(Minggu 3/ Sesi 4)
Buatlah sebuah deskripsi minimal 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12,
spasi: 1,5.
Fakta bahwa kemajuan ilmu dan teknologi, terutama di era informasi ini, memang
membawa dampak negatif disamping, dampak positifnya. Hal inilah yang disebut dengan
ambivalensi ilmu dan teknologi itu terjadi. Apalagi akhir-akhir ini.
Akhir-akhir ini hoax ‘terserak’, caci-maki dan ‘sumbu pendek’ banyak terjadi dan cukup
membuat resah. Tak mengherankan bila Keminfo mulai mengeluarkan ancaman-ancaman
tertentu berkenaan dengan hal ini.
Apa pandangan anda mengenai praktik-praktik hoax dan hate speech tersebut? Pandangan
anda harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Malam Pa Heru,
Berikut tanggapan Kwan Helen Vidia Putri K – 1901587560 : Maraknya hoax atau informasi yang
sesungguhnya tidak benar dikalangan masyarakat cukup meresahkan karena dapat menjadi suatu
ancaman perpecahan bangsa, khususnya di CHAR6019 – Character Building: Pancasila Indonesia.
Masyarakat saat ini menjadi mudah percaya terhadap hoax tanpa mencari tahu akan kebenarannya.
Saya (Olivia Pradina) menambahkan sesuai dengan sila pertama, yang berbunyi "Ketuhanan
yang Maha Esa", Tuhan memandang semua manusia sama. Semua sama sama punya hak
untuk bahagia dan merasa nyaman. Sama halnya kita ingin diperlakukan baik, dihargai dan
disayangi, kita mau juga memperlakukan orang lain seperti itu. Hoax dan hate speech tidak
mencerminkan sila pertama, juga sila kedua mengenai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Sebagai sesama manusia yang taat kepada hukum dan menghargai Pancasila, sudah
seharusnyalah kita menghindari kedua hal tadi, hoax dan hate speech, hal itu terlihat
Saya (Tharra Shabrina), menurut pandangan saya pribadi mengenai praktik-praktik hoax dan
hate speech, yang mana sudah terlalu jauh mempengaruhi pola kehidupan bangsa secara ke
arah negatif, maka dari itu kita harus kembali kepada pijakan awal berdirinya sebuah negara
bangsa ini, yaitu Pancasila. Seperti pada sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
mengajarkan setiap individu harus merasa takut kepada sang pencipta saat hendak
menyebarkan pemberitaan palsu atau hoax serta harus dapat mengedepankan nilai kejujuran.
Pada sila kedua yang berbunyi, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, mengajarkan kita
sebagai manusia yang bermartabar agar tidak berlaku sewenang-wenang terhadap orang lain.
Salah satu contohnya ialah menyebarkan informasi hoax yang bersifat menjatuhkan ataupun
berisikan hujatan terhadap orang lain, sebab kita selaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa memiliki derajat yang sama. Selain itu, pada sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia,
Penyebaran informasi hoax dan ujaran kebencian pun sempat terjadi menjelang momentum
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 dan Pemilihan Presiden 2019. Penyebarannya dapat
menyebabkan konflik antarkelompok dan krisis kepercayaan yang mengancam kualitas
demokrasi Indonesia di masa depan. Hal ini tentu menyelewengkan sila keempat yang mana
lebih mementingkan kepentingan masing-masing kelompok dan individu. Dalam kasus ini
kita harus bersikap lebih teliti terhadap pemberitaan yang kurang jelas dan meninggalkan
segala penyebaran pemberitaan palsu. Hal tersebut akan senantiasa mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan / kegotong-royongan, serta mencintai kemajuan dan pembangunan
bangsa, dan yang paling penting mengingatkan kita agar dapat lebih mengembangkan
perbuatan-perbuatan terpuji.
Menurut pendapat kami atau analisa kami mengenai perihal banyak beredarnya berita yang
tidak benar yang akhir-akhir ini beredar dimasyarakat memang sangat menggantu, dan kami
merasa sedih dengan adanya berita-berita yang sudah viral di masyarakat Indonesia.
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di era informasi ini seharusnya bisa kita gunakan
untuk melakukan, memberitakan, atau menginformasikan informasi yang beredar di
masyarakat kita dengan baik dan dengan apa adanya kejadian itu terjadi.
Adanya berita yang tidak benar dan ujaran kebencian ataupun sara ini akan merusakan
kerukunan kita satu sama lain, dan bisa saja memecah-belah masyarakat indonesia. Kita
sebagai milinial masyarakat sekarang harus bisa berfikir secara kritis dan logic serta cerdas.
Keseimbangan antara logika dan spiritual harus seimbang. Ketika kita mendapatkan suatu
informasi jangan mudah kita bilang “iya” “tidak” atau “sejutu” “tidak setuju”. Tetapi kita
harus mencari informasi yang memang itu valid, dan bisa dibuktikan kebenarannya sehingga
tidak ada lagi perselisihan antar masyarakat. Kita ambil kasus news dari Agnes Mo, yang dia
Berikut link
https://www.youtube.com/watch?v=MQ_SRKTgQgM
Sumber : http://www.kpi.go.id/index.php/id/umum/38-dalam-negeri/34782-menepis-
hoaxdan-ujaran-kebencian-dengan-wisdom-of-speech Dalam kasus ini kita harus bersikap
lebih teliti terhadap pemberitaan yang kurang jelas dan meninggalkan segala penyebaran
pemberitaan palsu. Hal tersebut akan senantiasa mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan / kegotong-royongan, serta mencintai kemajuan dan pembangunan bangsa, dan
yang paling penting mengingatkan kita agar dapat lebih mengembangkan perbuatan-
perbuatan terpuji, Dan pentingnya kita untuk memperbaiki akhlak, pola berpikir, dan prinsip
hidup kita. Kita mau untuk terus bersatu dan menghargai orang lain seperti halnya kita ingin
diperlakukan. Seharusnya kita menyadari akan hal ini, hal-hal yang kecil dan hal-hal terkait
perbedaan yang sebenenernya bisa dibercandakan. Karena perbedaan itu indah jika kita bisa
bercandain perbedaan tersebut.