Oleh : Tiorivaldi
Allah pun memiliki takdir tersendiri untuk Natsir, setelah 3 bulan mengecap
sekolah HIS Adabiyah. Natsir mendapat kesempatan untuk mengenyam seklah
di HIS Pemerintah. Selama bersekolah di HIS, Natsir “menumpang hidup” di
saudagar kaya pasar solok yang bernama Haji Musa. Di situ Natsir pertama kali
belajar bahasa Arab dan mengaji fiqih.
Sebagai anak juru tulis, ia pernah ditolak masuk sekolah HIS. Di Maninjau ia
belajar di sekolah rakyat. “Saya belajar, tapi tak bayar uang sekolah dan tidak
terdaftar sebagai murid,” katanya. Ia sekolah sembunyi-sembunyi. Jika ada
inspektur sekolah datang, Natsir diminta bersembunyi dahulu.
Setelah lulus dari HIS, Natsir melanjutkan sekolah di MULO (Meer Uitegebried
Lager Onderwijs) Padang. Ketika sekolah di MULO Natsir mulai aktif di Jong
Sumatranen Bond dan Jong Islamieten Bond, di sanalah Natsir bertemu
pertama kalinya dengan Nur Nahar, wanita yang kelak akan menjadi istri Natsir.
Empat tahun Natsir menempuh sekolah MULO dari tahun 1920-1927. Setelah
menyelesaikan sekolah MULO dengan nilai yang baik, Natsir mendapatkan
beasiswa untuk melanjutkan sekolah AMS (Alegmeene Middelbare School) di
Bandung.
Natsir mempelajari ilmu Islam secara luas di perguruan tinggi. Ia terjun ke dunia
politik pada pertengahan 1930-an dengan bergabung di partai politik berideologi
Islam. Pada 5 September 1950, ia diangkat sebagai perdana menteri Indonesia
kelima. Setelah mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 26 April 1951
karena berselisih paham dengan Presiden Soekarno, ia semakin vokal
menyuarakan pentingnya peranan Islam di Indonesia hingga membuatnya
dipenjarakan oleh Soekarno. Setelah dibebaskan pada tahun 1966, Natsir terus
mengkritisi pemerintah yang saat itu telah dipimpin Soeharto hingga
membuatnya dicekal.
Itu adalah suatu pelajaran berharga yang bisa kita ambil dari jalan hidup juang
Mohammad Natsir dari sekolah yang bersembunyi-sembunyi (non-formal)
hingga sampai menjadi tokoh negarawan. Bukanlah sebuah materi berlimpah
yang bisa membuat seseorang menjadi besar, tetapi perjuangan keras dan
ketekunan dalam belajar yang bisa menjadikan seseorang itu besar. Bukanlah
ijazah SD, SMP, SMA, nilai tinggi, prestasi juara bahkan predikat cumlaude di
perguruan tinggi yang membuat seseorang bisa hidup sejahtera nan estetik.
Tetapi bagaimana cara ia memperoleh ilmu tersebut, dan apa yang dilakukan
selama hidupnya yang menjadikan seseorang menjadi besar. Pada akhirnya
apa yang menjadi paling penting dalam kehidupan ini adalah “Apakah anda
telah memberikan manfaat dalam kehidupan anda ?”, “Apakah kematian anda
menyisakan banyak kesedihan pada orang lain ?” dan pada akhirnya
pertanyaan yang paling terpenting dalam hidup ini adalah “Kenapa anda
diciptakan ?” . Dalam hidup ini hanya ada dua bentuk, yaitu benar atau salah;
positif atau negatif; kanan atau kiri; baik atau buruk. Tidak ada yang namanya
kehidupan tengah melainkan itu hanya dipakai dalam sikap sosial anda
terhadap suatu lingkungan masyarakat.
Wikipedia
Seri Buku Diskusi Online Indonesia. 2017. Jalan Hidup Para Pejuang.
Surabaya: Pustaka Saga
Basri, Agus. 2008. Mohammad Natsir Politik Melalui Jalur Dakwah. Panitia
Peringatan Refleksi Seabad Mohammad Natsir Pemikiran dan
Perjuangannya & Penerbit Media Dakwah
Panitia Buku Peringatan Mohammad Natsir. 1978. Mohammad Natsir 70
Tahun: Kenang-Kenangan Kehidupan dan Perjuangan. Jakarta: Pustaka
Antara
Tim Buku Tempo. 2011. Natsir: Politik Santun di Antara Dua Rezim. Jakarta:
Kepustakaan Populer Gramedia