Pengertian
Secara umum
Proxy War adalah sebuah kronfrontasi antara dua kekuatan besar dengan
menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung
dengan alasan untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko pada
kehancuran fatal. Biasanya pihak ketiga yang bertindak sebagai pemain pengganti
adalah negara kecil, namun kadang juga bisa non state actors yang dapat berupa
LSM, Ormas, kelompok masyarakat atau perorangan. Singkatnya Proxy War
merupakan kepanjangan tangan dari suatu negara yang berupaya mendapatkan
kepentingan strategisnya namun menghindari keterlibatan langsung suatu perang
yang mahal dan berdarah. Melalui Proxy War ini tidak dapat dikenali dengan jelas
siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors dari
jauh. Negara musuh akan membiayai semua kebutuhan yang diperlukan oleh non
state actors dengan imbalan mereka mau melakukan segala sesuatu yang
diinginkan penyandang dana untuk memecah belah kekuatan musuh.
Di Indonesia
Dalam bahasa Inggris, buzzer adalah kata turunan dari buzz yang salah satu
maknanya menurut Merriam-Webster merupakan 'rumor' atau 'gosip'. Kata ini
dipadankan dengan pendengung yang menurut KBBI V adalah 'orang yang
menyebarkan rumor atau gosip (terutama melalui media sosial) untuk menjadi
perhatian banyak orang supaya hal tersebut menjadi perbincangan banyak orang'.
Kita bisa lihat, ada konotasi negatif dalam makna tersebut. Hal ini selaras dengan
artikel "To buzz or to influence?" (2021) yang menyatakan bahwa pendengung
berasosiasi dengan hoaks, manipulasi, dan akun palsu.
Kepala Pusat Studi Forensika Digital Universitas Islam Indonesia, Yudi Prayudi
mengungkapkan buzzer, dalam arti yang positif sebenarnya bentuk lain dari seorang
influencer atau rainmaker, yaitu seseorang yang mampu mempengaruhi follower
(bisa jadi pengunjung, pembaca,teman, fans, follower twitter-nya), sehingga
memberikan efek buzz di media sosial.
Memengaruhi dalam aspek informasi, membentuk oponi, tren sehingga diikuti yang
lainnya. Efek buz tersebut dapat terlihat dari banyaknya like/dislike,
forward,download dari konten yang di-sharing olehnya
Hal itu diinformasikan oleh Facebook lewat situs resminya seperti dikutip pada
Jumat (4/10/2019). Ada 69 akun Facebook, 42 halaman Facebook, dan 34
akun Instagram yang terlibat dalam 'perilaku tidak autentik yang terkoordinasi'.
Facebook menyebut akun-akun ini memiliki konten soal isu dalam negeri
Indonesia.
Facebook mengungkapkan ada salah satu Facebook Page yang punya 410
ribu followers, sementara salah satu akun Instagram punya 120 ribu followers.
Akun-akun itu menghabiskan US$300 ribu untuk beriklan di Facebook.
Analisis
Sebab :
Akibat