan mempengaruhi kaum Nabi Nuh
agar membuat patung-patung mereka di majelis yang biasa mereka duduk
padanya dalam rangka mengingat orang-orang shaleh tersebut, dan syetan juga
mempengaruhi mereka agar memberikan nama patung tersebut sesuai dengan
nama orang-orang shaleh itu, maka merekapun melakukannya. Ketika itu patung-

18
patung itu belum disembah. Akan tetapi ketika orang-orang yang membuat patung
tersebut meninggal dunia dan ilmu agama telah hilang maka patung-patung itupun
disembah. (HR. Bukhari 8/667 dan lihat tafsir Ibnu Katsir).

Berlebih-lebihan dalam memuji Rasul atau orang-orang shaleh adalah


dengan menempatkan mereka sejajar dengan Allah, baik dalam pujian ataupun
keyakinan akan sifat dan ilmu mereka, beristighatsah (meminta perlindungan)
kepada mereka ketika tertimpa bencana, tawaf dikuburan mereka, tabarruk
(mencari berkah) dari kuburan atau barang-barang peninggalan mereka,
bertawassul (menjadikan perantara) dengan mereka dalam do’a, menyembelih di
kuburan-kuburan mereka dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada mereka,
berdo’a dan meminta tolong kepada mereka padahal mereka telah meninggal
dunia dan lain sebagainya.

Sebagian orang mengatasnamakan perbuatan-perbuatan tersebut sebagai


wujud kecintaan kepada Nabi atau orang-orang shaleh dan ini adalah anggapan
yang keliru lagi menyesatkan, justru perbuatan ini adalah kesyirikan yang sangat
nyata yang telah diperingatkan Allah dan rasul-Nya.

Mencintai Nabi dan orang shaleh pada hakikatnya adalah sesuai dengan
apa yang telah diajarkan Al-Quran dan Sunnah serta apa yang telah dicontohkan
oleh para salafus-Shaleh, yaitu dengan mengetahui keutamaan-keutamaan mereka
dan mencontoh mereka dalam amal shaleh, tanpa meremehkan atau berlebih-
lebihan terhadap mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :“Dan orang-
orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a ; Ya
Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dulu dari kami, dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami
terhadap orang-orang yang beriman, Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha
Penyantun lagi Maha penyayang”. (QS. al-Hasyr : 10)

19
2. Ta’ashshub (fanatisme)

Fanatik terhadap tradisi dan peninggalan nenek moyang, walaupun itu


bathil dan bertentangan dengan yang hak khususnya dalam masalah aqidah.
Allah berfirman dalam Al-Quran :“Dan apabila dikatakan kepada mereka, ikutilah
apa yang telah diturunkan Allah. Mereka menjawab , (tidak), tetapi kami hanya
mengikuti apa yang telah kami dapati dari nenek moyang kami. (Apakah mereka
akan mengikuti juga) walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun dan tidak mendapat petunjuk”. (QS. al-Baqarah : 170)

Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman :“Dan demikianlah, Kami tidak
mengutus sebelum kamu seorangpun sebagai pemberi peringatan dalam suatu
negeri melainkan orang-orang yang hidup mewah (para pembesar) di negeri itu
berkata ; Sesungguhnya kami mendapatkan bapak-bapak kami menganut suatu
agama dan sesungguhnya kami adalah mengikuti jejak-jejak mereka”. (QS. az-
Zukhruf : 23)

Hal inilah yang tertanam pada diri kaum musyrikin dari zaman dahulu
sampai sekarang, dimana mereka sangat fanatik kepada peninggalan dan adat
istiadat nenek moyang, dan karena itu mereka tidak segan-segan untuk berpaling
dan menepis kebenaran yang bersumberkan kepada Al-Quran dan sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan ada juga diantara mereka yang menyalahkan
kebenaran tersebut dengan berbagai dalih dan sebutan, seperti aliran baru,
menyelisihi tradisi, memecah belah umat, membuat resah dan sebagainya.

Sehingga kita akan menemukan kisah para nabi dan rasul dalam al-Quran,
dalam menghadapi kaum mereka sering berhadapan dengan orang-orang yang
berwatak seperti ini, seperti kisah Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan kaumnya dalam
surat Al-Mukminun : 23 dan 24, kaum Nabi Shaleh dalam surat Hud : 62, kaum
Nabi Ibrahim dalam surat as-Syura : 73, kaum musyrikin jahiliyah dalam surat
Shad : 6 dan 7 serta kisah-kisah yang lainnya.

Maka, sudah sewajarnya para ulama dan para da’i yang menyeru umat
kepada risalah tauhid juga akan mengalami hal yang serupa, akan mendapat

20
tantangan dan kecaman dari orang-orang yang begitu fanatik kepada peninggalan
dan ajaran nenek moyang kendatipun hal tersebut bertentangan dengan Al-Quran
dan Sunnah. Dan dari kefanatikan inilah akhirnya timbul sikap menentang dan
berpaling dari kebenaran yang kemudian akan berujung kepada kesyirikan.

Mungkin saja alasan mereka untuk tetap pada ajaran nenek moyang
walaupun bertentangan dengan kebenaran adalah karena rasa penghormatan
kepada leluhur dan sesepuh mereka, sehingga jika kita tidak menjalankan seperti
apa yang ada pada mereka seolah-olah ada rasa penentangan dan meremehkan
mereka, bukankah dalam Islam kita diperintahkan untuk patuh dan menghormati
orang tua ?

Dalil ini mungkin dapat kita jawab dengan firman Allah Ta’ala :“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah dan rasul-Nya, dan
bertaqwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui”. (QS. Al-Hujurat : 1).

Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam :“Tiga hal yang jika
ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman, hendaklah Allah dan
rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lainnya ……”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan sabda beliau :“Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam bermaksiat
kepada Sang Pencipta”. (HR. Muslim)

Dari ayat dan hadits di atas jelaslah bagi kita bahwa barometer dalam
kebenaran yang mesti kita ikuti adalah Allah dan rasul-Nya, bukan perasaan dan
hawa nafsu, sekaligus menunjukkan kebathilan dalih dan alasan yang mereka
kemukan.

3. Kebodohan terhadap aqidah yang benar.

Keengganan untuk mempelajari atau mengajarkan aqidah yang benar atau


sangat sedikitnya perhatian terhadapnya, maka akan melahirkan generasi yang
tidak mengenal aqidah yang benar tersebut serta tidak menyadari kedudukannya
dalam kehidupan mereka, atau mereka tidak lagi mengetahui hal-hal yang

21
menyelisihinya dan membatalkannya. Sehinga pada akhirnya mereka tidak lagi
dapat membedakan yang hak dengan yang bathil, atau bahkan meyakini yang
bathil itu hak dan yang hak itu adalah suatu kebathilan, Allahul Musta’an.

Amirul mukminin Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu pernah


mengatakan bahwa : Sesungguhya nilai-nilai keislaman itu akan dicabut sedikit
demi sedikit, jika di dalam Isla tumbuh dan berkembang orang-orang yang tidak
mengenal jahiliyah.

Oleh karena itu agama kita mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut
ilmu dan memberantas kebodohan, mengenal yang hak agar mereka dapat
mengikutiya sekaligus mengetahui yang bathil agar mereka dapat membentengi
diri darinya.

Maka kebodohan adalah awal dari kebinasaan, karena kebodohan


seseorang akan jauh dari jalan Allah, karena kebodohan seseorang akan berpaling
dari agama Allah, karena kebodohan seseorang akan terjerumus dalam
kemaksiatan dan dosa. Karena kebodohan, seseorang akan tenggelam dalam
kesyirikan, karena kebodohan mungkin seseorang akan mengatakan : bukankah
Allah tidak menghukum seseorang jika ia bodoh (tidak mengetahui) ? Kita bisa
menjawabnya dengan mengatakan : Benar, tetapi bukankah Allah dan rasul-Nya
memerintahkan kita untuk tau. Apa yang anda katakan benar adanya jika anda
telah berusaha, namun jika hal tersebut setelah ada usaha atau berada di luar
kemampuan anda, karena Allah berfirman : “Allah tidak membebani kecuali apa
yang mereka mampu untuk memikulnya” (QS. al-Baqarah : 286).

Dan lihatlah bagaimana Allah kelak akan membantah apa yang


diungkapkan oleh orang-orang yang beralasan bahwa mereka telah dibodohi oleh
nenek moyang mereka sementara mereka tidak tahu, sebagaimana yang terdapat
dalam surat Al-A’raf : 38.

Inilah beberapa sebab pokok yang menyebabkan timbulnya kesyirikan


yang telah diperingatkan oleh Allah dan rasul-Nya kepada kita semua agar kita
dapat menjauhinya dalam kehidupan kita, karena kesyirikan tersebut adalah dosa

22
besar yang dapat membuat seseorang keluar dari agama Islam dan menjadikan
pelakunya kekal di dalam api neraka, Nas-alullah as-Salamah Wal ‘Afiyah.

E. Tindakan Rasulullah dalam Menangkal Syirik

Upaya Nabi SAW dalam menjaga kemurnian tauhid dari perkataan dan
perbuatan yang menodainya, yang membuat kemurnian tauhid menurun dan
berkurang. Hal seperti itu banyak terdapat dalam banyak hadist Nabi SAW.
Sementara, Rasulullah SAW sangatlah menyayangi umatnya, sangat ingin agar
kita terhindar dari kesyirikan. Karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi was
sallam berupaya menutup pintu-pintu kesyirikan, dengan cara sebagai berikut :

1. Tidak berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW

Seperti sabda beliau :” janganlah kalian berlebihan memujiku


seebagaimana orang – orang nasrani berlebihan memuji putera Maryam. Aku ini
tiada lain adalah hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan Rosul – Nya”.

Beliau SAW membenci kalau mereka mengarahkan pujian kepada beliau


karena menjerumuskan mereka kepada sikap berlebih – lebihan terhadapnya.
Beliau memberi kabar bahwa mengarahkan pujian kepada orang yang dipuji –
walau memang begitu adanya- termasuk perbuatan syetan, karena senang memuji
kepadanya akan membawanya kepada sikap membanggakan diri, dan itu
menafikkan kesempurnaan tauhid. Ibadah tidak akan tegak kecuali dengan
berputar pada porosnya, yaitu ketundukan yang amat sangat dalam kecintaanya
yang paling tinggi.

2. Larangan menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan menjadikan


kubur beliau sebagai ‘ied (tempat yang didatangi berulang-ulang).

Syaikhul islam rahimahullahu berkata, “kata Al – ‘Id merupakan kata


benda (sebutan) terhadap pertemuan umum yang kembali terulang yang berlaku
menurut kebiasaan, baik kembali dengan kembalinya tahun, minggu, bulan, dan
lain sebagainya.”

23
Ibnu Al Qayyin rohimahullahu berkata: “ Al ‘Id adalah sesuatu yang biasa
didatangi dan dituju, baik berupa masa ataupun tempat. Jika berupa nama tempat
maka ia adalah tempat yang dimaksudkan didalamnya untuk berkumpul, dijadikan
tempat ibadah dan sebagainya, sebagimana masjidil Haram, Minna, Musdalifah,
Padang Arafah dan al Masya’ir yang dijadikan oleh Allah sebagai ‘Id bagi kaum
Hunafa’(orang orang yang lurus), sebagaimana pula dia menjadikan hari – hari
ibadah di tempat - tempat tersebut sebagai ‘Id.

Dan dalam hal ini rosulullah melarang untuk melakukan perbuatan


menjadikan kuburan sebagi tempat ibadah dan melarang kuburan beliau untuk di
jadikan sebagi tempat ‘Id sebagaimana sabdaNya ; Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:“jangan jadikan rumah kalian sebagai kuburan, dan jangan
jadikan kuburanku sebagai Id, bershalawatlah kepadaku karena shalawat kalian
akan sampai kepadaku dimanapun engkau berada”.

3. Larangan bersafar menuju tempat yang dianggap berkah kecuali tiga


masjid.

Anggapan adanya tempat-tempat keramat seperti masjid-masjid, kuburan-


kuburan wali atau petilasan-petilasan tertentu telah mendorong sebagian orang
dengan sengaja mempersiapkan bekal untuk melakukan perjalanan jauh (safar)
menuju tempat tersebut, baik sendirian ataupun berombongan. Mereka
berkeyakinan tempat-tempat itu bisa berperan menjadikan doa dan ibadah menjadi
lebih mustajab (terkabul) daripada di tempat-tempat selainnya. Karenanya
merekapun mengkhususkan beribadah di sana terlebih lagi bila itu adalah kuburan
orang-orang shalih atau wali, mereka bahkan bisa beri’tikaf dan bermalam hingga
berhari-hari.

Secara umum melakukan perjalanan jauh atau safar tidaklah dilarang di


dalam Islam bahkan Islam mengajarkan adab safar. Akan tetapi sengaja bersafar
ke suatu tempat hanya untuk melakukan peribadatan khusus di sana, seperti

24
fenomena di atas adalah perbuatan terlarang yang bertentangan dengan hadits
Nabi yang dikenal dengan hadits “Syaddur Rihal”. Nabi bersabda,

َ ‫ َو َمس َْج َد ْاأل َ ْق‬،‫ َمس َْج َد ْال َح َر َام‬:َ‫اجد‬


‫ َو َمس َْج َدي‬،‫صى‬ َ ‫س‬َ ‫الر َحا ُل إَ هال إَلَى ثَ َالث َ َة َم‬ َ ُ ‫َال ت‬
َ ُّ‫شد‬

“Tidaklah diikat pelana unta (tidak dilakukan perjalanan jauh safar)


kecuali menuju tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid Al-Aqsha, dan masjidku
(Masjid Nabawi).” (HR. al-Bukhari, no. 1197, dari Abu Sa’id al Khudri).

Ibnu Hajar al-Asqalany asy-Syafi’i berkata, “Yang dimaksud dengan

)ُ‫الر َحال‬ َ ُ ‫(والَ ت‬


َ ُّ‫شد‬ َ

adalah larangan bersafar menuju selainnya (tiga masjid itu). Ath-Thibi


berkata, “Larangan dengan gaya bahasa bentuk penafian (negasi) seperti ini lebih
tegas daripada hanya kata larangan semata, seolah-olah dikatakan sangat tidak
pantas melakukan ziarah ke selain tempat-tempat ini.”(Fathul Bari, 3/64).

Tiga masjid tersebut lebih utama daripada masjid lainnya, dikarenakan


ketiganya itu masjid para nabi.Masjidil Haram kiblat kaum muslimin dan tujuan
berhaji, Masjidil Aqsha kiblat kaum terdahulu dan masjid Nabawi masjid yang
terbangun di atas ketakwaan [lihat Fathul Bari, 3/64].

25
F. Pengertian Syirik Modern

Syirik dalam bahasa arab adalah mashdar (kata kerja yang dibendakan)
yang berasal dari kata kerja: syarakha—yashrukhu ---syarkhan artinya menjadikan
sekutu baginya. Syirik adalah perbuatan menyekutukan allah dalam segala bentuk,
baik itu perkataan, perbuatan atau Iktiqad. adapun orang yang melakukan syirik
itu disebut musyrik. Adapun pengertian syirik secara syari’ah ada dua makna
yaitu:
Makna umum: menyamakan selain Allah dengan Allah dalam hal yang
merupakan kekhususan bagi Allah, maka secara umum syirik dibagi tiga.
Syirik dalam Rububiyah artinya keyakinan dan ikrar bahwasanya sesuatu
selain Allah mampu menciptakan, mengatur dan memelihara alam semesta dan
seisinya, memberikan rizki, memberikan manfaat dan bencana,memberikan
hidayah, mematikan dan menghidupkan dan lainnya yang termasuk rububiyahnya
Allah( Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara yaitu
penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya ).
Syirik ULuhiyah artinya keyakinan dan ikrar bahwa ada selain Allah yang
dapat diibadahi (disembah) seperti minta pertolongan pada jin untuk mendapatkan
uang dengan cepat.
Syirik Asma’ wa as-Shifat yaitu menyamakan antara Allah dan makhluk
nya dalam masalah Asma’ wa as-Shifat seperti menyamakan sifat-sifat dzatiyah
Allah (wajah, tangan, mendengar, melihat dsb) sama dengan sifat makhluk nya ,
atau memberikan sifat-sifat yang khusus bagi Allah untuk makhluk nya seperti
menyakini bahwa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara-perkara ghaib.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar.Allah mengampuni semua dosa yang
dilakukan hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:

‫هع ِظيما ِإثْما ا ْفت ههر َٰى فهقه ِد ِباّللِ ي ْش ِر ْك هو هم ْن ۚ يهشهاء ِل هم ْن َٰذهلِكه دونه هما هو هي ْغ ِفر ِب ِه ي ْش هركه أ ه ْن يه ْغ ِفر هل ّللاه ِإن‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang

26
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia
telah berbuat dosa yang besar( Qs.Annisa.48)

G. Bentuk-bentuk Syirik

Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua
yaitu:

a. Syirik Akbar (Syirik Besar)

Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah.
Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali(tampak nyata),
yakni perbuatan kepada tuhan-tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk
berhala, binatang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia
dan sebagainya. Demikian pula menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti
setan, jin dan malaikat.

Yang kedua yaitu syirik akbarBathinun Khafi (tersembunyi) seperti


meminta pertolongan kepada orang yang telah meninggal. Setiap orang yang
menaati makhluk lain serta mengikuti selain dari apa yang telah disyariatkan oleh
Allah dan Rasul-Nya, berarti telah terjerumus kedalam lembah kemusyrikan.
Firman Allah SWT:

‫اطينه هو ِإن له ِفسْق هو ِإنه هع هل ْي ِه ّللاِ اسْم يذْك ِهر له ْم ِمما تهأْكلوا هول‬
ِ ‫هو ِإ ْن لوك ْمِِ ِلي هجاد أه ْو ِليهائِ ِه ْم ِإلهى لهيوحونه الشيه‬
‫لهم ْش ِركونه ِإنك ْم أه ه‬
‫ط ْعتموه ْم‬

Artinya: Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak


disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang
semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada
kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka,
sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik(Qs Al
annam:121)

b. Syirik Asghar (Syirik Kecil)

27
Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada
peluang diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik
asghar dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak
segera bertaubat.

Contoh-contoh perbuatan syirik asghar antara lain:

1. Bersumpah dengan nama selain Allah

Sabda rasulullah SAW:

‫ّللاِ بِغهي ِْر هحله ه‬


‫ف هو هم ْن‬ ٰ ‫فهقهدْ هكفه هرا ه ْوا ه ْش هركه‬

Artinya: “Dan barang siapa yang bersumpah dengan selain nama


Allah, maka dia telah kufur atau syirik”. (HR. Tirmidzi).

2. Memakai azimat

Memakai azimat termasuk perbuatan syirik karena mengandung unsur


meminta atau mengharapkan sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah.

Sabda rasulullah SAW:

‫كه هِت ِهم ْي همةفهقهدْا ه ْشر ت ه هعلقه هم ْن‬

Artinya: “Barangsiapa menggantungkan azimat, maka dia telah


berbuat syirik”. (HR. Ahmad).

3. Mantera

Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam-gumam yang


dilakukan oleh orang jahiliyah dengan keyakinan, bahwa kata-kata atau gumam-
gumam itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantuan jin.

Sabda rasulullah SAW:

‫الر ْق هى هوالت هما ِٕى هم اِن‬


ُّ ‫هوالت هولهةه ِش ْرك‬

28
Artinya: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah
perbuatan syirik”. (HR. Ibnu Hibban).

4. Sihir

Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu


atau mengelabui orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadits
disebutkan

:‫و نهفهته هعقهدهع ْقدهةثم هم ْن‬٬‫س هح هر‬


‫س هح هرفهقهدْا ه ْش هركه هم ْن هِفِ ْي ههافهقهدْ ه‬
‫ه‬

Artinya: “Barangsiapa yang membuat suatu simpul kemudian dia


meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barangsiapa menyihir, sungguh ia
telah berbuat syirik”. (HR. Nasa’i).

5. Peramalan

Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang


hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya
dengan ilmu perbintangan, dengan membaca garis-garis tangan, dengan bantuan
jin dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

‫س النُّج ْو ِم ش ْعبهة ِمنه ا ْقتهبه ه‬


‫س هم ِن‬ ‫السِحْ ِر ْعبهة ِمنه ِش فهقهدِا ْقته هب ه‬

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari salah sat ilmu perbintangan,


maka ia telah mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud).

Yamg dimaksud ilmu perbintangan dalam hadits ini bukanlah ilmu


perbintangan yang mempelajari tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan
disebut astronomi.

6. Dukun dan tenung

Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib
pada masa yang akan datang, atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri
manusia. Adapun tukang tenung adalah nama lain dari peramal atau dukun, atau
orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat mengetahui dan melakukan hal-

29
hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau setan, ataupun dengan membaca
garis tangan. Dalam sebuah hadits diterangkan:

‫ى ْاله ْسقهعِ هواىِلهةهب ِْن هع ْن‬


‫ض ه‬
ِ ‫ّللا هر‬ ‫ّللا صلى ِهَِِٰالل هرس ْو هل ه‬
ٰ ‫ قا ه هل هع ْنه‬:‫س ِمعت‬ ٰ ‫اهت هى هم ْن هيق ْول وسلم عليه‬
‫سأهلهه‬
‫ت هع ْن كهاهِنافه ه‬ ‫صدقهه له ْيلهةفها ِْن الت ْوبهةا ه ْربه ِعيْنه هع ْنه ه‬
ْ ‫ش ْيءٍ هح هجبه‬ ‫هكفه هر بِ هماقها هل ه‬

Artinya: “Dari Wailah bin Asqa’i ra berkata: aku mendengar Rasulullah


SAW bersabda: Barangsiapa datang kepada tukang tenung lalu menanyakan
tentang sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat puluh hari. Dan bila
mempercayai perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR. Thabrani).

7. Bernazar kepada selain Allah

Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernazar kepada selain


Allah.Misalnya seseorang bernazar, “Jika aku sembuh dari penyakit aku akan
mengadakan sesajian ke makam wali”.Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang
sesat.

Firman Allah SWT:

‫اطينه هوإِن ۗ له ِفسْق هوإِنه هعله ْي ِه ّللاِ اسْم يذْك ِهر له ْم ِمما ت هأْكلوا هو هل‬
ِ ‫لهيوحون الشيه‬

‫ط ْعتموه هوإِ ْن ۖ ِلي هجادِلوك ْم أ ه ْو ِليهائِ ِه ْم إِله َٰى‬


‫لهم ْش ِركونه إِنك ْم ْمِأه ه‬

Artinya: “…dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah


menjadi orang-orang yang musyrik.”(QS. Al-An’am: 121)

8. Riya

Riya adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji
atau dilihat orang. Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ْ ‫الريهاء فهقها هل هع ْنه ْاله‬


‫صغ ههرفهسىِ هل الش ِْركه هعلهيْكم همااهخاهف ا ه ْخ هوف‬ ِ

Artinya: “Sesuatu yang amat aku takuti yang akan menimpa kamu ialah
syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau menjawab, ialah Riya”.
(HR. Ahmad).

30
Menurut klasifikasi umum, syirik dibagi menjadi empat macam yaitu:

a) Syirku Al-‘Ilmi. Inilah syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka
mengagungkan ilmu sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai
pengetahuan yang diwahyukan Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan
bahwa manusia berasal dari kera.
b) Syirku At-Tasarruf. Syirik jenis ini pada prinsipnya disadari atau tidak
oleh pelakunya, menentang bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali
atas penghidupan manusia berada di tangan-Nya. Mereka percaya adanya
“perantara” itu mempunyai kekuasaan. Contohnya adalah kepercayaan
bahwa Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada dukun, tukang sihir atau
sejenisnya.
c) Syirku Al- Ibadah. Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau
fantasi. Mereka hanya percaya pada fakta-fakta konkrit yang berasal dari
pengalaman lahiriyah. Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran
terhadap berbagai bentuk kegiatan.
d) Syirku Al-‘Addah. Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai
contoh percaya bahwa angka 13 itu adalah angka sial sehingga tidak mau
menggunakan angka tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan
kejahatan, dan sebagainya.

Syirik yang berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu
mempersekutukan allah secara terang-terangan. Namun syirik yang berkembang
dimasa modern ini adalah syirik khafi yaitu mempersekutukan allah secara tidak
sadar. Orang-orang hanya mengetahui bahwa syirik itu, ketika seseorang
menduakan Allah dalam penciptaan; atau ketika seseorang menyembah patung-
patung.Adapun menyembah orang sholeh, dan lainnya, dalam arti berdo’a,
meminta pertolongan kepada orang sholeh atau wali-wali, memohon syafa’at,
kesembuhan, jodoh, rejeki, dan lainnya kepada mereka, maka ini dianggap
syirik.Ia tidak melakukannya secara terang-terangan. Tidak bisa diketahui secara
indrawi.Namun diam-diam dan secara tersembunyi telah melakukan kesyirikan.
Misalnya yang paling banyak kita lakukan secara tidak sengaja adalah dalam kita

31
beranggapan bahwa yang menyembuhkan penyakit adalah dokter atau obat yang
diminum .Tubuh tetap sehat dan bugar karena pola makan yang seimbang atau
olah raga yang teratur. Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau
kepiawaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. Panen melimpah, karena
keprofesionalannya mengolah tanah pertanian.Anak-anaknya pintar karena gizi
yang diberikan memenuhi standar gizi yang ditentukan.Ia bisa sampai ke
tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya menyetir kenderaan. Inilah yang
saya sebut syirik modern.Syirik yang tanpa terasa dan disadari banyak dilakukan
kaum muslimin.Tidak hanya terbatas di kalangan awam bahkan juga di kalangan
intelek.Tidak hanya di kalangan yang berpendidikan rendah bahkan juga yang
mengecap perguruan tinggi.

Dalam persoalan politik pun, manusia bisa saja berbuat syirik dengan cara
mistifikasi politik, yaitu penyimpangan dalam permasalahan politik yang
sebenarnya. Dimana persoalan politik yang bersifat rasional, zhahiriyyah,
ikhtiyariyah dan taklifi (tindakan-tindakan amaliyah dan syar’i) menjadi tindakan
yang misteri, pakem, kabur, teka-teki, penuh mitos dan takhayyul Proses
mistifikasi dalam dunia politik menurut Kertzer (1988: 48), merupakan hal biasa
sebagai upaya mengelabui realitas sosial guna menggalang dan mendulang
dukungan politik seluas-luasnya. Bahkan Geertz (1977:168) mengatakan, “a
world wholly demyistified is a world the politicised.” Artinya, tidak ada dunia
politik yang tidak mengalami proses mistifikasi, entah di negara maju yang
dikenal demokratis maupun di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang
penuh mistis dan mitos.

Syirik dimasa kini banyak terjadi dalam bentuk ucapan yang secara tidak
sengaja dilakukan .Oleh karena itu, agar terhindar dari syirik masa modern (syirik
khafi) janganlah mengabaikan peran yang Maha Tunggal, Allah Taala.Melupakan
penyebab utamanya. Ingat, apa pun yang terjadi semuanya atas izin Allah.
Menyembuhkan penyakit, tubuh tetap sehat dan bugar, jabatan yang diperoleh,
panen melimpah, hasil tangkapan ikan melebihi kapasitas, rezeki yang banyak
diperoleh hari ini, sampai ke tujuannya tepat waktu, semuanya terjadi karena izin

32
Allah.Ikhtiar maksimal untuk mencapai itu memang wajib, tidak boleh diabaikan.
“Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma atau yang kamu biarkan (tumbuh)
berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah, (QS.59: 5).
.Bentuk-Bentuk Syirik Pada Zaman Modern

Banyak contoh syirik pada masa modern yang dapat kita ketahui.

 Menganggap yang menyembuhkan penyakit adalah dokter, tabib atau obat


yang diminum
 Tubuh tetap sehat dan bugar karena pola makan yang seimbang atau olah
raga yang teratur
 Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau kepiawaiannya
memanfaatkan bantuan orang lain.
 Panen melimpah, karena keprofesionalannya mengolah tanah pertanian
 Anak-anaknya pintar karena gizi yang diberikan memenuhi standar gizi
yang ditentukan
 Ia bisa sampai ke tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya menyetir
kenderaan
 kesyirikannya mempertuhankan undang-undang bikinan manusiaatau
syirik undang-undang

Tak dipungkiri, bahwa seiring perkembangan zaman, masalah yang terjadi


sangatlah kompleks. Maka kita dituntut untuk peka membaca tanda-tanda zaman
dan juga turut andil dalam memberikan solusi akan tantangan zaman yang
semakin hari semakin ruwet.

Syirik yang tanpa terasa dan disadari banyak dilakukan kaum


muslimin.Tidak hanya terbatas di kalangan awam bahkan juga di kalangan
intelek.Tidak hanya di kalangan yang berpendidikan rendah bahkan juga yang
mengecap perguruan tinggi.

33
H. Cara Menanggulangi Syirik pada Zaman Modern
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari syirik,antara
lainnya:
- Dengan Memperdalam keimanan kita kepada Allah dan Rasulnya serta
Ajaran AgamaAllah yaitu Islam.
- Terbiasa dengan kerja keras & Berdoa pada Allah dalam setiap Pekerjaan
yang kitalakukan dan mengharapkan hasil yang terbaik hanya kepada
Allah.
- Meyakini bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar
dibandingkandengan kekuasaan dan kekuatan Allah.
- Banyak mengingat Allah SWT (berdzikir)
Berzikir merupakan cara mengagungkan nama Allah Swt ,
menyucikan dan meng-Esakan Nya. Dengan banyak berzikir dapat
menghilangkan keraguan akan Ke Esaan AllahSwt. Bahkan memperkuat
keyakinan dan keimanan serta membuat hati kitatenang.
- Ikhlas dalam melakukan amal kebaikan. Segala perbuatan ibadah yang
disertai dengan ria termasuk syirik. Agar terhindar dari perbuatan ini maka
setiap melakukanamal baik hendaklah dilakukan dengan penuh keikhlasan
(hanya mengharap keridhoan Allah semata). Perbuatan yang dilakukan
dengan penuh keikhlasan pastiakan mendapat pahala di akhirat. Adapun
perbuatan baik yang dilakukan dengan ria, amal perbuatan tersebut sia-sia
karena tidak bernilai dihadapan Allah Swt
I. Bahaya Syirik Bagi Kehidupan Manusia
Adapun bahaya syirik bagi kehidupan manusia , antara lain :
a. Menghancurkan seluruh amal.
b. Jika meninggal dalam keadaansyirik, maka tidak akan diampuni oleh
Allah SWT.
c. Pelakunya diharamkan masuksurga.
d. Kekal di dalam neraka.
e. Syirik adalah dosa paling besar.
f. Perkara pertama yang diharamkanoleh Allah.

34
g. Sulit menerima kebenaran.
h. Munculnya perasaan bimbang danragu.
i. Hanya akan memperolehkesenangan sementara.
j. Amalan dan harta yang yangdinafkahkan sia-sia.
k. Dijanjikan mendapat siksa neraka

35
36
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan syirik adalah menyamakan
selain Allah dengan Allah SWT.dalam Rububiyyah dan Uluhiyyah serta Asma
dan Sifat-Nya. Jenis-jenis syirik yaitu syirik besar adalah memalingkan suatu
bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah dan Syirik
kecil yaitu syirik yang tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi
ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (jalan, perantara) kepada syirik
besar, misalnya dilakukan dalam bentuk perkataan. Syirik ada dua bentuk yaitu
syirik dalam Rububiyyah yaitu menjadikan sekutu selain Allah yang mengatur
alam semesta dan Syirik dalam uluhiyyah yang bermakna menyekutukan Allah di
dalam ibadah.
Penyebab timbulnya kesyirikan diantaranya yaitu berlebih-lebihan dalam memuji
Rasul atau memuji orang shaleh, ta’ashshub (fanatisme), dan kebodohan terhadap
aqidah yang benar.Tindakan Nabi SAW dalam menangkal syirik sebagai contoh
yaitu : Tidak berlebihan dalam memuji dan mengagungkan Nabi SAW, beliau
melarang kita dari melakukan perbuatan menjadikan kuburan sebagai tempat
ibadah dan Larangan menjadikan kubur beliau sebagai ‘ied (tempat yang
didatangi berulang-ulang), dan adanya larangan bersafar menuju tempat yang
dianggap berkah kecuali tiga masjid.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan agar para pembaca dapat
memahami dan menguasai materi tentang syirik ini dengan mudah.

37
DAFTAR PUSTAKA

Alu syaikh, Hasan Abdurrahman. 2002. Fathul Majid. Jakarta : Pustaka


Azzam

Materikita.com. 2019. Syirik : Pengertian, Jenis, Macam-macam, dan


Bahayanya

Subhani, Ja’far. 1996. Tauhid Dan Syirik. Bandung : Mizan

Wahhab, Muhammad Bin Abdul. 2000. Tegakkan Tauhid Tumbangkan


Syirik. Yogyakarta : Mitra Pustaka

Tim Penyusun. 2008. Akidah Akhlak al-Hikmah. Surabaya: Akik Pusaka

Artikel Iman. 2009. Bahaya Syirik. Blogger

Al – Qur’an

Abang Dani. 2012. Masihkah Ada Syirik di Zaman Modern

38

Anda mungkin juga menyukai