Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI KETAHANAN NASIONAL DALAM MENGHADAPI

ERA POST TRUTH

1. Pendahuluan
Sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia merupakan contoh
bagi bangsa-bangsa di dunia dalam mempelopori kehidupan
berbangsa dan bernegara yang memiliki rasa toleransi yang tinggi di
dalam keberagaman Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
Keberhasilan ini merupakan contoh dari implementasi empat
konsensus dasar yang di pedomani oleh bangsa Indonesia. Mulai dari
Pancasila sebagai landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional, wawasan nusantara sebagai landasan visional, dan
ketahanan nasional sebagai landasan konseptual. Tercapainya
persatuan yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan toleransi
antar sesama merupakan modal bagi Ketahanan Nasional, yang
merupakan suatu landasan konseptual untuk mewujudkan tujuan dan
cita-cita nasional. Tanpa adanya persatuan dan kesatuan bangsa
tidak akan tercipta suatu ketahanan nasional yang baik dan kuat untuk
menuju pembangunan nasional yang berujung pada terwujudnya
tujuan nasional.
Ketahanan Nasional Indonesia merupakan kondisi dinamik
bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan, yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional di
dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan, dan gangguan, balk yang datang dari dalam maupun luar
yang dapat membahayakan integritas, kelangsungan hidup bangsa,
dan negara Indonesia1. Dari Ketahanan Nasional yang terintegrasi
dengan baik dan kuat akan menciptakan suatu kesadaran akan rasa
nasionalisme yang selanjutnya tumbuh menjadi rasa tanggung jawab
untuk menjaga dan mengawal NKRI dan Pembangunan Nasional
tanpa adanya gangguan disintegrasi bangsa. Ketahanan nasional

1
Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Bahan Ajaran Lemhannas RI, 2019, hlm. 51
yang kuat adalah ketahanan nasional yang mencakup seluruh aspek
kehidupan dan di implementasikan secara optimal.
Di era Globalisasi seperti sekarang ini, terwujudnya ketahanan
nasional yang kuat memiliki beberapa hambatan yang merupakan
tantangan untuk mewujudkan ketahanan nasional yang diharapkan.
Perkembangan teknologi di era globalisasi membawa dilema di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan norma-norma
bangsa Indonesia. Di satu sisi, teknologi yang berkembang pesat
membawa dampak positif dengan dapat membantu kinerja pekerjaan
menjadi lebih baik serta efektif dan efisien, di satu sisi juga membawa
dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara,
contohnya adalah pengaruh derasnya arus informasi yang membawa
norma kehidupan budaya barat yang negatif yang tidak sesuai
dengan norma kehidupan bangsa Indonesia.
Arus informasi yang kian kuat di era globalisasi seperti sekarang ini
membuat setiap individu masyarakat menjadi terkesan subjektif dalam
menerima suatu informasi. Bukan tidak baik menerima suatu informasi
secara subjektif, hanya saja akan menimbulkan suatu opini yang tidak
bijak. Tidak bijak dalam konteks ini adalah dengan tidak mengetahui
kebenaran dan kenyataan dari informasi yang di dapat. Atau dengan
kata lain mengabaikan keobjektifitasan suatu informasi yang ditinjau
dari data dan fakta yang nyata, atau lebih parahnya lagi
mengedepankan emosional dalam menyampaikan pendapat atau
opini tanpa adanya data dan fakta.
Yang menjadi kerawanan adalah, ketika seseorang atau individu
menerima informasi secara subjektif dan kemudian menyampaikan
pandangan nya secara subjektif tanpa melihat dari sisi data dan fakta
yang ada, maka akan terjadi pertentangan dengan individu yang
melihat informasi berdasarkan data dan fakta. Sehingga terjadi
polarisasi antar individu dalam kelompok yang kecil. Yang lebih
mengkhawatirkan lagi adalah jika polarisasi terjadi antara dua atau
lebih kelompok yang lebih besar. Maka akan terjadi disintegrasi
ditengah masyarakat yang tentunya akan mengganggu ketahanan
nasional. Kondisi demikian menjadi fenomena baru di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Kondisi yang
dimaksud adalah kondisi dimana informasi tidak dapat dibendung dan
masyarakat tidak dapat memilah dan memilih informasi berdasarkan
data dan fakta, namun lebih cenderung berdasarkan emosional
individu yang dipengaruhi oleh beberapa kelompok atau perorangan
yang membuat persepsi atau opini tanpa data dan fakta, sehingga
persepsi atau opini tersebut tidak objektif.
Kondisi semacam ini sebenarnya bukan lah fenomena yang baru
bagi masyarakat dunia. Kondisi ini disebut dengan era pasca
kebenaran atau post trurth era. Post truth era adalah era dimana
perdebatan lebih mengutamakan emosi dan di luar dari inti
permasalahan. Era post truth menempatkan kebenaran pada posisi
kedua. Post truth era dianggap sebagai masalah modern, namun
dalam perkembanganya ada kemungkinan bahwa kondisi ini sudah
lama menjadi bagian dari kehidupan, tetapi belum mewabah seperti
sekarang ini dengan kehadiran internet. Kondisi yang demikian
membuat kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia terancam.
Karena kondisi semacam ini dapat membentuk suatu karakter yang
lebih mengedepankan emosional karena suatu isu tertentu, tanpa
melihat ke rasionalan data dan fakta yang ada. Sebenarnya pendiri
dan para pemimpin bangsa sudah memikirkan dan mengantisipasi
hal tersebut. Dengan membuat empat konsensus dasar sebagai
pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, disesuaikan
dengan norma-norma bangsa Indonesia. Suatu ketahanan nasional
sangat diperlukan untuk dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Untuk itu perlu adanya Implementasi Ketahanan
Nasional dalam Menghadapi Era Post Truth karena diharapkan
dengan implementasi ketahanan nasional yang baik dan kuat akan
menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sehat dan
terhindar dari kondisi yang memprihatinkan semacam post truth,
dimana kebenaran diposisikan di tempat kedua dan lebih
mengutamakan kepentingan emosional dalam memaknai suatu berita
atau informasi.

2. Melawan Post Truth, Hoax dengan Mengajak Masyarakat Untuk


Melakukan Pengecekan Fakta.
Era post truth dapat digambarkan sebagai pergeseran social yang
melibatkan media sebagai arus utama serta para pembuat opini
sebagai para penggiring opini. Pergeseran ini tidak terlepas dari
pengaruh dunia digital dimana manusia atau individu dapat terkoneksi
satu sama lain dengan menggunakan internet. Media yang dulu
dianggap sebagai salah satu sumber kebenaran dan ke aktualan
harus menerima kenyataan akan semakin tipisnya pembatas antara
kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan penipuan, fiksi dan
nonfiksi. Fakta-fakta dan data yang ada sekarang bersaing dengan
hoax dan kebohongan yang lebih dipercaya publik karena
mengedepankan isu tertentu untuk menggerakan rasa emosional
tanpa melihat fakta yang sebenarnya terjadi.
Hoax atau berita bohong merupakan integral dari post truth, dimana
berita bohong disebar untuk membentuk opini publik yang selanjutnya
diyakini kebenaranya oleh masyarakat karena menggunakan isu
tertentu untuk membangun kebenaran yang semu sehingga
masyarakat tidak menggunakan logika nya lagi untuk mempercayai
kebenaran tersebut melainkan menggunakan emosional nya. Al
Rodhn dalam setiawan (2017) menyebutkan ada beberapa krakteristik
dari kondisi post truth, adalah sebagai berikut : Pertama, mengaduk-
aduk masyarakat dengan hal- hal yang bersifat emosional. Kedua,
mengabaikan fakta dan data. Ketiga, mengutamakan dan
menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya atau pallsu. Ke
empat, mengkombinasikan gerakan populis dengan teori-teori
konspirasi yang masih butuh di uji kebenarannya. Kelima, mobilisasi
narasi fiktif tentang figur atau peristiwa tertentu. Ke enam,
membangun ketidak jujuran dalam membangun opini untuk
memperkuat posisi figur, kelompok, atau kepentingan tertentu di
dalam masyarakat yang semakin terbiasa di dalam peradaban
televisual, online, dan media sosial.2
Kondisi seperti ini membuat masyarakat percaya dengan berita
bohong. Kenapa masyarakat Indonesia mudah percaya dengan berita
bohong, karena tingkat literasi, yakni kemampuan membaca dan
menulis bangsa Indonesia masih rendah. Berdasarkan riset PISA
(Programme for International Student Assesment) menyebutkan
bahwa Indonesia berada di peringkat ke-66 dari 73 negara dari segi
literasi.3 Dengan rendahnya literasi bangsa Indonesia, sulit untuk
mengajak masyarakat melawan hoax atau berita bohong. Rendahnya
kemampuan membaca membuat individu cenderung malas untuk
membaca dan mencari tahu kebenaran melalui data dan fakta. Yang
selalu muncul adalah ketidak percayaan sumber data dan fakta atau
memang karena malas dalam membaca.
Padahal salah satu cara menangkal berita bohong atau hoax
adalah dengan cara pengecekan fakta. Dengan mengecek fakta dan
data dari suatu berita atau informasi, kita dapat mengetahui
kebenaran berita atau informasi tersebut semu atau nyata.
Pengecekan fakta terhadap suatu berita atau informasi merupakan
langkah awal menangkal berita bohong yang bisa menjalar menjadi
sesuatu pembohongan publik yang lebih besar dan mengancam
terjadinya disintegrasi bangsa yang sangat mengganggu ketahanan
nasional dalam mewujudkan pembangunan nasional untuk
tercapainya tujuan dan cita-cita nasional. Melakukan pengecekan
fakta memang tidaklah mudah, dari segi literasi seseorang atau
kelompok yang akan melaksanakan pengecekan fakta harus
mempunyai banyak referensi yang berkaitan dengan berita bohong
yang akan di cek fakta kebenaranya, oleh sebab itu dengan

2
Seminar Nasional Ilmu Pemerintahan, Era Post Truth (Melawan Hoax dengan Fact Checking),
Dudi Hartono, FIK Universitas Mercu Buana, april 2018
3
Gatra, Hoax di dalam Politik, Edisi 17 april 2019
rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia, sangat sulit dalam
mengajak partisipasi masyarkat di dalam pembentukan tim
pengecekan fakta.
Namun demikian, bukan lah suatu hal yang tidak mungkin dalam
mengajak masyarakat menangkal berita bohong dengan pengecekan
fakta. Sudah sepatutnya seluruh elemen masyarakat mendukung
kegiatan ini. Artinya butuh keterlibatan dari seluruh pihak dalam
menangkal berita bohong dengan pengecekan fakta. Sesuai dengan
konsepsi ketahanan nasional, bahwa, ketahanan nasional tidak akan
tercipta dengan hanya sebuah konsepsi tanpa ada nya implementasi
yang nyata dari masyarakat dan bangsa Indonesia. Keterlibatan
masyarakat adalah dengan mensosialisasikan tentang apa itu berita
bohong, bahaya dari penyebaran berita tersebut, akibat dari
persebaran berita bohong tersebut, dan juga sosialisasi tentang apa
yang harus dilakukan masyarakat dalam menanggapi berita bohong
tersebut.
Peran pemerintah juga harus ikut andil, konsepsi nya adalah,
pembelajaran sejak dini dari lingkungan terkecil seperti keluarga,
lingkungan rumah, sekolah, hingga mencakup yang lebih luas lagi,
kelompok masyarakat, organisasi-organisasi masyarakat, lembaga
pemerintah maupun non pemerintah hingga ke tingkatan yang lebih
luas dan tinggi lagi. Penerapan pendidikan moral seperti pancasila
juga perlu diterapkan sehingga tercipta karakter generasi bangsa yang
tidak mudah terpengaruh dengan dunia luar yang tidak sesuai dengan
norma-norma bangsa Indonesia, konsepsi nya sama dengan
pembelajaran tentang penangkalan berita bohong, dimulai dari lingkup
lungkungan kecil hingga mencakup lingkungan yangn lebih besar dan
strategis yang mempunyai peran untuk menyentuh masyarakat secara
langsung.
Dengan demikian diharapkan ada perubahan bagi masyarakat
dalam menyikapi dan menanggapi munculnya berita bohong yang
dapat mengancam terjadi nya disintegrasi bangsa. Perpecahan suatu
bangsa bukan lah hal yang di inginkan dan dicita-citakan oleh negara
manapun. Terlebih lagi, negara yang berdaulat seperti negara
Indonesia, sudah mempunyai konsepsi untuk merancang
pembangunan nasional melalui ketahanan nasional yang meliputi
berbagai aspek kehidupan salah satunya adalah aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara.

3. Implementasi Ketahanan Nasional di bidang Sosial Budaya


dalam Menghadapi Era Post Truth
Wujud ketahanan sosial budaya tercermin dalam kondisi kehidupan
sosial budaya bangsa yang dijiwai kepribadian nasional berdasarkan
Pancasila. Ketahanan sosial budaya mengandung kemampuan
membentuk dan mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia
dan masyarakat Indonesia, yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, rukun, bersatu, cinta tanah air, berkualitas,
maju, dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi, dan
seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang
tidak sesuai dengan kebudayaan nasional. Esensi pengaturan dan
penyelenggaraan kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia adalah
pengembangan kondisi sosial budaya ketika setiap warga masyarakat
dapat merealisasikan pribadi dan segenap potensi manusiawinya
yang dilandasi nilai-nilai Pancasila4.
Sosial budaya Indonesia merupakan keberagaman, dari
keberagaman itu tercipta suatu integrasi nasional dengan sudut
pandang kebudayaan. Kebudayaan nasional merupakan hasil
(resultant) interaksi dari budaya-budaya suku bangsa (budaya daerah)
yang kernudian diterima sebagai nilai bersama seluruh bangsa.
Tentunya hal ini dilandasi dari semangat persatuan bangsa yg
tertuang di dalam pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan nasional
bangsa yang kuat harus terus dijaga dan di tanamkan sejak dini.
Penanaman kebudayaan sepatutnya udah kita dapatkan sejak kecil.

4
Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Bahan Ajaran Lemhannas, 2019
Kebudayaan diawali dari pembinaan non-formal di rumah melalui
kedua orang tua, kakak maupun adik serta keluarga di sekitar.
Kebudayaan yang diajarkan bisa merupakan kebiasaan yang baik,
hormat kepada orang yang lebih tua, dan hal-hal sederhana yg lain
yang tentunya berpedoman kepada nilai-nilai luhur pancasila. Dengan
demikian diharapkan bahwa kebudayaan yang ditanamkan sejak dini
akan menumbuh kembangkan kebudayaan yang bercirikan pancasila
yang dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Dikaitkan dengan implementasi ketahanan nasional di bidang social
budaya dalam menghadapi era post truth. Diharapkan dengan
tertanamnya kebudayaan nasional yang mengutamakan kebenaran
dan persatuan serta kesatuan bangsa sebagai pedoman, akan
meminimalisir laju pertumbuhan kondisi post truth tersebut dengan
cara : Pertama, individu yang berbudaya nasional akan dapat melihat
sesuatu secara bijak dan tidak mudah untuk percaya tanpa
mengetahui kebenarannya terlebih dahulu, hal ini bisa ditularkan
kepada masyarakat bangsa Indonesia yang lain melalui hal-hal yang
kecil, mulai dari diskusi hingga menggunakan alat media untuk dapat
menebarkan kebaikan tersebut. Kedua, dengan kekuatan media
sosial sekarang, orang akan lebih mudah mengakses dan akan lebih
mudah memahami tentang suatu informasi, sama dengan berita
bohong yang diikatakan sukses untuk menebar kebohongan melalui
media sosial, maka harus dibalas melalui kegiatan menebarkan
informasi yang baik mengenai bahaya post truth melalui
implementasinya yaitu berita bohong atau hoax. Ketiga, mengajarkan
atau menanamkan kebudayaan nasional tentang persatuan dan
kesatuan bangsa di dalam keberagaman sesuai dengan pancasila
dan UUD 1945 sejak dini, baik melalui pendidikan non-formal dirumah
maupun pendidikan formal yang dilakukan di sekolah, berikan contoh-
contoh yang kongkrit mengenai bahaya nya bila terjadi perpecahan di
dalam persatuan bangsa yang sudah terjalin sejak lama.
Beberapa implementasi tersebut diharapkan dapat menanamkan
ketahanan nasional di bidang social budaya dalam menghadapi era
post truth. Karena peran sosial budaya sangat penting di dalam
aspek-aspek yang terdapat di dalam ketahanan nasional. Kehidupan
sosial dan budaya menyentuh langsung kepada kehidupan
bermasyarakat bangsa Indonesia, sehingga menjadi salah satu alasan
atau modal kuat bagi suatu ketahanan nasional apabila sosial budaya
masyarakatnya sudah terjalin dengan kuat dan baik. Ketahanan
nasional jika di implementasikan dengan baik maka akan dapat
mencegah terjadinya perpecahan bangsa yang bisa dimulai dari
kondisi post truth yang melahirkan berita bohong.
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam pembinaan ketahanan
social budaya dalam rangka memperkuat ketahanan nasional dalam
rangka menghadapi era post truth adalah sebagai berikut : Pertama,
melalui Pengembangan sosial budaya bangsa Indonesia yang
berjalan bersama dengan pengembangan sosial budaya daerah.
Kebhinekaan budaya daerah yang merupakan kekayaan bangsa
justru menuntut agar pengembangan sosial budaya daerah
mendapatkan prioritas. Dengan berkembang sosial budaya daerah,
sosial budaya bangsa yang merupakan hasil atau resultan sosial
budaya daerah akan berkembang pula. Kedua, Pembinaan kehidupan
beragama tidak hanya mencakup penghayatan dan pengamalan
ajaran agama untuk din manusia pemeluknya, tetapi harus disertai
pemahaman dan penghormatan terhadap keberadaan agama lain
beserta masyarakat pemeluknya. Ketiga, Meningkatkan kemampuan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai perwujudan budaya bangsa. Sesuai dengan kekhasan
budaya bangsa yang terdiri atas unsurunsur budaya daerah yang
beraneka ragam, bangsa Indonesia seharusnya mampu melahirkan
cabang-cabang ilmu pengetahuan baru atau teknologi yang sesuai
dengan identitas bangsa.
Melalui ketahanan budaya yang kuat maka akan tercipta suatu
ketahanan terhadap invasi budaya- budaya asing yang tidak sesuai
dengan norma budaya bangsa Indonesia atau budaya nasional. Pada
masa depan upaya untuk melestarikan keberadaan faktor perekat
persatuan bangsa, yaitu keinginan dan semangat untuk hidup
bersama dan meraih cita cita bersama, akan menjadi tugas seluruh
warga bangsa.

4. Penutup
Demikianlah tulisan ini disusun sebagai sumbangan pemikiran bagi
khazanah illmu pengetahuan dan sebagai bahan kajian lebih lanjut.
Ketahanan nasional merupakan suatu konsepsi dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional, tujuan nasional tidak akan terwujud
apabila tidak ada ketahanan nasional yang kuat, ketahanan nasional
dihadapkan dengan era post-truth perlu dilihat dari segi social dan
kebudayaan nasional. Munculnya post-truth merupakan
pengembangan pemikiran dari budaya barat. Oleh sebab itu,
kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan kebudayaan nasional
harus dicegah dan ditangkal sehingga tidak merasuki sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang berbudaya nasional.
Dengan memperkuat social dan budaya sebagai salah satu aspek
ketahanan nasional, diharapkan mampu menghadapi kondisi bangsa
Indonesia di tengah kondisi era post truth tersebut.. ketahanan
nasional bangsa Indonesia harus kuat, ketahanan nasional dilakukan
dengan cara sederhana yaitu, dimulai dari ketahanan mental individu
masing-masing melalui mental ideologi Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Bidang Studi Geostrategi dan Ketahanan Nasional, Bahan


Ajaran Lemhannas RI, 2019.

Hartono, Dudi, 2018. Seminar Nasional Ilmu Pemerintahan, Era


Post Truth (Melawan Hoax dengan Fact Checking), FIK Universitas
Mercu Buana, Jakarta.

Muqtafa, Khairul, 2019. Dalam Rubrik Hoax di Dalam Politik, Edisi


17-21 April 2019, Gatra, Jakarta.

White, Adian, 2017. Ethic in the News : EJN Report on Challenges


for Journalism in the Post-Truth Era, London, UK.

Sujoko, Anang, 2018. Komunikasi Diponegoro dan Post-Truth Era


Propaganda Klasik Jawa, Universitas Brawijaya, Malang.

Anda mungkin juga menyukai