Anda di halaman 1dari 4

Etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,

mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital atau netiquet dalam kehidupan sehari-hari.

Agar tidak terjadi kesalah pahaman antar pengguna jejaring sosial, ini dia etika yang baik dan benar berlaku di
jejaring sosial

1. Ingat, Anda memosting informasi dan foto di forum umum. Jangan meletakkan konten yang tidak beretika di
laman depan.

2. Apakah teman di akun jejaring Anda mencakup keluarga, kenalan, kontak bisnis? Hapus posting komentar
atau link yang tidak berkenan untuk menghindari salah prasangka.

3. Permintaan teman-teman benar. Jika Anda baru saja bertemu atau tidak terlalu akrab dengan orang yang
ingin berteman, tulislah pesan singkat untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya. Misalnya sebutkan nama
salah teman yang Anda sama-sama kenal. Hal ini bisa menciptakan rasa nyaman dengan memberikan akses
kehidupan di jejaring sosial Anda.

3. Jangan terus mencoba untuk seseorang “teman” yang mengabaikan Anda. Jika hal itu terjadi tidak perlu
menanyakan alasan mereka tidak menanggapi permintaan Anda.

4. Berpikir tentang “berteman” atasan atau klien? Jika menggunakan Facebook adalah tetap berhubungan
dengan teman-teman. Berpikir dua kali sebelum “berteman” dengan mereka yang memposting lelucon konyol.
Terutama ketika Anda berada di jam kerja.

5. Bersiaplah. Jika seseorang cukup berani untuk bertanya mengapa Anda belum menerima permintaan
teman mereka. Anda bisa mengatakan, “Saya hanya sesekali menggunakan jejaring sosial untuk tetap
berhubungan dengan beberapa teman. Ini bukan cara yang dapat diandalkan untuk berkomunikasi dengan
saya”.

6. Facebook dan Twitter tidak identik. Di Twitter Anda bergantung pada 140 karakter dan membuang semua
tata bahasa dan aturan ejaan. Terkadang hal tersebut dapat dimengerti, tetapi tetap saja membuka
kemungkinan salah eja, tata bahasa salah, dan tidak gaul.

7. Jangan publikasikan rasa emosional Anda. Misalnya putus dengan pacar. Teknologi membuat komunikasi
jadi mudah, tetapi kesopanan umum masih berlaku ketika membahas semua jenis materi emosional.

8. Posting konten dengan bijaksana. Komentar dan link yang dibagi mencerminkan gambaran diri Anda.

Berikut ini adalah beberapa hal penting etika dalam menggunakan jejaring sosial :

1. Etika Dalam Berkomunikasi.


Dalam melakukan komunikasi antar sesama pada situs jejaring sosial, biasanya kita melupakan etika dalam berkomunikasi.
Sangat banyak kita temukan kata-kata kasar yang muncul dalam percakapan antar sesama di jejaring sosial, baik itu secara
sengaja ataupun tidak sengaja. Sebaiknya dalam melakukan komunikasi kita menggunakan kata-kata yang layak dan sopan pada
akun-akun jejaring sosial yang kita miliki. Pergunakan bahasa yang tepat dengan siapa kita berinteraksi.

2. Hindari Penyebaran SARA, Pornografi dan Aksi Kekerasan.


Ada baiknya anda tidak menyebarkan informasi yang berhubungan dengan SARA (Suku, Agama dan Ras) dan pornografi di
jejaring sosial. Sebarkanlah hal-hal yang berguna yang tidak menyebabkan konflik antar sesama pada situs jejaring tersebut.
Hindari mengupload foto – foto kekerasan seperti Foto korban kekerasan, korban kecelakaan lalu lintas maupun fhoto kekerasan
lainnya.

3. Periksa Kebenaran Berita


Berita yang menjelekkan orang lain sangat sering kita jumpai di jejaring sosial. Hal tersebut kadang bertujuan untuk
menjatuhkan nama pesaing dengan berita-berita yang direkayasa. Oleh karena itu pengguna jejaring sosial dituntut untuk cerdas
dalam menangkap sebuah informasi, bila ingin ikut menyebarkan informasi tersebut, ada baiknya kita melakukan kroscek akan
kebenaran informasi terlebih dahulu.

4. Menghargai Hasil Karya Orang Lain


Saat menyebarkan informasi baik itu berupa tulisan, foto atau video milik orang lain, ada baiknya kita mencantumkan sumber
informasi sebagai bentuk penghargaan untuk hasil karya seseorang.

5. Jangan Terlalu Mengumbar Informasi Pribadi Anda


Dalam menggunakan jejaring sosial ada baiknya kita sebagai pengguna harus bijak dalam menginformasikan privasi / kehidupan
pribadi. Jangan terlalu mengumbar hal-hal pribadi di jejaring sosial, apalagi sesuatu yang sensitif dan sangat pribadi.
Disadari atau tidak, saat ini berkata dan berbicara telah menjadi salah satu bentuk komunikasi yang
efektif. Banyak bentuknya, mulai dari mengobrol, mengeluarkan pendapat, berdebat, dan lain-lain.

Bahkan, belakangan, model berbicara ini telah mengalami inflasi kata-kata. Dengan begitu,
kesimpulan tentang benar dan salah menjadi sangat absurd dan bias kepentingan. Ditambah lagi,
eskalasi maraknya pengguna media sosial (medsos) makin masif.

Ada pepatah yang mengatakan: “mulutmu, harimaumu”. Pepatah ini menjelaskan pada kita agar
selalu menjaga lisan kita ketika berbicara. Rasul pun memberikan nasihat dalam hadisnya:
“Selamatnya manusia karena mampu menjaga lidahnya.” (HR Bukhari).

Atau hadis lain yang artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
berkata baik atau (jika tidak bisa) lebih baik diam.” (HR Bukhari dan Muslim). Dua landasan hadis
ini jelas mengingatkan agar berhati-hati dalam berbicara. Kapan pun, di mana pun, dan kepada siapa
pun!

Seiring dengan kemajuan teknologi, bentuk komunikasinya tidak lagi menggunakan mulut, tetapi jari
jemari. Setiap orang rata-rata mempunyai ponsel, jadi kapan pun bisa bebas berkata lewat jari-
jarinya.

Mulutnya diam, tapi jari-jarinya berkelana menulis status dan berkomentar atas status, baik
lewat Twitter, Facebook, Instagram, dan lain sebagainya. Sayangnya, kebebasan ini minus kontrol
dan tunaadab. Setiap orang bebas update status, bebas nge-twit, bebas berkomentar apa saja tanpa
mempertimbangkan dengan siapa dia berhadapan.
Allah SWT berfirman: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali
pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau
mengadakan di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah,
maka kami akan memberinya pahala yang besar." (QS an-Nisaa': 114).

Pembicaraan apa pun selama tidak ada unsur kebaikannya tidak perlu dilakukan, termasuk menulis
atau komentar status di medsos. Ini adalah alarm bagi kita semua agar mampu menggunakan jari
dengan sebaik-baiknya.

Dalam riwayat lain, Rasullullah SAW bersabda: “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam
dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu." (HR Ahmad).

Artinya, diam di sini untuk menahan akibat yang lebih buruk jika disampaikan. Bukan diam karena
abai dan tidak mau tahu. Karena itulah, tip paling sederhana agar kita mampu menjaga mulut dan jari
kita adalah dengan latihan diam (silent exercise). Diam memang perlu dilatih. Dengan cara lebih
banyak mendengar daripada berbicara.
Kecerdasan mendengar (listening quotion) ini sebaiknya dilatih. Karena, mendengar itu sangat sulit
bagi orang-orang yang sudah terbiasa bicara. Makanya, perlunya kita saling mengingatkan (QS al-
Ashr: 3). Itu tugas kita semua.
Jarimu sebaiknya digunakan untuk menulis hal-hal baik, memotivasi, menebar energi positif dan
inspirasi kehidupan agar makin banyak orang mendapatkan hikmah dan manfaatnya.

Jangan malah sebaliknya, digunakan untuk menebar fitnah dan hoaks (berita palsu). Karena, yang
rugi pun kita sendiri bukan orang lain. Karena itu, hentikan sharing status-status provokatif!
Wallahu a’lam.

Sejalan dengan perkembangan zaman, era media sosial juga berkembang


pesat, membuat acara menjadi lebih efektif. Dulu, banyak orang
menggunakan pepatah “Mulutmu harimaumu”, namun sekarang kata ini
telah diubah menjadi “Jari-jarimu adalah macanmu”. Apalagi dalam situasi
pandemi ini, setiap orang pasti berada di rumah, dan mereka harus lebih aktif
menggunakan media sosial untuk bekerja, bersekolah, atau bahkan hanya
untuk hiburan dan menghilangkan masalah di rumah.

Pepatah “jarimu, macanmu” benar dan mengingatkan orang untuk lebih


berhati-hati saat berbicara. Jangan sampai kata-kata kotor lepas dari jari kita,
karena itu akan menunjukkan sifat negatif seseorang. Sejumlah orang
dipenjara karena membuat komentar negatif di bagian komentar di media
sosial, dan hanya karena postingan dan komentar di media sosial akhirnya
berurusan dengan polisi karena perilaku jari.
Media sosial memang merupakan media online yang memberikan
kemudahan bagi orang untuk berpartisipasi, berbagi dan membuat hal-hal
seperti blog, forum, dan dunia maya. Media sosial juga biasanya digunakan
sebagai sarana untuk mengungkapkan ketidakpuasan terhadap penggunanya,
namun seringkali mereka mengabaikan etika dalam media sosial, sehingga
menjadi bumerang dengan memposting sesuatu untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
membagikan postingan di media sosial. Pertama-tama Anda harus berhati-
hati saat memposting konten. Anda harus memahami konten yang akan
diposting agar tidak menyinggung orang lain atau hal-hal yang berkaitan
dengan ras, agama, suku, dan keyakinan ras.
Kedua, gunakan kalimat yang sopan dan sopan serta jangan menyinggung
orang lain. Karena jika menggunakan kalimat kasar seperti itu pasti akan
menimbulkan rasa iri atau dendam pada diri orang lain.
Psikolog Tika Bisono berpendapat bahwa ketika berbicara atau berkomentar
di dunia maya, Anda harus berhati-hati saat berbicara, karena apa yang Anda
ucapkan akan berdampak besar. Apalagi jika banyak teman di publik figur
atau media sosial. Apa yang Anda katakan juga akan memengaruhi
perusahaan, citra, dan status sosialnya.
Anda harus bijak dan pintar dalam menggunakan media sosial yang
sebenarnya mudah. Anda hanya perlu MIKIR sebelum memposting sesuatu di
media sosial.
M-Menghargai. Pastikan terlebih dahulu bahwa konten yang ingin Anda
posting tidak menyinggung orang lain, dan jika Anda benar-benar ingin
mengkritik dan mengkritik dengan sopan dan sopan, tidak perlu menghina.
I-Inspirasi. Di media sosial banyak terdapat postingan tanpa arah dan tujuan
yang jelas, kebanyakan hanya postingan perasaan atau perasaan marah. Oleh
karena itu, kami berharap konten yang dipublikasikan dapat memberikan hal-
hal yang menginspirasi dan bermanfaat bagi yang melihatnya, yang mantap
K-kredibel. Sebelum memposting konten, sebaiknya pastikan bahwa
informasi yang ingin Anda sampaikan benar atau tidak, sehingga orang lain
yang melihat informasi tersebut tidak akan berbohong atau bingung dengan
pencemaran nama baik.
I-Imbang. Informasi yang ingin Anda berikan melalui rilis harus
dikomunikasikan sebagaimana adanya, tidak berlebihan atau dilemahkan.
R-Rasional. Sebelum berbagi postingan, alasan ini sangat penting, postingan
tersebut harus bermakna agar postingan tersebut dapat mengedukasi orang
lain yang melihat postingan tersebut, dan orang tersebut dapat membaca
informasi dalam postingan dengan benar.
Banyak orang masuk penjara karena kiriman atau komentar mereka yang
mengungkapkan kebencian atau penindasan terhadap orang lain. Hal ini
dikarenakan adanya kebebasan berekspresi, namun masih terdapat batasan
dalam kebebasan tersebut. Karena dalam batasan tersebut, orang lain tetap
memiliki hak, dan sesama manusia biologis harus saling menghormati.
Oleh karena itu, bijaklah dalam menggunakan media sosial, jangan sampai
“jari-jari” Anda mengarahkan kami ke jeruji besi hanya persoalan
berkomentar atau mempublikasikan sesuatu yang tidak boleh dilihat atau
bahkan diterima seseorang. Ingatlah karena jarimu adalah harimaumu!!

10 etika dalam berinteraksi di dunia maya, seperti ingatlah keberadaan orang lain, berpikir dulu
sebelum berkomentar, gunakan bahasa yang sopan dan santun, menjadi pembawa dalam
diskusi yang sehat, jangan menyalahgunakan kekuasaan, hormati waktu dan bandwidth orang
lain, bagilah ilmu dan keahlian, hormati privasi orang lain, maafkan jika orang lain membuat
kesalahan, dan taat pada standar perilaku online yang sama kita jalani dalam kehidupan kita.

Anda mungkin juga menyukai