Anda di halaman 1dari 137

12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

1. Ir. Soekarno

Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno juga
dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali mencetuskan
konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang menamainya Pancasila.
Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang
menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu
bisa menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato, oleh karena perannya yang sangat
dominan terutama saat awal kelahiran bangsa indonesia maka tak heran jika soekarno
termasuk salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970
pada umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan
ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K.
Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno
diangkat, namun Soekarno menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Soeharto

Soeharto / Suharto adalah pemimpin besar yang banyak dipuja namun tak sedikit pula yang
mencercanya. di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan
sebutan populer "The Smiling General" (Sang Jenderal yang Tersenyum) karena raut
mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan.

Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang
dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September,
Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin
operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa. Soeharto
kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun
1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada
tahun 1998, masa jabatannya selesai setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998,
Pengunduran diri ini dilatarbelakangi terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan
gedung DPR / MPR oleh ribuan mahasiswa.

Semasa menjadi presiden, Soeharto dijuluki Bapak Pembangunan. Gelar itu tak lepas dari
upaya Soeharto menata dan membangun Indonesia. Karenanya, kabinet Soeharto pun disebut
Kabinet Pembangunan. Konsep Trilogi Pembangunan yang diusung Soeharto memang
membawa bangsa ini pada kejayaan berkali-kali. Sebut saja masa-masa di mana Indonesia
bisa mengalami swasembada beras, penekanan inflasi dari 650 persen hingga menjadi 12
persen saja, pembangunan waduk-waduk, jalan tol dan banyak lagi.

Soeharto merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto
digantikan oleh B.J. Habibie. Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini.
Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto dianggap dapat membangun
negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur. namun disisi lain
suharto juga dianggap membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa,
menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim yang korup.

Suharto lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta,
8 Juni 1921. ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27
Januari 2008 pada umur 86 tahun. oleh karena masa perannya yang sanagat lama dalam
memimpin bangsa indonesia (selama 32 tahun) maka tak heran jika soeharto termasuk salah
satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia,

3. Moh. Hatta

Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria
kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan
Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi
ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Selain itu karena perannya yang sangat dominan terutama saat awal kelahiran bangsa
indonesia maka tak heran jika Bung Hatta termasuk salah satu tokoh yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia

Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Ia
meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun. Setelah wafat, Pemerintah
memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama
dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan
Nasional.

4. Ahmad Dahlan

Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di Masjid
Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
pada kala itu.

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan pembaharu
dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan tinggal selama 2
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH.
Hasyim Asyari, pendiri NU.

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah di


kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam
di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir
dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan sudah
menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik namun bersifat sosial dan
bergerak pada bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, dari
keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan, fitnahan dan hasutan datang
bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru yang
melanggar agama Islam. Ada yang mengecapnya sebagai kyai palsu karena sudah meniru-
niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam
tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah
OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi.
Ahmad Dahlan sendiri lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23
Februari 1923 pada umur 54 tahun. Berkat perannya mendirikan Muhammadiyah dimana
pada akhirnya organisasi ini sangat membantu kehidupan masyarakat indonesia dalam
berbagai bidang, tak heran jika Ahmad Dahlan termasuk salah satu tokoh yang sangat
berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia.

5. Hasyim Asyari

Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama pesantren
dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang
juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba
ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan
Pesantren Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada
Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ahmad
Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh
Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid
Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu
Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada
tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama
(NU), yang berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak,
Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur
72 tahun dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Berkat perannya mendirikan Nahdlatul
Ulama dimana pada akhirnya organisasi ini sangat membantu kehidupan masyarakat
indonesia dalam berbagai bidang, tak heran jika K.H. Hasjim Asy'ari termasuk salah satu
tokoh yang sangat berpengaruh dalam kehidupan bangsa indonesia

6. Jenderal Besar Soedirman

Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI
yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19 Desember
1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Soedirman,
beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan
dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di
Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto.

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit
tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di
Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24
Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34
tahun.

7. Ki Hajar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia. Bahkan, hari
kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi
slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta, 26 April


1959 pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang
ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

8. Susilo Bambang Yudhoyono

TNI (Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono atau yang populer dengan panggilan SBY
merupakan Presiden Indonesia ke-6 yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. SBY bersama
Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, terpilih dalam Pemilu Presiden 2004 dan berhasil
meneruskan pemerintahannya untuk periode kedua dengan berhasil memenangkan Pemilu
Presiden 2009, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi
dimulai, SBY merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa
kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua. Karena
kehebatannya, pada tahun 2009 ia terpilih sebagai salah satu dari 100 tokoh Berpengaruh
Dunia kategori Pemimpin & Revolusioner Majalah TIME. Tahun 2005 dia dinobatkan
sebagai Bintang Asia (Star of Asia) oleh BusinessWeek.

Sebelum menjadi presiden, SBY merupakan seorang pensiunan militer. Selama di militer ia
lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Sebelum pensiun pada 25 September 2000,
Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI. Karier militernya terhenti
ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Pertambangan dan Energi
pada tahun 1999. Kemudian pada 10 Agustus 2001 / masa kabinet Gotong Royong pimpinan
Presiden Megawati Soekarnoputri, SBY dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang
Politik dan Keamanan (Menko Polkam). Namun jabatan Menko Polkam ditinggalkannya
pada 11 Maret 2004 lantaran SBY merasa tidak dipercaya lagi oleh presiden.

Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri
membuatnya menjadi presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat
Indonesia. dalam pemerintahannya oleh beberapa pihak SBY dianggap berhasil memperbaiki
fundamental makro ekonomi indonesia seperti berhasil menurunkan rasio utang terhadap
PDB indonesia, dimana rasio utang indonesia pada masa SBY paling rendah di antara negara-
negara G-20. Sementara rasio utang luar negeri dari 2004 hingga 2014 menurun lebih dari
70% dari 27,8% hingga tersisa 7,8%. dari segi infrastruktur, pemerintahan SBY disebut telah
membangun 293 waduk, 1.221 embung, dan 7,29 juta hektar irigasi.

SBY lahir di Tremas, Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur pada 9 September 1949 dari
pasangan Raden Soekotjo dan Siti Habibah. Dari silsilah ayahnya dapat dilacak hingga
Pakubuwana serta memiliki hubungan dengan trah Hamengkubuwana II. Mengikuti jejak
sang ayah SBY pun berkecimpung di dunia kemiliteran.

9. Abdurrahman Wahid

Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang populer dengan panggilan Gus Dur merupakan
tokoh Muslim Indonesia dan pemimpin politik yang menjadi Presiden Indonesia keempat
(dari tahun 1999 hingga 2001). Gus Dur menjadi presiden ke-4 menggantikan Presiden B. J.
Habibie setelah dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999. Penyelenggaraan pemerintahannya
dibantu oleh Kabinet Persatuan Nasional. Masa kepresidenan Gus Dur dimulai sejak 20
Oktober 1999 dan berakhir pada Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Tepat 23 Juli 2001,
kepemimpinannya digantikan oleh Megawati Soekarnoputri setelah mandatnya dicabut oleh
MPR.

Gus Dur adalah putra pertama dari enam bersaudara. Wahid lahir dalam keluarga yang sangat
terhormat dalam komunitas Muslim Jawa Timur. Kakek dari ayahnya adalah K.H. Hasyim
Asyari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sementara kakek dari pihak ibu, K.H. Bisri Syansuri,
adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayah Gus Dur,
K.H. Wahid Hasyim, terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun
1949. Ibunya, Ny. Hj. Sholehah, adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang.

Salah satu peran besar Gus Dur di indonesia adalah beliau dianggap dapat mendamaikan
hubungan Islam dengan Pancasila sehingga umat Islam semakin bisa menerima pancasila
tanpa ada perseteruan, kemudian beliau juga dianggap berhasilannya membuka pandangan
bahwa kemajemukan merupakan sebuah realitas di Indonesia.

Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dan meninggal di Jakarta, 30
Desember 2009 pada umur 69 tahun. Berkat jasanya kepada indonesia Gus Dur mendapat
gelar sebagai "Bapak Tionghoa" hal tersebut karena bagi kaum Tionghoa, Gus Dur dianggap
telah menghapus kekangan, tekanan dan prasangka negatif terhadap kaum Tionghoa.

10. B.J Habibie

Bacharuddin Jusuf Habibie adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga. Habibie lahir di
Parepare, Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936. Ia menggantikan Soeharto yang
mengundurkan diri dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Jabatannya digantikan
oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden pada 20 Oktober 1999
oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2 bulan dan 7 hari sebagai wakil
presiden, dan 1 tahun dan 5 bulan sebagai presiden, Habibie adalah Wakil Presiden dan juga
Presiden Indonesia dengan masa jabatan terpendek.

Semasa mudanya Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah


perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. dan mencapai puncak karier
sebagai seorang wakil presiden bidang teknologi. Pada tahun 1973, Habibie kembali ke
Indonesia atas permintaan mantan presiden Suharto. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri
Negara Riset dan Teknologi sejak tahun 1978 sampai Maret 1998.

Sejak 14 Maret 1998, B.J. Habibie diangkat sebagai Wakil Presiden pada Kabinet
Pembangunan VII di bawah Presiden Soeharto. dan kemudian menggantikan Soeharto
sebagai Presiden sejak tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999. Habibie mewarisi
kondisi keadaan negara kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa orde baru,
sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah
Indonesia.

Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan hukum yang kokoh
bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Persaingan Sehat atau UU Anti Monopoli,
perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting ialah UU otonomi daerah. Melalui
penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru
berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono,
tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib layaknya
Uni Soviet dan Yugoslavia. selain itu B.J. Habibie dianggap berhasil menerapkan
independensi Bank Indonesia sehingga lebih fokus mengurusi perekonomian. Untuk
menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia.

Setelah tidak menjabat di pemerintahan, B.J. Habibie tetap berusaha membangun indonesia,
misalnya ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai
penasihat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang
didirikannya Habibie Center.

11. Pangeran Diponegoro

Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa


pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak
dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utam
di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran
Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20
juta gulden.

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di
Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri
selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara
Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun.

12. Raden Ajeng Kartini

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan nasional
perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak
kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. meskipun RA Kartini
sendiri merupakan seorang perempuan ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan


hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan
R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki
tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah
dari Jepara ke Rembang mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan
Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu
gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan
sebagai Gedung Pramuka.

Berkat kegigihannya pada 1912 didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang,
yang kemudian didirikan pula di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon serta
daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini
didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang
pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul
Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku
kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan
pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Ia
meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. untuk
mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.
12 Pahlawan Nasional Yang Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia

1. Sukarno

Sukarno / Soekarno / Ir. Soekarno adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada
periode 1945-1966. Sukarno juga merupakan Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama
dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno memainkan
peranan penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.

Selain sebagai tokoh proklamator dan Presiden Indonesia yang pertama, Soekarno juga
dikenal sebagai pencetus dasar Negara Pancasila, karena ia yang pertama kali mencetuskan
konsep mengenai dasar negara Indonesia itu dan Soekarno pula yang menamainya Pancasila.
Tidak hanya itu saja, dia juga adalah seorang orator yang handal dan politikus cerdas yang
menguasai delapan bahasa. Tokoh bangsa yang dikenal dengan sapaan Bung Karno ini selalu
bisa menggetarkan hati para pendengarnya saat berpidato.

Soekarno lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901. Ia meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970
pada umur 69 tahun. Sebelum meninggal Soekarno telah dinyatakan mengidap gangguan
ginjal dan pernah menjalani perawatan di Wina, Austria tahun 1961 dan 1964. Prof. Dr. K.
Fellinger dari Fakultas Kedokteran Universitas Wina menyarankan agar ginjal kiri Soekarno
diangkat, namun Soekarno menolaknya dan lebih memilih pengobatan tradisional

2. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta / Bung Hatta merupakan salah seorang proklamator. Sejak muda, pria
kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 dan lulusan Belanda ini sudah dikenal sebagai aktivis
dan organisatoris, hingga jadi seorang negarawan yang sering mendampingi Soekarno dalam
perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Bung Hatta bersama Soekarno memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa
Indonesia dari penjajahan Belanda sekaligus memproklamirkannya pada 17 Agustus 1945. Ia
juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS.
Kemudian Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan
Presiden Soekarno. Selama menjabat sebagai wakil presiden, Hatta aktif menulis dan berbagi
ilmu mengenai koperasi. Perannya tersebut membuat beliau dijuluki sebagai Bapak Koperasi.

Mohammad Hatta / Bung Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Ia
meninggal di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun. Setelah wafat, Pemerintah
memberikan gelar Pahlawan Proklamator kepada Bung Hatta pada 23 Oktober 1986 bersama
dengan mendiang Bung Karno. Pada 7 November 2012, Bung Hatta secara resmi bersama
dengan Bung Karno ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Pahlawan
Nasional.

3. Soedirman

Soedirman / Panglima tentara pertama Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah
seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI
yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.

Soedirman diangkat sebagai panglima besar pada 18 Desember 1948. Pada 19 Desember
1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Soedirman,
beserta sekelompok kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan
dan memulai perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Beliau mengomandoi kegiatan militer di
Pulau Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto.

Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit
tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di
Semaki, Yogyakarta. Soedirman lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24
Januari 1916 dan meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34
tahun.

4. Diponegoro

Diponegoro / Pangeran Diponegoro dikenal karena memimpin Perang Diponegoro di Jawa


pada kurun waktu 1825-1830, yang tercatat sebagai perang dengan korban paling banyak
dalam sejarah Indonesia. Selama lima tahun, perang terbuka terjadi di sejumlah daerah utam
di hampir seluruh Pulau Jawa. Belanda pun sempat kesulitan menaklukkan Pangeran
Diponegoro, dimana ribuan serdadu mereka menjadi korban dan menyebabkan kerugian 20
juta gulden.

Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di
Kesultanan Yogyakarta. Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama
Mustahar dari seorang selir bernama R.A. Mangkarawati, yaitu seorang garwa ampeyan (istri
selir) yang berasal dari Pacitan. Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara
Raden Mas Antawirya. Pangeran Diponegoro meniggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 8
Januari 1855 pada umur 69 tahun.

5. Hasyim Asy'ari

Hasyim Asyari / Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’arie adalah salah satu Pahlawan
Nasional Indonesia yang merupakan pendiri NU / Nahdlatul Ulama, dimana organisasi ini
merupakan organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Di kalangan ulama pesantren
dan Nahdliyin ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha guru.

K.H. Hasjim Asy'ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang
juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba
ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Siwalan di Sidoarjo dan
Pesantren Kademangan di Bangkalan.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada
Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Ahmad
Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh
Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid
Husein Al-Habsyi.

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu
Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20. Pada
tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama
(NU), yang berarti kebangkitan ulama. Hasyim Asyari sendiri lahir di Kabupaten Demak,
Jawa Tengah, 10 April 1875. Ia meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25 Juli 1947 pada umur
72 tahun dan dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang.

6. Ahmad Dahlan

Muhammad Darwis / Ahmad Dahlan / Kyai Haji Ahmad Dahlan merupakan salah satu
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga
K.H. Abu Bakar. K.H Abu Bakar sendiri adalah seorang ulama & khatib tersohor di Masjid
Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan merupakan
puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
pada kala itu.

Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekah selama 5 tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran dan gagasan pembaharu
dalam Islam, seperti Al-Afghani, Muhammad Abduh, Ibnu Taimiyah dan Rasyid Ridha.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Selanjutnya Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan tinggal selama 2
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari KH.
Hasyim Asyari, pendiri NU.

Pada 18 Nopember 1912, Ahmad Dahlan pun mendirikan organisasi Muhammadiyah di


kampung Kauman, Yogyakarta. Hal tersebut untuk melaksanakan cita-cita pembaruan Islam
di bumi Nusantara. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaruan dalam cara berpikir
dan beramal sesuai tuntunan agama Islam. la ingin mengajak umat Islam Indonesia untuk
kembali hidup menurut tuntunan al-Qur’an dan al-Hadits. Sejak awal Ahmad Dahlan telah
menetapkan bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik tetapi bersifat sosial dan
bergerak di bidang pendidikan.

Gagasan pendirian Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan ini juga mendapatkan resistensi, dari
keluarga serta dari masyarakat sekitarnya. Bermacam tuduhan, fitnahan dan hasutan datang
bertubi-tubi kepadanya. Ahmad Dahlan dituduh hendak mendirikan agama baru yang
melanggar agama Islam. Ada yang mengecapnya sebagai kyai palsu karena sudah meniru-
niru bangsa Belanda yang Kristen, mengajar di sekolah Belanda, dan bermacam-macam
tuduhan lain. Karena saat itu Ahmad Dahlan sempat mengajar agama Islam di sekolah
OSVIA Magelang, yang merupakan sekolah khusus Belanda untuk anak-anak priyayi.
Ahmad Dahlan sendiri lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868. Ia meninggal di Yogyakarta, 23
Februari 1923 pada umur 54 tahun.

7. Ki Hajar Dewantara

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, adalah aktivis
pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum
pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa,
suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Sehingga nama Ki Hajar Dewantara identik dengan dunia pendidikan Indonesia. Bahkan, hari
kelahiran Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 2 Mei pun diperingati sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Sampai saat ini bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi
slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Ia meninggal di Yogyakarta, 26 April


1959 pada umur 69 tahun. Setelah meninggal Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang
ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959).

8. Bung Tomo

Sutomo / Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam
membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui
tentara NICA yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945. Padat pertempuran
tersebut Pejuang sekaligus tokoh jurnalis asal Surabaya ini berhasil mengobarkan semangat
juang rakyat Indonesia dengan semboyan "Merdeka atau Mati" dalam pertempuran besar
melawan pasukan penjajah di Surabaya. Dimana peristiwa tersebut hingga kini diperingati
sebagai Hari Pahlawan.

Sutomo lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920. ia meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7
Oktober 1981 pada umur 61 tahun, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan
tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci,
jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman
Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

9. Pattimura

Thomas Matulessy / Pattimura / Kapitan Pattimura merupakan panglima perang dalam


perjuangan rakyat Maluku melawan VOC Belanda. Di bawah komando Pattimura, sejumlah
kerajaan Nusantara seperti Ternate dan Tidore bersatu menghadapi penjajah pada tahun 1817.

Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para raja maupun rakyat biasa. Dalam
perjuangan melawan Belanda ia menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore,
raja-raja di Sulawesi, Bali dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi
Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri
Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk melawan Pattimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di laut dan di darat
dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Anthoni
Rebhok, Melchior Kesaulya, Ulupaha dan Philip Latumahina. Pertempuran yang
menghancurkan pasukan Belanda tercatat salah satunya seperti perebutan benteng Belanda
Duurstede dan pertempuran di pantai Waisisil. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan
dengan tipu muslihat dan politik adu domba belanda. Pattimura dan para tokoh pejuang
akhirnya tertangkap dan digantung di Ambon pada 16 Desember 1817.
Thomas Matulessy / Pattimura lahir di pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783. Ia meninggal di
Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun. Kini namanya pun dikenang
sebagai pahlawan nasional, dan dijadikan nama jalan, stadion dan universitas

10. Imam Bonjol

Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang alim ulama yang berasal dari
Sungai Rimbang, Suliki, Lima Puluh Kota. Sebagai ulama dan pemimpin masyarakat
setempat, Imam Bonjol memperoleh beberapa gelar, yaitu Malin Basa, Peto Syarif dan
Tuanku Imam. yang akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Perlawanan heroik ditunjukkan oleh Tuanku Imam Bonjol dalam Perang Padri di Sumatera
Barat. Selama lima tahun, dia bersama pasukannya berhasil membuat penjajah kesulitan
menghadapi Kaum Padri, hingga pada Oktober 1837 Pihak belanda mengundang Tuanku
Imam Bonjol ke Palupuh untuk berunding. Namun setibanya di tempat perundingan Imam
Bonjol langsung ditangkap dan dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke
Ambon dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Dahsyatnya pertempuran dan
perlawanan Imam Bonjol ini, akhirnya diabadikan dalam bentuk museum dan Monumen
Imam Bonjol yang berlokasi di Bonjol, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Muhammad Shahab / Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat, pada
tahun 1772. Ia meninggal dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa,
6 November 1864. Kini namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional serta hadir dan
disematkan di berbagai ruang publik bangsa sebagai nama jalan, nama universitas, nama
stadion, bahkan pada lembaran Rp 5.000 keluaran Bank Indonesia 6 November 2001..

11. Kartini

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini merupakan Salah seorang pahlawan nasional
perempuan ini telah menghabiskan sebagian hidupnya untuk memperjuangkan kesetaraan hak
kaumnya dan dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. meskipun RA Kartini
sendiri merupakan seorang perempuan ningrat namun memiliki pemikiran moderat

Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena tulisan-tulisan


hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar Kartini harus menikah dengan
R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki
tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah
dari Jepara ke Rembang mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan
Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu
gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan
sebagai Gedung Pramuka.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di
Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan
daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini
didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang
pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul
Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku
kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan
pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879. Ia
meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun. untuk
mengenang perjuangannya, tanggal lahirnya pada 21 April diperingati sebagai Hari Kartini.

12. Cut Nyak Dhien

Cut Nyak Dhien / Tjut Njak Dhien merupakan salah seorang pahlawan nasional perempuan
dari Aceh. Dia ikut memimpin perlawanan rakyat terhadap Belanda pada masa Perang Aceh,
Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga
(suami pertama) berjuang melawan Belanda. Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada
tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan
menghancurkan Belanda.

Kemudian Teuku Umar (suami kedua), salah satu tokoh yang melawan Belanda melamar Cut
Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak, tetapi karena Teuku Umar
mengijinkannya ikut dalam medan perang, Cut Nyak Dhien setuju untuk menikah dengan
Teuku Umar pada tahun 1880. Setelah menikah dengan Teuku Umar, Cut Nyak Dhien
bersama Teuku Umar berjuang bersama melawan Belanda. Namun, Teuku Umar gugur pada
tanggal 11 Februari 1899 saat menyerang Meulaboh, sehingga ia berjuang sendirian di
pelosok Meulaboh bersama pasukan kecilnya.

Cut Nyak Dien saat itu sudah tua dan memiliki penyakit rabun dan encok, sehingga karena
iba (kasihan) salah seorang pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya.
Ia akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh oleh belanda. Di sana ia dirawat dan
penyakitnya perlahan membaik. Namun, keberadaannya mengakibatkan bertambahnya
semangat perlawanan rakyat Aceh terhadap belanda. Ia juga masih berhubungan dengan
pejuang Aceh yang belum tertangkap. Akibatnya, Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang.

Cut Nyak Dhien lahir di Aceh, tahun 1848. Ia meninggal di Sumedang, Jawa Barat, 6
November 1908 pada umur 59–60 tahun dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Kini
namanya pun dikenang sebagai pahlawan nasional, dan diabadikan sebagai Bandar Udara Cut
Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
3 Landasan Hubungan Internasional Indonesia

Hubungan Internasional adalah hubungan antarnegara dalam berbagai aspek yang dilakukan suatu
negara untuk mencapai kepentingan negara tersebut. Hubungan Internasional juga disebut sebagai
sebuah kebijakan publik yang dapat bersifat positif atau normatif, karena berusaha menganalisis dan
merumuskan kebijakan luar negeri negara-negara tertentu.

Sejak merdeka, dalam menjalankan hubungan internasional, indonesia memegang prinsip pada
kebijakan luar negeri "bebas dan aktif" dengan mencoba mengambil peran dalam berbagai masalah
regional sesuai porsinya dan selalu berusaha menghindari keterlibatan dalam konflik di antara
kekuatan-kekuatan besar dunia.

Dalam menjalankan Hubungan Internasional, Indonesia memiliki 3 Landasan Hubungan Internasional


yang selalu dijadikan acuan. 3 Landasan Hubungan Internasional tersebut adalah:

1. Landasan Idiil : Pancasila (Sila II)


2. Landasan Konstitusional : UUD 1945 (Pembukaan alinea I dan IV)
3. Landasan Operasional : GBHN

1. Landasan Idiil
Landasan idiil merupakan suatu landasan yang menjadi ideologi suatu bangsa, dalam hal ini landasan
Idiil Indonesia adalah pancasila. Landasan Idiil hubungan internasional indonesia adalah Pancasila
sila kedua, yaitu "kemanusiaan yang adil dan beradab", yang mengandung makna bahwa bangsa
Indonesia menganggap dirinya sebagai bagian dari umat manusia di dunia. Oleh karena itu, bangsa
indonesia harus mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain
(bekerjasama dengan sesama manusia)

2. Landasan Konstitusional 
Landasan konstitusional merupakan landasan yang berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan
tentang ketatanegaraan / undang-undang dasar suatu negara.  Landasan Konstitusional hubungan
internasional indonesia adalah UUD 1945 terutama dalam pembukaan (alenia I dan IV).

Pembukaan UUD 1945 alenia 1 "Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan".

Pembukaan UUD 1945 alenia 4 "… ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial".

Kemudian terdapat pula pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 13 yang berbunyi:

1. Presiden mengangkat duta dan konsul.


2. Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat.

Dan yang terakhir terdapat pada Batang Tubuh UUD 1945 pasal 11 yang berbunyi:

1. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat


perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
2. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas
dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undangundang harus dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
3. Ketentuan lebih lanjut tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang

3. Landasan Operasional
Landasan Operasional merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh dari
kehidupan nasional suatu Negara. Terdapat 4 elemen landasan operasional hubungan internasional
indonesia yaitu sebagai berikut:

1. Ketetapan MPR, yaitu GBHN dalam bidang hubungan luar negeri. Menurut GBHN (TAP
MPR RI No. IV/MPR/1999) misi hubungan luar negeri Indonesia adalah perwujudan politik
luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan pro aktif bagi kepentingan nasional dalam
menghadapi perkembangan global.
2. Undang-Undang, misalnya UU. No. 37 /1999 tentang hubungan luar negeri
3. Keputusan / Kebijakan presiden, yang dituangkan dalam Perpres.
4. Kebijakan / peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri luar negeri.

Sebuah hubungan internasional ditandai dengan dimulainya pembukaan utusan (konsuler atau
diplomatik) yang bersifat bilateral. Dalam hubungan internasional terdapat aktor yang melakukan
hubungan internasional, aktor pelaku hubungan internasional disebut sebagai subjek hukum
internasional. Subjek hukum internasional ialah orang atau lembaga/badan yang dianggap mampu
melakukan perbuatan atau tindakan hukum yang diatur dalam hukum internasional dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum internasional atas perbuatannya tersebut. Hukum internasional
pada dasarnya dijalankan oleh subjek hukum internasional. Dalam hal ini bukan hanya aktor tetapi
juga non negara. Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, Indonesia memiliki
kebijakan tersendiri yang mengatur hubungan internasional.
Kerjasama Regional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar kelompok atau antar
organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati
bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama.

Kerjasama Regional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang biasanya
berada dalam suatu kawasan tertentu atau wilayah yang berdekatan. Ada beberapa organisasi
kerjasama yang tersebar di berbagai kawasan di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara ada Asean,
Afta dan Apec, Di kawasan Asia Selatan ada Saarc. kemudian di kawasan Asia terdapat ADB dan di
kawasan eropa terdapat EFTA dan EU. Masing-masing kerjasama regional tersebut memiliki tujuan
nya masing-masing. Biasanya bentuk kerja regional diwujudkan dengan penetapan kebijakan-
kebijakan sebagai berikut:

Contoh kebijakan hasil kerjasama regional adalah:

1. Penetapan peraturan dan perjanjian penanaman modal untuk memperkuat posisi tawar-
menawar negara anggota dalam menghadapi negara yang lebih maju.
2. Melakukan proteksi terhadap pengusaha domestik dalam menghadapi persaingan dari luar
kawasan.
3. Pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas dengan meniadakan tarif bea masuk terhadap
barang yang berasal dari sesama negara anggota untuk meningkatkan skala pasar
internasional.

Indonesia sendiri sebagai bagian dari negara-negara dunia selalu aktif dan tidak dapat menghindari
kerjasama regional dengan negara lain, terutama negara dalam satu kawasan. Ada beberapa alasan
mengapa Indonesia wajib menjalin kerja sama regional dengan negara lain, diantaranya adalah:

1. Untuk memasarkan produksi dari dalam negeri ke negara lain (ekspor).


2. Tidak semua kebutuhan konsumsi dalam negeri dapat dipenuhi sendiri
3. Untuk menjaga stabilitas kawasan, meningkatkan hubungan ekonomi.
4. Sebagai bagian dari komunitas dunia, Indonesia perlu menjalin persahabatan dengan negara
lain.

Contoh Kerjasama Regional


Berikut ini adalah beberapa contoh kerjasama regional yang ada diseluruh dunia:

EU / Uni Eropa (European Union)

Uni Eropa (European Union) adalah organisasi antar pemerintahan dengan anggota negara-negara
Eropa. Uni eropa bukanlah suatu negara federal atau organisasi internasional dalam pengertian
tradisional, akan tetapi merupakan suatu badan otonom di antara keduanya. Negara-negara anggota
UE tetap menjadi negara yang independen dan berdaulat, tetapi mereka menggabungkan kedaulatan
mereka dengan tujuan untuk memperoleh pengaruh dan kekuatan kolektif yang lebih besar. Uni Eropa
merupakan salah satu contoh kerjasama regional di kawasan eropa dimana manfaat dari keberadaanya
sangat dirasakan oleh masyarakat eropa.

Pada tahun 2002, Uni Eropa mengeluarkan mata uang tunggal Uni Eropa, yakni Euro yang digunakan
bersama oleh negara-negara Uni Eropa. Saat ini jumlah anggota UE mencapai 27 negara. Misi UE
pun tidak hanya sebatas kerja sama ekonomi lagi, namun berkembang sebagai berikut ini.

1. pemersatu bagi negara-negara benua Eropa


2. memastikan keselamatan hidup warganya
3. menjaga perdamaian, kesejahteraan dan stabilitas bagi warga negara anggota
4. menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial
5. menghadapi tantangan globalisasi dan menjaga keberagaman masyarakat Eropa
6. menjaga nilai-nilai masyarakat Eropa semacam pembangunan terpadu, kepedulian
lingkungan, HAM, dan masyarakat sosial ekonomi.

Apec (Asia Pasific Economic Cooperation)

APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation). Kerjasama Ekonomi APEC adalah forum kerjasama
ekonomi yang terbuka, informal, tidak mengikat, dibentuk di Canberra November 1989. Salah satu
bentuk kerjasama dalam APEC adalah Kerjasama Ekonomi dan Teknik (ECOTECH), Kerjasama
tersebut memberikan kesempatan bagi negara-negara anggota untuk meningkatkan pelatihan dan
pendidikan dalam perdagangan internasional.

Secara historis terbentuknya Forum APEC lebih dilihat sebagai upaya untuk mengatasi kebuntuan
yang melanda perundingan-perundingan Perjanjian Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT)
atau Putaran Uruguay, di Jenewa, Swiss. Sejatinya APEC sendiri mencakup negara-negara dari
beberapa belahan benua, yakni negara-negara ASEAN, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia
Baru, Meksiko, Papua Nugini, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Taiwan, dan Cile. meskipun
begitu kerjasama ini tetap diutamakan untuk negara-negara asia pasifik.

Asean (Association of Southeast Asian Nations)

Asean (Association of Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara
(Perbara). Organisasi yang bertujuan mengukuhkan kerja sama regional negara-negara di Asia
Tenggara. Asean beranggotakan negara-negara Asia Tenggara seperti : Indonesia, Brunei Darusalam,
Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam.

Tujuan ASEAN adalah menyelenggarakan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan
yang meliputi hal-hal berikut.

1. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di Asia Tenggara.


2. Mengadakan pembahasan bersama mengenai permasalahan yang terjadi di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya dan Asia pada umumnya.
3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.
4. Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang
sosial, ekonomi, kebudayaan, administrasi, dan IPTEK.
5. Menyelenggarakan usaha-usaha yang efektif untuk mencapai hasil yang lebih baik dalam
industri pertanian.
6. Mendirikan industri dan memperluas perdagangan, termasuk perdagangan internasional. 
7. Menyediakan bantuan fasilitas untuk latihan dan penelitian bagi negara anggota ASEAN.
8. Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional lainnya.

NAFTA (North America Free Trade Area)

Kawasan Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) dibentuk pada tanggal 12 Agustus 1992.
Negara yang menjadi anggota NAFTA adalah Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko. Negara-negara
tersebut sepakat untuk membentuk kawasan perdagangan bebas bersama. Namun NAFTA mulai aktif
pada tahun 1994. dimana tujuan pembentukan NAFTA sendiri adalah sebagai berikut:

1. Mengatur impor dan produksi sesama anggota.


2. Meningkatkan kegiatan ekonomi di antara negara anggota.
3. Menetapkan standar produk atas barang-barang yang diperdagangkan.
4. Melindungi konsumen dengan mengutamakan aspek keselamatan, kesehatan, dan keserasian
lingkungan hidup.

AFTA (Asean Free Trade Area)


Adalah kesepakatan perdagangan bebas antara negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.
Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) untuk pertama kalinya dicetuskan pada KTT ASEAN
ke-4 di Singapura pada tanggal 27-28 Januari 1992. AFTA secara resmi dimulai pada tanggal 1
Januari 1993. AFTA beranggotakan 7 negara anggota ASEAN. Dengan AFTA diharapkan negara
anggota dapat meningkatkan penghasilan ekspornya. Karena tujuan dari pembentukan AFTA sendiri
adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan jumlah ekspor negara-negara anggota ASEAN.


2. Meningkatkan investasi dalam kegiatan produksi dan jasa antar anggota ASEAN. 
3. Meningkatkan investasi dari luar negara anggota ASEAN.
4. Meningkatkan perdagangan dan spesialisasi di lingkungan ASEAN
Kerjasama Internasional Indoneisa, Lengkap Contoh dan Pembahasan

Negara tidak dapat hidup sendiri, melainkan memerlukan bantuan atau kerja sama dengan negara lain.
Bentuk kerja sama dengan negara lain dapat berupa kerja sama di bidang ekonomi, politik,
pertahanan, pendidikan, kebudayaan, sosial, keamanan, dan sebagainya. Kerja sama sendiri dapat
diartikan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau antar kelompok atau antar
organisasi untuk mencapai tujuan atau target yang sebelumnya telah direncanakan dan disepakati
bersama. Atau kerjasama dapat diartikan sebagai tindakan-tindakan dalam pekerjaan yang dilakukan
oleh dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan dan demi keuntungan bersama. selanjutnya apa itu
kerja sama internasional ?

Kerjasama Internasional
Kerja sama internasional adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua negara atau lebih yang tidak
dibatasi oleh letak negara atau memiliki lingkup seluruh dunia, kerjasama internasional biasanya
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan seluruh negara-negara di dunia.

Hubungan kerjasama internasional dibutuhkan guna memenuhi kebutuhan hidup dan eksistensi
keberadaan suatu negara dalam tata pergaulan internasional, di samping demi terciptanya perdamaian
dan kesejahteraan hidup yang merupakan harapan seluruh manusia dan negara di dunia. Setiap negara
sudah pasti memiliki kelebihan, kekurangan dan kepentingan nya masing-masing. Hal-hal inilah yang
mendorong dilaksanakannya kerjasama internasional

Tujuan dan Fungsi Kerjasama Internasional


Kerjasama internasional didasari atas sikap saling menghormati dan saling menguntungkan, Dalam
menjalin sebuah kerjasama internasional biasanya memiliki tujuan dan fungsi sebagai berikut

Tujuan Kerjasama Internasional

1. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi dengan para
negara yang menjalin kerjasama.
2. Memperkuat dan meningkatkan kerja sama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
para negara yang menjalin kerjasama.
3. Menciptakan saling pengertian antar negara dalam membina dan menegakkan perdamaian
dunia.

Fungsi kerja sama internasioanl

1. Saling menguntungkan kedua belah pihak dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi.


2. Meningkatkan penerapan iptek serta menanggulangi hal-hal yang dapat merusak budaya.
3. Meningkatkan kemampuan pertahanan dan keamanan.
4. Mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia.
5. Terjalin rasa saling menghargai dan menghormati ideology masing-masing.
Contoh Kerjasama Internasional
Ada beberapa organisasi kerjasama internasional yang tersebar di seluruh dunia, diantaranya
adalah WTO, ILO, World Bank dan IMF.

WTO (World Trade Organization / Organisasi Perdagangan Dunia)

WTO / organisasi perdagangan dunia adalah organisasi intenasioanl yang bertujuan untuk
meningkatkan perdagangan internasional dengan cara membatasi atau manghapus peraturan yang
bersifat menghambat kelancaran pertukaran barang-barang internasional, dan berusaha untuk
meningkatkan volume perdagangan dunia dengan cara meliberalisasikan perdagangan internasional.
WTO didirikan pada 1 Januari 1995 sebagai pengganti dari persetujuan GATT, GATT sendiri
merupakan persetujuan setelah Perang Dunia II untuk menghapuskan hambatan perdagangan
internasional.

WTO memiliki prinsip yaitu Non diskriminasi, liberasi perdagangan, stabilitas hubungan perdagangan
di mana mekanisme WTO dibangun untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah perdagangan
antar Negara. Organisasi WTO bermarkas di Jenewa, Swiss. dimana pada Juli 2008 telah memiliki
153 negara anggota (mayoritas negara di dunia menjadi anggota organisasi ini). 

ILO (International Labour Organisation / Organisasi Buruh Internasional)

ILO / Organisasi Buruh Internasional adalah sebuah wadah yang menampung isu buruh internasional
di bawah PBB. ILO didirikan pada 11 April 1919 sebagai bagian Persetujuan Versailles setelah
Perang Dunia I. Organisasi ini menjadi bagian PBB setelah pembubaran LBB dan pembentukan PBB
pada akhir Perang Dunia II. ILO memiliki tujuan untuk mewujudkan perdamaian melalui keadilan
sosial, perbaikan nasib buruh, stabilitas ekonomi, sosial dan menyusun hukum perburuhan. sejak
tanggal 11 Juni 1950 Indonesia resmi menjadi anggota ILO.

World Bank / IBRD / Bank Dunia

Bank Dunia / IBRD adalah sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan pinjaman
kepada negara anggota untuk program pemberian modal. Bank Dunia / IBRD didirikan pada tanggal
27 Desember 1945 dengan tujuan untuk membantu pembiayaan usaha-usaha pembangunan dan
perkembangan negara-negara anggotanya dengan memudahkan penanaman modal untuk tujuan yang
produktif. Jadi Bank Dunia bekerja untuk mengatasi masalah investasi di dunia.

Markas Bank Dunia berada di Washington, DC, Amerika Serikat. Secara teknis dan struktural Bank
Dunia termasuk salah satu dari badan PBB, namun secara operasional sangat berbeda dari badan-
badan PBB lainnya.

IMF (International Monetary Fund / Dana Moneter Internasional)

IMF adalah organisasi internasional yang beranggotakan 189 negara yang bertujuan memperkuat
kestabilan keuangan, mempererat kerja sama moneter global, memperluas perdagangan dan investasi
dunia, memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengatasi
kemiskinan di seluruh dunia.

Organisasi IMF bermarkas di Washington, D.C. IMF dibentuk pada tahun 1944 dalam Konferensi
Bretton Woods, kemudian diresmikan tahun 1945 dengan 29 negara anggota. IMF sejak awal
bertujuan menata ulang sistem pembayaran internasional. Negara anggota menyumbangkan dana
cadangan menggunakan sistem kuota. Dana cadangan ini kemudian bisa dipinjam oleh negara anggota
yang mendapat kesulitan dalam neraca pembayarannya. Hingga 2010, dana cadangan IMF mencapai
US$755,7 miliar. Pada negara-negara yang akan meminjam uang, IMF dan Bank Dunia biasanya
menerapkan syarat-syarat tertentu karena pada dasarnya IMF menganut paham neoliberalisme yaitu
untuk mendukung pasar bebas

Bentuk Kerjasama Internasional


Berdasarkan bentuknya, kerja sama internasional dapat dibagi dalam 4 kelompok, yaitu sebagai
berikut :

1. Kerja sama bilateral

Kerjasama bilateral adalah bentuk kerjasama ekonomi yang dilakukan antar dua Negara. Kerjasama
ini terjadi karena kedua Negara saling mendapat keuntungan atau kedua Negara memiliki hubungan
yang sangat baik. Sebagai contohnya, Hubungan antara  Indonesia dengan Jepang terkait perdagangan
dan Hubungan Indonesia dengan Arab Saudi terkait ibadah haji.

2. Kerja sama regional

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh beberapa negara dalam suatu kawasan
atau wilayah. Kerja sama ini biasanya dilakukan karena adanya kepentingan bersama baik dalam
bidang politik, ekonomi, dan pertahanan. Contoh kerja sama regional antara lain ASEAN dan Liga
Arab.

3. Kerja sama multilateral

Kerjasama mulitilateral adalah kerja sama yang biasanya dilakukan lebih dari dua Negara. Kerjasama
jenis ini bisa dalam satu wilayah, atau bisa dalam beda wilayah. Misalnya adalah hubungan kerjasama
yang berada dalam beda wilayah yaitu OPEC. dan hubungan kerjasama yang berada dalam satu
wilayah yaitu ASEAN, MEE, NAFTA.

4. Kerja sama internasional

Kerja sama internasional adalah kerja sama antara negara-negara diseluruh dunia (mayoritas negara
didunia tergabung dalam kerjasama ini). Sedangkan bentuk kerja sama nya dapat terjalin pada
beberapa bidang, seperti :

 Kerja sama dibidang ekonomi, contohnya IMF, FAO, IBRD, UNCTAD.


 Kerja sama dibidang pertahanan, contohnya SEATO, ANZUS, NATO, CENTO.
 Kerja sama dibidang kebudayaan, contohnya pendidikan, IPTEK.
 Kerja sama dibidang sosial, contohnya ILO, IRO, UNICEF, WHO.

Manfaat Indonesia dalam menjalin kerjasama internasional


Banyak manfaat yang dirasakan indonesia dalam menjalin kerjasama internasional, salah satunya
adalah sebagai berikut:

 Mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan menjaga keselamatan Negara.


 Meningkatkan perdamaian Internasional karena hanya dalam keadaan damai, Indonesia dapat
membangun dan meningkatkan kemakmuran rakyat.
 Memperoleh barang-barang yang diperlukan dari luar negeri untuk memperbesar
kemakmuran rakyat apabila barang tersebut belum bisa diproduksi di dalam Negeri.
 Turut meningkatkan kemakmuran seluruh negara di dunia, hal tersebut sebagai pelaksanaan
cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Indoneisa.
 Dapat menjelaskan dalam menanggulangi penyelundupan manusia yang modus operandinya
memiliki kesamaan antar satu negara dengan negara lain.
 Lebih cepat dalam mengatasi ketertinggalan dalam beberapa bidang, karena dapat menjalin
kerja sama dengan Negara maju.
 Dapat menambah fasilitas untuk memperluas jaringan dan peningkatan pemanfaatan Sister
City antara kota-kota dan propinsi di Indonesia dengan kota-kota dan propinsi/distrik di
mancanegara yang sudah berkembang dan maju.
12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam melakukan hubungan dengan negara-negara lain di dunia ini, Indonesia menganut asas politik
luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif, bebas artinya bahwa Indonesia tidak akan memihak pada
suatu blok atau kekuatan tertentu yang ada di dunia. Sedangkan aktif berarti bahwa Indonesia akan
selalu turut serta dalam upaya memelihara perdamaian dunia serta ikut berpartisipasi dalam
meredakan ketegangan internasional. Hal tersebut semata-mata diwujudkan untuk kepentingan
nasional, terutama bagi kepentingan pembangunan di segala bidang.

Dan pelaksanaan hubungan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif tersebut, maka indonesia
bergabung dan berperan aktif ke dalam berbagai forum dunia, salah satu nya Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-
Bangsa, namun sebelum membahas 12 Peranan Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa atau
biasa disebut PBB, terlebih dahulu sobat perlu mengetahui apa itu Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
bagaimana latar belakang Perserikatan Bangsa-Bangsa, yuk langsung saja kita simak ulasannya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Latar Belakangnya


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau dalam bahasa inggris disebut United Nations (UN) adalah
organisasi internasional yang didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 untuk mendorong kerjasama
internasional.

Latar belakang dibentuknya PBB dimulai setelah Perang Dunia I (1914–1918). Pada 8 Januari 1918,
Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) mengusulkan membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB)
atau League of Nation. Usulan Woodrow Wilson tertuang dalam 14 pasal (Wilson’s Fourteen Points).
Sehingga pada 10 Juni 1920, terbentuklah LBB di Versailles, Prancis. Adapun markas besarnya
berada di Jenewa, Swiss.

Tujuan pembentukan LBB adalah memelihara perdamaian dunia. salah satu nya dengan cara melucuti
senjata pada negara konflik, mencegah perang melalui keamanan kolektif, menyelesaikan
permasalahan antara negara-negara melalui diplomasi dan negosiasi, serta memperbaiki kesejahteraan
hidup global. Sayangnya peranan LBB sebagai lembaga pemelihara perdamaian dunia, tidak dapat
terlaksana dengan baik.

Meskipun LBB dapat dikatakan gagal membawa perdamaian dunia, namun usaha untuk mencapai
perdamaian dunia terus dirintis kembali, salah satu nya oleh Presiden Amerika Serikat Franklin
Delano Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Sir Winston Churchill. Mereka mengadakan
pertemuan di atas kapal penjelajah Atlanta di lepas Pantai New Foundland, Samudra Atlantik pada 14
Agustus 1941.

Pertemuan ini menghasilkan suatu deklarasi yang dikenal sebagai Piagam Atlantik (Atlantic Charter)
dimana didalamnya terdapat 8 poin penting, yaitu:
1. Pelucutan senjata di seluruh dunia pasca perang
2. Hak untuk menentukan nasib sendiri
3. Pengaturan sebuah wilayah harus sesuai dengan kehendak masyarakat bersangkutan
4. Tidak ada lagi wilayah yang dicari oleh Amerika Serikat atau Inggris
5. Memajukan kerjasama ekonomi dunia dan peningkatan kesejahteraan sosial
6. Pengurangan rintangan perdagangan
7. Kebebasan berkehendak dan bebas dari kekhawatiran
8. Menciptakan kebebasan di laut lepas

Selanjutnya, diadakan pertemuan-pertemuan susulan, antara lain di Moskow, Rusia (1943),


Dumbarton Oaks, Amerika Serikat (1944), dan Yalta, Ukraina (1945). Pada pertemuan di Dumbarton
Oaks, Washington, diikuti oleh Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Inggris dan Cina. Hasil pertemuan
tersebut menyetujui dibentuknya organisasi United Nations Organization atau Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).

Pada pertemuan lanjutan di San Fransisco (25 April–26 Juni 1945) dihasilkan Piagam Perdamaian
(Charter of Peace) yang kemudian digunakan sebagai Mukadimah Piagam PBB. Pertemuan ini
dihadiri oleh 50 negara, 282 delegasi yang terdiri atas 444 orang. Akhirnya, secara resmi Perserikatan
Bangsa-Bangsa berdiri pada 24 Oktober 1945.

12 Peran Indonesia Dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)


Indonesia menjadi salah satu negara yang dianggap memiliki peranan yang cukup penting selama
keanggotaannya dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Berikut 12 Peranan Indonesia Dalam
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Dalam rangka menjaga perdamaian dunia


1. Sebagai anggota PBB, Indonesia berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika yang
menghasilkan Dasasila Bandung

2. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi pelopor pencetusan ZOFTAN dan SEANWFZ

3. Sebagai anggota PBB, Indonesia menjadi salah satu pemprakarsa berdirinya ASEAN dan Gerakan
Non Blok

4. Indonesia telah mengirimkan beberapa kontingen dalam rangka visi perdamaian dunia seperti
pengiriman kontingen Indonesia ke Lebanon Selatan, menyumbang lebih dari 1.000 personel pasukan
yang tersebar di berbagai negara di dunia, serta pengiriman beberapa kontingen pasukan Garuda di
beberapa wilayan negara-negara di dunia, misalnya

 Mengirimkan Pasukan Garuda I (1957) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB untuk
menyelesaikan Perang Arab-Israel
 Mengirimkan Pasukan Garuda II dan III (1960) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB
untuk menyelesaikan perang saudara di Kongo
 Mengirimkan Pasukan Garuda XIV (1993) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di
Bosnia
 Mengirim Pasukan Garuda XXVI-C2 (2010) sebagai pasukan pemelihara perdamaian PBB di
Lebanon Selatan
Sebagai pemimpin serta anggota tetap dibeberapa organisasi PBB
5. Pada tahun 1971, Indonesia yang diwakili oleh Adam Malik pernah ditunjuk untuk menjadi
presiden di Majelis Umum PBB.

6. Indonesia tiga kali terpilih menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu periode tahun 1974
– 1975, periode tahun 1995-1996, dan periode tahun 2007-2008.

7. Indonesia pernah terpilih 11 kali sebagai anggota Dewan ekonomi dan sosial PBB, 2 kali ditunjuk
sebagai presiden dari Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, serta 3 kali sebagai wakil presiden dari
Dewan tersebut.

8. Indonesia juga terpilih sebanyak 3 kali menjadi anggota Dewan Hak Asasi manusia PBB dan satu
kali ditunjuk sebagai wakil presiden dari Dewan tersebut, yaitu periode tahun 2009-2010.

Memberikan Bantuan kemanusiaan di berbagai negara


9. Pada Tahun 1984, Indonesia mengirimkan Bantuan berupa beras melalui FAO yang ditujukan
untuk Ethiopia yang waktu itu dilanda bencana kelaparan.

10. Pada Tahun 1995, Sebagai anggota PBB Indonesia membantu dalam menampung para pengungsi
yang berasal dari Vietnam di pulau Galang

Membantu penyelesaian konflik diberbagai negara


11. Pada Tahun 1989, Sebagai anggota PBB Indonesia berhasil membantu menyelesaikan konflik
yang terjadi di kamboja

12. Sebagai anggota PBB, Indonesia berperan menjadi mediator atas penyelesaian konflik yang terjadi
antara Filiphina dan Moro National Front Liberation (MNFL) yang menguasai Mindanau Selatan

Meskipun indonesia memiliki banyak peranan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), namun


indonuseia juga pernah keluar dari keanggotaan PBB. Hal tersebut terjadi pada tahun 1965 saat
indonesia dipimpin oleh Presiden Soekarno, keluarnya indonesia dari PBB didasari atas diterimanya
malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan, karena pada saat itu indonesia menganggap
malaysia sebagai negara boneka bentukan Inggris.

Sejarah Kesusastraan Indonesia, Lengkap Periodisasi


Pengertian Sejarah Sastra Indonesia
Secara Umum, Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Atau secara singkat, sejarah adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa lampau umat manusia.

Sedangkan sastra menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah "bahasa (kata-kata, gaya
bahasa) yang dipakai dalam kitab-kitab (bukan bahasa sehari-hari)". Sedangkan karya sastra berarti
karangan yang mengacu pada nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra
memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan
caranya yang khas.

Jadi, secara sederhana sejarah sastra dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu bahasa yang
mempelajari pertumbuhan dan perkembangan sastra suatu bangsa. Dalam hal ini kita akan membahas
tentang Sejarah Sastra Indonesia. Yakni pertumbuhan dan perkembangan sastra di Indonesia. Kata
Indonesia sendiri merujuk pada suatu bangsa atau negara kepulauan yang merdeka pada 17 Agustus
1945.

Dengan pengertian dasar itu, tampak bahwa objek sejarah sastra adalah segala peristiwa yang terjadi
pada rentang masa pertumbuhan dan perkembangan suatu bangsa. Telah disinggung di depan bahwa
sejarah sastra itu bisa menyangkut karya sastra, pengarang, pengajaran, penerbit, kritik, dan lain-lain.

Secara umum, periodisasi Sejarah Sastra Indonesia terbagi dalam beberapa angkatan seperti:

1. Angkatan Balai Pustaka


2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 1945
4. Angkatan 1950-an
5. Angkatan 1960-an
6. Angkatan kontemporer (1970an sampai sekarang).

Secara detail, Berikut pembahasan periodisasi Sejarah Kesusastraan Indonesia lengkap dengan Awal
Mula Lahirnya Sastra Indonesia:

Awal Mula Lahirnya Sastra Indonesia


Umar Yunus berpendapat, sastra ada sesudah bahasa ada. Misalkan, "sastra X ada sesudah bahasa X
ada". Karena bahasa Indonesia baru lahir saat adanya sumpah pemuda pada tahun 1928, maka Umar
Yunus berpendapat bahwa kesusastraan Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Sehingga
menurutnya, karya sastra yang terbit sebelum tahun 1928 dianggap bukan digolongkan sebagai hasil
satra Indonesia. Melainkan sebagai hasil karya Sastra Melayu saja.

Sedangkan Ajip Rosidi, mempunyai pendapat yang berbeda. Menurutnya, bahasa tidak bisa dijadikan
patokan sebagai kapan sastra itu lahir. Karena, sebelum bahasa diakui secara resmi tentulah bahasa itu
sudah ada dan sudah digunakan oleh masyarakat pengguna bahasa tersebut. Sehingga Ajip Rosidi
berpendapat, yang seharusnya dijadikan patokan adalah kesadaran kebangsaan. Berdasarkan
kesadaran kebangsaan inilah Ajip menetapkan lahirnya kasusastraan Indonesia itu tahun 1920/1921
atau tahun 1922. Karena pada waktu itu pemuda Indonesia seperti Sanusi Pane, Muhammad Yamin
dan lain-lainnya menegaskan, bahasa Indonesia itu berbeda dengan Sastra Melayu.
Pendapat berikutnya yaitu dari A.Teeuw. Ia memiliki pendapat yang berbeda dari dua tokoh diatas.
Akan tetapi, tahun lahirnya Sastra Indonesia hampir sama dengan Ajip Rosidi yaitu tahun 1920.
Menurutnya, pada waktu itu para pemuda Indonesia untuk pertama kali menyatakan perasaan dan ide
yang terdapat pada masyarakat tradisional setempat dan menuangkannya dalam bentuk sastra. Selain
itu, pada tahun yang sama para pemuda juga menulis puisi baru Indonesia. Lalu A. Teeuw
menegaskan pendapat lahirnya kesusastraan Indonesia pada tahun 1920 karena pada tahun ini terbit
novel Mirari Siregar yang berjudul Azab dan Sensara.

Periodisasi Sastra Indonesia


Periodisasi sejarah sastra Indonesia secara eksplisit telah diperlihatkan oleh Ajip Rosidi dalam
Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia (1969). Secara garis besar Ajib Rosidi (1969: 13) membagi sejarah
sastra Indonesia sebagai berikut:

A. Masa Kelahiran

mencakup kurun waktu 1900-1945 yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa periode, yaitu:

 Periode awal hingga 1933


 Periode 1933-1942
 Periode 1942-1945

B. Masa Perkembangan
mencakup kurun waktu 1945-1968 yang dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:

 Periode 1945-1953.
 Periode 1953-1961.
 Periode 1961-1968.

Menurut Ajip Rosidi, warna yang menonjol pada periode awal (1900-1933) adalah persoalan adat
yang sedang menghadapai akulturasi sehingga menimbulkan berbagai masalah bagi kelangsungan
eksistensi masing-masing daerah. Sedangkan periode 1933-1942 diwarnai dengan pencarian tempat di
tengah pertarungan antara kebudayaan Timur dan Barat dengan pandangan romantic-idealis.

Perubahan terjadi pada periode 1942-1945 atau masa pendudukan Jepang yang melahirkan warna
kegelisahan, pelarian, dan peralihan. Sedangkan warna perjuangan dan pernyataan diri di tengah
kebudayaan dunia tampak pada periode 1945-1953 dan selanjutnya warna pencarian identitas diri
sekaligus penilaian kembali terhadap warisan leluhur tampak menonjol pada periode 1953-1961.
Sedangkan, pada periode 1961-1968 yang tampak menonjol adalah warna perlawanan dan perjuangan
mempertahankan martabat, sedangkan sesudahnya tampak warna percobaan dan penggalian berbagai
kemungkinan pengucapan sastra.

Pada kenyataanya, telah tercatat lima angkatan yang muncul pada rentang waktu 10 -15 tahun
sehingga dapat disusun perodisasi sejarah sastra Indonesia modern sebagai berikut:

 Sastra Awal (1900an )


 Sastra Balai Pustaka (1920 - 1942)
 Sastra Pujangga Baru (1930 - 1942)
 Sastra Angkatan 45 (1942 - 1955)
 Sastra Generasi Kisah (1955 - 1965)
 Sastra Generasi Horison (1966)

Periodisasi Sejarah Sastra Indonesia menurut Jakob Sumardjo didasarkan pada nama badan penerbitan
yang menyiarkan karya para sastrawan. Seperti Penerbit Balai Pustaka, majalah Kisah, majalah
Pujangga Baru dan majalah Horison, kecuali angkatan 45 yang menggunakan tahun revolusi
Indonesia. Ada juga penamaan angkatan 66 yang dicetuskan H.B. Jassin dengan merujuk pada
gerakan politik yang penting di Indonesia sekitar tahun 1966.

Penulisan sejarah sastra Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara atau metode, yaitu:

 menerapkan teori penyusunan rangkaian perkembangan sastra dari periode atau angkatan ke
angkatan. dan
 menerapkan teori estetika resepsi atau estetika tanggapan

Di samping itu, sejarah sastra Indonesia dapat juga dilakukan secara sinkronis dan diakronis.
Sinkronis berarti penulisan sejarah sastra dalam salah satu tingkat perkembangan atau periodenya.
Sedangkan yang diakronis berarti penulisan sejarah dalam berbagai tingkat perkembangan, dari
kelahiran hingga perkembangannya yang terakhir.

Dari pendapat para pakar di atas, dapat disimpulkan periodisasi sastra sebagai berikut:

1. Angkatan Balai Pustaka


2. Angkatan Pujangga Baru
3. Angkatan 45
4. Angkatan 50an
5. Angkatan 60an
6. Angkatan kontemporer (70an sampai sekarang).

Berikut adalah penjelasan singkat tentang angkatan-angkatan yang terdapat dalam periodisasi Sejarah
Kesusastraan Indonesia: 

1. Angkatan Balai Pustaka

Nama penerbit Balai Pustaka sudah tidak asing bagi masyarakat terpelajar Indonesia. Karena sampai
sekarang Balai Pustaka merupakan salah satu penerbit besar yang banyak memproduksi berbagai jenis
buku. Nama tersebut telah bertahan hampir 100 tahun, kalau dihitung dari berdirinya pada tahun 1917
yang merupakan pengukuhan komisi untuk Sekolah Bumiputra dan Bacaan Rakyat (commissie voor
de inlandsche school en volkslectuur) yang didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada 14
september 1908. Penerbit Balai Pustaka adalah bagian pemerintah kolonial yang semangatnya boleh
dikatakan berseberangan dengan penerbit-penerbit swasta, baik yang semata-mata bervisi komersial
maupun bervisi kebangsaan. Akan tetapi, mengingat sejarahnya yang panjang itu maka sepantasnya
menjadi bagian khusus dalam pengkajian atau telaah sejarah sastra Indonesia.

Secara teoretis dapat dikatakan banyak masalah yang dapat diungkapkan dari Balai Pustaka selama
ini. Antara lain visi dan misi, status, program kerja, para tokoh, kebijakan redaksi, pengarang,
distribusi, dan produksi. Telaah semacam itu dapat dijadikan pengkajian sejarah mikro yang pasti
relevan dengan sejarah makro sastra Indonesia. Ditambah dengan pengkajian berbagai gejala yang
berkembang di sekitarnya pastilah memperluas wawasan pengetahuan masyarakat. Mungkin saja
kemudian berkembang pendapat bahwa balai pustaka ternyata bukan satu-satunya penerbit pada tahun
1920-an membuka tradisi sastra modern, atau justru dilupakan saja karena berjejak kolonial.

Ciri-ciri umum roman angkatan Balai Pustaka:

1. Bertema sosial, karena belum terbuka kesempatan mempersoalkan masalah polotik, watak,
agama, dan lain-lain.
2. Bergaya bahasa seragam, karena dikemas oleh redaksi Balai Pustaka, sehingga gaya
bahasanya tidak berkembang.
3. Bersifat romantic-sentimental, karena ternyata banyak roman yang mematikan tokoh-
tokohnya atau mengalami penderitaan yang luar biasa.
4. Bersifat kedaerahan, karena mengungkapkan persoalan yang hanya berlaku di daerah tertentu,
seperti adat di Sumatra Barat.

2. Angkatan Pujangga Baru


Pujangga Baru timbul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut
kesadaran kebangsaan dan rasa nasionalisme. Sastra Pujangga Baru merupakan sastra intelektual,
nasionalistis dan elitis.

Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
beserta Armijn Pane dan Amir Hamzah. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka (tahun
1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang, menjadi salah
satu novel yang kerap diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar Terkembang, pada
periode ini novel "Kalau Tak Untung" dan "Tenggelamnya Kapal van der Wijck" menjadi karya
penting sebelum perang.

Masa ini ada dua kelompok sastrawan Pujangga baru yaitu:

1. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Rustam Effendi dan Armijn Pane.
2. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah

3. Angkatan '45

Jika diruntut berdasarkan periodesasinya, sastra Indonesia Angkatan ‘45 bisa dikatakan sebagai
angkatan ketiga dalam lingkup sastra baru Indonesia, setelah angkatan Balai Pustaka dan angkatan
Pujangga Baru. Munculnya karya-karya sastra Angkatan ‘45 yang dipelopori oleh Chairil Anwar ini
memberi warna baru pada khazanah kesusastraan Indonesia. Bahkan ada orang yang berpendapat
bahwa sastra Indonesia baru lahir dengan adanya karya-karya Chairil Anwar, sedangkan karya-karya
pengarang terdahulu seperti St.Takdir Alisjahbana, Sanusi Pane, Amir Hamzah, dan lain-lainnya
dianggap sebagai karya sastra Melayu.
Pada mulanya angkatan ini disebut dengan berbagai nama, ada yang menyebut Angkatan
Kemerdekaan, Angkatan Sesudah Perang, Angkatan Chairil Anwar, dan lain-lain. Baru pada tahun
1948, Rosihan Anwar menyebut angkatan ini dengan nama Angkatan ‘45. Nama ini segera menjadi
populer dan dipergunakan oleh semua pihak sebagai nama resmi. Meskipun namanya sudah ada,
tetapi sendi-sendi dan landasan ideal angkatan ini belum dirumuskan. Baru pada tahun 1950 "Surat
Kepercayaan Gelanggang" dibuat dan diumumkan.

Ketika itu Chairil Anwar sudah meninggal. Surat kepecayaan itu ialah semacam pernyataan sikap
yang menjadi dasar pegangan perkumpulan “Selayang Seniman Merdeka”. Masa Chairil Anwar
masih hidup. Angkatan ‘45 lebih realistik dibandingkan dengan Angkatan Pujangga Baru yang
romantik idealistik. Semangat patriotik yang ada pada sebagian besar sastrawan Angkatan ‘45
tercermin dari sebagian besar karya-karya yang dihasilkan oleh parasastrawan tersebut. Beberapa
karya Angkatan ‘45 ini mencerminkan perjuangan menuntut kemerdekaan. Banyak pula di antaranya
yang selalu mendapatkan kecaman, di antaranya Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya dengan
keprofesionalannya masih eksis menghasilkan karya-karya terutama mengenai perjuangan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Bahkan sampai saat ini karya-karya Pramoedya masih digandrungi
khususnya oleh penikmat sastra. Sebegitu banyak orang yang memproklamasikan kelahiran dan
membela hak hidup Angkatan ‘45, sebanyak itu pulalah yang menentangnya. Armijn Pane
berpendapat bahwa Angkatan ‘45 ini hanyalah lanjutan belaka dari apa yang sudah dirintis oleh
angkatan sebelumnya, yaitu Angkatan Pujangga Baru.

4. Angkatan '50

Slamet Muljono pernah menyebut bahwa sastrawan Angkatan ‘50 hanyalah pelanjut (successor) saja,
dari angkatan sebelumnya (’45). Tinjauan yang mendalam dan menyeluruh membuktikan bahwa masa
ini pun memperlihatkan ciri-cirinya, yaitu:

1. Masa ‘50 memberikan pernyataan tentang aspirasi (tujuan yang terakhir dicapai nasional lebih
lanjut). Periode ‘50 tidak hanya pengekor (epigon) dari angkatan ‘45, melainkan merupakan
survival, setelah melalui masa-masa kegonjangan.
2. Berisi kebebasan sastrawan yang lebih luas di atas kebiasaan (tradisi) yang diletakan pada
tahun 1945.

Adapun ciri-cirinya yang lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Penilaian keindahan dalam sastra tidak lagi didasarkan kepada kekuasaan asing, tetapi lebih
kepada peleburan (kristalisasi) antara ilmu dan pengetahuan asing dengan perasaan dan
ukuran nasional.
2. Terdapat pengungkapan yang lebih mendalam terhadap kebudayaan daerah dalam menuju
perwujudan sastra nasional Indonesia.
3. Pusat kegiatan sastra makin banyak jumlahnya dan makin meluas daerahnya hampir di
seluruh Indonesia, tidak hanya berpusat di Jakarta dan Yogyakarta.

5. Angkatan 60an

Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat
menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran
sastra, antara lain munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dan
lain-lain pada masa angkatan ini di Indonesia. Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu dalam
menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada akhir angkatan yang lalu
termasuk juga dalam kelompok ini seperti Purnawan Tjondronegoro, Motinggo Busye, Djamil
Suherman, Goenawan Mohamad, Bur Rasuanto, Sapardi Djoko Damono, Satyagraha Hoerip
Soeprobo dan termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.

Selain itu beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Ikranegara, Umar Kayam, Leon Agusta,
Arifin C. Noer, Arief Budiman, Darmanto Jatman, Goenawan Mohamad, Hamsad Rangkuti, Putu
Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Budi Darma, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.

6. Angkatan 70an

Tahun 1960-an adalah tahun-tahun subur bagi kehidupan dunia perpuisian Indonesia. Tahun 1963
sampai 1965 yang berjaya adalah para penyair anggota Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat). Karya
Sastra sekitar tahun 1966 lazim disebut angkatan ‘66. H.B. Jassin menyebut bahwa pelopor angkatan
‘66 ini adalah penyair-penyair demonstran, seperti Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, Slamet
Kirnanto, Mansur Samin, dan sebagainya. Tahun 1976 muncul puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri
yang menjadi cakrawala baru dalam dunia perpuisian Indonesia.

Wawasan Kebangsaan Indonesia Lengkap Pengertian, Makna dan Nilai


Pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia
Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa yaitu mawas yang artinya memandang atau melihat, jadi kata
wawasan dapat diartikan cara melihat atau cara pandang. Sehingga Wawasan Kebangsaan
Indonesia adalah cara pandang mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dan sikap
bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Selain pengertian Wawasan Kebangsaan Indonesia diatas. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI,
meyampaikan bahwa wawasan kebangsaan indonesia adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Wawasan kebangsaan dapat juga diartikan sebagai cara memandang / sudut pandang yang
mengandung kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri
sebagai suatu bangsa dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa
dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006).

Wawasan Kebangsaan Indonesia juga dikenal sebagai sebuah pedoman yang masih bersifat filosofia
normatif. Sebagai perwujudan dari rasa dan semangat kebangsaan yang melahirkan bangsa Indonesia.
Akan tetapi situasi dan suasana lingkungan yang terus berubah sejalan dengan proses perkembangan
kehidupan bangsa dari waktu ke waktu. Wawasan Kebangsaan Indonesia harus senantiasa dapat
menyesuaikan diri dengan perkembagan dan berbagai bentuk implementasinya.

Makna Wawasan Kebangsaan


Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki berbagai makna, salah satunya adalah:

1. Wawasan kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan,


kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan individu atau
golongan.
2. Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik
3. Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas
Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.
4. NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan
bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang
sudah maju.
5. Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa
Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di
dunia.

Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan


Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan bangsa memiliki 6 dimensi
yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu sebagai berikut:

1. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Cinta atas tanah air dan bangsa.
3. Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
4. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan besatu.
5. Masyarakat adil-makmur.
6. Kesetiakawanan sosial.

Mengapa Wawasan Kebangsaan Harus Ada ?


Wawasan Kebangsaan merupakan konsep politik bangsa Indonesia yang memandang Indonesia
sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar laut dan tanah di
bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang mempersatukan bangsa dan negara
secara menyeluruh mencakup segenap bidang kehidupan nasional yang meliputi aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, dan hankam.

Wawasan Kebangsaan sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan manifestasi
pemikiran politik bangsa Indonesia. Sebagai satu kesatuan negara kepulauan, secara konseptual,
geopolitik Indonesia dituangkan dalam salah satu doktrin nasional yang disebut Wawasan Nusantara
dan politik luar negeri bebas aktif. Sedangkan geostrategi Indonesia diwujudkan melalui konsep
Ketahanan Nasional yang bertumbuh pada perwujudan kesatuan ideologi, ekonomi, politik, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

Landasan Wawasan Kebangsaan

 Konstitusional ==> UUD 1945


 Idiil ==> Pancasila

Terdapat 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan, Yaitu:

1. Wadah (Contour)
2. Isi (Content)
3. Tata laku (Conduct)

Berikut penjelasan dari ke 3 Unsur Dasar Wawasan Kebangsaan diatas.

Wadah (Contour)

Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mencakup seluruh wilayah Indonesia
yang memiliki sifat serba nusantara dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya.
Bangsa Indonesia mempunyai organisasi kenegaraan yang merupakan wadah beragam kegiatan
kenegaraan dalam bentuk supra struktur politik dan wadah dalam kehidupan bermasyarakat pada
berbagai kelembagaan dalam bentuk infra struktur politik.

Isi (Content)

Isi (Content) merupakan aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional.

Tata laku (Conduct)

Hasil interaksi antara wadah dan isi wawasan kebangsaan akan berwujud tata laku, yang terdiri dari :
 Tata laku Lahiriah yaitu tercermin dalam perbuatan, tindakan dan perilaku dari bangsa
Indonesia.
 Tata laku Bathiniah yaitu mencerminkan jiwa, semangat dan mentalitas yang baik dari bangsa
Indonesia.

Kedua tata laku tersebut mencerminkan identitas kepribadian / jati diri bangsa berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan cinta terhadap bangsa dan tanah air
sehingga menyebabkan rasa nasionalisme yang tinggi dalam segala aspek kehidupan nasional.

Asas Wawasan Kebangsaan


Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, dipelihara, ditaati dan diciptakan agar
terwujud demi tetap taat dan setianya unsur / komponen pembentuk bangsa Indonesia
(golongan/suku) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas Wawasan Kebangsaan terdiri
dari:

1. Kepentingan/Tujuan yang sama


2. Solidaritas
3. Keadilan
4. Kerjasama
5. Kejujuran
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan

Hakekat Wawasan Kebangsaan


Hakekat Wawasan Kebangsaan Adalah keutuhan nasional / nusantara, dalam pengertian cara pandang
yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.

Berarti setiap warga negara dan aparatur negara wajib berfikir, bersikap dan bertindak secara utuh
menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa termasuk produk-produk yang dihasilkan
oleh lembaga negara.

Hubungan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional


Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar senantiasa mengarah pada pencapaian tujuan
nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman yang kokoh berupa konsepsi wawasan kebangsaan
untuk mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional.

Wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan wawasan nusantara yang tidak lain adalah pedoman
bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. sedangkan ketahanan nasional adalah
kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat berjalan dengan
sukses. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan kebangsaan dan Ketahanan Nasional
merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.
Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan
Pewarganegaraan
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Pengertian dan Contoh Warga Negara,
Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan. Tentu sebagian dari kita ada yang bertanya-tanya apa
sih yang di maksud dengan warga negara itu, apa sih kewarganegaraan dan apa itu pewarganegaraan.
Jika sobat menanyakan pertanyaan tersebut maka sobat berada dijalur yang tepat untuk mendapatkan
jawabannya. mari langsung saja kita bahas materi Pengertian dan Contoh Warga Negara,
Kewarganegaraan, dan Pewarganegaraan secara gamblang dan mendetail di sini.

A. Pengertian Warga Negara


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian warga negara adalah penduduk sebuah negara
atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban
dan hak penuh sebagai seorang warga negara dari negara itu. Dalam Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 angka (1) pengertian warga negara
adalah warga sebuah negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu negara yang mempunyai keterikatan
timbal balik dengan negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata citizens.
Seseorang dapat menjadi warga negara setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh
suatu negara.

Pengetian warga negara ini sering keliru dengan pengertian penduduk, untuk itu kita juga akan
menjelaskan pengertian penduduk dan perbedaan warganegara dengan penduduk.

Penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal / menetap / berdomisili di dalam
wilayah suatu negara. di indonesia pasal yang khusus menangani perihal masalah kependudukan
diatur dalam pasal 26 UUD 1945.

Setelah kita mengetahui pengertian warga negara dan pengertian penduduk, selanjutnya kita akan
membahas apa Perbedaan warganegara dengan penduduk. Perbedaan utama dari warga negara
dan penduduk adalah:

1. Warganegara Merupakan anggota dari suatu Negara yang bersifat resmi/ditetapkan


berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan warga Negara sudah pasti merupakan
anggota Negara tersebut.
2. Sedangkan Penduduk Merupakan orang-orang yang berdomisili di wilayah Negara tertentu,
namun penduduk tidak tentu merupakan anggota dari suatu Negara, karena ada sebagian
penduduk yang merupakan warganegara asing /  orang asing.

Contoh warga negara indonesia adalah : Presiden ke 6 indonesia yaitu Susilo Bambang Yudhoyono.
Contoh bukan warga negara indonesia adalah : Pelatih timnas sepakbola indonesia yaitu Luis Milla.

B. Pengertian Kewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian kewarganegaraan adalah hal yang berhubungan
dengan warga negara dan keanggotaan sebagai warga negara. Menurut pasal 1 angka (2) Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian
kewarganegaraan adalah segala hal ikhwal yang berhubungan dengan warga negara. Dalam bahasa
Inggris, kewarganegaraan dikenal dengan kata citizenship, artinya keanggotaan yang menunjukkan
hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara.

Istilah kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti sosiologis dan yuridis, penjelasannya adalah
sebagai berikut:

 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum antara orang-
orang dengan negara. Adanya ikatan hukum ini menyebabkan akibat-akibat hukum tertentu,
yaitu orang tersebut berada di bawah kekuasaan negara yang bersangkutan. Tanda dari adanya
ikatan hukum tersebut antara lain surat pernyataan, akta kelahiran, dan bukti
kewarganegaraan.
 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis tidak ditandai dengan ikatan hukum. Akan tetapi
ditandai dengan ikatan emosional, seperti ikatan keturunan, ikatan perasaan, ikatan sejarah,
ikatan nasib, dan ikatan tanah air. Dengan kata lain, ikatan ini muncul dari penghayatan warga
negara yang bersangkutan. Orang yang sudah memiliki kewarganegaraan tidak jatuh pada
wewenang atau kekuasaan negara lain. Dan negara lain tidak berhak memperlakukan kaidah-
kaidah hukum kepada orang yang bukan warga negaranya.

C. Pengertian Pewarganegaraan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian pewarganegaraan adalah proses, cara dan
perbuatan kewarganegaraan. Sedangkan Menurut pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, pengertian pewarganegaraan adalah tata cara
bagi orang asing untuk memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Namun secara umum Pewarganegaraan atau naturalisasi dapat diartikan sebagai tata cara bagi
orang asing (orang yang bukan Warga Negara Republik Indonesia) untuk memperoleh
Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui permohonan.

Contoh pewarganegaraan / naturalisasi adalah : naturalisasi Cristian El Loco Gonzales, ia


merupakan mantan seorang striker Timnas Indonesia asal Uruguay dan sudah menetap di Indonesia
lebih dari 5 tahun (sejak 2003).

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya

Pada artikel sebelumnya tentang Pengertian dan Contoh Warga Negara, Kewarganegaraan, dan
Pewarganegaraan sudah kita singgung tentang kewarganegaraan. Untuk melengkapi artikel tersebut,
pada kesempatan kali ini akan kita bahas 4 Asas Kewarganegaraan yang berlaku di Indonesia Beserta
Contonya.
Pengertian Asas Kewarganegaraan
Pengertian Asas kewarganegaraan adalah dasar berpikir dalam menentukan masuk tidaknya seseorang
dalam golongan warga negara dari sebuah negara tertentu. Dalam berbagai literatur hukum dan dalam
praktik, dikenal adanya 3 asas kewarganegaraan, masing-masing adalah ius sanguinis, ius soli dan
asas campuran. Dari ketiga asas itu, yang dianggap sebagai asas yang utama ialah asas ius sanguinis
dan asas ius soli (Asshiddiqie, 2006:132).

Sehingga pada umumnya asas dalam menentukan kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Asas ius soli (asas kedaerahan)


2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)

2 Asas Kewarganegaraan Beserta Contonya


1. Asas ius soli (asas kedaerahan)

Dalam Asas ius soli, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat kelahirannya.
Misalnya, seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya berkewarganegaraan negara B,
maka ia adalah warganegara A. Jadi menurut asas ius soli kewarganegaraan seseorang tidak
terpengaruh oleh kewarganegaraan orang tuanya, karena yang menjadi patokan adalah tempat
kelahirannya.

Negara-negara yang menganut asas ius soli biasanya adalah bangsa yang modern dan multikultural
tanpa dibatasi oleh ras, agama, etnis, dll. Negara akan mengakui seseorang sebagai warga negara
apabila seseorang itu dilahirkan di negara tersebut, tidak melihat siapa dan dari mana orang tua nya
berasal.

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Soli :

 Amerika Serikat
 Argentina
 Brazil
 Jamaika
 Kanada
 Venezuela
 Meksiko

Contoh dari asas kewarganegaraan ius soli :

 Misalkan Andi dan Ani berasal dari negara Amerika Serikat (penganut ius soli) mempunyai
anak bernama Antok, Antok dilahirkan di negara Kanada (penganut ius soli) maka Antok
akan dinyatakan sebagai warga negara Kanada karena ia dilahirkan dinegara yang menganut
asas ius soli.

2. Asas ius sanguinis (asas keturunan)


Dalam Asas Ius Sanguinis, kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan pada keturunan orang
yang bersangkutan. Contohnya, Seseorang dilahirkan di negara A, sedangkan orang tuanya
berkewarganegaraan negara B, maka ia adalah warga negara B. Jadi menurut asas ini,
kewarganegaraan anak selalu mengikuti kewarganegaraan orang tuanya tanpa memperhatikan di
mana anak itu lahir.

Negara yang menganut asas ius sanguinis akan mengakui kewarganegaraan seorang anak sebagai
warga negara apabila orang tua dari anak tersebut berasal dari negara tersebut (dilihat dari
keturunannya).

Contoh negara yang menerapkan sistem asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :

 Jepang
 Korea Selatan
 Lebanon
 Inggris
 Italia
 Rusia
 Spanyol
 Yunani

Contoh dari asas kewarganegaraan Ius Sanguinis :

 Misalkan Budi dan Bela berasal dari Spanyol (penganut asas Ius Sanguinis ) memiliki anak
yang bernama Berlianti, Berlianti dilahirkan di Lebanon (penganut asas Ius Sanguinis) maka
status kewarganegaraan Berlianti adalah Spanyol karena dilihat dari garis keturunan orang
tuanya yang berasal dari Spanyol meskipun ia dilahirkan di Lebanon.

Akibat perbedaan menentukan kewarganegaran karena asas ius soli dan


ius sanguinis
Adanya perbedaan dalam menentukan kewarganegaran di beberapa negara, baik yang menerapkan
asas ius sanguinis atau asas ius soli, dapat menimbulkan dua kemungkinan status kewarganegaraan
seorang penduduk yaitu:

1. Apatride
Apatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang sama sekali tidak memiliki kewarganegaraan.
Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari negara yang menganut asas ius soli
melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius sanguinis. Sehingga tidak ada negara baik
itu negara asal Ibunya ataupun negara kelahirannya yang mengakui kewarganegaraan anak tersebut.

Contohnya : Andi dan Anik adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan Amerika
Serikat atau berasas Ius Soli. Mereka berdomisili di negara Jepang yang berasas Ius Sanguinis.
Kemudian lahirlah anak mereka bernama Alan. Menurut negara Amerika Serikat yang menganut asas
Ius Soli, Alan tidak diakui sebagai warganegaranya, sebab lahir di negara lain (negara Jepang). Begitu
pula menurut negara Jepang yang menganut asas Ius Sanguinis, Alan tidak diakui sebagai
warganegaranya, sebab orang tuanya bukan warganegara jepang. Dengan demikian Alan tidak
mempunyai kewarganegaraan atau Apatride.
2. Bipatride
Bipatride yaitu adanya seorang anak / penduduk yang memiliki dua macam kewarganegaraan
sekaligus (kewarganegaraan rangkap). Keadaan ini terjadi karena seorang Ibu yang berasal dari
negara yang menganut asas ius sanguinis melahirkan seorang anak di negara yang menganut asas ius
soli. Sehingga kedua negara (negara asal dan negara tempat kelahiran) sama-sama memberikan status
kewarganegaraannya.

Contohnya :  Budi dan Bela adalah pasangan suami isteri yang berkewarganegaraan Rusia atau
berasas Ius Sanguinis. Mereka berdomisili di negara Argentina yang berasas Ius Soli. Kemudian
lahirlah anak mereka, Berinda. Menurut negara Rusia yang menganut asas Ius Sanguinis, Berinda
adalah warga negaranya sebab mengikuti kewarganegaraan orang tuanya. Begitu pula menurut negara
Argentina yang menganut asas Ius Soli, Berinda juga warga negaranya, sebab tempat kelahirannya di
negara Argentina yang menganut asas Ius Soli. Dengan demikian Berinda memiliki status dua
kewarganegaraan (bipatride).

Dalam menetukan status kewarganegaraan seseorang, pemerintah suatu negara lazim menggunakan
dua stelsel, yaitu:

1. Stelsel aktif, yaitu seseorang harus melakukan tindakan hukum tertentu secara aktif untuk
menjadi warga negara (naturalisasi biasa)
2. Stelsel pasif, yaitu seseorang dengan sendirinya dianggap menjadi warga negara tanpa
melakukan suatu tindakan hukum tertentu (naturalisasi Istimewa)

Sehubungan dengan 2 stelsel diatas, seorang warga negara dalam suatu negara pada dasarnya
memiliki:

1. Hak opsi, yaitu hak untuk memilih suatu kewarganegaraan (dalam stelsel aktif)
2. Hak repudiasi, yaitu hak untuk menolak suatu kewarganegaraan (stelsel pasif)

4 Asas Kewarganegaraan di Indonesia Beserta Contonya


Menurut penjelasan Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik
Indonesia dinyatakan bahwa Indonesia dalam penentuan kewarganegaraan menganut asas-asas
sebagai berikut:

1. Asas ius sanguinis


Sama seperti penjelasan diatas, Asas ius sanguinis adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan keturunan, bukan bersasarkan negara tempat dilahirkan. contoh nya serupa
dengan contoh asas ius sanguinis diatas.

2. Asas ius soli

Serupa seperti penjelasan diatas, Asas ius soli adalah asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, di indonesia asa ini diberlakukan terbatas bagi anak-
anak seseuai dengan ketentuan yang diatur undang-undang. contoh nya serupa dengan contoh asas ius
soli diatas.

3. Asas kewarganegaraan tunggal


Asas kewarganegraan tunggal adalah asas yang menentukan satu kewarganegaraan bagi setiap
orang. asas kewarganegaraan tunggal merupakan prinsip tentang status kewarganegaraan yang dimana
setiap warga negara tidak boleh berkewarganegaraan ganda.

Contohnya : bila suatu anak lahir di kalangan warga negara (baik luar maupun dalam), maka setelah
dewasa si anak tersebut harus memilih apa status kewarganegaraan yang ia kehendaki.

4. Asas kewarganegaraan ganda terbatas

Asas kewarganegaraan ganda terbatas adalah asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi
anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Contohnya : bila suatu anak lahir dan mempunyai dua kewarganegaraan (Bipatride), maka anak
tersebut boleh memiliki dua kewarganegaraan sampai ia berusia 18 tahun (atau sesuai ketentuan yang
diatur dalam undang-undang), setelah anak tersebut berusia 18 tahun ia harus melepas / memilih salah
satu kewarganegaraanya.

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara, Lengkap Penjelasan

Terbentuknya suatu negara tentu didasari dengan beberapa proses, konsep, teori, dan syarat. Pada
kesempatan kali ini akan kita bahas secara mendetail mengenai 3 proses terbentuknya suatu negara.
Yang akan kita awali dengan pembahasan apa itu negara ?
Pengertian Negara
Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan mempunyai
pemerintahan yang berdaulat.

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa Inggris),
Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu diambil dari
kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna keadaan yang tegak dan tetap atau sesuatu yang
memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.

Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati wilayah
tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai suatu sistem atau aturan yang
berlaku bagi seluruh individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

Syarat berdirinya Negara


Suatu negara dinyatakan syah berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, jika memenuhi minimal 4
syarat, yaitu:

1. Memiliki Rakyat (De Jure)


2. Memiliki Wilayah (De Jure)
3. Memiliki Pemerintah (De Jure)
4. Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara


Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3 proses yaitu proses secara primer,
secara sekunder dan secara teoritis. Berikut penjelasannya:

1. Secara Primer
Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan adanya keluarga
yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke tingkat yang lebih kompleks.
Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa tahapan dan tidak ada hubungan dengan negara
yang telah ada sebelumnya. adapun tahap-tahap pertumbuhannya adalah sebagai berikut:

A. Persekutuan Masyarakat / Suku (genoot schaft)


Persekutuan Masyarakat merupakan kehidupan manusia yang diawali dari keluarga, kemudian
kelompok-kelompok masyarakat hukum (suku). Satu suku berkembang menajdi dua suku, tiga suku,
dan seterusnya hingga menjadi besar dan kompleks. Perkembangan tersebut bisa terjadi karena faktor
alami atau karena penaklukan-penaklukan antar suku.

B. Kerajaan (Rijk/Reich)
Kerajaan adalah tahap yang dimulai dari kepala suku yang semula berkuasa di masyarakat yang
dipimpin kemudian mengadakan ekspansi dengan melakukan penaklukan-penaklukan kepada daerah
lain. pada tahap ini muncul kesadaran hak milik dan hak atas tanah.

C. Negara (State)
Negara / State adalah tahap yang dimulai dari negara yang diperintah oleh raja yang absolut dengan
sistem pemerintahan tersentralisasi. Ciri-ciri tahap ini adalah seluruh rakyat dipaksa mematuhi
kehendak dan perintah raja dan Hanya ada satu identitas kebangsaan. tahap ini juga disebut dengan
tahap nasional dalam terjadinya sebuah negara. Dalam tahap ini muncul kesadaran akan perlunya
demokrasi dan kedaulatan rakyat.

D. Negara Demokrasi
Negara demokrasi adalah tahap dimana timbulnya keinginan rakyat untuk memegang pemerintahan
sendiri. Artinya, kekuasaan / kedaulatan tertinggi dipegang oleh rakyat. Rakyat yang berhak memilih
pemimpinnya yang dianggap mampu dalam mewujudkan aspirasinya. ciri dari tahap ini
adalah Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang pemimpin pilihan rakyat yang kemudian berkuasa.

2. Secara Sekunder
Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau kenyataan. Terjadinya
Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Terdapat beberapa
macam dari asal mula terjadinya Negara secara sekunder, yaitu sebagai berikut:

A. Proklamasi
Terjadi saat penduduk pribumi dari suatu wilayah yang diduduki oleh bangsa lain mengadakan
perlawanan (perjuangan) sehingga dapat merebut kembali wilayahnya dan menyatakan kemerdekaan.
Contohnya Indonesia merdeka dari Belanda dan Jepang pada tanggal 17 Agustus 1945.

B. Separatis (pemisahan)
Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya kemudian
menyatakan kemerdekaan / memisahkan diri. Contohnya Belgia memisahkan diri dari Belanda pada
tahun 1939 dan menyatakan kemerdekaan.

C. Anexatie (penguasaan / pencaplokan)


Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa lain (diwilayah negara lain) tanpa reaksi /
perlawanan yang memadai dari penduduk setempat. Contohnya negara Israel terbentuk dengan
mencaplok daerah palestina, Suriah, Yordania, dan Mesir.

Penaklukan suatu wilayah yang memungkinkan pendirian suatu negara di wilayah itu setelah 30 tahun
tanpa reaksi yang memadai dari penduduk setempat.

D. Innovation (pembentukan baru)


Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah karena suatu hal dan kemudian lenyap.
Contohnya negara Columbia yang pecah dan lenyap kemudian diwilayah tersebut muncul negara
baru, yaitu Venezuela dan Columbia baru.

E. Acessie (penarikan)
Bertambahnya tanah dari lumpur yang mengeras di kuala sungai (atau daratan yang timbul dari dasar
laut) dan menjadi wilayah yang dapat dihuni manusia sehingga suatu ketika telah memenuhi unsur-
unsur terbentuknya negara. Contohnya Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil.

F. Cessie (penyerahan)
Terjadi saat sebuah wilayah diserahkan kepada negara lain atas suatu perjanjian tertentu. Contohnya
Wilayah Sleeswijk diserahkan oleh Austria kepada Prusia (Jerman), karena ada perjanjian bahwa
negara yang kalah perang harus memberikan negara yang dikuasainya kepada negara yang menang.
Austria adalah salah satu negara yang kalah dalam Perang Dunia I.

G. Fusi (peleburan)
Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami sebuah wilayah, mengadakan perjanjian / kesepakatan
untuk saling melebur menjadi sebuah negara baru atau dapat dikatakan suatu penggabungan dua atau
lebih Negara menjadi Negara baru. Contohnya terbentuknya Federasi negar Jerman pada tahun 1871,
yaitu Jerman Barat-Jerman Timur.

H. Occupatie (pendudukan)
Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai
oleh suku atau kelompok tertentu dan didirikan negara diwilayah itu. Contohnya Liberia adalah
daerah kosong yang dijadikan negara oleh para budak Negro yang dimerdekakan oleh Amerika.
Liberia dimerdekakan pada tahun 1847.

I. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan Sebelumnya.


Pendudukan ini terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, namun tidak berpemerintahan.
Contohnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku
Aborigin. Daerah Australia kemudian dibuat koloni-koloni di mana penduduknya didatangkan dari
daratan Eropa. Selanjutnya australia dimerdekakan tahun 1901.

3. Secara Teoritis
Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis, yaitu sebagai berikut.

A. Teori kontrak sosial


Teori kontrak sosial beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian perjanjian
masyarakat. Teori ini adalah salah satu teori terpenting mengenai asal usul negara. Teori asal usul
mulai negara yang berdasarkan atas kontrak sosial ini dapat dilihat melalui pemikiran Thomas
Hobbes, John Locke, dan JJ Rousseau.

B. Teori kekuatan
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang kuat terhadap kelompok yang
lemah, Negara terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan
dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat terhadap kelompok etnis yang lebih lemah, dimulailah
proses pembentukan Negara. Penganut teori ini adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx,
Oppenheimer dan Kollikles.

C. Teori Ketuhanan
Sesuai dengan namanya, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Dan karena itulah, teori
Ketuhanan tentang terbentuknya suatu negara didasari anggapan bahwa negara terbentuk atas dasar
keinginan Tuhan. Hal ini berdasarkan atas asas kepercayaan bahwa segala sesuatu berawal dari Tuhan
dan berjalan sesuai kehendak Nya. Menurut teori ini, Tuhanlah yang menciptakan negara sehingga
negara dianggap penjelmaan kekuasaan Tuhan. Akibatnya timbullah paham bahwa Raja atau
Penguasa adalah pilihan Tuhan untuk memerintah sehingga Raja memiliki kekuasaan mutlak pada
suatu negara atau kerajaan. Contohnya Inggris Raya pada zaman kerajaan. Penganut teori ini adalah
Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan Thomas Aquinas.

D. Teori historis
Teori histori evolusionistis (gradualistic theory) merupakan teori yang mengemukakan bahwa
lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia.

E. Teori Organis
Para penganut teori ini berpendapat bahwa negara adalah suatu organisme, selayaknya makhluk
hidup. Individu yang menjadi komponen negara diibaratkan sebagai sel-sel makhluk hidup itu.
Kehidupan corporal dari Negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang
sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan para individu sebagai daging makhluk itu.

F. Teori Hukum Alam


Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara terjadi karena kehendak alam yang
merupakan lembaga alamiah yang dibutuhkan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas Aquino.

G. Teori kedaulatan hukum


Istilah "daulat" berasal dari bahasa arab "daulah" yang berarti kekuasan tertinggi. Dengan demikian
kedaulatan dapat didefinisikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam suatu negara. Teori kedaulatan
hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum.
Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.

5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi Montevideo), Lengkap


Penjelasan
Negara merupakan organisasi yang punya kewenangan luas untuk mengatur hal yang berhubungan
dengan masyakarat dan punya kewajiban untuk mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi
kehidupan rakyat.

Untuk dapat mensejahterakan, mencerdaskan, dan melindungi kehidupan rakyatnya, Sebuah negara
tidak muncul secara langsung atau tidak langsung terbentuk. Karena ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi suatu negara agar layak disebut sebagai "Negara" yang sebenarnya. Syarat-syarat tersebut
biasa kita sebut dengan Unsur-unsur terbentuknya Negara.

Sejak SMP sebagian dari sobat pasti sudah mengenal tentang Unsur - Unsur Negara, namun pada
kesempatan kali ini kita akan mengulas ulang dan membahasnya secara mendetail mengenai unsur
unsur terbentuknya suatu negara.

Unsur terbentuknya suatu negara terdiri dari dua bagian, yaitu unsur konstitutif (pokok) dan unsur
deklaratif.

 Unsur konstitutif (pokok) ialah unsur yang paling penting, karena berperan sebagai syarat
wajib yang harus dimiliki oleh calon negara.
 Unsur deklaratif ialah unsur tambahan yang boleh-boleh saja tidak dimiliki oleh suatu negara.

Berkaitan dengan unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang mengatur tentang apa-
apa yang wajib dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi tersebut disebut dengan Konvensi
Montevideo.

5 Unsur-Unsur Negara Menurut Konvensi Montevideo


Kita semua tahu bahwa tiap negara memiliki unsur-unsur pembentuknya, katakanlah unsur ini sebagai
bagian terkecil untuk membentuk suatu negara. Nah unsur-unsur ini pada tahun 1933 telah
dirumuskan dan disepakati (dihasilkan) dalam Konvensi Montevideo, dimana konferensi ini
merupakan konferesi antara negara-negara Amerika yang berlangsung di Montevideo (Ibu kota
Uruguay). Berdasarkan hasil konvensi ini, unsur-unsur berdirinya suatu negara adalah sebagai
berikut:

1. Penghuni (penduduk/rakyat).
2. Wilayah.
3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).
4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain.
5. Pengakuan dari negara lain.

Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk yang harus terpenuhi agar
terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima disebut unsur deklaratif yakni unsur yang sifatnya
menyatakan, bukan unsur mutlak artinya jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa
tidak memerlukan unsur deklaratif.
Penjelasan tiap unsur-unsur berdirinya sebuah negara menurut Konvensi Montevideo akan kami
kelompokkan berdasarkan Unsur Konstitutif dan Unsur Deklaratif, berikut penjelasannya:

Unsur Konstitutif terbentuknya suatu negara


Unsur konstitutif merupakan syarat wajib atau unsur pokok yang harus dimiliki calon negara agar bisa
menjadi negara. Jika salah satu unsur pokok di bawah ini tidak terpenuhi maka negara tersebut belum
bisa menjadi negara seutuhnya, namun jika unsur konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa
saja tidak memerlukan unsur deklaratif untuk menjadi sebuah nagara yang utuh.

Terdapat 4 Unsur Konstitutif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut Konvensi Montevideo
yaitu Penghuni (penduduk/rakyat), Wilayah, Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat) dan
Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Penghuni (penduduk/rakyat)

Rakyat merupakan semua orang yang ada di wilayah suatu negara dan taat pada peraturan di negara
tersebut. Berdasarkan hal tersebut, keberadaan rakyat merupakan unsur penting bagi terbentuknya
sebuah negara.

Rakyat sendiri dikategorikan menjadi penduduk dan bukan penduduk serta warga negara dan bukan
warga negara.

 Penduduk merupakan orang-orang yang berdomisili atau menetap dalam suatu negara.
 Bukan penduduk merupakan orang yang sementara waktu berada dalam suatu negara,
contohnya para turis.
 Warga negara merupakan orang-orang yang berdasarkan hukum menjadi anggota suatu
negara. 
 Bukan warga negara ialah orang-orang yang berada dalam suatu negara, tetapi secara hukum
tidak menjadi anggota negara yang bersangkutan, namun tunduk pada pemerintahan dimana
mereka berada, contohnya duta besar.

Jadi, unsur yang pertama (penghuni) adalah harus ada rakyat dulu.

2. Wilayah

Setelah rakyat, unsur berikutnya yang membentuk suatu negara adalah wilayah. Unsur wilayah adalah
hal yang amat penting untuk menunjang pembentukan suatu negara. Tanpa adanya wilayah, mustahil
sebuah negara bisa terbentuk. Wilayah inilah yang akan ditempati oleh rakyat dan penyelenggaraan
pemerintahan. Wilayah suatu negara merupakan kesatuan ruang yang meliputi daratan, lautan, udara,
dan wilayah ekstrateritorial.
 Daratan: Daratan ialah tempat bermukimnya warga atau penduduk suatu Negara. Wilayah
daratan suatu Negara, mempunyai batas-batas tertentu yang diatur oleh hukum Negara dan
perjanjian dengan Negara tetangga.
 Udara: udara merupakan seluruh ruang yang berada di atas batas wilayah suatu Negara, baik
daratan ataupun lautan.
 Lautan: Lautan merupakan wilayah suatu Negara yang terdiri atas laut teritorial, zona
tambahan, ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), dan landasan benua (kontinen). Laut teritorial
suatu Negara merupakan batas sepanjang 12 mil laut diukur dari garis pantai. Zona tambahan
yaitu 12 mil dari garis luar lautan teritorial atau sekitar 24 mil dari garis pantai suatu Negara.
ZEE merupakan wilayah lautan sepanjang 200 mil laut diukur dari garis pantai. Sedangkan,
landasan benua ialah wilayah lautan yang terletak di luar teritorial, berjarak sekitar 200 mil
laut diukur dari garis pantai yang meliputi dasar laut dan daerah dibawahnya.
 Ekstrateritorial: Wilayah ekstrateritorial suatu Negara ialah tempat di mana menurut hukum
internasional diakui sebagai wilayah kekuasaan suatu Negara meskipun letaknya berada di
Negara lain. Contohnya, kantor kedutaan besar Indonesia di luar negeri disebut sebagai
wilayah ekstrateritorial Indonesia.

3. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat)

Kekuasaan tertinggi atau pemerintahan yang berdaulat dapat diartikan sebagai suatu pemerintah yang
mempunyai kekuasaan tertinggi untuk mengamankan, mempertahankan, mengatur, dan melancarkan
tata cara penyelenggaraan pemerintahan Negara secara penuh.

Adapun sifat-sifat kedaulatan terbagi atas empat sifat kedaulatan yaitu:

 Permanen, yang berarti kedaulatan itu tetap dimiliki negara itu selama tetap ada bahkan
sekalipun terjadi perubahan organisasi.
 Tidak terbatas atau mutlak, berarti kedaulatan negara tidak terbatasi oleh siapapun sebab jika
dibatasi maka negara tersebut tidak berdaulat dan tidak memiliki kekuasaan.
 Bulat atau tidak terbagi-bagi, yang berarti kedaulatan itu adalah satu-satunya kekuasaan
tertinggi dalam sebuah negara dan tidak bisa dibagi-bagi sehingga mesti ada satu kedaulatan
dalam negara.
 Asli, berarti kedaulatan tersebut tidak berasal dari sebuah kekuasaan yang lebih tinggi akan
tetapi itu asli dari negara sendiri.

4. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika negara itu mampu melakukan
hubungan-hubungan dengan negara lain dalam bidang ekonomi, pendidikan, politik, kebudayaan, dan
sebagainya.

Unsur Deklaratif terbentuknya suatu negara


Unsur deklaratif merupakan unsur tambahan dalam terbentuknya suatu negara, karena jika unsur
konsitutif sudah terpenuhi maka suatu negara bisa tidak memerlukan unsur deklaratif. Namun tetap
saja unsur deklaratif ini adalah suatu hal yang penting dalam terbentuknya negara.

Terdapat satu Unsur Deklaratif berdasarkan Unsur-Unsur Suatu Negara Menurut Konvensi


Montevideo yaitu Adanya pengakuan dari negara lain. Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut.

5. Pengakuan dari negara lain

Adanya pengakuan dari negara-negara lain merupakan bukti sah hadirnya atau terbentuknya negara
dan berhak untuk terhindar dari ancaman dan campur tangan negara lain. Kemudian untuk
menperoleh pengakuan dari negara lain maka sebuah negara perlu menjalin hubungan dengan negara
lain dalam berbagai bidang misalnya dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial dan pertahanan
serta keamanan. Adapun macam-macam bentuk pengakuan dari negara lain adalah sebagai berikut:

 Pengakuan de facto yang berarti diakui secara nyata bahwa negara tersebut telah diakui
karena memiliki unsur-unsur negara seperti ada pemimpin, rakyat dan wilayahnya. Misalnya,
secara de facto Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
 Pengakuan de jure yang berarti pengakuan negara lain terhadap suatu negara menurut hukum
internasional. Dengan pengakuan secara de jure, negara yang baru dibentuk atau baru
merdeka itu memiliki hak-hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat dalam skala
internasional. Pengakuan negara lain secara de jure bangsa Indonesia dimulai sejak 18
Agustus 1945, pada saat disahkannya UUD 1945, terpilihnya presiden dan wakil presiden,
serta dilantiknya lembaga legislatif (KNIP) sebelum terbentuknya MPR/DPR.
12 Bentuk Bentuk Negara di Dunia Beserta Contohnya

Dunia ini dihuni oleh lebih dari 190 negara, dimana semua negara tersebut mempunyai banyak
perbedaan, baik dalam segi luas wilayah, bentuk pemerintahan maupun bentuk negara. Perbedaan-
perbedaan tersebut menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam hubungan antar negara
terutama dalam hal penerapan hukum internasional bagi berbagai bentuk negara.

Untuk itu perlu diketahui macam bentuk-bentuk negara agar tercipta hubungan internasional yang
baik. Sebelum kita bahas lebih dalam mengenai bentuk-bentuk negara di dunia beserta contohnya,
perlu kita ketahui terlebih dahulu bahwa bentuk negara itu berbeda dengan bentuk pemerintahan.
Contohnya bentuk negara indonesia adalah negara kesatuan, sementara bentuk pemerintahannya
adalah Republik. Pada kesempatan kali ini kita tidak membahas menegenai bentuk pemerintahan,
namun kita akan membahas menetail megenai bentuk-bentuk negara di dunia beserta contohnya.
Berikut adalah 12 bentuk-bentuk negara yang ada di dunia beserta dengan contohnya.

12 Bentuk Bentuk Negara di Dunia Beserta Contohnya


1. Negara Serikat (Federasi)

Pengertian dari negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa negara bagian dengan
mempunyai satu buah pemerintah federasi yang mana bertugas untuk mengendalikan kedaulatan
negara tersebut. Keseluruhan dari negara bagian tersebut diatur dengan peraturan yang mengatur
tentang pembagian kewenangan antara pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Hal ini
dapat diartikan juga bahwa setiap negara bagian mempunyai pemerintah dan konstitusi sendiri. Meski
demikian yang menjalankan hubungan internasional dengan pihak luar negeri tetaplah menjadi
kewenangan negara federal.

Pada bentuk negara serikat (federasi) hal yang berkaitan dengan keuangan, keamanan, dan peradilan
biasanya diurus oleh pemerintah federal. Contoh negara federasi adalah Amerika Serikat, Argentina,
Kanada, Australia, Swiss dan Afrika Selatan adalah contoh negara serikat (federasi), Selain itu bentuk
negara malaysia adalah federasi yang juga menjadi contoh negara federasi. Perlu diketahui juga
bahwa negara-negara bagian ini tidak selalu mempunyai nama yang sama. Di Afrika Selatan, negara
bagian bernama provinsi seperti juga halnya dengan Kanada dan Argentina. Di Swiss, namanya lander
atau canton.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara federasi. Di
bawah ini adalah beberapa ciri dari negara federasi.

 Masing-masing negara bagian boleh membuat dasar hukumnya sendiri. Meski demikian,
dasar hukum dan peraturan yang dibuat oleh negara bagian harus selaras dengan dasar hukum
dari negara federal.
 Masing-masing negara bagian mempunyai pemerintahan sendiri termasuk kepala negara
beserta kabinetnya, serta anggota parlemen.
 Masing-masing negara bagian boleh mempunyai bendera negara bagiannya sendiri.
 Negara federal memiliki kedaulatan keluar dan ke dalam negara bagian atau yang disebut
dengan limitatif. Ini juga menegaskan bahwa negara bagian tidak memiliki kedaulatan, tetapi
kekuasaan sebenarnya tetaplah dimiliki oleh negara bagian.
2. Negara Kesatuan

Bentuk negara kesatuan merupakan bentuk negara terbanya di seluruh dunia, jumlahnya sekitar
separuh Negara di dunia. Undang-undang dasar negara kesatuan memberikan kekuasaan penuh
kepada pemerintahan pusat untuk melaksanakan kegiatan hubungan luar negeri.

Sebuah negara kesatuan betapapun luas otonomi yang dimiliki oleh propinsi-propinsinya, masalah-
masalah yang berkaitan dengan hubungan luar negeri merupakan wewenang pemerintah pusat dan
daerah pada prinsipnya tidak boleh berhubungan langsung dengan negara luar. Indonesia, Jepang dan
Prancis adalah contoh negara kesatuan dan bentuk negara semacam ini biasanya tidak menimbulkan
kesulitan dalam hubungan internasional.

Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing-masing. Begitu pula dengan bentuk negara Kesatuan.
Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara Kesatuan.

 Masing-masing negara kesatuan di dunia hanya memiliki satu bendera dan satu Undang-
Undang Dasar sebagai dasar hukumnya.
 Negara kesatuan hanya mempunyai satu pemerintah pusat dengan beberapa daerah kekuasaan
di bawahnya.
 Dalam pemerintahan negara kesatuan hanya memiliki 1 dewan perwakilan rakyat.
 Negara kesatuan hanya membuat satu kebijakan yang berkaitan dengan bidang politik, sosial,
ekonomi, dan keamanan.

3. Perserikatan Negara (Konfederasi)

Konfederasi merupakan gabungan dari sejumlah Negara melalui sejumlah perjanjian internasional
yang memberikan wewenang tertentu kepada konfederasi. Dalam bentuk gabungan ini, negara-negara
anggota konfederasi semuanya tetap merupakan negara-negara yang berdaulat dan berada pada subjek
hukum internasional. Karena pada hakikatnya konfederasi atau perserikatan negara bukanlah
merupakan negara itu sendiri, melainkan suatu gabungan dari negara-negara yang sudah merdeka.
Biasanya perserikatan/konfederasi ini dibentuk dengan tujuan tertentu, misalnya untuk membentuk
pertahanan bersama, atau utuk urusan politik luar negeri.

Meskipun terbentuk dari gabungan beberapa negara, negara konfederensi tidak sama dengan negara
federal. Negara-negara yang tergabung dalam konfederasi memiliki kedaulatan penuh, sedangkan
negara-negara bagian yang tergabung dalam negara federal tidak berdaulat.

Untuk diketahui negara dengan bentuk konfederasi hanya bertahan sampai abad 19 saja. Negara yang
dulunya berbentuk konfederasi lama kelamaan beralih ke bentuk federal, contohnya negara Swiss.
Negara tersebut dulunya berbentuk konfederasi, tetapi sejak tahun 1848 Swiss cenderung
menggunakan sistem federal dimana hubungan internasional diselenggarakan oleh pemerintah pusat.

4. Negara Netral

Bentuk negara yang selanjutnya yakni negara netral. Negara netral adalah negara yang membatasi
dirinya untuk tidak melibatkan diri dalam berbagai sengketa yang terjadi dalam masyarakat
internasional. Netralitas ini mempunyai beberapa arti dan haruslah dibedakan pengertian netralitas
tetap, netralitas sewaktu-waktu dan politik netral (netralitas positif).

 Netralitas tetap adalah negara yang netralitasnya dijamin dan dilindungi oleh perjanjian-
perjanjian internasional seperti Swiss dan Austria,
 Netralitas sewaktu-waktu adalah sikap netral yang hanya berasal dari kehendak negara itu
sendiri (self imposed) yang sewaktu-waktu dapat ditanggalkannya. Swedia misalnya, selalu
mempunyai sikap netral dengan menolak mengambil ikatan politik dengan blok kekuatan
manapun. Tiap kali terjadi perang, Swedia selalu menyatakan dirinya netral yaitu tidak
memihak kepada pihak-pihak yang berperang. Netralitas Swedia tidak diatur oleh perjanjian-
perjanjian internasional, tetapi dalam kebijaksanaan yang sewaktu-waktu dapat saja
ditanggalkannya. Dengan berakhir perang dingin, Swedia dan juga Finlandia ikut menjadi
anggota Uni Eropa semenjak 1 Januari 1985.
 Politik netral atau netral positif yang kebijaksanaannya dianut oleh negara-negara
berkembang terutama yang tergabung dalam gerakan non blok. Negara-negara tersebut bukan
saja tidak memihak kepada blok-blok kekuatan yang ada tetapi juga dengan bebas
memberikan pandangan dan secara aktif mengajukan saran dan usul penyelesaian atas
masalah-masalah yang dihadapi dunia demi tercapainya keharmonisan dan terpeliharanya
perdamaian dalam masyarakat internasional.

Negara netral juga memiliki tiga segi yang menjadi dasar-dasar politiknya. Ketiga segi tersebut tediri
dari:

 Segi sosiologis, Dalam segi sosiologis dijelaskan bahwa negara netral menilai segala sesuatu
secara objektif demi terwujudnya keseimbangan dan perdamaian. Hal tersebut merupakan
suatu kewajiban sosial yang bersumber dari latar belakang negara yang bersangkutan.
 Segi yuridis, Dalam segi yuridis dijelaskan bahwa negara yang bersifat netral mempunyai
instrumen hukum yang membahas tentang pengakuan negara-negara lain atas peran Indonesia
dalam gerakan non blok netralitas tersebut.
 Segi politik, Dalam segi politik ini dijelaskan bahwa negara netral tetap merupakan negara
menjalankan politik secara seimbang dan melindungi negara tertentu agar tidak diperebutkan
oleh negara besar lainnya.

5. Trustee (perwalian)

Trustee adalah wilayah jajahan dari negara-negara yang kalah perang dalam perang Dunia II dan
berada di bawah naungan Dewan Perwalian PBB serta negara yang menang perang. Pemerintahan di
daerah trustee melibatkan Dewan Perwalian PBB dengan tujuan untuk mempertinggi kemajuan dalam
bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan rakyat di daerah tersebut menuju ke arah pemerintah
sendiri. Hal ini selaras dengan hak menentuan nasib sendiri. Tujuan utama sistem perwalian ialah
untuk meningkatkan kemajuan wilayah perwalian menuju pemerintahan sendiri.

Contohnya, Papua Nugini merupakan negara bekas negara jajahan Inggris berada dibawah naungan
PBB sampai dengan tahun 1975. Kemudian contoh berikutnya adalah mikronesia yang merupakan
negara trustee terakhir yang pada tahun 1994 dilepas Dewan Perwalian PBB.

Dalam Piagam PBB dicantumkan bahwa yang termasuk trustee adalah sebagai berikut:
1. Daerah yang dengan suka rela dilepaskan oleh negara yang menguasainya.
2. Daerah yang dilepaskan oleh negara yang kalah perang dalam PD II.
3. Daerah mandat yang lahir berdasarkan Perdamaian ersailles.

6. Koloni atau negara jajahan

Negara Koloni / Negara Jajahan adalah suatu daerah yang tidak diperintah oleh pemerintah dari
bangsa tersebut, tetapi diperintah oleh bangsa lain, dan seluruh urusan pemerintahan diatur negara
yang menjajah. atau negara koloni juga disebut sebagai suatu negara yang menjadi jajahan negara
lain. Jadi, daerah atau negara koloni tidak memiliki hak untuk menentukan nasib sendiri karena
nasibnya ditentukan oleh pemerintah negara yang menjajahnya. Contohnya, Indonesia pernah menjadi
koloni (negara jajahan) Belanda selama kurang lebih dari 350 tahun.

7. Protektorat

Protektorat adalah suatu negara yang berada di bawah lindungan negara lain yang kuat. Umumnya,
negara yang dilindungi tidak dianggap berdaulat dan tidak merdeka. Hal-hal yang berhubungan
dengan luar negeri dan pertahanan negara diserahkan pada negara perlindungnya. Contoh negara
bentuk protektorat adalah Maroko, Uni Indo-Cina (Vietnam, Kamboja dan Laos) sebelum merdeka
merupakan protektorat dari Prancis. Menurut Samidjo, SH, Protektorat dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu sebagai berikut:

1. Protektorat internasional adalah jika sebuah negara merupakan subyek hukum


internasional. Contohnya, Mesir pada saat menjadi protektorat Turki pada tahun 1917 dan
Zanzibar pada saat menjadi protektorat Inggris tahun 1890.
2. Protektorat Kolonial adalah protektorat yang menyerahkan urusan hubungan luar negeri,
pertahanan dan keamanan, serta dalam negeri pada negara perlindungnya. Negara protektorat
kolonial tidak menjadi subyek hukum internasional. Contoh: Brunei Darussalam sebelum
merdeka merupakan negara protektorat Inggris.

8. Dominion

Dominion adalah bentuk negara yang hanya terdapat dalam sejarah ketatanegaraan Inggris. Bentuk
negara ini mula-mula merupakan tanah jajahan Inggris, namun sekarang sudah menjadi negara
merdeka dan berdaulat dalam suatu gabungan negara yang diberi nama "The British Commonwealth
of Nation".

Dalam perkembangan zaman, ada beberapa negara jajahan Inggris yang merdeka dengan status
dominion seperti India dan Pakistan (meskipun sekarang dua negara tersebut telah mengubah bentuk
pemerintahan menjadi republik).

Akhirnya, bentuk dominion pun menjadi hilang. Karena yang duduk dalam The British
Commonwealth of Nation tidak hanya negara dominion saja maka The British Commonwealth of
Nation diubah menjadi Commonwealth of Nation. Anggota-anggota negara persemakmuran itu antara
lain Inggris, Malaysia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Australia, Kanada dan India.

9. Mandat

Negara mandat merupakan sebuah negara yang awalnya adalah jajahan dari negara yang kalah dalam
Perang Dunia I yang kemudian diletakkan di bawah perlindungan suatu negara yang menang perang
dengan pengawasan dari Dewan Mandat Liga Bangsa-Bangsa. Ketentuan-ketentuan tentang
pemerintahan perwalian ini telah ditentukan dalam suatu perjanjian di Versailles. Contohnya,
Kamerun merupakan negara bekas jajahan Jerman menjadi mandat Prancis.

10. Negara Kecil

Bentuk negara berikutnya yang akan kami jelaskan adalah negara kecil. Sesuai dengan penamaannya,
mereka yang memiliki bentuk negara kecil adalah negara-negara yang wilayah kedaulatannya tidak
begitu luas. Karena wilayah kedaulatannya tidak luas, maka jumlah penduduknya pun tidak banyak
atau sangat sedikit.

Meskipun berbentuk negara kecil, Negara-negara kecil ini semua mempunyai unsur konstitutif seperti
yang dipersyaratkan oleh hukum internasional untuk pembentukan suatu negara. Walaupun semua
negara-negara kecil ini merupakan negara-negara yang merdeka dan berdaulat, tidak semuanya
sanggup melaksanakan kedaulatan keluarnya, seperti mempunyai perwakilan diplomatik dan konsuler
dengan negara-negara lain atau menjadi anggota organisasi-organisasi internasional. Pertimbangan
terutama adalah karena mahalnya biaya pembukaan misi perwakilan tetap di luar negeri, kekurangan
personalia dan beratnya beban pembayaran kontribusi wajib pada organisasi-organisasi internasional.

Baca Juga : 5 Unsur-Unsur Negara (Menurut Konvensi Montevideo), Lengkap Penjelasan

Negara-negara kecil juga tidak memiliki angkatan bersenjata dan pertahanan nasionalnya diserahkan
kepada negara tetangga. Tentu saja dengan catatan negara-negara kecil itu harus memiliki
kebijaksanaan luar negeri yang tidak bersebrangan dengan negara tetangganya.

11. Negara Terpecah

Berikutnya yakni bentuk negara terpecah. Bagaimana suatu negara bisa disebut negara terpecah ?
Negara disebut terpecah ketika suatu negara yang diduduki oleh beberapa negara yang berkonflik
pada Perang Dunia 2 dan mempunyai ideologi yang berbeda. Perbedaan ideologi tersebut terjadi
akibat perang dingin dan juga konflik antara blok timur dan blok barat. Sebuah negara yang berbeda
hakekat ideologi nya kemudian terpecah menjadi 2 negara dengan sistem pemerintahannya masing-
masing. Kedua negara tersebut cenderung saling mencurigai dan bermusuhan satu sama lain. Terdapat
5 negara yang terpecah setelah perang dunia kedua. Kelima negara tersebut adalah : Korea, Jerman,
Cyprus, Vietnam dan Cina

12. Gabungan Negara-Negara Merdeka

Bentuk negara yang terakhir adalah Negara yang berisi Gabunga-gabungan dari negara-negara yang
sudah merdeka. Gabungan negara-negara merdeka mempunyai dua macam bentuk yaitu Uni Riil dan
Uni Personil.

1. Uni Riil, merupakan gabungan dua buah negara atau lebih yang terbentuk dari adanya
perjanjian internasional. Negara-negara tersebut memiliki satu kepala negara dan
melaksanakan hubungan internasionalnya secara bersama-sama. Dalam hal ini, Uni Riil
merupakan subjek dari hukum internasional. Sedangkan negara-negara yang berada di
dalamnya mempunyai kedaulatan ke dalam. Contoh dari penerapan uni riil di masa lalu yakni
Uni Austria. Negara-negara timur tengah seperti Mesir dan Suriah juga pernah bergabung
dalam United Arab Republic. Selain itu, Islandia dan Denmark juga pernah bergabung selama
tahun 1918 sampai tahun 1944.
2. Uni Personil, Terbentuknya negara uni personil ini dapat terjadi bila dua negara merdeka
menggabungkan diri karena memiliki raja yang sama. Berbeda dengan Uni Riil, Dalam uni
personil setiap negara tetap merupakan subjek hukum internasional. Contoh-contoh dalam
sejarah adalah uni personil antara Luxemburg dan Belanda dari tahun 1815 sampai 1890,
kemudian Belgia dan negara merdeka Kongo dari tahun 1855 sampai 1908. Pada jaman
sekarang negara dengan sistem uni riil dan uni personil hanya mempunyai nilai sejarah saja
dan praktis tidak ada lagi negara yang berada di bawah sistem tersebut kecuali beberapa
negara dalam kerangka British Commonwealth of Nations yang mengakui Ratu Elizabeth II
sebagai kepala negaranya, seperti Australia dan Kanada.

Pengertian, Hakikat dan Unsur Identitas Nasional

Pengertian Identitas Nasional


Identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri,
kelompok sendiri, golongan sendiri, komonitas sendiri, atau Negara sendiri. Mengacu kepada
pengertian ini, identitas tidak terbatas pada individu semata tetapi berlaku pula pada suatu golongan.

Sedangkan kata nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih
besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti agama, budaya dan bahasa maupun non
fisik seperti cita-cita, keinginan dan tujuan.

Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau
identitas nasional yang pada akhirnya menciptakan tindakan kelompok (collective action) yang
diwujutkan dalam bentuk pergerakan-pergerakan atau organisasi yang diberi atribut-atribut nasional.

Dari pengertian "identitas" dan pengertian "nasional" diatas, maka Pengertian Identitas Nasional
adalah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secara fisiologi yang membedakan bangsa tersebut
dengan bangsa yang lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut maka setiap bangsa di dunia ini akan
mempunyai identitas sendiri-sendiri sesuai dengan keunikan, ciri-ciri, sifat, serta karakter dari bangsa
tersebut. Identitas nasional sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara
historis.
Identitas nasional pada dasarnya menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional. Identitas
nasional bersifat sekunder dan buatan. Bersifat sekunder karena identitas nasional lahir belakangan
bila dibandingkan dengan identitas kesuku bangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu
secara askriptif. Karena sebelum mempunyai identitas nasional, warga bangsa telah mempunyai
identitas primer yaitu identitas kesuku bangsaan. Bersifat buatan karena identitas nasional itu dibuat,
dibentuk dan disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara.

Dari pengertian identitas nasional diatas, kita juga dapat mengartikan Pengertian Identitas Nasional
dalam lingkup bangsa indonesia. Pengertian Identitas Nasional dalama lingkup bangsa indonesia
adalah kumpulan nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam beragam aspek kehidupan
dari ratusan suku yang dihimpun dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional dengan
acuan pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai dasar dan arah pengembangannya.

Hakikat Identitas Nasional Indonesia


Hakikat Identitas Nasional kita sebagai bangsa di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah
pancasila yang aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti yang luas, misalnya
di dalam aturan perundang-undangan atau moral yang secara normatif diterapkan diterapkan di dalam
bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu di dalam tataran nasional ataupun internasional.

Dengan demikian nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam identitas nasional tersebut bukanlah
barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan domatis, melainkan sesuatu yang
terbuka yang cenderung terus-menerus bersemi karena adanya hasrat menuju kemajuan yang dimiliki
oleh masyarakat. Konsekuensi dan implikasinya adalah identitas nasional merupakan sesuatu yang
terbuka untuk ditafsir dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi
aktual yang berkembang dalam masyarakat.

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional Indonesia


Berbicara mengenai unsur-unsur identitas nasional, maka identitas nasional Indonesia merujuk pada
suatu bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu merupakan gabungan unsur unsur pembentuk
identitas nasional yang meliputi:

1. Suku bangsa

Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama
coraknya dengan golongan jenis kelamin dan umur. Di Indonesia terdapat banyak sekali kelompok
etnis atau suku bangsa dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.

2. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah perangkat-
perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif dipakai oleh pendukung-
pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi
rujukan serta pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan serta benda-benda kebudayaan)
sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.

3. Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yan tumbuh dan
berkembang di nusantara adalah agama Islam, Katolik, Kristen, Budha, Hindu dan Kong Hu Cu.
Agama Kong H Cu pada masa orde baru belum diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak
pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihilangkan.

4. Bahasa

Bahasa merupakan salah satu dari unsur pembentuk identitas nasional. Dalam hal ini, bahasa
dipahami sebagai sistem perlambang yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan
manusia dan digunakan sebagai sarana berinteraksi antarmanusia.

Dari 4 unsur unsur identitas nasional di atas, dapat dirumuskan pembagiannya menjadi tiga bagian
yaitu:

1. Identitas Fundamental, yaitu pancasila sebagai falsafat bangsa, dasar negara dan ideologi
negara.
2. Identitas Instrumental, yaitu berisi UUD 1945 dan tata perundang-undangannya. Dalam
Identitas instrumental ini, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, bendera negara
Indonesia adalah merah putih, lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika., lagu kebangsaan Indonesia yakni Indonesia Raya.
3. Identitas Alamiah, yaitu meliputi negara kepulauan dan pluralisme dalam suku, budaya,
bahasa dan agama serta kepercayaan.

Unsur-Unsur Identitas Nasional Indonesia


Identitas nasional Indonesia adalah ciri-ciri yang dapat membedakan negara Indonesia dengan negara
lain. Identitas nasional Indonesia dibuat serta disepakati oleh para pendiri bangsa Indonesia. Identitas
nasional Indonesia tercantum dalam konstitusi Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 dalam
pasal 35-36C. Identitas nasional yang menunjukkan jati diri Indonesia antaralain adalah sebagai
berikut:

Identitas Nasional Indonesia:

1. Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia


2. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih
3. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
4. Lambang Negara yaitu Pancasila
5. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya
6. Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika
7. Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945
8. Dasar Falsafah negara yaitu Pancasila
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional

Contoh dari Implementasi Identitas Nasional


Contoh dari Implementasi Identitas Nasional adalah Kewajiban diadakanya upacara bendera setiap
hari senin pada seluruh instansi pemerintah. Dalam upacara bendera, terdapat banyak sekali unsur
identitas negara. Seperti pengibaran sang saka merah putih, pembacaan Pancasila, pembacaan UUD
1945, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pada penutup di akhiri dengan doa (agama).
Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi, Lengkap
Penjelasan

Setiap bangsa memiliki wawasan nasional yang merupakan visi bangsa tersebut guna mewujudkan
cita-citanya pada masa depan. Adapun wawasan nasional Bangsa Indonesia merupakan Wawasan
Nusantara, yang dimaksud wawasan nusantara adalah sebuah konsep yang diperkenalkan oleh
pemerintahan Orde Baru sebagai identifikasi Bangsa Indonesia.

Pengertian Wawasan Nusantara
Menurut ketetapan MPR tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, wawasan nusantara merupakan
wawasan nasional yang berasal dari Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 yang berarti cara pandang
dan sikap Bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Secara umum wawasan nusantara juga dapat diartikan sebagai cara pandang dan sikap bangsa
Indonesia mengenai diri dan bentuk geografinya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dalam
pelaksanannya, wawasan nusantara mengutamakan kesatuan wilayah serta menghargai kebhinekaan
untuk mencapai tujuan nasional.

Penerapan atau Implementasi wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara berpikir,
bertindak dan bersikap dalam rangka mangatasi bermacam masalah menyangkut kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara indonesia. Implementasi wawasan nusantara senantiasa
mengutamakan kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.

Implementasi wawasan nusantara dalam bidang Ekonomi


Dalam bidang ekonomi, penerapan wawasan nusantara akan menciptakan tatanan ekonomi yang
benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil
dan merata. Di samping itu, juga dapat menggambarkan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
alam yang memperhatikan kebutuhan masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian
sumber daya alam itu sendiri.

Prinsip-prinsip penerapan (implementasi) wawasan nusantara pada bidang ekonomi yaitu :

1. Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai usaha


bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk kemakmuran
rakyat yang sebesar-besarnya.
2. Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi di semua daerah tanpa
meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh tiap-tiap daerah dalam pengembangan kehidupan
ekonominya.
3. Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, merupakan modal dan milik
bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.
Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi
Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya dengan
menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Pembagian keuangan yang semula hampir
80% anggaran daerah harus menunggu didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah
diserahkan pada pemerintahan pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi :

1. Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan 80% untuk
daerah.
2. Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80% untuk daerah.
3. Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk daerah.
4. Hasil gas alam, 70% untuk pusat dan 30% untuk daerah sedangkan minyak bumi, 85% untuk
pusat, 15% untuk daerah.

Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan adanya "Dana Alokasi Umum" yang dialokasikan untuk
daerah-daerah dengan perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam
negeri APBN, sebagai perimbangan.

Dengan dilaksanakannya pemerataan dana di setiap daerah, maka kemajuan masyarakat daerah akan
semakin pesat dan merata di semua daerah dan juga tujuan Negara untuk mensejahterakan seluruh
rakyat Indonesia lebih mudah cepat tercapai

Ekonomi Makro dan Mikro Lengkap Pengertian, Perbedaan dan Contoh

Pada kesempatan ini kita akan membahas ilmu ekonomi yaitu Teori Ekonomi Makro dan Mikro.
Adapun yang akan kita bahas kali ini mengenai ekonomi ekonomi makro dan ekonomi mikro yaitu
pengertian, perbedaan, dan juga contoh ekonomi makro dan mikro.
Untuk ekonomi mikro, teori yang akan dijabarkan ialah berkaitan interaksi di pasar barang, tingkah
laku pembeli dan penjual, dan interaksi di pasaran faktor produksi. Sementara untuk ekonomi makro,
teori yang akan dijabarkan yaitu penentuan kegiatan perekonomian, inflasi, masalah pengangguran
dan peranan kebijakan pemerintah. Mari langsung saja kita bahas mulai dari Pengertian, Perbedaan
dan Contoh Ekonomi Makro.

Pengertian, Perbedaan dan Contoh Ekonomi Makro

Pengertian Ekonomi Makro


Ekonomi Makro adalah kegiatan perekonomian yang mempelajari secara keseluruhan, artinya dalam
cabang ilmu ekonomi makro menjabarkan perubahan ekonomi yang memengaruhi banyak
masyarakat, perusahaan, maupun pasar. Pada perkembangannya Ekonomi Makro berhubungan
dengan masalah ekonomi publik (negara).

Berdasarkan pola dan ruang lingkung analisisnya, Analisis ekonomi makro merupakan analisis secara
agregat terhadap keseluruhan kegiatan perekonomian. Analisisnya bersifat umum dan tidak
memerhatikan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh unit-unit kecil dalam perekonomian.

Aspek Teori Ekonomi Makro


Beberapa aspek yang dapat dipelajari dalam teori ekonomi makro adalah sebagai berikut.

a. Penentuan kegiatan perekonomian

Analisis ini menerangkan tentang sampai di mana suatu perekonomian akan menghasilkan barang dan
jasa. Berdasarkan pandangan Keynes, analisis makro ekonomi menunjukkan bahwa tingkat kegiatan
perekonomian ditentukan oleh pengeluaran agregat dalam perekonomian. Analisis makro ekonomi
merincikan pengeluaran agregat kepada 4 komponen meliputi:

 Pengeluaran rumah tangga (biasa disebut konsumsi)


 Pengeluaran perusahaan-perusahaan (juga disebut investasi)
 Pengeluaran pemerintah
 Ekspor dan impor

b. Peranan kebijakan pemerintah

Tindakan pemerintah sangat penting digunakan untuk mengatasi masalah-masalah pengangguran dan
inflasi. Langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu kebijakan fiskal
dan kebijakan moneter.

Kebijakan fiskal adalah upaya pemerintah dalam mengubah struktur dan jumlah pajak dan
pengeluarannya dengan maksud untuk memengaruhi tingkat kegiatan perekonomian. Sedangkan
kebijakan moneter adalah langkah pemerintah dalam memengaruhi jumlah uang dalam perekonomian
atau mengubah suku bunga dengan tujuan mengatasi masalah perekonomian yang dihadapi.

c. Masalah pengangguran dan inflasi


Setiap masyarakat mengharapkan agar pengeluaran agregat akan mencapai tingkat yang diperlukan
untuk mewujudkan kesempatan kerja penuh tanpa inflasi walaupun tujuan ini susah dicapai. Pada
umumnya pengeluaran agregat yang sebenarnya adalah lebih rendah daripada yang diperlukan untuk
mewujudkan kesempatan kerja penuh.

Keadaan ini akan menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat melebihi kemampuan
perekonomian untuk memproduksi barang dan jasa. Keadaan ini menyebabkan kenaikan harga-harga
atau inflasi.

Contoh Ekonomi Makro


Sebagai contoh dalam teori ekonomi makro dalam menganalisis kegiatan pembeli yang dianalisis
bukanlah perilaku seorang pembeli tetapi keseluruhan pembeli yang ada dalam perekonomian. Begitu
pula dalam menganalisis tingkah laku produsen yang diamati bukanlah kegiatan seorang produsen
tetapi kegiatan keseluruhan produsen dalam perekonomian. Jadi teori ekonomi makro adalah teori
ekonomi yang mempelajari kegiatan ekonomi secara keseluruhan (agregat).

Pengertian, Perbedaan dan Contoh Ekonomi Mikro

Pengertian Ekonomi Mikro


Mikro berasal dari kata mikro yang berarti kecil. Jadi ekonomi mikro dapat diartikan sebagai ilmu
ekonomi kecil. Selain itu ekonomi mikro juga dapat diartikan sebagai kegiatan perekonomian yang
hanya mempelajari pada bagian kecilnya,  seperti perilaku konsumen dan perusahaan serta penentuan
harga-harga pasar.

Berdasarkan pola dan ruang lingkung analisisnya, teori mikro ekonomi dapat didefinisikan sebagai
satu bidang dalam ilmu ekonomi yang menganalisis bagian-bagian kecil secara individual dari
keseluruhan kegiatan sebuah perekonomian.

Isu pokok yang dianalisis dalam teori mikro ekonomi adalah bagaimana cara menggunakan faktor-
faktor produksi yang tersedia secara efisien agar kemakmuran masyarakat bisa dimaksimalkan.
Analisis ini dibuat berdasarkan pemikiran bahwa:

 kebutuhan dan keinginan masyarakat adalah terbatas, dan


 kemampuan faktor-faktor produksi menghasilkan barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan
dan keinginan masyarakat adalah terbatas.

Teori ekonomi mikro bertitik tolak kepada pemisalan bahwa faktor-faktor produksi yang tersedia
selalu sepenuhnya digunakan. Kondisi ini mendorong masyarakat untuk memikirkan cara yang paling
efisien dalam menggunakan faktor-faktor produksi.

Aspek Teori Ekonomi Mikro


Beberapa aspek yang dapat dipelajari dalam teori ekonomi mikro adalah sebagai berikut.

a. Interaksi di Pasar Barang

Dalam aspek ini yang dimaksud adalah kegiatan suatu pasar barang, misalnya pasar kopi dan pasar
cengkeh. Suatu perekonomian merupakan gabungan dari berbagai jenis pasar, termasuk pasar barang.
Teori mikro ekonomi tidak menerangkan operasi secara keseluruhan pasar tersebut secara serentak.
Untuk menunjukkan bagaimana suatu pasar berfugsi dan beroperasi, teori mikro ekonomi terutama
menerangkan tentang interaksi antara penjual dan pembeli di suatu barang, misalnya di pasaran kopi
dan cengkeh.

b. Interaksi di pasaran faktor produksi


Dalam hal ini yang dianalisis ialah interaksi antara penjual dan pembeli di pasaran faktor produksi.
Individu-individu adalah pemilik faktor-faktor produksi. Sedangkan penjual membutuhkan faktor-
faktor produksi untuk memproduksi barang dan jasa. Interaksi antara penjual dan pembeli faktor-
faktor produksi di berbagai pasaran faktor produksi akan menentukan harga-harga faktor produksi dan
jumlah faktor produksi yang digunakan.

c. Tingkah Laku Penjual dan Pembeli

Dalam analisis ini teori ekonomi mikro bertitik tolak pada dua pemisalan, yaitu:

 para pembeli dan penjual menjalankan kegiatan ekonomi secara rasional, dan
 para pembeli berusaha memaksimumkan kepuasan yang mungkin dinikmatinya, sedangkan
para penjual berusaha memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya.

Jadi yang dimaksud teori ekonomi mikro adalah teori yang mempelajari tentang perilaku ekonomi
seseorang dalam pengambilan keputusan individu atau perorangan.

Contoh Ekonomi Mikro


Sebagai contoh dalam teori ekonomi mikro dalam menganalisis kegiatan ekonomi secara individual.
Contohnya permintaan dan penawaran, perilaku konsumen maupun perilaku produsen. misal perilaku
konsumen dalam menawar harga gula pasir atau perilaku produsen / pengusaha dalam menentukan
gaji karyawan.

Perbedaan Ekonomi Makro dan Mikro


Untuk memahami perbedaan antara ekonomi makro dan ekonomi mikro, maka perhatikan poin-poin
yang telah kami rangkum dibawah ini:

Harga

 Dalam Ekonomi Makro, Harga merupakan nilai dari suatu komoditas secara keseluruhan atau
agregat
 Dalam Ekonomi Mikro, Harga merupakan nilai dari suatu komoditas atau barang tertentu saja
Unit analisis

 Dalam Ekonomi Makro membahas tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan atau
agregat. Contohnya inflasi, deflasi, pendapatan nasional, pertumbumhan ekonomi dan
investasi.
 Dalam Ekonomi Mikro membahas tentang kegiatan ekonomi secara individual / perorangan.
Contohnya permintaan dan penawaran konsumen, perilaku konsumen, perilaku produsen,
pasar, biaya dan laba atau rugi dari sebuah perusahaan

Tujuan analisis

 Ekonomi Makro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang pengaruh kegiatan
ekonomi yang dilakukan terhadap perekonomian yang terjadi secara keseluruhan.
 Ekonomi Mikro lebih memfokuskan terhadap tujuan analisis tentang cara mengalokasikan
sumber daya yang dimiliki agar dapat tercapai kombinasi yang tepat.

4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan


Sistem ekonomi adalah cara untuk mengatur atau mengorganisasi seluruh aktivitas ekonomi, baik
ekonomi rumah tangga negara atau pemerintah, maupun rumah tangga masyarakat atau swasta.
Aktivitas ekonomi yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dimana
didalamnya meliputi kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi. Berikut ini 4 macam sistem
ekonomi yang pernah dianut Indonesia.

4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia

1. Sistem Ekonomi Liberal (1950-1957)


Sistem ekonomi liberal merupakan suatu sistem di mana negara memberikan kebebasan kepada
seluruh rakyat untuk melaksanakan kegiatan ekonomi. Sistem ini berdasar pada teori Adam Smith
(1723 - 1790) dalam bukunya yang berjudul "The Wealth of Nations", yang terbit pada tahun 1776,
dengan ajaran pokok nya menyerahkan kebebasan individu di seluruh sektor ekonomi. Sistem
Ekonomi Liberal pernah dipakai oleh Indonesia sejak tahun 1950 sampai dengan 1957 atau lebih
tepatnya sistem ekonomi tersebut adalah sistem ekonomi yang pertama kali yang dianut oleh bangsa
Indonesia setelah kemerdekaan.

Alasan indonesia menganut sistem ekonomi ini adalah karena ketidakmampuan "sistem ekonomi
pasca kemerdekaan" untuk menjalankan roda perekonomian indonesia sehingga mengakibatkan masih
terjadinya kekacauan dalam ekonomi indonesia. Namun sayang nya sistem ekonomi ini dianut oleh
Indonesia dalam jangka waktu yang sangat singkat karena dianggap tidak dapat memperbaiki masalah
finansial yang sedang menerpa Indonesia selepas indonesia lepas dari penjajahan oleh jepang dan
belanda.

2. Sistem Ekonomi Etatisme (1959-1967)


Pada tahun 1959 Indonesia hijrah dari sistem Ekonomi Liberal ke Sistem Ekonomi Etatisme. pertama
kali Indonesia menganut sistem ekonomi ini berawal dari dekrit presiden yang dikeluarkan oleh
presiden Ir. Soekarno pada 5 Juli 1959.

Alasan utaman diberlakukannya Sistem Ekonomi Etatisme adalah karena kegagalan dari sistem
ekonomi liberal yang mengakibatkan pengusaha pribumi masih lemah dan tidak mampu bersaing
dengan pengusaha nonpribumi, khususnya pengusaha Cina, Namun sama seperti sistem ekonomi
Liberal, sistem ekonomi Etatisme juga dinilai belum dapat memperbaiki masalah finansial di
Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya hambatan terhadap pengusaha pribumi untuk mengambil alih
perusahaan-perusahaan yang telah ditinggalkan oleh kaum penjajah.

3. Sistem Ekonomi Campuran (1967-1998)


Sistem ekonomi campuran adalah perpaduan antara sistem sosialis dan sistem liberal, yang
mengadopsi dari garis tengah antara pengendalian dan kebebasan, yang juga berarti garis antara peran
mutlak negara dan peran menonjol individu. Sistem ekonomi sosialis merupakan sistem ekonomi di
mana seluruh kebijakan ekonomi ditetapkan oleh pemerintah sedangkan masyarakat bertugas
menjalankan peraturan yang ditentukan.

Pada sistem ekonomi campuran ini, antara pemerintah dengan masyarakat bersama-sama untuk ikut
memajukan kegiatan perekonomian. Pemerintah sebagai controler dan stabilisator kegiatan
perekonomian, sedangkan masyarakat mendapat tugas untuk melakukan kegiatan produksi, konsumsi
dan distribusi.

Alasan digunakannya Sistem Ekonomi Campuran adalah karena ingin memprioritaskan stabilisasi
ekonomi dan stabilisasi politik terutama untuk mengendalikan inflasi, menyelamatkan keuangan
negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi dibutuhkan karena pada awal
1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun yang merupakan sisi negatif dari sistem ekonomi
etatisme.

Sistem ekonomi campuran mulai dianut oleh bangsa Indonesia pada tahun 1967sampai dengan 1998.
Sistem ekonomi ini cukup lama bertahan di Indonesia karena dirasa dapat mengontrol Inflasi atau
lonjakan harga barang secara drastis dan berlangsung secara berkesinambungan.

4. Sistem Ekonomi Pancasila (1998-sekarang)


Sejak tahun 1998 sampai sekarang Indonesia dapat dikatakan menggunakan Sistem Ekonomi
Pancasila. Sistem ekonomi pancasila juga sering disebut pengembangan dari sistem ekonomi
campuran karena sistem ekonomi campuran dianggap sebagai pelopor adanya sistem ekonomi
Pancasila.

Penyebab timbulnya pergantian ke sistem ekonomi Pancasila ialah karena adanya krisis finansial yang
diakibatkan karena memburuknya ekonomi global pada saat itu. Hal ini tentu membawa dampak yang
negatif bagi bangsa indonesia di sektor perekonomian mengingat indonesia masih dikategorikan
sebagai negara yang sedang berkembang sehingga Indonesia merasakan dampak yang paling buruk.
Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah terperosok jatuh dengan cepat, dan
menimbulkan berbagai kekacauan di seluruh bidang, terutama ekonomi.

Pengertian, Macam dan Contoh Kebijakan Fiskal dan Moneter


Ketika kita akan belajar tentang ekonomi makro kita akan dihadapkan dengan dua istilah kebijakan
ekonomi, baik ekonomi fiskal maupun moneter. sekilas keduanya nampak sama tetapi kenyataanya
berbeda dan sebagian besar dari kita tidak tahu perbedaan keduanya. Mempelajari tentang Perbedaan
Kebijakan Fiskal dan Moneter penting bagi kita karena nantinya akan sering kita dengarkan istilah-
istilah tersebut terutama bagi kamu yang mau mengambil jurusan ekonomi. Oleh karenanya kali ini
kita akan mengupas secara lengkap dan jelas tentang Pengertian, Macam dan Contoh Kebijakan
Fiskal dan Moneter,

Pertama-tama kita akan mengupas terlebih dahulu mengenai Pengertian, Macam dan Contoh
Kebijakan Fiskal setelah itu baru kita akan mengupas tentang Pengertian, Macam dan Contoh
Kebijakan Moneter. Langsung saja berikut penjelasannya.

Pengertian, Macam dan Contoh Kebijakan Fiskal

Pengertian Kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara dengan
mengontrol pemasukan (dalam bentuk pajak) dan pengeluaran pemerintah untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian dan memperbaiki keadaan ekonomi. dimana yang dimaksud
pengeluaran agregat adalah perbelanjaan yang akan dilakukan dalam perekonomian dalam waktu
tertentu.

Menurut Keynes, kebijakan fiskal amat penting untuk mengurangi angka pengangguran yang relatif
serius. Melalui kebijakan ini pengeluaran agregat bisa ditambah dan langkah ini akan menaikkan
angka pendapatan nasional dan tingkat penyerapan tenaga kerja.

Secara umum kebijakan fiskal meliputi penyediaan anggaran untuk pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, disamping alokasi anggaran yang bertujuan dalam peningkatan dan pertumbuhan
ekonomi, Selain itu kebijakan fiskal juga meliputi distribusi pendapatan dan subsidi dalam rangka
peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta stabilisasi ekonomi makro dalam cakupan wilayah yang
lebih terbatas.

Macam Kebijakan Fiskal


Terdapat 3 macam Kebijakan Fiskal menurut jumlah penerimaan dan pengeluarannya, yaitu sebagai
berikut:
1. Kebijakan Anggaran Surplus
Kebijakan anggaran surplus ialah kebijakan dimana pemerintah tidak menggunakan seluruh
pendapatan untuk pengeluaran sehingga akan menambah tabungan pemerintah. Kebijakan ini dapat
berfungsi untuk mengatasi inflasi.

Dengan adanya inflasi, harga menjadi naik karena uang lebih banyak dibandingkan dengan barang,
sedangkan kebijakan surplus menekankan pengeluaran pemerintah yang pada gilirannya juga
menekan dan mengurangi permintaan barang dan jasa secara agregat (total). Hal inilah yang
kemudian bisa menurunkan angka inflasi.
2. Kebijakan Anggaran Berimbang
Kebijakan berimbang merupakan bentuk anggaran dimana realisasi pendapatan negara sama dengan
besarnya jumlah realisasi pengeluaran atau belanja negara. Melalui kebijakan ini pemerintah
menyesuaikan pengeluaran dan belanjanya. Hal ini disesuaikan dengan penerimaan yang dimiliki
negara sehingga antara pengeluaran dan penerima adalah sama dan berimbang.

Kebijakan anggaran berimbang mempunyai kekuarangan. Kekurangannya ialah ketika deflasi, dimana
uang yang beredar lebih sediki dari kebutuhan masyarakat, harga, produksi, dan investasi turun
sehingga kegiatan ekonomi turun. Anggaran belanja yang turun menyebabkan kegiatan ekonomi juga
turun sehigga pertumbuhan ekonomi terhambat.

3. Kebijakan Anggaran Defisit


Kebijakan anggaran difisit adalah kebalikan dari kebijakan anggaran surplus. Kebijakan ini
didasarkan atas pengeluaran yang lebih besar dibanding pendapatan. Pengeluaran yang lebih besar
dibanding pendapatan biasanya akan diatasi dengan sebuah pinjaman, baik itu pinjaman dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.

Kebijakan anggaran defisit ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk mengukur anggaran defisit ada empat cara. Yaitu dapat dihitung dengan:

1. Defisit primer, yaitu selisih belanja diluar pembayaran pokok dan bunga utang dengan
pendapatan total.
2. Defisit konvensional, yaitu perhitungan defisit berdasarkan selisih belanja total dan
pendapatan total, termasuk hibah.
3. Defisit operasional, yaitu perhitungan anggaran defisit yang diukur dalam nilai riil dan bukan
dalam nilai nominal.
4. Defisit moneter, yaitu selisih belanja total pemerintah diluar pembayaran pokok atau utang
dengan pendapatan total di luar penerimaan utang.

Tujuan kebijakan fiskal


Kebijakan fiskal memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan


2. Menciptakan stabilitas perekonomian
3. Menciptakan keadilan dalam distribusi pendapatan
4. Menciptakan lapangan pekerjaan

Contoh Kebijakan Fiskal


1. Melakukan penghematan pengeluaran negara
2. Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk meningkatkan wajib pajak
3. Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
4. Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah

Pengertian, Macam dan Contoh Kebijakan Moneter

Pengertian Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia dengan
tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan
pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga.

Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank sentral atau
Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada, dengan
tujuan untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian.

Macam Kebijakan Moneter


Menambah dan mengurangi jumlah uang yang beredar dimasyarakat adalah cara dari kebijakan
moneter. Pada umumnya kebijakan moneter dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

1. Kebijakan Moneter Kontraktif (-), yaitu kebijakan moneter yang dapat digunakan manakala
angka inflasi sudah sangat tinggi. Kebijakan ini dapat dijalankan dengan cara mengurangi
jumlah uang yang beredar. 
2. Kebijakan Moneter Ekspansif (+), yaitu kebijakan moneter yang dapat digunakan ketika
angka pengangguran tinggi dan perekonomian dalam keadaan menurun. Kebijakan ini dapat
dijalankan dengan cara menambah jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Tujuan Kebijakan Moneter


Diantara tujuan dari kebijakan moneter adalah sebagaimana yang tertulis dalam UU no. 3 tahun 2004
pasal 7 yang isinya adalah tujuan bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah.

Contoh Kebijakan Moneter


Lembaga pemerintah yang berhak mengeluarkan kebijakan moneter ialah bank sentral, dalam hal ini
Bank Indonesia. Sedangkan sarana yang digunakan untuk menjalankan kebijakan moneter terdiri dari
beragam instrumen, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan Diskonto (Politik Diskonto)


Kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral (dalam hal ini bank Indonesia) untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menurunkan atau menaikan suku
bunga Bank. Kebijakan ini dikeluarkan dengan harapan agar masyarakat menabungkan uangnya di
Bank.

Contoh : Kebijakan diskonto ini dikeluarkan jika bank sentral telah menghitung dan mengindikasikan
jumlah uang yang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi).

Sehingga agar jumlah uang yang beredar stabil (jumlah uang yang beradar sama dengan jumlah
barang dan jasa di pasar) maka pihak bank sentral menaikkan suku bunga Bank agar masyarakat
berduyun-duyun menabungkan uangnya.

2. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka


Operasi pasar terbuka merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral untuk menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat dengan cara menjual sertifikat Bank Indonesia
(SBI) atau membeli surat-surat berharga di pasar saham / pasar modal.

Contoh : Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga di pasar
modal.

3. Kebijakan Kredit Ketat

Kebijakan kredit ketat dikeluarkan dengan maksud mengawasi uang yang beredar saat perekonomian
mulai menunjukkan gejala inflasi.

Contoh : Pemberian kredit moneter ketat didasari oleh 5C, yaitu Capital, Collateral, Capability,
Character, dan Condition of Economy.

4. Kebijakan Cadangan KAS


Naik atau turunnya kas di suatu Bank, ditentukan oleh kebijakan bank sentral sebagai pemegang
wewenang untuk mengatur kas. Apabila ketentuan cadangan KAS minimum diturunkan, jumlah uang
beredar cenderung naik. Sedangkan jika cadangan KAS minimum dinaikkan, jumlah uang akan
cenderung turun.

Contoh : Kebijkan cadangan kas dilakukan dengan cara menahan atau melarang sebagian dari
tabungan dan uang masyarakat (giro, deposito, sertifikat deposito dll) untuk dipinjamkan.

5. Kebijakan Dorongan Moral


Kabijakan ini dikeluarkan Bank sentral melalui pidato, pengumuman atau edaran yang ditujukan
kepada Bank-Bank umum. Melalui pengumuman tersebut uang yang beredar dapat distabilkan.

Contoh : Isi pengumuman tersebut bisa berupa larangan atau ajakan untuk menahan pinjaman
tabungan maupun melepaskan pinjaman.

Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Moneter


Terdapat 2 poin yang mendasar berkaitan dengan perbedaan kebijakan fiskal dan moneter, yaitu
sebagai berikut:

1. Kebijakan fiskal dijalankan oleh pemerintah sedangkan kebijakan moneter dijalankan oleh
bank Indonesia (bank sentral).
2. Pemerintah tetap bisa campur tangan dalam kebijakan moneter melalui kebijakan moneter
langsung seperti masalah kredit perbankan dan peredaran ua

Pembangunan Nasional Masa Orde Lama, Orde Baru dan Era Reformasi
Pembangunan Indonesia merupakan serangkaian kegiatan masyarakat, bangsa dan negara untuk dapat
melaksanakan tugasnya sebagaimana yang tertuang dalam undang undang dasar 1945. Pembangunan
nasional dilakukan secara terencana, tersusun dan terperinci untuk meningkatkan kemampuan
nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih maju sebagai mana layak nya negara lain
yang sudah sejahtera.

Pembangunan nasional dimulai dari, oleh, dan untuk rakyat, dan dilaksanakan dalam bidang sosial,
ekonomi, budaya dan politik serta pertahanan. Pembangunan nasional pada hakikatnya memerlukan
keselarasan antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merupakan aktor utama dalam
pembangunan sedangkan pemerintah memiliki kewajiban untuk membimbing dan mengarahkan, serta
menciptakan suasana yang kondusif bagi warganya. Pembangunan nasioanal sejatinya telah dilakukan
sejak zaman Orde Lama, Orde Baru sampai era Reforasi untuk terus mendorong kesejahteraan dan
kemajuan bangsa kelevel yang lebih baik.

Pada kesempatan kali ini kita akan menjabarkan secara jelas pembangunan nasional yang telah
berlangsung pada era orde lama, orde baru dan era reformasi. Berikut penjelasan lengkapnya.

Pembangunan Nasional pada Era Orde Lama


Era Orde lama dimulai dari tahun 1959 - 1967 yang dipimpin oleh presiden soekarno. pembangunan
pada era ini di gagas oleh MPR Sementara (MPRS) yang menetapkan tiga ketetapan yang dijadikan
dasar perencanaan nasional

1. Pertama : TAP MPRS No.I/MPRS/1960 yang berisi mengenai Manifesto Politik republik
Indonesia sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara
2. Kedua : TAP MPRS No.II/MPRS/1960 yang berisi mengenai Garis-Garis Besar Pola
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969
3. Ketiga : TAP MPRS No.IV/MPRS/1963 yang berisi mengenai Pedoman-Pedoman
Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan

Dengan dasar diatas membuka babak baru untuk membuka peluang dalam pembangunan indonesia
dalam memciptakan suasana indonesia yang lebih kondusif, aman, damai dan sejahtera.

Proses rekontruksi dan rehabilitasi yang telah diamanatkan MPRS memiliki tujuan utama dalam hal
perubahan perekonomian untuk pembangunan nasional yang telah mengalami penurunan drastis yang
berakibat pada kemiskinan dan kerugian setelah masa penjajahan oleh bangsa belanda.

Selanjutnya pada tahun 1947 perencanaan pembangunan diindonesia diawali dengan lahirnya "Panitia
Pemikir Siasat Ekonomi" perencanaan ini masih tertuju dalam bidang ekonomi mengingat sangat
pentingnya penanganan yang sangat serius tentang kondisi ekonomi negara. tanpa perencanaan
tersebut tujuan utama untuk merubah ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional tidak dapat
terwujud dengan sendirinya apalagi tidak didukung dengan UU yang berlaku pada saat itu.

Pada tahun 1960 - 1965 proses pembangunan mulai menemukan titik permasalahan dengan kondisi
politik yang carut marut sehingga mengakibatkan perhatian pemerintah tidak maksimal lagi pada
perekonomian indonesia khususnya dalam memperbaiki tingkat ekonomi massyarakat. pada masa itu
pemerintah indonesia mengalami titik terendah dalam perekonomian. persediaan bahan pangan sangat
menipis sementara pemerintah tidak dapat mengimpor beras serta kebutuhan pokok yang lain
sehingga mengakibatkan harga barang naik drastis hingga 650 persen pada th 1966. keadaan ini terus
berlangsung hingga pembangunan mengalami keterpurukan dan sampai akhirnya muncul gerakan G-
30-S/PKI dan berakhir dengan lengsernya presiden soekarno pada masa itu.

Pembangunan Nasional pada Era Orde Baru


Pergantian Masa dari orde lama ke orde baru ditandai dengan peristiwa G-30-S/PKI pada tanggal 1
maret 1966. saat itu Presiden Soekarno dituntut agar mau menandatangani sebuah surat yang
kemudian disebut "SUPERSEMAR", dimana inti dari surat tersebut adalah presiden soekarno
memerintahkan Jenderal Soeharto untuk melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk
keberlangsungan negara dan melindungi soekarno sebagai presiden saat itu. Surat yang disebut
dengan supersemar itu kemudian diartikan sebagai media pemberian wewenang terhadap Soeharto
secara penuh.

Selanjutnya setelah tampuk kepemimpinan berada ditangan soeharto atau juga dikenal era orde baru,
soeharto melakukan upaya upaya rekontruksi terutama dalam bidang politik, karena menurut beliau
tanpa adanya rekontruksi politik negara ini tidak akan dapat melakukan pembangunan. pada masa
orde baru ini pembangunan nasional terus berlangsung agar dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dengan menciptakan banyak lapangan kerja. hal ini terbukti dengan pendapatan perkapita
yang meningkat dibandingan pada masa orde lama.

Untuk mendukung pembangunan berbagai program dan renacana pembangunan pun digalakkan,
berikut beberapa rencana pembangunan pada masa orde baru:

1. Rancangan Dasar Undang-Undang Pembangunan Nasional Berencana Delapan Tahun 1961-


1969, hasil kerja DEPERNAS
2. REPELITA yaitu Rencana Pembangunan Lima Tahun, dari REPELITA I sampai dengan VII

Meski menuai beragam sukses, pembangunan yang ada pada masa orde baru juga memiliki beberapa
kelemahan. Adapun beberapa kelemahan pembangunan pada masa orde baru adalah sebagai berikut:

1. Banyak industri yang bahan dasarnya dari luar negeri sehingga tidak memiliki daya jual tinggi
karena terlalu mahal hingga mengakibatkan bengkrutnya indusrti tersebut.
2. Mengandalkan utang luar negeri untuk membiayai pembangunan dan menutup defisit
anggaran.
3. Akumulasi bunga utang luar negeri yang terus berkembang dan memberatkan pemerintah.
4. Banyak muncul lembaga-lembaga keuangan yang kuat basis dananya dan merugiakan Bank
Indonesia.
5. Pembangunan yang kurang merata sehingga timbul kesenjangan antara daerah satu dengan
daerah lain.

Awalnya pembangunan yang ada pada pemerintahan orde baru menuai beragam pujian sampai
akhirnya krisi moneter menjadi penyebab runtuhnya masa pemerintahan orde baru pada tahun 1997.
sejak tahun itu kondisi ekonomi indonesia semakin terpuruk, krisis yang terjadi di dunia dan
diperparah dengan adanya Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau yang lebih dikenal dengan istilah
KKN membuat ekonomi indonesia benar-benar hancur. sehingga timbul kesenjangan dan kemiskinan
yang memicu pada kerusuhan masyarakat. akhirnya munculah gerakan demonstrasi yang digerakkan
oleh mahasiswa. mereka menuntut agar pemerintah segera melakukan perbaikan. kemudian pada
tanggal 12 Mei 1998 terjadi demonstrasi besar besaran yang berakibat meninggalnya empat
mahasiswa Universitas Trisakti.

Pada awal bulan Maret 1998 melalui Sidang Umum MPR, Soeharto terpilih kembali menjadi Presiden
Republik Indonesia, serta melaksanakan pelantikan Kabinet Pembangunan VII. Namun pada saat itu
kondisi ekonomi tidak kunjung membaik. Perekonomian mengalami kemerosotan dan masalah sosial
semakin menumpuk. Kondisi dan siutasi seperti ini mengundang keprihatinan rakyat.

Memasuki bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak menggelar
demostrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut turunya Soeharto dari kursi kepresidenannya. Pada
tanggal 12 Mei 1998 dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti, terjadi bentrokan dengan
aparat keamanan yang menyebabkan tertembaknya empat mahasiswa hingga tewas. Pada tanggal 19
Mei 1998 puluhan ribu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya berhasil
menduduki Gedung DPR/MPR. Pada tanggal itu pula di Yogyakarta terjadi peristiwa bersejarah.
Kurang lebih sejuta umat manusia berkumpul di alun-alun utara kraton Yogyakarta untuk
mendengarkan maklumat dari Sri Sultan Hamengku Bowono X dan Sri Paku Alam VII. Inti isi dari
maklumat itu adalah menganjurkan kepada seluruh masyarakat untuk menggalang persatuan dan
kesatuan bangsa.

Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundang tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk
dimintai pertimbangannya membentuk Dewan Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Soeharto,
namun mengalami kegagalan. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 WIB bertempat di Istana
Negara, Presiden Soeharti meletakkan jabatannya sebagai presiden di hadapan ketua dan beberapa
anggota dari Mahkamah Agung. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie untuk
menggantikannya menjadi presiden, serta pelantikannya dilakukan didepan Ketua Mahkamah Agung
dan para anggotanya. Maka sejak saat itu, Presiden Republik Indonesia dijabat oleh B.J. Habibie
sebagai presiden yang ke-3.

Pembangunan Nasional pada Era Reformasi


Era Reformasi dimulai dengan naiknya Habibie sebagai Presiden Republik Indonesia. Pada era
reformasi ini tidak hanya hal ketatanegaraan yang mendapat perubahan, namun juga kebijakan
ekonomi. Sehingga beberapa kebijakan yang sudah dilaksanakan selama 32 tahun, terpaksa mendapat
perubahan guna menyesuaikan dengan keadaan.

Pemerintahan presiden Habibie yang mengawali masa reformasi belum mengeluarkan kebijakan-
kebijakan yang cukup tajam dalam bidang ekonomi. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan hanya
difokuskan untuk memastikan stabilitas politik dan keamanan.

Baca Juga : 4 Sistem Ekonomi Yang Pernah Dianut oleh Indonesia, Lengkap Pejelasan

Setelah Habibie, tampuk kepemimpinan pun berganti ke presiden Abdurrahman Wahid, pada masa ini
belum ada tindakan yang cukup signifikan untuk menyelamatkan negara dari keterpurukan. Padahal,
ada berbagai persoalan ekonomi yang diwariskan orde baru harus diselesaikan, antara lain masalah
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), pengendalian inflasi, kinerja BUMN, pemulihan ekonomi,
dan mempertahankan kurs rupiah.
Selanjutnya setelah Abdurrahman Wahid lengser, Masa kepemimpinan beralih ke tangan Megawati
Soekarnoputri, Beberpa kebijakan pun diambil untuk menangani masalah perekonomian bangsa
indonesia. Berikut beberapa kebijakan yang diambil untuk mengatasi persoalan-persoalan ekonomi:

1. Kebijakan privatisasi BUMN. Privatisasi merupakan menjual perusahaan negara di dalam


periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan
politik dan mengurangi beban negara. Hasil penjualan itu berhasil mengangkat pertumbuhan
ekonomi Indonesia di angka 4,1 %. Akan tetapi kebijakan ini memicu beragam kontroversi,
karena BUMN yang diprivatisasi dijual ke perusahaan asing.
2. Meminta penundaan pembayaran utang sebesar US$ 5,8 milyar pada pertemuan Paris Club
ke-3 dan mengalokasikan pembayaran utang luar negeri sebesar Rp 116.3 triliun.

Secara garis besar rencana dan program pembangunan pada era reformasi disebut dengan
PROPENAS (Program Pembangunan Nasional) sebagaimana repelita di era orde baru. Perbedaan
antara REPELITA dan PROPENAS ada pada sifat isinya. PROPENAS lebih bersifat pada program-
program mendasar serta mendesak, sedangkan REPELITA lebih rinci persektor dan per departemen.

PROPENAS sendiri merupakan penjabaran dari GBHN 1999 adapun PROPENAS dijabarkan dengan
REPETA (Rencana Pembangunan Tahunan). Sementara itu, untuk penjabaran per departemen dan per
PEMDA dibuatlah RESTRA (Rencana dan Strategi) untuk setiap departemen dan PEMDA.

Berikut ini adalah lima program prioritas dari PROPENAS menurut UU nomor 25 tahun 2000.

1. Mewujudkan supremasi hukum serta pemerintahan yang baik.


2. Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan.
3. Peningkatan pembangunan daerah
4. Membangun kesejahteraan rakyat serta ketahanan kehidupan budaya dan agama.
5. Mempercepat pemuliah ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan
adil.

Pengertian, Fungsi, Tujuan dan Jenis Koperasi

Apa yang dimaksud dengan Koperasi ? pastinya kita sering mendengar apa itu koperasi. masih ingat
kah waktu kita duduk dibangku sekolah dulu. kita sering dihadapkan dengan istilah tersebut baik dari
pengertian koperassi, fungsi dari koperasi, jenis-jenis koperasi dan tujuan tujuan yang hendak dicapai
dari koperasi tersebut. Nah pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal yang
berkaitan dengan koperasi. Dalam artikel ini pertama-tama kita sebagai penulis akan menyampaikan
tentang pengertian koperasi, setelah menjelaskan pengertian koperasi, kita akan lanjut membahas
tentang tujuan koperasi, fungsi koperasi dan jenis jenis koperasi. Berikut pembahasan lengkapnya.

Pengertian Koperasi
Koperasi memiliki arti kerja sama. Kooperasi (cooperative) bersumber dari sebuah kata Coopere
(latin) co-operation yang berarti kerja sama. Secara umum Pengertian Koperasi adalah sebuah
badan usaha yang terdiri dari anggota dan setiap anggota mendapat tugas dan tanggung jawab yang
berbeda dan mempunyai prinsip koperasi serta berdasar pada ekonomi rakyat sesuai dengan asas
kekeluargaan yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 25 tahun 1992.

Sedangkan menurut Organisasi buruh Internasional atau ILO menyatakan bahwa pengertian
koperasi ialah "Cooperative define (pengertian koperasi) as an association of persons (kumpulan
orang) usually of limited means (dalam tujuan tertentu), who have voluntary joined together (yang
bergabung secara sukarela) to achieve a common economic end (untuk mendapatkan peningkatan
kualitas ekonomi) through the formation of a democratically controlled business organization (melalui
pembentukan suatu organisasi bisnis yang dikendalikan secara demokratis), making equitable
contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benefits of the
undertaking (membuat kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan dan menerima bagian
yang adil terhadap risiko dan manfaat dari usaha tersebut)"

Selain ILO ada juga yang mendefinisikan koperasi dalam makna lain. Menurut Enriques,
pengertian koperasi adalah menolong satu sama lain (to help one another) atau saling bergandengan
tangan (hand it hand). Setelah pengertian koperasi, dibawah ini akan ada banyak penjelasan tentang
fungsi, tujuan dan jenis koperasi.

Tujuan Koperasi
Koperasi memiliki beberapa tujuan dimana tujuan tersebut ditujukan pada kepentingan anggota dan
bukan semata-mata untuk menimbun kekayaan. Berikut ini beberapa dari tujuan dibentuknya
koperasi, bukan hanya untuk anggota melainkan juga untuk konsumen atau pelanggan, produsen dan
usaha kecil.

1. Memberikan harga yang cukup tinggi bagi produsen.


2. Memperoleh barang dengan kwalitas baik namun dengan harga yang lebih rendah bagi
konsumen.
3. Memberikan modal usaha bagi usaha kecil dengan cicilan yang ringan
4. Mengadakan usaha bersama dengan usaha kecil

Fungsi koperasi
Dalam setiap organisasi memiliki peran dan fungsi tertentu begitujuga dengan koperasi. Koperasi
memiliki fungsi dan memiliki peran sebagai berikut:

1. Berperan aktif dalam rangka untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kehidupan setiap
anggota koperasi dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan, potensi dan meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
anggota koperasi khususnya dan masyarakat pada umumnya
3. Berusaha mengembangkan dan mewujudkan perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasarkan asas kekeluargaan
4. Memperkuat sektor perekonomian rakyat Indonesia sebagai dasar ketahanan dan kekuatan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.

Sedangkan dalam sistem ekonomi Indonesia fungsi koperasi adalah sebagai berikut:

1. Koperasi adalah alat yang berguna untuk mensejahterakan rakyat


2. sebagai alat demokrasi nasional
3. sebagai landasan dasar perkonomian bangsa dan memperkokoh perekonomian bangsa
Indonesia.

Prinsip-Prinsip Koperasi
Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 25 Tahun 1992 dan UU No. 12
Tahun 1967. Secara garisbesar, berikut ini adalah pinsip yang digunakan oleh semua koperasi yang
ada di Indonesia.

1. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.


2. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
3. Kemandirian.
4. Pemberian balas jasa terbatas pada modal.
5. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha setiap
anggota.

Jenis-jenis koperasi
Berdasarkan fungsinya koperasi di indonesia dikelompokan kedalam 3 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Koperasi konsumsi

Koperasi tersebut memiliki tujuan menyediakan barang konsumsi untuk para anggotanya dengan
harga yang lebih rendah namun dengan kualitas yang terbaik. Contohnya adalah KPRI (koperasi
pegawai republik Indonesia) dan KOPKAR (Koperasi Karyawan).

2. Koperasi produksi

koperasi produksi adalah koperasi yang bertujuan menghasilkan barang yang akan diproses dan akan
dikelola secara bersama sebagai bentuk hasil produksi. Contoh Koperasi jenis ini misalnya koperasi
tahu tempe, koperasi cengkeh dan koperasi nelayan (Fishermen cooperative).

3. Koperasi simpan pinjam


koperasi simpan pinjam memeiliki tujuan menyediakan uang untuk berbagai keperluan anggota.
Banyak sekali koperasi simpan pinjam yang berkembang di Indonesia karena memang sistem seperti
ini cocok diimplementasikan di Indonesia dan sesuai dengan karakter orang Indonesia. Contohnya
koperasi asuransi, Kospin Jasa dan koperasi simpan pinjam ataupun koperasi perkreditan lainnya.

Kelebihan dan kekurangan koperasi


Sama dengan badan badan usaha yang lainnya, koperasi juga memiliki kelebihan dan kekurangan,
berikut kelebihan dan kekurangan koperasi:

Kelebihan koperasi

1. Koperasi lebih mengutamakan tujuan yang berupa kesejahteraan anggota.


2. Besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib ditentukan bersama sehingga terjangkau oleh
semua anggota
3. Keanggotaanya bersifat sukarela (volunteer) dan terbuka.
4. Bagian SHU (Sisa Hasil Usaha) yang diterima setiap anggota berdasarkan jasa setiap masing-
masing anggota yang diberikan pada koperasi
5. Tidak ada perbedaan di antara para anggota dalam bentuk apapun.
6. koperasi berpotensi menjadi raksasa bisnis masa depan.
7. Setiap orang dapat menjadi anggota koperasi dengan syarat membayar simpanan wajib dan
simpanan pokok

Kelemahan Koperasi

1. Kesadaran setiap anggotanya yang sangat lemah untuk melakukan peningkatan dalam
koperasi. 
2. Dengan kondisi tersebut koperasi akan kesuliatan dalam memilih pengurus koperasi yang
profesional. sehingga kemampuan bersaing koperasi lebih rendah dibandingkan dengan badan
usaha lain yang murni bertujuan mencari laba sebanyak-banyaknya.

Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia dalam Konteks Negara Hukum


dan Demokrasi

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam menjalankan roda
pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan dan mekanisme kekuasaan
berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada sisi yang lain negara hukum
memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu negara bukanlah manusia, tetapi hukum.
Dalam tataran praksis, prinsip demokrasi atau kedaulatan rakyat dapat menjamin peran serta
masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan
yang diterapkan dan ditegakkan benar-benar mencerminkan perasaan keadilan masyarakat.
Sedangkan dalam negara yang berdasarkan atas hukum, dalam hal ini hukum harus dimaknai sebagai
kesatuan hirarkis tatanan norma hukum yang berpuncak pada konstitusi.

Hal ini berarti bahwa dalam suatu negara hukum menghendaki adanya supremasi konstitusi.
Supremasi konstitusi, di samping merupakan konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus
merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi.

Indonesia merupakan negara hukum yang didasarkan atas prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan.
Dimana hukum semestinya senantiasa harus mengacu pada cita-cita masyarakat indonesia, yaitu
tegaknya negara hukum yang demokratis dan berkeadilan sosial.

Mengingat pentingnya Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia, maka pada kesempatan kali
ini kita akan membahas Peranan Hukum dan Demokrasi di Indonesia yang akan kami jelaskan
selengkap mungkin, berikut penjelasannya.

Hukum dalam Kehidupan Manusia


Pada kehidupan manusia, Hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, seperti yang tertera
dalam pameo "Ubi societas ibi ius", yang berarti "dimana ada masyarakat disitu ada hukum".

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda, berikut 3 tujuan diciptakannya hukum:

1. Tujuan hukum adalah ketertiban atau order


2. Tujuan hukum adalah kegunaan
3. Tujuan hukum adalah keadilan

Keadilan harus berlaku untuk semua orang, bukan hanya untuk golongan tertentu saja. Oleh karena itu
lahirlah "negara konstitusi" yang melahirkan doktrin "rule of law", yang merupakan doktrin dengan
semangat idealisme keadilan yang tinggi, seperti "kesamaan setiap orang di depan hukum" dan
"supremasi hukum". Di negara konstitusi itulah berlaku sistem pemerintahan demokrasi
konstitusional.

Menurut F. Julius Sthal dan Imanuel Kant, terdapat 4 unsur pembatasan yuridis yang dikenal
dengan istilah Rule of Law atau Rechtsstaat, yaitu:

1. hak-hak asasi manusia.


2. peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika.

Sedangkan A. V. Dices mengidentifikasikan unsur-unsur Rule of Law dalam demokrasi


konstitusional menjadi 3 poin penting, berikut 3 unsur Rule of Law dalam demokrasi konstitusional
menurut A. V. Dices:
1. terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.
2. kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk pejabat atau
rakyat biasa.
3. supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa seseorang
hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.

Selanjutnya Willem Konijnenbelt dan H.D.van Wijk menyebutkan prinsip-prinsip rechtsstaat


atau Rule of Law adalah sebagai berikut:

1. Hak-hak asasi. terdapat hak-hak manusia yang sangat fundamental yang harus dihormati oleh
pemerintah.
2. Pembagian kekuasaan. kewenangan pemerintah tidak boleh dipusatkan pada satu lembaga,
tetapi harus dibagi-bagi pada organ-organ yang berbeda agar saling mengawasi yang
dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan.
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang. pemerintah hanya memiliki kewenangan yang
secara tegas diberikan oleh UUD atau UU lainnya.
4. Pengawasan lembaga kehakiman. pelaksanaan kekuasaan pemerintah harus dapat dinilai
aspek hukumnya oleh hakim yang merdeka.

Negara Hukum dan Demokrasi


Menurut Thomas Hobbes manusia selalu hidup dalam kekuatan karena ketakutan akan diserang oleh
manusia lainnya yang lebih kuat fisiknya. Sehingga diadakan perjanjian masyarakat dan dalam
perjanjian tersebut raja tidak diikut sertakan. Sehingga perjanjian itu diadakan anatara rakyat dengan
rakyat sendiri. Setelah diadakan perjanjian masyarakat dimana individu-individu menyerahkan
haknya atau hak-hak azasinya kepada suatu kolektivitas yaitu satu kesatuan dari individu-individu
yang diperoleh melalui Pactum unions, maka disini kolektivitas menyerahkan hak-haknya atau
kekuasaannya kepada raja tanpa syarat apapun juga. Raja sama sekali ada diluar perjanjian, dan oleh
karenya raja memiliki kekuasaan yang mutlak setelah hak-hak rakyat diserahkan kepadanya
(Monarchie Absoluut).

Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap Contoh

Sedangkan menurut Jean Jecques Rousseau, kekuasaan rakyat dan kedaulatan rakyat tidak pernah
diserahkan pada raja, bahkan kalau ada raja yang memerintah maka raja itu hanya sebagai mandataris
dari pada rakyat. Untuk ini Rousseau memberikan keterangan sebagai berikut: "Yang merupakan hal
inti daripada perjanjian masyarakat ini ialah, menetukan suatu bentuk kesatuan, membela dan
melindungi kekuasaan bersama disamping kekuasaan pribadi dan milik dari setiap orang, sehingga
semuanya dapat bersatu, akan tetapi masing-masing orang tetap mematuhi dirinya sendiri, sehingga
orang tetap merdeka dan bebas”.

Melalui pemikiran Rousseau ini pula mengawali pembentukan konstitusi Prancis (1791) khususnya
yang menyangkut hak-hak asasi manusia. Pada masa inilah awal dari konkretisasi konstitusi dalam
arti tertulis (modern). Konstitusi sebagai Undang-Undang Dasar dan hukum dasar yang memiliki arti
penting atau sering disebut dengan "Konstitusi Modern", baru muncul bersamaan dengan semakin
berkembangnya "sistem demokrasi perwakilan dan konsep nasionalisme". Demokrasi Perwakilan
muncul sebagai pemenuhan kebutuhan rakyat akan kehadiran lembaga legislatif. Lembaga ini
diharapkan mampu membuat undang-undang untuk mengurangi serta membatasi dominasi hak-hak
raja. Alasan inilah yang mendudukan konstitusi (yang tertulis) itu sebagai hukum dasar yang lebih
tinggi daripada presiden/raja. Hal tersebut diatas inilah yang kemudian melahirkan konsep negara
hukum dan demokrasi.

Prinsip-prinsip Negara Hukum dan Demokrasi


Terdapat hubungan yang jelas antara hukum, yang bertumpu pada konstitusi, dengan kedaulatan
rakyat, yang dijalankan melalui sistem demokrasi. Hubungan ini terlihat dari kemunculan istilah
demokrasi konstitusional. Dalam sistem demokrasi, partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem
ini. Dengan kata lain negara hukum harus ditopang dengan sistem demokrasi, demokrasi tampa
pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan arah, sedangkan hukum tampa demokrasi akan
kehilangan makna.

Prinsip-prinsip demokrasi

1. Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat pada satu organ


pemebrintahan adalah kesewenang-wenangan. Oleh karena itu kewenangan badan-badan
publik itu harus dipencarkan pada organ-organ yang berbeda.
2. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintah dalam menjalankan fungsinya sedikit
banyak tergantung secara politik yaitu kepada lembaga perwakilan.
3. Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu negara dan dalam masyarakat
diputuskan oleh badan perwakilan, yang dipilih melalui pemilihan umum.
4. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.
5. Kejujuran dan keterbukaan pemeberintah untuk umum.
6. Pengawasan dan kontrol. (penyelenggaraan ) pemerintahan harus dapat dikontrol.

Prinsip-prinsip negara hukum

1. Pemerintah terikat hukum


2. Perlindungan hak-hak asasi
3. Pengawasan oleh hakim yang merdeka. Superioritas hukum tidak dapat ditampilkan, jika
aturan-aturan hukm hanya dilaksanakan organ pemerintah. Oleh karena itu dalam setiap
negara hukum diperlukan pengawasan oleh hakim yang merdeka.
4. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum. Hukum harus dapat
ditegakkan, ketika hukukum tersebut dilanggar. Pemerintah wajib menjamin bahwa ditengah
masyarakat terdapat instrument yuridis penegakan hukum. Pemerintah dapat memaksa
seseorang yang melanggar hukum melalui sistem peradilan negara. Memaksakan hukum
publik secara prinsip merupakan tugas pemerintah.
5. Asas legalitas. Pembatasan kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus ditentukan
dasarnya dalam undang-undang yang merupakan peraturan umum. Undang-undang secara
umum harus memebrikan jaminan (terhadap warga neraga) dari tindakan (pemerintah) yang
sewenang-wenang, kolusi, dan berbagai jenis tindakan yang tidak benar. Pelaksanaan
wewenang oleh organ pemerintah harus dikembalikan dasarnya pada undang-undang tertulis,
yakni undang- undang formal 

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa agar sebuah negara bisa dikatakan sebagai negara
hukum dan demokrasi, maka dalam penyelenggaran negara atau konstitusi negara dan
pemerintahannya sebaiknya terdapat prisnip-prinsip sebagai berikut:
1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)
2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)

Demokrasi di Indonesia
Indonesia sebagai salah satu Negara yang menganut paham demokrasi, karena sistem pemerintahan
demokrasi ini dianggap baik untuk menjaga kestabilan sebuah bangsa dalam menjalankan roda
pemerintahan negara. Dalam praktiknya Indonesia menganut paham Demokrasi Pancasila yang
berbeda dengan demokrasi liberal.

Demokrasi liberal meletakkan kebebasan individu yang toleran sebagai urgensi kehidupan negara dan
masyarakat. Oleh karena itu kontrol rakyat dan atau wakilnya kepada penguasa dan negara adalah
prinsip yang tak bisa ditawar. Sedangkan Demokrasi Pancasila yang dianut indonesia dalam arti
bentuknya, maka pertama-tama harus dilihat dalam UUD 1945 beserta penjelasannya, meskipun ini
bukanlah satu-satunya cara untuk melihat dan melaksanakan Demokrasi Pancasila.

Sejatinya berkaitan dengan paham demokrasi yang dianut, esensi yang terpenting adalah apakah
hukum dan pelaksanaan hukum di negara Indonesia akan berfungsi dan memainkan peranannya
sangat ditentukan oleh keinginan melaksanakan UUD 1945 secara konsekuen. UUD 1945 sebagai
hukum dasar tertinggi di dalam UUD 1945 termuat cita-cita bangsa dan arah kehidupan bernegara dan
berbangsa, termasuk di dalamnya keberadaan hukum dalam kehidupan negara.

Meskipun indonesia sudah menganut paham Demokrasi Pancasila namun demokrasi yang sedang
berlangsung di Indonesia (di tingkat State atau Negara), belum maksimal terlihat dampaknya bagi
kesejahteraan rakyat. Demokrasi di Indonesia terkesan hanya untuk mereka dengan tingkat
kesejahteraan ekonomi yang cukup. Sedangkan bagi golongan ekonomi bawah, demokrasi belum
memberikan dampak singnifikan untuk perekonomian yang lebih baik. Inilah tantangan yang harus
dihadapi pemerintah.

Karena Harapan dari adanya demokrasi yang ada ia memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk
rakyat. Misalnya, demokrasi mampu memaksimalkan kesejahteraan rakyat dan distribusinya mampu
mengurangi kemiskinan. Disamping itu, demokrasi diharapkan dapat menciptakan pemimpin yang
lebih memperhatikan kepentingan rakyat banyak seperti masalah kesehatan dan pendidikan. Tidak
hanya itu, demokrasi diharapkan mampu menjadikan negara kuat.

Harapan rakyat banyak tentunya adalah pada masalah kehidupan ekonomi mereka serta bidang
kehidupan lainnya. Demokrasi membuka peluang berkuasanya para pemimpin yang peduli dengan
rakyat dan sebaliknya bisa melahirkan pemimpin yang buruk. Harapan rakyat akan adanya pemimpin
yang peduli di masa demokrasi ini merupakan harapan dari implementasi demokrasi itu sendiri. Di
masa transisi ini, implementasi demokrasi masih terbatas pada kebebasan dalam berpolitik, sedangkan
masalah ekonomi masih tersisihkan. Maka muncul kepincangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Karena ekonomi dan politik merupakan dua sisi yang berbeda dalam sekeping mata uang,
maka masalah ekonomi pun harus mendapat perhatian yang serius dalam implementasi demokrasi
agar terjadi penguatan demokrasi.

Semakin rendahnya tingkat kehidupan ekonomi rakyat akan berdampak negatif bagi demokrasi karena
melemahnya ekonomi akan berdampak luas kepada bidang lain, seperti masalah sumber daya manusia
(SDM). SDM yang lemah tentu tidak bisa memperkuat demokrasi, bahkan justru bisa memperlemah
demokrasi.

Demokrasi di Indonesia memberikan harapan akan tumbuhnya masyarakat baru yang mempunyai
kebebasan berpendapat, berkumpul, berserikat dan berpolitik. Selain itu masyarakat mengharapkan
adanya iklim ekonomi yang kondusif. Untuk menghadapi tantangan dan mengelola harapan ini agar
menjadi kenyataan, dibutuhkan kerjasama antara kelompok dan partai politik agar demokrasi bisa
berkembang ke arah yang lebih baik dan membawa dampak positif bagi masyarakat.

Peranan Hukum dan Demokrasi dalam Pembangunan


Dilatar belakangi cita-cita yang tertuang dalam kalimat “masyarakat adil dan makmur”, maka
pembangunan telah dipilih sebagai satu-satunya kendaraan yang dianggap paling tepat untuk
membawa bangsa Indonesia menuju kearah sana. Dalam hal ini, pemerintah sejak tiga dasawarsa
terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang ekonomi sebagai tulang punggung pembangunan
nasional. Sikap suatu pemerintah menjadikan pembangunan di bidang ekonomi sebagai tulang
punggung pembangunan nasional dapat tercermin dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintahan tersebut untuk mencapai kepentingan nasional negaranya. Termasuk didalamnya ialah
kebijakan dalam hal perekonomian.

Berkaitan dalam hal Hukum dan kebijakan dibidang perekonomian, Pemerintah Indonesia pernah
menerapkan kebijakan deregulasi ekonomi yang menyangkut 3 aspek, antara lain yaitu:

1. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam hal pengelolaan badan usaha.


2. Untuk menyehatkan persaingan pasar dengan membuka kesempatan bagi pendatang baru.
3. Pengambilan keputusan produksi maupun harga.

Dalam kegiatan ekonomi ini justru hukum sangat diperlukan karena sumber-sumber ekonomi yang
terbatas disatu pihak dan tidak terbatasnya permintaan atau kebutuhan akan sumber ekonomi dilain
pihak sehingga konflik antara sesama warga dalam memperebutkan sumber-sumber ekonomi tersebut
akan sering terjadi.

Melihat hal tersebut sudah menjadi satu keniscayaan, bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara,
apalagi secara khusus negara berkembang, hukum memiliki peranan yang besar untuk turut memberi
peluang pembangunan ekonomi. Pelaksanaan roda pemerintahan dengan demokratis, dengan
menggunakan hukum sebagai instrument untuk merencanakan dan melaksanakan program
pembangunan yang komprehensif, akan membawa negara ini menuju masyarakat dengan tingkat
kesejahteraan yang di cita-citakan.

Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia

Indonesia sebagai negara hukum tentunya memiliki hukum untuk mengatur prilaku warga negara dan
penduduknya. Penegasan indonesia sebagai negara hukum tertuang dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara hukum".

Mengingat pentingnya materi berkaitan dengan negara hukum, pada kesempatan kali ini kita akan
membahas tentang Konsep Negara Hukum dan Implementasinya di Indonesia. Sebelum
membahas tentang konsep negara hukum dan implementasinya di indonesia, pertama-tama mari kita
bahas terlebih dahulu apa itu negara hukum ?

Pengertian Negara Hukum


Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechstaat atau rule of law. Reechstaat itu sendiri
dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu,
konstitusi dan Negara (hukum) adalah dua lembaga yang tidak terpisahkan.

Secara sederhana, yang dimaksud Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan
pemerintahannya didasar atas hukum. Didalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun juga harus dilandasi oleh hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan juga harus berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum. (Mustafa Kamal Pasha,2003).

Aristoteles, merumuskan negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin
keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup
untuk warga Negara dan sebagai daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap
manusia agar ia menjadi warganegara yang baik.

Negara yang berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi sehingga terdapat
istilah supremasi hukum, supremasi hukum tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu
keadilan, kemanfaatan dan kepastian.

Konsep Negara Hukum

Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah negara hukum dalam arti sempit atau negara
hukum formil. Pada penjelasan sebelumnya sudah dikemukakan bahwa negara hukum merupakan
terjemahan dari istilah Rule of Law atau Rechtsstaat. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli
hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule of Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.

Konsep rechtsstaat menginginkan adanya perlindungan bagi hak asasi manusia melalui pelembagaan
peradilan yang independen. Pada konsep rechtsstaat terdapat lembaga peradilan administrasi yang
merupakan lingkungan peradilan yang berdiri sendiri.

Namun ahli hukum Anglo saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi mengenal atau
menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau pemerintahan oleh hukum atau
government of judiciary.

A. V. Dices dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan unsur-unsur / ciri-ciri Rule of Law
sebagai berikut.

1. Terjaminnya hak-hak manusia / masyarakat oleh undang-undang.


2. Kedudukan yang sama di depan hukum (equality before the law) baik untuk pejabat atau
rakyat biasa.
3. Supremasi hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang dalam arti bahwa seseorang
hanya boleh dihukum apabila terbukti melanggar hukum.
Adapun F. Julius Sthal dan dan Imanuel Kant dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental
memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut.

1. Hak-hak asasi manusia.


2. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan.
4. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak asasai manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika.

Di samping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas, ada pula berbagai pendapat mengenai
ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan oleh para ahli lainnya.

Menurut Prof. DR. Sudargo Gautama, SH. mengemukakan 3 ciri-ciri atau unsur-unsur dari negara
hukum, yakni:

1. Terdapat pembatasan kekuatan negara terhadap perorangan. Maksudnya negara tidak


dapat bertindak sewenang-wenang, tindakan negara dibatasi oleh hukum, individu
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Azas Legalitas. Artinya setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan
terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparatnya.
3. Pemisahan Kekuasaan. Bertujuan agar hak asasi betul-betul terlindungi adalah dengan
pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan
melaksanakan dan mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.

Sedangkan menurut Mustafa Kamal Pasha (2003), menyatakan adanya tiga ciri-ciri khas dari sebuah
negara hukum, yaitu:

1. Pengakuan dan perlindungan terhadap HAM


2. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
3. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak.

Kemudian yang terakhir adalah menurut Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH, beliau berpendapat bahwa
ada dua belas ciri penting dari negara hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Supremasi hukum. (Supremacy of Law)


2. Persamaan dalam hukum. (Equality before the Law)
3. Pembatasan Kekuasaan.
4. Bersifat Demokratis (Democratishe Rechtsstaat)
5. Perlindungan Hak Asasi Manusia
6. Asas legalitas. (Due Process of Law)
7. Mahkamah Konstitusi. (Constitutional Court)
8. Peradilan Tata Usaha Negara.
9. Peradilan bebas dan tidak memihak.
10. Organ-organ Penunjang yang Independen.
11. Transparansi dan Kontrol Sosial.
12. Berfungsi sebagai sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara (Welfare Rechtsstaat)
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon adalah keduanya
mengakui adanya "Supremasi Hukum / Supremacy of Law". Perbedaannya adalah pada Negara Anglo
Saxon tidak terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja yang melakukan
pelanggaran akan diadili pada peradilan yang sama. Sedangkan nagara hukum Eropa Kontinental
terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri.

Itulah tadi konsep negara hukum berdasarkan pandangan dari para ahli hukum Eropa Kontinental dan
para ahli hukum Anglo Saxon, selanjutnya kita akan membahas implementasi negara hukum di
indonesia sehingga kita bisa tahu apakah indonesia itu negara hukum ?

Implementasi Negara Hukum di Indonesia


Negara Indonesia berdasarkan pada hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi : "Negara Indonesia adalah negara hukum". Konsekuensi
dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara
dan penduduknya harus didasarkan/sesuai dengan hukum. Dengan ketentuan demikian dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kesewenang-wenangan dan arogansi kekuasaan. Hukumlah yang
memegang kekuasaan dan memimpin penyelenggaraan negara, sebagaimana konsep nomocratie, yaitu
kekuasaan dijalankan oleh hukum.

Secara tertulis hukum Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Sedangkan UUD
1945 merupakan nilai instrumental penjabaran dari nilai-nilai yang terdapat pada Pancasila. Jadi
Pancasila dapat kita sebut sebagai konsep hukum negara Indonesia, karena Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga dasar-dasar
penyelenggaraan negara yang disusun dalam UUD 1945 tidak boleh bertentangan dengan Pancasila.

Dari uraian diatas maka dapat dikatakan indonesia telah menginplementasikan dan memenuhi unsur-
unsur Negara Hukum. berikut unsur-unsur negara hukum yang telah di implementasikan dan dipenuhi
oleh indonesia lengkap dengan penjelasannya:

1. Pengakuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Upaya untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia di Indonesia telah ditegaskan di dalam
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 baik dalam Pembukaan maupun dalam Batang Tubuhnya.
Pembukaan UUD 1945 alenia pertama menyatakan sikap bangsa Indonesia yang anti penjajahan dan
mendukung kemerdekaan setiap bangsa karena kemerdekaan adalah hak asasi setiap bangsa yang
tidak dapat dirampas oleh bangsa lain.

Sedangkan jaminan hak asasi manusia dalam Batang Tubuh UUD 1945 dituangkan dalam pasal-
pasalnya yang sesuai dengan tuntutan dimanika masyarakat yang terus berkembang telah
diamandemen atau dilakukan perubahan sebanyak empat kali. Perbedaan rumusan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 sebelum dan sesudah amandemen adalah adanya judul Bab tentang Hak Asasi
Manusia yaitu pada BAB X yang sebelumnya tidak ada serta jumlah pasal dan ayat yang mengatur
hak asasi manusia yang bertambah banyak.

2. Sistem peradilan yang bebas dan tidak memihak, tidak terpengaruh oleh kekuasaan atau
kekuatan lain apapun
Dalam UUD 1945 BAB IX Kekuasaan Kehakiman Pasal 24 ayat (1): "Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan".

Kekuasaan kehakiman ialah kekuasaan yang merdeka, artinya terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya, hakim tidak boleh terpengaruh oleh siapa pun juga, baik
karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan ekonomi.

3. Adanya pembatasan kekuasaan

Pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakannya, oleh karena itu perlu adanya
pembatasan kekuasaan penyelenggaraan negara. Di dalam UUD 1945 telah diatur tentang wewenang
penyelenggaraan negara.

Selain itu, pembatasan juga dilakukan dengan membagi dan memisahkan cabang-cabang kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Ketiga cabang kekuasaan tersebut saling mengawasi dan
mengimbangi. Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang, Badan
eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang, Badan yudikatif, yaitu badan yang
bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-undang, memeriksa dan megadilinya.

4. Asas Legalitas

Segala tindakan pemerintah harus didasarkan atas peraturan perundang-udangan yang sah dan tertulis.
Demikian pula hukuman terhadap seseorang harus didasarkan pada aturan hukum yang sudah ada
sebelum perbuatan seseorang tersebut dilakukan.

Dalam UUD 1945 telah diatur batas-batas wewenang lembaga-lembaga negara. Antara lain Pasal 14
ayat (1) UUD 1945 : "Presiden memberi grasi, dan rehabilitas dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung". Sesuai pasal tersebut Presiden dalam menerima atau menolak permohonan grasi
tidak boleh ditetapkan sendiri, meskipun grasi merupakan hak prerogatif Presiden dalam
hubungannya dengan bidang Yudikatif, karena hukum (UUD 1945) menegaskan bila memberi grasi
harus memperhatikan pertimbangan dari Mahkamah Agung.

Pada dasarnya, perkembangan asas legalitas eksistensinya diakui dalam KUHP Indonesia baik asas
legalitas formal (Pasal 1 ayat (1) KUHP) maupun asas legalitas materiil (Pasal 1 ayat (3) RUU KUHP
Tahun 2008).

Kesimpulan
Suatu negara dikatakan sebagai negara hukum apabila telah memenuhi unsur-unsur negara hukum
diantaranya adanya pengakuan dan perlindungan Hak Asasi Manusia, peradilan yang bebas dan tidak
memihak, pembatasan kekuasaan, dan asas legalitas.
Secara tertulis Indonesia adalah negara hukum dan sudah memenuhi unsur-unsur negara hukum. Akan
tetapi belum sempurna dalam pelakasaannya. Masih banyak hambatan-hambatan yang perlu kita cari
pemecahan masalahnya, dan bersama-sama dengan kesadaran diri untuk bertidak sesuai hukum yang
berlaku.

Pengertian dan Jenis-Jenis Tata Hukum Indonesia


Hukum pada dasarnya merupakan hal yang paling penting di dalam sebuah Negara. Coba sobat
bayangkan bagaimana jadinya bila sebuah Negara tidak memiliki hukum, tentunya kehidupan akan
menjadi sangat kacau dan tidak teratur.

Oleh sebab itulah, diperlukan hukum sebagai alat untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Lalu,
bagaimana dengan sistem tata hukum di Indonesia sendiri ? Sebagai warga Negara yang baik,
semestinya kita wajib memahami sistem tata hukum di Indonesia.

Pada hakikatnya, hukum di Indonesia sendiri merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa,
hukum adat dan hukum agama. Sebagian besar sistem yang dianut, baik pada hukum perdata maupun
hukum pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari negara Belanda. Hal tersebut karena pada
masa lalu Indonesia adalah wilayah jajahan Belanda dengan sebutan Hindia Belanda.

Selain itu, seperti yang sudah disebutkan tadi bahwa hukum Indonesia berasal dari hukum agama. Hal
ini karena sebagian masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, maka pengaruh hukum atau syariat
Islam cukup banyak terutama dalam bidang perkawinan, warisan dan kekeluargaan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku hukum adat yang diserap dalam perundang undangan atau yurisprudensi, yang
merupakan penerusan dari berbagai aturan setempat dari masyarakat dan budaya yang ada di wilayah
nusantara.

Untuk lebih jelas mengenai sistem Tata Hukum di Indonesia, maka kita akan menjelaskannya
secara detail dan tahap demi tahap. pertama-tama mari kita bahas terlebih dahulu pengertian tata
hukum ?

Pengertian Tata Hukum


Tata Hukum dikenal juga dengan istilah "rechtorde" yang berasal dari bahasa Belanda. arti
"rechtorde" ialah susunan hukum. Sedangkan pengertian Tata Hukum adalah memberikan tempat
yang sebenarnya pada hukum. Yang dimaksud dengan memberi tempat yang sebenarnya ialah
menyusun dengan baik dan tertib aturan-aturan hukum dalam pergaulan hidup agar ketentuan yang
berlaku dapat diketahui dan diterapkan untuk menyelesaikan segala peristiwa hukum yang terjadi.

Pelaksanaan tata hukum itu berlangsung selama ada pergaulan hidup manusia yang terus berkembang,
dimana fungsi dari pelaksanaan tata hukum adalah untuk memperoleh ketertiban dalam hubungan
antar manusia serta menjaga jangan sampai seseorang dapat dipaksa oleh orang lain untuk melakukan
sesuatu yang tidak kehendaknya, dan lain-lain.

Hingga saat ini dapat di pastikan semua manusia yang hidup berkelompok di muka bumi ini sudahlah
memiliki aturan tersendiri antar kelompoknya, suku, bangsa maupun Negara yang kita kenal dengan
Kata Tata Hukum.

Tata hukum di Indonesia


Tata hukum suatu negara (ius constitutum = hukum positif) adalah tata hukum yang diterapkan atau
disahkan oleh negara itu. Dalam kaitannya di Indonesia, yang ditata itu adalah hukum positif yang
berlaku di Indonesia.
Hukum yang sedang berlaku artinya apabila ketentuan-ketentuan hukum itu dilanggar maka bagi si
pelanggar akan dikenakan sanksi yang datangnya dari badan atau lembaga berwenang.

Dengan demikian dapat disimpulkan tata hukum Indonesia adalah hukum (peraturan-peraturan
hukum) yang sekarang berlaku di Indonesia (Prof. Soediman Kartihadiprojo, SH). Dengan kata lain
Tata Hukum Indonesia itu menata, menyusun, mengatur tertib kehidupan masyarakat Indonesia.

Tata hukum Indonesia ditetapkan oleh masyarakat hukum Indonesia, yaitu Negara Indonesia. Oleh
sebab itu tata hukum Indonesia baru ada setelah lahirnya Negara Indonesia yaitu tanggal 17 Agustus
1945. Pada saat berdirinya Negara Indonesia dibentuk tata hukum Indonesia, hal tersebut dinyatakan
dalam:

Proklamasi Kemerdekaan :

1. "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia".


2. Pembukaan UUD 1945 : "Kemudian daripada itu……..disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu susunan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia …".

Kedua pernyataan tersebut mengandung arti bahwa:

1. Menjadikan Indonesia suatu negara yang merdeka.


2. Penetapan tata hukum Indonesia secara tertulis yaitu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara.

Setelah Mengetahui dengan Pasti apa itu Tata hukum di Indonesia, sekarang mari kita mencoba untuk
membahas mengenai Jenis-jenis tata hukum yang ada di Indonesia, Berikut pembahasannya:

Jenis-Jenis Tata Hukum Indonesia


1. Hukum Perdata
Hukum Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi setiap tingkah laku
manusia untuk memenuhi kepentingan / kebutuhan nya atau mengatur kepentingan-kepentingan
seseorang.

Hukum perdata disebut pula hukum sipil atau hukum privat sebagai lawan dari hukum publik. Jika
hukum publik mengatur hal-hal yang berhubungan dengan negara serta kepentingan umum contohnya
politik dan pemilu (hukum tata negara), kejahatan (hukum pidana), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukum administrasi atau tata usaha negara). Maka hukum perdata mengatur hubungan antara
penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya perkawinan, perceraian, pewarisan,
kematian, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Hukum perdata di Indonesia sendiri bersumber pada hukum perdata yang berlaku di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan kitap KUHPer yang berlaku di
Indonesia merupakan terjemahan dari hukum yang berlaku di kerajaan Belanda.

2. Hukum Pidana
Hukum Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah laku setiap
manusia dalam meniadakan pelanggaran kepentingan umum

Menurut Prof. Dr. Moeljatno, SH. menguraikan istilah hukum pidana bahwa Hukum pidana adalah
bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku disebuah negara, yang mengadakan dasar-dasar dan
aturan-aturan untuk:

1. Menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai
ancaman atau sanksi berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan
tersebut.
2. Menentukan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu dapat
dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilakasanakan apabila orang
yang disangkakan telah melanggar larangan tersebut “.

Baca Juga : Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap Contoh

Pada dasarnya, hukum pidana ini adalah bagian dari hukum publik. Hukum pidana juga dibagi
menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana formal dan hukum pidana materiil.

1. Hukum pidana materiil merupakan hukum yang mengatur tentang penentuan tindak pidana,
pelaku tindak pidana, dan pidana atau sanksi. Di Indonesia sendiri, pengaturan hukum pidana
materiil disahkan dalam KUHP.
2. Hukum pidana formil merupakan hukum yang mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana
materiil. Di Indonesia, pengaturan hukum pidana formil sudah disahkan dalam UU nomor 8
tahun 1981 tentang hukum acara pidana (KUHAP).

3. Hukum Tata Negara (HTN)


Hukum Tata Negara (HTN) adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, pembentukan lembaga-lembaga negara, struktur kelembagaan, hubungan hukum (hak dan
kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara.

Hukum Tata Negara juga merupakan hukum yang mengatur mengenai Negara dalam keadaan diam
artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu Negara tertentu tetapi lebih dari pada Negara
dalam arti luas. Dengan kata lain, hukum ini membicarakan Negara dalam arti yang abstrak.

4. Hukum Administrasi Negara (HAN) / Hukum Tata Usaha


Hukum Tata Usaha / Hukum Administrasi Negara (HAN) adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur
mengenai pengelolaan administrasi pemerintahan yang jika dalam arti luas bertujuan dalam
mengetahui cara tingkah laku negara dan alat-alat perlengkapan negara.

Hukum ini sejatinya mempunyai kemiripan dengan hukum tata Negara, dimana kesamaannya terletak
pada kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan dengan hukum tata Negara (HTN) lebih
mengacu pada fungsi konstitusi yang digunakan oleh Negara.

5. Hukum Acara atau Hukum Formal


Hukum Acara atau Hukum Formal adalah ketentuan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya dan dijalankannya hukum materiil. Dapat dikatakan juga Hukum acara meliputi
ketentuan-ketentuan tentang cara bagaimana orang harus menyelesaikan masalah dan mendapatkan
keadilan dari Hakim apabila kepentingannya atau haknya dilanggar oleh orang lain atau sebaliknya
bagaimana cara mempertahankan kebenarannya apabila dituntut oleh orang lain.

Di Indonesia terdapat dua macam Hukum Acara yakni Hukum Acara Pidana (Hukum Pidana formil)
dan Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata formil).

1. Hukum Acara Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai cara bagaimana
mempertahankan dan menjalankan mengenai peraturan hukum perdata material
2. Hukum Acara Pidana adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dalam cara bagaimana
pemerintah menjaga kelangsungan pelaksanaan hukum pidana material

Pengertian dan Perbedaan Pokok Hukum Pidana dan Perdata, Lengkap


Contoh

Indonesia sebagai negara hukum tentunya memiliki hukum untuk mengatur prilaku warga negara dan
penduduknya, Hukum tersebut antara lain hukum pidana, hukum perdata, hukum agama, dan hukum
negara.
Pada kesempatan kali ini kita akan menjelaskan tentang Hukum Pidana dan Hukum Perdata. yang
akan kita jabarkan lengkap dengan perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata serta Contoh
Hukum Pidana dan Hukum Perdata.

Tujuan Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Tujuan Hukum Pidana

Secara sederhana Hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang memiliki
implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum), dimana apabila suatu tindak pidana
dilakukan, berdampak buruk terhadap ketentraman, keamanan, kesejahteraan dan ketertiban umum di
masyarakat.

Tujuan Hukum Perdata

Sedangkan Hukum perdata bersifat privat yang bertujuan dan fokus dalam mengatur mengenai
hubungan antara orang perseorangan (perorangan). Oleh sebab itu, ketentuan-ketentuan dalam hukum
perdata hanya berdampak langsung bagi pihak yang terkait saja.

Pengertian Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Pengertian Hukum Pidana Menurut C.S.T. Kansil

Kansil dalam bukunya "Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia", mendefinisikan hukum
pidana adalah Hukum yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang merupakan suatu
penderitaan atau siksaan.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Moeljatno

Kemudian menurut Moeljatno, yang dikutip oleh Eddy O.S. Hiariej dalam bukunya berjudul "Prinsip-
prinsip Hukum Pidana" mengartikan bahwa hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang
perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang
melakukan. Kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang telah melanggar larangan itu dapat
dikenakan sanksi pidana dan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan.

Pengertian Hukum Pidana Menurut Prof. Dr. W.L.G. Lemaire

Sedangkan menurut Prof. Dr. W.L.G. Lemaire, yang dikutip oleh Drs. P.A.F. Lamintang, S.H. dalam
bukunya berjudul "Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia", memaparkan hukum pidana itu terdiri dari
norma-norma yang berisi larangan-larangan dan keharusan-keharusan yang (oleh pembentuk undang-
undang) telah dikaitkan dengan sebuah sanksi berupa hukuman, yakni sebuah penderitaan yang
bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga disimpulkan bahwa hukum pidana itu adalah suatu
sistem norma-norma yang menentukan terhadap tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu
atau tidak melakukan sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan dalam
keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta hukuman yang bagaimana yang
dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan tersebut.

Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum pidana adalah
ketentuan yang mengatur tindakan apa yang tidak boleh dilakukan, dimana saat tindakan tersebut
dilakukan terdapat sanksi bagi orang yang melakukannya. Hukum pidana juga difokuskan untuk
kepentingan umum.

Selanjutnya kita akan menjelaskan pengertian hukum pidana menurut C.S.T. Kansil dan Prof. Subekti,
S.H. berikut penjelasannya.

Pengertian Hukum Perdata Menurut C.S.T. Kansil

C.S.T. Kansil dalam bukunya berjudul "Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia"
mendefinisi pengertian hukum perdata adalah Rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan antar orang yang satu dengan yang lain, yang berfokus kepada kepentingan perseorangan.

Pengertian Hukum Perdata Menurut Prof. Subekti, S.H


Dalam buku berjudul "Pokok-Pokok Hukum Perdata" karya Prof. Subekti, S.H menjelaskan bahwa
hukum perdata dalam arti luas meliputi seluruh hukum privat materiil, yaitu segala hukum pokok
yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. Soal pembagian hukum perdata, lebih lanjut
Prof. Subekti, S.H menjelaskan bahwa Hukum perdata dapat dibagi dalam 4 bagian yaitu:

 Hukum Waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang jikalau ia
meninggal. Juga dapat dikatakan, hukum waris itu mengatur akibat-akibat hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang.
 Hukum Kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan
uang. Jika kita mengatakan tentang kekayaan seseorang, yang dimaksudkan ialah jumlah
segala hak dan kewajiban orang itu, dinilai dengan uang.
 Hukum Keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang timbul dari hubungan
kekeluargaan, yaitu: perkawinan beserta hubungan dalam lapangan hukum kekayaan antara
suami dan isteri, hubungan antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.
 Hukum tentang diri seseorang, memuat peraturan-peraturan tentang manusia sebagai
subyek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak-hak dan
kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang
mempengaruhi kecakapan-kecakapan itu.

Berdasar pada penjelasan para pakar diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum perdata pada
intinya mengatur tentang kepentingan individu / perorangan dan hubungan hukumnya dengan
individu lain.

Contoh Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Contoh Hukum Pidana
Seandainya dilihat dari jenisnya terdapat 11 jenis tindak pidana, yaitu sebagai berikut:

1. Delik Kejahatan & Delik pelanggaran


2. Delik Materiil & Delik Formil
3. Delik Komisi & Delik Omisi
4. Delik Dolus & Delik Culpa
5. Delik Biasa & Delik Aduan
6. Delik yg Berdiri sendiri & Delik Berlanjut
7. Delik Selesai & Delik yg diteruskan
8. Delik Tunggal & Delik Berangkai
9. Delik Sederhana & Delik Berkualifikasi
10. Delik Politik & Delik Komun (umum)
11. Delik Propia & Delik Komun (umum)

Sedangkan contoh hukum pidana merupakan perbuatan yang dilarang dalam UU ataupun uud,
diantarnya adalah: pelaku perbuatan pemerkosaan, pelaku perbuatan pembunuhan, Pelaku perbuatan
korupsi, pelaku perbuatan Mencuri/merampok, Pelaku perbuatan penipuan dan pelaku perbuatan
penganiyaan.

Contoh Hukum Perdata

Hukum perdata diberlakukan pada sebuah masalah yang terjadi antara individu dengan individu
lainnya. salah satu contohnya ialah saat pembelian tanah. Terkadang terdapat sengketa tanah. Salah
satu misalnya yang berkaitan dengan pelunasan pembelian tanah yang tidak kunjung dibayar, atau
pihak yang membeli tidak memberi biaya ganti rugi pembuatan sertifikat tanah.

Contoh lainnya dari hukum perdata adalah saat seseorang yang telah berkeluarga, tiba-tiba
dihadangkan persoalan adanya seorang anak yang merupakan anak diluar nikah dengan wanita lain.
Nah tentunya seorang anak secara logika berhak atas warisan dari orang tuanya. Namun ketika anak
tersebut lahir diluar pernikahan yang sah. Maka dirinya dipastikan akan sulit mendapatkan warisan
dari orang tuanya.

Nah permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan hukum perdata. Selain permasalahan yang
dialami perorangan dengan perorangan, hukum perdata juga menangani masalah yang terjadi antara
sebuah kelompok atau organisasi dengan perorangan. Sebagai contoh pencemaran nama baik terhadap
suatu kelompok yang dilakukan oleh seorang individu. Tentunya hal tersebut akan berlaku hukum
perdata.

Perbedaan Hukum Pidana dan Hukum Perdata


Pada hakikatnya hukum pidana memiliki tujuan untuk melindungi kepentingan umum, misalnya yang
diatur dalam KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), yang mempunyai implikasi secara
langsung pada masyarakat secara umum (secara luas), dimana seandainya sebuah tindak pidana
dilakukan, berdampak buruk terhadap ketenteraman,  ketertiban umum dan keamanan di masyarakat.

Hukum Pidana sendiri bersifat sebagai upaya terakhir (ultimum remedium) untuk menyelesaikan
sebuah perkara. Karenanya, terdapat sanksi yang memaksa yang apabila peraturannya dilanggar, yang
berdampak dijatuhinya pidana pada si pelaku.
Berbeda dengan hukum pidana, hukum perdata sendiri bersifat privat, yang menitikberatkan dalam
mengatur mengenai hubungan antara orang perorangan, dengan kata lain berfokus pada kepentingan
perseorangan. Oleh sebab itu, bisa disimpulkan bahwa akibat dari ketentuan-ketentuan dalam hukum
perdata yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Per) hanya berdampak
langsung bagi para pihak yang terlibat, dan tidak berakibat secara langsung pada kepentingan umum.

Perkembangan Politik Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi

Bangsa Indonesia sudah mengalami beberapa rezim pemerintahan dengan kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Dimulai dari era setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga saat
ini bangsa Indonesia mengalami beberapa pergantian rezim dan pasang surut terutama dalam bidang
politik dan ekonomi. Era pasca kemerdekaan dinamakan dengan era Orde Lama, kemudian
dilanjutkan oleh era Orde Baru dan berlanjut ke era Reformasi. Dari sudut pandang politik, terdapat
berbagai perbedaan keadaan dan perkembangan pada ketiga era tadi. Berikut adalah penjelasan
lengkap mengenai Perkembangan Politik Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi:

Perkembangan politik di masa pemerintahan orde lama


Orde Lama adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soekarno di Indonesia. Orde Lama
berlangsung sejak tahun 1945 hingga 1968. Dalam jangka waktu tersebut, Indonesia menggunakan
dua sistem ekonomi yaitu sistem ekonomi liberal dan sistem ekonomi komando.

Orde lama dapat dikatakan resmi dimulai sejak 18 Agustus 1945 saat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) melantik Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden
dengan menggunakan konstitusi yang dirancang beberapa hari sebelumnya.

Setelah pelantikan Soekarno dan Mohammad Hatta kemudian dibentuklah Komite Nasional Indonesia
Pusat (KNIP) sebagai parlemen sementara hingga pemilu dapat dilaksanakan.

KNIP kemudian mendeklarasikan pemerintahan baru pada 31 Agustus dan menghendaki Republik
Indonesia yang terdiri atas 8 provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra,
Kalimantan (tidak termasuk wilayah Brunei, Sarawak dan Sabah), Sulawesi, Nusa Tenggara serta
Maluku (termasuk Papua).

Pada masa sesudah kemerdekaan, Indonesia menganut sistem multi partai yang ditandai dengan
hadirnya 25 partai politik. Hal ini ditandai dengan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16
Oktober 1945 dan Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Menjelang Pemilihan Umum
1955 yang berdasarkan demokrasi liberal bahwa jumlah parpol meningkat hingga 29 parpol dan juga
terdapat peserta perorangan.

Pada masa diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, sistem kepartaian Indonesia dilakukan
penyederhanaan dengan Penpres No. 7 Tahun 1959 dan Perpres No. 13 Tahun 1960 yang mengatur
tentang pengakuan, pengawasan dan pembubaran partai-partai. Kemudian pada tanggal 14 April 1961
diumumkan hanya 10 partai yang mendapat pengakuan dari pemerintah, antara lain adalah sebagai
berikut: PNI, NU, PKI, PSII, PARKINDO, Partai Katholik, PERTI MURBA dan PARTINDO.
Namun, setahun sebelumnya pada tanggal 17 Agustus 1960, PSI dan Masyumi dibubarkan.

Dengan berkurangnya jumlah parpol dari 29 parpol menjadi 10 parpol tersebut, hal ini tidak berarti
bahwa konflik ideologi dalam masyarakat umum dan dalam kehidupan politik dapat terkurangi. Untuk
mengatasi hal ini maka diselenggarakan pertemuan parpol di Bogor pada tanggal 12 Desember 1964
yang menghasilkan "Deklarasi Bogor".
Moh. Mahfudz, (1998:373-375) dalam Politik Hukum di Indonesia, secara lebih spesifik menguraikan
perkembangan konfigurasi politik Indonesia ketika itu sebagai berikut:

 Pertama, setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, terjadi pembalikan arah dalam
penampilan konfigurasi politik. Pada periode ini konfigurasi politik menjadi cenderung
demokratis dan dapat diidentifikasi sebagai demokrasi liberal. Keadaan ini berlangsung
sampai tahun 1959, dimana Presiden Soekarno menghentikannya melalui Dekrit Presiden 5
Juli 1959. Pada periode ini pernah berlaku tiga konstitusi, yaitu UUD 1945, Konstitusi RIS
1949, dan UUDS 1950.
 Kedua, konfigurasi politik yang demokratis pada periode 1945-1959, mulai ditarik lagi ke
arah yang berlawanan menjadi otoriter sejak tanggal 21 Februari 1957, ketika Presiden
Soekarno mengutarakan konsepnya tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi Terpimpin
merupakan pembalikan total terhadap sistem demokrasi liberal yang sangat ditentukan oleh
partai-partai politik melalui free fight.

Pada masa pemerintahan orde lama, indonesia mengalami beragam gejolak politik yang sangat
mempengaruhi jalannya pemerintahan, diantaranya adalah sebagai berikut:

Demokrasi parlementer

Tidak lama setelah merdeka Indonesia mengadopsi undang-undang baru yang terdiri dari sistem
parlemen di mana dewan eksekutifnya dipilih oleh dan bertanggung jawab kepada MPR atau
parlemen. MPR terbagi kepada partai-partai politik sebelum dan sesudah pemilu pertama pada tahun
1955, sehingga koalisi pemerintah yang stabil sulit dicapai.

Peran Islam di Indonesia juga menjadi hal yang rumit. Soekarno lebih condong ke negara sekuler
yang berdasarkan Pancasila sementara beberapa kelompok Muslim lebih mengharapkan negara Islam
atau undang-undang yang berisi sebuah bagian yang menyaratkan umat Islam takluk kepada hukum
Islam.

Demokrasi Terpimpin

Pemberontakan yang gagal di Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi dan pulau-pulau lainnya yang dimulai
sejak 1958, ditambah kegagalan MPR untuk mengembangkan konstitusi baru, serta melemahkan
sistem parlemen Indonesia. Akibatnya pada 1959 ketika Presiden Soekarno secara unilateral
membangkitkan kembali konstitusi 1945 yang bersifat sementara, yang memberikan kekuatan
presidensil yang besar.

Dari 1959 hingga 1965, Presiden Soekarno berkuasa dalam rezim yang otoriter di bawah label
"Demokrasi Terpimpin". Dia juga menggeser kebijakan luar negeri Indonesia menuju non-blok, dan
kebijakan tersebut didukung para pemimpin penting negara-negara bekas jajahan yang menolak
aliansi resmi dengan Blok Uni Timur / Soviet maupun Blok Barat / Eropa dan Amerika. Selain
menyatakan dukungannya terhadap Soekarno, Para pemimpin tersebut juga berkumpul di Bandung
pada tahun 1955 dalam KTT Asia-Afrika untuk mendirikan fondasi yang kelak menjadi Gerakan
Non-Blok.
Baca Juga : 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan

Nasib Irian Barat


Pada saat kemerdekaan, pemerintah Belanda mempertahankan kekuasaan terhadap belahan barat
pulau Nugini (Papua), dan mengizinkan langkah-langkah menuju pemerintahan-sendiri dan
pendeklarasian kemerdekaan pada 1 Desember 1961. Negosiasi dengan Belanda mengenai
penggabungan wilayah tersebut dengan Indonesia gagal, sehingga indonesia harus mengambil Irian
Barat lewat jalur militer, Pada 18 Desember pasukan penerjun payung Indonesia mendarat di Irian
Barat yang kemudian terjadi kontak senjata antara pasukan Indonesia dan Belanda pada 1961 dan
1962. Pada 1962 Amerika Serikat menekan Belanda agar setuju melakukan perbincangan rahasia
dengan Indonesia yang menghasilkan Perjanjian New York pada Agustus 1962, Sehingga Indonesia
dapat mengambil alih kekuasaan terhadap Irian Barat pada 1 Mei 1963. 

Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Soekarno menentang pembentukan Federasi Malaysia dan menyebut bahwa hal tersebut adalah
sebuah "Rencana Neo-Kolonial" untuk memuluskan rencana komersial Inggris di wilayah tersebut.
Selain itu dengan dibentuknya Federasi Malaysia dianggap soekarno akan memperluas pengaruh
imperialisme negara-negara Barat di kawasan Asia dan memberikan celah kepada negara Australia
dan Inggris untuk mempengaruhi perpolitikan regional Asia.

Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan mengijinkan Malaysia menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri
Indonesia dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mendirikan Konferensi Kekuatan
Baru (CONEFO) sebagai tandingan PBB dan GANEFO sebagai tandingan Olimpiade. Pada tahun itu
juga konfrontasi ini kemudian mengakibatkan pertempuran antara pasukan Indonesia dan Malaysia
(yang didukung penuh oleh Inggris).

Gerakan 30 September

Hingga 1965, PKI telah menguasai banyak dari organisasi massa yang dibentuk Soekarno untuk
memperkuat dukungan terhadap rezimnya dan, dengan restu dari Soekarno, memulai kampanye untuk
membentuk "Angkatan Kelima" dengan mempersenjatai pendukungnya. Akan tetapi para petinggi
militer menentang hal ini.

Pada 30 September 1965, enam jendral senior dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya
kudeta yang disalahkan kepada para pengawal istana yang loyal kepada PKI. Panglima Komando
Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto, menumpas kudeta dan berbalik melawan PKI.
Soeharto lalu menggunakan situasi ini untuk mengambil alih kekuasaan. Kemudian lebih dari puluhan
ribu orang yang dituduh PKI kemudian dibunuh. Jumlah korban jiwa pada 1966 diprediksi mencapai
500.000.
Perkembangan politik di masa pemerintahan orde baru
Orde Baru dikukuhkan dalam sebuah sidang MPRS yang berlangsung pada Juni-Juli 1966. diantara
ketetapan yang dihasilkan sidang tersebut ialah melarang PKI berikut ideologinya untuk tubuh dan
berkembang di Indonesia dan mengukuhkan Supersemar. Dari ketetapan tersebut, berakibat pada
setiap orang yang pernah terlibat dalam aktivitas PKI ditahan, diadili, diasingkan atau dieksekusi.
Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam program politiknya
dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan apa yang disebut dengan
konsensus nasional. Ada dua macam konsensus nasional, yaitu :

1. Pertama berwujud kebulatan tekad pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Konsensus pertama ini disebut juga dengan
konsensus utama.
2. Sedangkan konsensus kedua adalah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan konsensus
utama. Artinya, konsensus kedua lahir sebagai lanjutan dari konsensus utama dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan. Konsensus kedua lahir antara pemerintah dan partai-partai
politik dan masyarakat.

Mengawali masa orde baru, setelah Kabinet Ampera terbentuk (25 Juli 1966). Selanjutnya
dicanangkan UU Penanaman Modal Asing (10 Januari 1967), kemudian Penyerahan Kekuasaan
Pemerintah RI dari Soekarno kepada Mandataris MPRS (12 Februari 1967), lalu disusul pelantikan
Soeharto (12 Maret 1967) sebagai Pejabat Presiden. 

Visi utama dari pemerintahan Orde Baru ini adalah untuk dapat menjalankan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan dapat konsekuen didalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat di
Indonesia.

Dengan kehadiran visi tersebut, Orde Baru dapat memberikan sebuah harapan bagi seluruh rakyat
Indonesia, terutama yang telah berkaitan dengan suatu perubahan politik, dari yang mempunyai sifat
otoriter yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno agar
menjadi lebih demokratis.

Harapan dari rakyat tersebut tentu saja memiliki dasar. Presiden Soeharto yang dianggap sebagai
tokoh utama masa Orde Baru ini dipandang rakyat sebagai sesosok pahlawan yang mampu
mengeluarkan sebuah bangsa ini agar dapat keluar dari keterpurukan. Hal ini dapat dianggap
demikian karena beliau berhasil membubarkan kelompok komunis yaitu PKI, yang pada waktu itu
telah dijadikan musuh utama di negeri ini. Selain itu, beliau juga telah berhasil menciptakan keadaan
stabilitas keamanan di negeri ini pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan waktu
yang relatif singkat. Itulah yang menyebabkan beberapa anggapan yang mendasari kepercayaan
rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Orde Baru ini di bawah kepimpinan Presiden Soeharto.

Tetapi kemudian harapan rakyat tersebut tidak sepenuhnya dapat terwujud. Karena apabila dilihat dan
dirasakan sejatinya di dalam negeri ini tidak ada perubahan yang substantif dari suatu kehidupan
politik di Indonesia. Antara masa Orde Baru maupun masa Orde Lama sejatinya sama-sama otoriter.
Di dalam perjalanan politik dari pemerintahan Orde Baru, kekuasaan dari Presiden merupakan semua
pusat dari seluruh proses perpolitikan di Indonesia.
Lembaga Kepresidenan juga merupakan pengontrol yang utama dari lembaga negara lainnya baik itu
yang bersifat suprastruktur (DPR, MPR, MA, BPK dan DPA) maupun yang bersifat infrastruktur
(LSM, Partai Politik, dan sebagainya). Selain itu, Presiden Soeharto juga memiliki sejumlah legalitas
yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun seperti Pengemban Supersemar, Mandataris MPR, Bapak
Pembangunan, maupun Panglima Tertinggi dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).

Perkembangan politik di masa Reformasi


Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde
Baru, untuk kemudian digantikan "Era Reformasi". Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa
Orde Baru di jajaran pemerintahan di masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang
mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde
Reformasi sering disebut sebagai "Era Pasca Orde Baru".

Berakhirnya rezim Orde Baru, telah membuka kemungkinan guna menata kehidupan demokrasi.
Reformasi politik, ekonomi dan hukum merupakan agenda yang tidak dapat ditunda. Demokrasi
menuntut lebih dari sekedar pemilu. Demokrasi yang mumpuni harus dibangun melalui struktur
politik dan kelembagaan demokrasi yang sehat. Namun nampaknya tuntutan reformasi politik, telah
menempatkan pelaksanan pemilu menjadi agenda pertama.

Pemilu pertama di masa reformasi hampir sama dengan pemilu pertama tahun 1955 diwarnai dengan
keprihatinan dan kejutan.

 Pertama, menurunnya perolehan suara Golkar.


 Kedua, kenaikan perolehan suara PDI P.
 Ketiga, kegagalan partai-partai Islam meraih suara siginifikan.
 Keempat, kegagalan PAN, yang awalnya dinilai paling reformis, ternyata hanya menempati
urutan kelima.

Kekalahan PAN, mengingatkan pada kekalahan yang dialami Partai Sosialis, pada pemilu 1955,
diprediksi akan memperoleh suara signifikan namun lain nyatanya.

Baca Juga : Sejarah Pelaksanaan Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa (1955-2014)

Perkembangan politik di masa Reformasi berlangsung setelah mundurnya Soeharto hingga sekarang,
dimana pada rentang waktu tersebut telah terjadi beberapa kali pergantian pemerintahan, pada
kesempatan kali ini kita hanya akan menjelasakan Perkembangan politik di masa Reformasi pada saat
pemerintahan B.J Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati soekarno putri dan Susilo Bambang
Yudoyono.

Pemerintahan B.J Habibie

Sidang Istimewa MPR yang mengukuhkan Habibie sebagai Presiden, ditentang oleh gelombang
demonstrasi dari puluhan ribu mahasiswa dan rakyat di Jakarta dan di kota-kota lain. Gelombang
demonstrasi ini memuncak dalam peristiwa Tragedi Semanggi, yang menelan 18 korban jiwa. Masa
pemerintahan Habibie ditandai dengan dimulainya kerjasama dengan Dana Moneter Internasional
untuk membantu dalam proses pemulihan ekonomi. Selain itu, Habibie juga melonggarkan
pengawasan terhadap kebebasan berekspresi dan media massa.

Presiden BJ Habibie mengambil prakarsa untuk melakukan koreksi. Sejumlah tahanan politik
dilepaskan secara bergelombang, seperti Muchtar Pakpahan dan Sri Bintang Pamungkas. Namun
setelah Habibie membebaskan banyak tahanan politik, tahanan politik baru muncul. Sejumlah aktivis
mahasiswa diadili atas tuduhan menghina pemerintah atau menghina kepala negara. 

Beberapa langkah perubahan diambil oleh Habibie, seperti liberalisasi parpol, kebebasan berpendapat,
pemberian kebebasan pers, dan pencabutan UU Subversi. Walaupun begitu Habibie juga sempat
tergoda meloloskan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya, namun urung dilakukan karena besarnya
tekanan politik dan kejadian Tragedi Semanggi II yang menewaskan mahasiswa UI, Yun Hap.

Kejadian penting dalam masa pemerintahan Habibie adalah keputusannya yang memperbolehkan
Timor Timur untuk menggelar referendum yang berakhir dengan berpisahnya wilayah tersebut dari
pangkuan Indonesia pada Oktober 1999. Keputusan tersebut terbukti tidak populer di mata
masyarakat sehingga hingga kini pun masa pemerintahan Habibie sering dianggap sebagai salah satu
masa kelam dalam sejarah Indonesia.

Namun di akhir pemerintahan habibie, pemilu tahun 1999 dapat terlaksana dengan baik meskipun
pengesahan hasil Pemilu sempat tertunda, secara umum proses pemilu multi partai pertama di era
reformasi jauh lebih Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia (Luber) serta adil dan jujur dibanding
masa Orde Baru. Hampir tidak ada indikator siginifikan yang menunjukkan bahwa rakyat menolak
hasil pemilu yang berlangsung dengan aman.

Pemeintahan Abdurahman Wahid

Pemilu untuk MPR, DPR, dan DPRD diadakan pada 7 Juni 1999. PDI Perjuangan pimpinan
Megawati Sukarnoputri keluar sebagai pemenang pada pemilu parlemen dengan memperoleh 34%
dari seluruh suara, Golkar (partai Soeharto - yang selalu menjadi pemenang pemilu-pemilu
sebelumnya) mendapat 22% suara, Partai Persatuan Pembangunan pimpinan Hamzah Haz 12%, Partai
Kebangkitan Bangsa pimpinan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) 10%.

Kemudian pada Oktober 1999, MPR melantik Abdurrahman Wahid / Gus Dur sebagai presiden dan
Megawati sebagai wakil presiden untuk masa bakti 5 tahun. Gus Dur membentuk kabinet pertamanya,
Kabinet Persatuan Nasional pada awal November 1999 dan melakukan reshuffle kabinetnya pada
Agustus 2000. 

Pemerintahan Presiden Wahid melanjutkan proses demokratisasi dan perkembangan ekonomi di


bawah situasi yang mengkhawatirkan. Selain ketidakpastian ekonomi yang terus berlanjut,
pemerintahannya juga menghadapi konflik antar agama dan antar etnis, terutama di Papua, Maluku,
dan Aceh.

Di Timor Barat, masalah yang ditimbulkan rakyat Timor Timur yang tidak mempunyai tempat tinggal
dan kekacauan yang dilakukan para militan Timor Timur pro-Indonesia menyebabkan masalah-
masalah kemanusiaan dan sosial yang besar. MPR yang semakin memberikan tekanan menantang
kebijakan-kebijakan Gus Dur sehingga menyebabkan perdebatan politik yang meluap-luap.

Pemerintahan Megawati soekarno putri

Pada Sidang Umum MPR pertama pada Agustus 2000, Presiden Wahid memberikan laporan
pertanggung jawabannya. Pada 29 Januari2001, ribuan demonstran menyerbu MPR dan meminta
Presiden agar mengundurkan diri dengan alasan keterlibatannya dalam skandal korupsi. Di bawah
tekanan dari MPR untuk memperbaiki manajemen dan koordinasi di dalam pemerintahannya, dia
mengedarkan keputusan presiden yang memberikan kekuasaan negara sehari-hari kepada wakil
presiden Megawati. Megawati mengambil alih jabatan presiden tak lama kemudian.

Pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono

Pemilu 2004, merupakan pemilu kedua dengan dua agenda: pertama memilih anggota legislatif dan
kedua memilih presiden. Untuk agenda pertama terjadi kejutan, yakni naiknya kembali suara Golkar,
turunan perolehan suara PDI-P, tidak beranjaknya perolehan yang signifikan dari partai Islam dan
munculnya Partai Demokrat yang melewati PAN.

Dalam pemilihan presiden yang diikuti lima kandidat (Susilo Bambang Yudhoyono, Megawati
Soekarno Putri, Wiranto, Amin Rais dan Hamzah Haz), berlangsung dalam dua putaran, yang
menempatkan pasangan SBY dan JK, dengan meraih 60,95 persen suara sebagai pemenang. Susilo
Bambang Yudhoyono tampil sebagai presiden baru Indonesia. Pemerintah baru ini pada awal masa
kerjanya telah menerima berbagai hambatan dan tantangan besar, seperti gempa bumi besar di Aceh
dan Nias pada Desember 2004 yang meluluh lantakkan sebagian dari Aceh serta gempa bumi lain
pada awal 2005 yang mengguncang Sumatra.

Pada 17 Juli 2005, sebuah kesepakatan bersejarah berhasil dicapai antara pemerintah Indonesia
dengan Gerakan Aceh Merdeka yang bertujuan menyudahi konflik berkepanjangan selama 30 tahun
di wilayah Aceh. Atas prestasi SBY yang di tanam sejak tahun 2004 telah mengantar beliau naik
kembali duduk di kursi presiden dengan pasanganya pak Budiono pada pemilu tahun 2009.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu di Indonesia dari Masa ke Masa (1955-2014)

Indonesia telah menyelenggarakan 11 kali pemilihan umum. Khususnya untuk pemilihan anggota
parlemen (baik pusat maupun daerah) digunakan jenis Proporsional, yang kadang berbeda dari satu
pemilu ke pemilu lain. Perbedaan ini akibat sejumlah faktor yang mempengaruhi seperti jumlah
penduduk, jumlah partai politik, trend kepentingan partai saat itu, dan juga jenis sistem politik yang
tengah berlangsung.

Sistem pemilu di Indonesia tidak terlepas dari fungsi rekrutmen dalam sistem politik. Mengenai
sistem pemilu, Norris mengatakan bahwa rekrutmen seorang kandidat oleh partai politik tergantung
pada sistem pemilu yang berkembang di sebuah negara. Di Indonesia, pemilihan legislatif (DPR,
DPRD I, dan DPRD II) memakai sistem proporsional dengan daftar terbuka. Lewat sistem semacam
ini, partai-partai politik cenderung mencari kandidat yang populer sehingga punya elektabilitas yang
tinggi di mata para pemilih. Hal ini pula yang mendorong banyak artis (penyanyi, lawak, sinetron)
yang tergiur untuk bergabung ke dalam sebuah partai politik. Daftar terbuka memungkinkan seorang
kandidat mendapat contrengan lebih banyak ketimbang calon lainnya dalam partai yang sama. Bagi
partai politik, populernya seorang caleg membuat pilihan pemilih terfokus kepada partainya
ketimbang kepada partai-partai politik lain.

Di Indonesia pula, undang-undang pemilu yang terakhir mensyaratkan seluruh parpol menyertakan
minimal 30% kandidat perempuan. Hal ini membuka kemungkinan yang lebih besar bagi perempuan
untuk menjadi legislator. Namun, di sisi lain partai politik sangat selektif terhadap caleg perempuan:
Hanya caleg perempuan yang memenuhi kriteria tertentu (akademik, populer, cantik) yang benar-
benar masuk ke dalam 30% kandidat partai mereka. Sehingga tingkat persaingan antar caleg
perempuan juga besar seperti antar caleg laki-laki.

Untuk mempersingkat wakti, berikut ini langsung saja akan kami paparkan tentang sejarah perjalanan
pemilihan umum di Indonesia dari waktu ke waktu serta hasil pelaksanaannya :

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1955


Pemilu 1955 adalah pemilihan umum pertama yang diadakan oleh Republik Indonesia. Pemilu ini
merupakan reaksi atas Maklumat Nomor X/1945 tanggal 3 Nopember 1945 dari Wakil Presiden Moh.
Hatta, yang menginstruksikan pendirian partai-partai politik di Indonesia. Pemilu pun (menurut
Maklumat) harus diadakan secepat mungkin. Namun, akibat belum siapnya aturan perundangan dan
logistik (juga ricuhnya politik dalam negeri seperti pemberontakan), Pemilu tersebut baru diadakan
tahun 1955 dari awalnya direncanakan Januari 1946.

Landasan hukum Pemilu 1955 adalah Undan-undang Nomor 7 tahun 1953 yang diundangkan 4 April
1953. Dalam UU tersebut, Pemilu 1955 bertujuan memilih anggota bikameral, Anggota DPR dan
Konstituante (seperti MPR). Sistem yang digunakan adalah proporsional. Menurut UU nomor 7 tahun
1953 tersebut, terdapat perbedaan sistem bilangan pembagi pemilih (BPP) untuk anggota konstituante
dan anggota parlemen. Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:

 Jumlah anggota konstituante adalah hasil bagi antara total jumlah penduduk Indonesia dengan
150.000 dibulatkan ke atas.
 Jumlah anggota konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total
penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 150.000. Jumlah anggota
konstituante di masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian
tersebut, seandainya kurang dari 6, dibulatkan menjadi 6. Sisa jumlah anggota konstituante
dibagikan antara daerah-daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk
warganegara masing-masing;
 Seandainya dengan cara poin ke dua di atas belum mencapai jumlah anggota konstituante
seperti di poin ke satu, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan yang
mendapat jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah
mendapat jaminan 6 kursi itu
 Penetapan jumlah anggota DPR seluruh Indonesia adalah total jumlah penduduk Indonesia
dibagi 300.000 dan dibulatkan ke atas.
 Jumlah anggota DPR di masing-masing daerah pemilihan adalah hasil bagi antara total
penduduk WNI di masing-masing wilayah tersebut dengan 300.000. Jumlah anggota DPR di
masing-masing daerah pemilihan adalah bilangan bulat hasil pembagian tersebut, Seandainya
kurang dari 3, dibulatkan menjadi 3. Sisa jumlah anggota DPR dibagikan antara daerah-
daerah pemilihan lainnya, seimbang dengan jumlah penduduk warganegara masing-masing.
 Seandainya dengan cara poin ke lima di atas belum mencapai jumlah anggota DPR seperti di
poin ke empat, kekurangan anggota dibagikan antara daerah-daerah pemilihan yang
memperoleh jumlah anggota tersedikit, masing-masing 1, kecuali daerah pemilihan yang telah
mendapat jaminan 3 kursi itu.

Terdapat dua putaran pada pemilu 1955. Pertama untuk memilih anggota DPR pada tanggal 29
September 1955. Kedua untuk memilih anggota Konstituante pada tanggal 15 Desember 1955. Pemilu
untuk memilih anggota DPR diikuti 118 parpol atau gabungan atau perseorangan dengan total suara
43.104.464 dengan 37.785.299 suara sah. Sementara itu, untuk pemilihan anggota Konstituante,
jumlah suara sah meningkat menjadi 37.837.105 suara.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1971


Pemilu tahun 2971 merupakan Pemilu pertama pada masa pemerintahan Orde Baru. Pemilu ini
dilaksanakan tanggal 3 juli 1971 dengan menggunakan sistem gabungan. Landasan operasional
Pemilu tahun 1971 adalah Ketetapan MPRS Nomor. XLII / MPRS/1968 (Perubahan dari Ketetapan
MPRS Nomor XI/MPRS/1966), Undang Undang Nomor 15 tahun 1969 tentang Pemilu dan Undang
Undang Nomor 16 tahun 1969 tentang Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD.

Pemilu 1971 ditujukan untuk memilih anggota DPR. Pemilu tahun 1971 menghasilkan Golkar, NU,
Parmusi, PNI, dan PSII Sebagai partai peraih suara terbanyak. Pemilu tahun 1971 sendiri
dilaksanakan tanggal 3 Juli 1971. Pemilu ditujukan memilih 460 anggota DPR dimana 360 dilakukan
melalui pemilihan langsung oleh rakyat sementara 100 orang diangkat dari kalangan angkatan
bersenjata dan golongan fungsional oleh Presiden.

Untuk pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan sistem perwakilan berimbang (proporsional)
dengan stelsel daftar. Pemilu diadakan di 26 provinsi Indonesia. Rakyat pemilih mencoblos tanda
gambar partai. Untuk memilih anggota DPR daerah pemilihannya adalah Daerah Tingkat I (provinsi)
dan sekurang-kurangnya 400.000 penduduk memiliki satu orang wakil dengan memperhatikan bahwa
setiap provinsi minimal memiliki wakil minimal sejumlah daerah tingkat II (kabupaten/kota) di
wilayahnya. Setiap daerah tingkat II minimal punya satu orang wakil.
Dalam Pemilu 1971, total pemilih terdaftar sebesar 58.179.245 orang dengan suara sah mencapai
54.699.509 atau 94% total suara. Dari total 460 orang anggota parlemen yang diangkat presiden, 75
orang berasal dari angkatan bersenjata sementara 25 dari golongan fungsional seperti tani, nelayan,
agama, dan sejenisnya. Dari ke-25 anggota golongan fungsional kemudian bergabung dengan Sekber
Golkar sehingga kursi Golkar meroket hingga ke angka 257 (dari 232 ditambah 25). Dari 460 orang
anggota parlemen, jumlah anggota berjenis kelamin laki-laki 426 dan perempuan 34 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1977


Dasar hukum Pemilu 1977 adalah Undang-undang No. 4 Tahun 1975. Pemilu ini diadakan setelah
fusi partai politik dilakukan pada tahun 1973. Sistem yang digunakan pada pemilu 1977 serupa
dengan pada pemilu 1971 yaitu sistem proporsional dengan daftar tertutup. Pemilu 1977 diadakan
secara serentak tanggal 2 Mei 1977. Pemilu 1977 ditujukan guna memiliki parlemen unicameral yaitu
DPR di mana 360 orang dipilih lewat pemilu ini sementara 100 orang lainnya diangkat oleh Presiden
Suharto.

Persyaratan untuk ikut serta sebagai pemilih adalah berusia sekurangnya 17 tahun atau pernah
menikah, kecuali mereka yang menderita kegilaan, eks PKI ataupun organisasi yang berkorelasi
dengannya, juga narapidana yang terkena pidana kurung minimal 5 tahun tidak diperbolehkan ikut
serta. Sementara itu, kandidat yang boleh mencalonkan diri sekurang berusia 21 tahun, lancar
berbahasa Indonesia, mampu baca-tulis latin, sekurangnya lulusan SMA atau sederajat, serta loyal
kepada Pancasila sebagai ideologi negara. Voting dilakukan di 26 provinsi dengan sistem
proporsional daftar partai (party list system).

Jumlah pemilih yang terdaftar 70.662.155 orang sementara yang menggunakan hak pilihnya
63.998.344 orang atau meliputi 90,56%. Sekber Golkar mendapat suara 39.750.096 (62,11%) dan
memperoleh 232 kursi. PPP mendapat suara 18.743.491 (29,29%) dan memperoleh 99 kursi. PDI
mendapat 5.504.757 suara (8,60%) dan memperoleh 29 kursi. Sementara itu, kursi jatah ABRI adalah
75 kursi dan golongan fungsional 25 kursi. Golongan fungsional lalu menggabungkan diri ke dalam
sekber Golkar sehingga kursi untuk Golkar bertambah menjadi 257 kursi. Anggota parlemen laki-laki
426 orang sementara perempuan 34 orang (7,40%).

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1982


Pemilihan umum tahun 1982 dilakukan berdasarkan Undang-undang No. 2 tahun 1980. Pemilu 1982
diadakan tanggal 4 Mei 1982. Tujuannya sama seperti Pemilu 1977 di mana hendak memilih anggota
DPR (parlemen). Hanya saja, komposisinya sedikit berbeda. Sebanyak 364 anggota dipilih langsung
oleh rakyat, sementara 96 orang diangkat oleh presiden. Voting dilakukan di 27 daerah pemilihan
berdasarkan sistem Proporsional dengan Daftar Partai (Party-List System). Partai mendapatkan kursi
berdasarkan pembagian total suara yang didapat di masing-masing wilayah pemilihan dibagi electoral
quotient di masing-masing wilayah.

Jumlah total pemilih yang terdaftar dalam pemilu 1982 adalah 82.132.263 orang dengan jumlah suara
sah mencapai 74.930.875 atau 91,23%. Golkar mendapat 48.334.724 suara (58,44%) sehingga berhak
untuk mendapat 246 kursi parlemen. PPP mendapat 20.871.880 suara (25,54%) sehingga berhak
untuk mendapat 94 kursi parlemen. PDI mendapat 5.919.702 suara (7,24%) sehingga berhak
mendapat 24 kursi parlemen.
Sedangkan anggota DPR yang diangkat Presiden Suharto berasal dari ABRI sejumlah 75 orang dan
golongan fungsional sebanyak 21 orang. Golongan fungsional lalu bergabung dengan Golkar
sehingga kursi parlemen Golkar naik menjadi 267 kursi dan menjadi sangat dominan. Dari 360
anggota parlemen, yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 422 dan perempuan 38 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1987


Pemilu 1987 dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Republik Indonesia pada tanggal 23
April 1987 dengan menggunakan sistem Proporsional dengan varian Party-List. Landasan operasional
Pemilu tahun 1987 adalah Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1983, Undang - Undang Nomor 1 tahun
1985 dan Keputusan Presiden Nomor 70 tahun 1985.

Peserta Pemilu tahun 1987 sama dengan Pemilu 1982. Sebelum Pemilu 1987 dilaksanakan,
pemerintah melalui Undang - Undang Nomor 3 tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golkar
menetapkan bahwa Pancasila menjadi satu - satunya asas bagi setiap partai politik dan Golkar,
sehingga Partai Persatuan Pembangunan yang semula berlambang Ka’bah diganti dengan lambang
Bintang.

Tujuan pemilihan sama dengan pemilu sebelumnya yaitu memilih anggota parlemen atau anggota
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) serta anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat I
Provinsi maupun DPRD Tingkat II Kabupaten/Kotamadya seluruh Indonesia untuk Periode 1987 -
1992. Total kursi yang tersedia adalah 500 kursi. Dari jumlah ini, 400 dipilih secara langsung dan 100
diangkat oleh Presiden Suharto.

Total pemilih yang terdaftar adalah sekitar 94.000.000 dengan total suara sah mencapai 85.869.816
atau 91,30%. Golkar mendapat 62.783.680 suara (73,16%) sehingga berhak atas 299 kursi parlemen.
PPP mendapat 13.701.428 suara (15,97%) sehingga berhak atas 61 kursi parlemen. PDI mendapat
9.384.708 suara (10,87%) sehingga berhak atas 40 kursi parlemen. Jumlah anggota parlemen dari
ABRI yang diangkat Presiden Suharto berjumlah 75 orang (kursi) sementara dari golongan fungsional
25 orang (kursi). Jumlah anggota parlemen yang berjenis kelamin laki-laki adalah 443 sementara yang
perempuan 57 orang. Sementara itu, jumlah anggota parlemen berusia 21-30 tahun adalah 5 orang,
31-40 tahun 38 orang, 41-50 tahun 173 orang, 51-60 tahun 213 orang, 61-70 tahun 70 orang, dan 71-
80 tahun 1 orang.

Hasil Pemilu kali ini ditandai dengan melorotnya perolehan kursu PPP, yakni hilangnya 33 kursi
dibandingkan Pemilu 1982, sehingga hanya memperoleh 61 kursi. Penyebab merosotnya PPP antara
lain karena tidak boleh lagi partai itu memakai asas Islam dan diubahnya lambang dari Ka’bah kepada
Bintang dan terjadinya penggembosan oleh tokoh- tokoh unsur NU, terutama Jawa Timur dan Jawa
Tengah.

Disisi lain Golkar mendapat tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi. PDI, yang tahun 1986
dapat dikatakan mulai dekat dengan kekuasaan, sebagaimana diindikasikan dengan pembentukan DPP
PDI hasil Kongres 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam, sukses menambah perolehan
kursi secara signifikan dari 30 kursi pada Pemilu 1982 menjadi 40 kursi di Pemilu 1987 ini.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1992


Pemilu 1992 merupakan Pemilu kelima pada masa pemerintahan Orde Baru. Pemilu 1992 di
laksanakan pada tanggal 9 Juni 1992 dengan menggunakan Sistem Pemilu seperti pemilu sebelumnya
yaitu Proporsional dengan varian Party-List. Landasan operasional Pemilu 1992 adalah Ketetapan
MPR Nomor III/MPR/1988, Undang – Undang Nomor 1 tahun 1985 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 tahun 1990.

Pemilihan Umum ini diikuti 2 partai politik dan 1 Golongan Karya, yaitu :

1. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)


2. Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
3. Golongan Karya (Golkar)

Sebagai Pemenang mayoritas hasil pemilihan umum ini adalah Golongan Karya.

Tujuan Pemilu 1992 adalah memilih secara langsung 400 kursi DPR. Total pemilih yang terdaftar
adalah 105.565.697 orang dengan total suara sah adalah 97.789.534. Untuk hasil Pemilu 1992, Golkar
mendapat 66.599.331 suara (68,10%) sehingga berhak atas 282 kursi parlemen. PPP mendapat
16.624.647 suara (17,01%) sehingga berhak atas 62 kursi parlemen. PDI mendapat 14.565.556 suara
(10,87%) sehingga berhak atas 56 kursi parlemen. Presiden Suharto mengangkat 75 orang (kursi)
untuk ABRI dan 25 orang (kursi) untuk golongan fungsional.

Komposisi anggota DPR totalnya adalah 500 orang. Dari jumlah tersebut yang berjenis kelamin laki-
laki adalah 439 orang sementara perempuan 61 orang. Di sisi lain, kisaran usia anggota DPR ini
adalah 21-30 tahun 3 orang; 31-40 tahun 45 orang; 41-50 tahun 144 orang; 51-65 tahun 287 orang;
dan di atas 65 tahun 21 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1997


Pemilu 1997 merupakan Pemilu terakhir di masa Presiden Suharto. Pemilu ini diadakan tanggal 29
Mei 1997. Tujuan pemilu ini adalah memilih 424 orang anggota DPR. Sistem pemilu yang digunakan
adalah Proporsional dengan varian Party-List. Pada tanggal 7 Maret 1997, sebanyak 2.289 kandidat
(caleg) telah disetujui untuk bertarung guna memperoleh kursi parlemen.

Hasil Pemilu 1997 adalah Golkar mendapat 84.187.907 suara (74,51%) sehingga berhak atas 325
kursi parlemen. PPP mendapat 25.340.028 suara (22,43%) sehingga berhak atas 89 kursi parlemen.
PDI mendapat 3.463.225 suara (3,06%) sehingga berhak atas 11 kursi parlemen. Anggota parlemen
yang diangkat Presiden Suharto hanya dari ABRI saja yaitu 75 orang (kursi). Sehingga total anggota
parlemen 500 orang.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 1999


Pemilu 1999 adalah pemilu pertama pasca kekuasaan presiden Suharto. Pemilu ini diadakan di bawah
kepemimpinan Presiden B.J. Habibie. Pemilu ini terselenggara di bawah sistem politik Demokrasi
Liberal. Artinya, jumlah partai peserta tidak lagi dibatasi seperti pemilu-pemilu lalu yang hanya terdiri
dari Golkar, PPP, dan PDI.
Sebelum menyelenggarakan Pemilu, pemerintahan B.J. Habibie mengajukan tiga rancangan undang-
undang selaku dasar hukum dilaksanakannya pemilu 1999, yaitu RUU tentang Partai Politik, RUU
tentang Pemilu, dan RUU tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Ketiga RUU ini
diolah oleh Tim Tujuh yang diketuai Profesor Ryaas Rasyid dari Institut Ilmu Pemerintahan. Setelah
disetujui DPR, barulah pemilu layak dijalankan. Pemilu 1999 diadakan berdasarkan Undang-undang
Nomor 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum. Sesuai pasal 1 ayat (7) pemilu 1999 dilaksanakan
dengan menggunakan sistem proporsional berdasarkan stelsel daftar dengan varian Roget.

Dalam pemilihan anggota DPR, daerah pemilihannya (selanjutnya disingkat Dapil) adalah Dati I
(provinsi), pemilihan anggota DPRD I dapilnya Dati I (provinsi) yang merupakan satu daerah
pemilihan, sementara pemilihan anggota DPRD II dapilnya Dati II yang merupakan satu daerah
pemilihan. Jumlah kursi anggota DPR untuk tiap daerah pemilihan ditetapkan berdasarkan jumlah
penduduk Dati I dengan memperhatikan bahwa Dati II minimal harus mendapat 1 kursi yang
penetapannya dilakukan oleh KPU.

Undang-undang Nomor 3 tahun 1999 juga menggariskan bahwa jumlah kursi DPRD I minimal 45 dan
maksimal 100 kursi. Jumlah kursi tersebut ditentukan oleh besaran penduduk.

 Provinsi dengan jumlah penduduk hingga 3.000.000 jiwa mendapat 45 kursi.


 Provinsi dengan jumlah penduduk 3.000.001 - 7.000.000 mendapat 55 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 5.000.001 - 7.000.000 mendapat 65 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 7.000.001 - 9.000.000 mendapat 75 kursi.
 Provinsi dengan jumlah penduduk 9.000.001 - 12.000.000 mendapat 85 kursi.
 Sementara itu, provinsi dengan jumlah penduduk di atas 12.000.000 mendapat 100 kursi.

Undang-undang juga mengamanatkan bahwa untuk Dati II (kabupaten/kota) minimal mendapat 1


kursi untuk anggota DPRD I lewat penetapan KPU.

 Dati II berpenduduk hingga 100.000 mendapat 20 kursi.


 Dati II berpenduduk 100.001 - 200.000 mendapat 25 kursi.
 Dati II berpenduduk 200.001 - 300.000 mendapat 30 kursi.
 Dati II berpenduduk 300.001 - 400.000 mendapat 35 kursi.
 Dati II berpenduduk 400.001 - 500.000 mendapat 40 kursi.
 Sementara itu, untuk Dati II berpenduduk di atas 500.000 mendapat 45 kursi.

Setiap kecamatan minimal harus diwakili oleh 1 kursi di DPRD II. KPU adalah pihak yang
memutuskan penetapan perolehan jumlah kursi.

Jumlah partai yang terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM adalah 141 partai, sementara yang lolos
verifikasi untuk ikut Pemilu 1999 adalah 48 partai. Pemilu 1999 diadakan tanggal 7 Juni 1999.
Namun, tidak seperti pemilu-pemilu sebelumnya, Pemilu 1999 mengalami hambatan dalam proses
perhitungan suara. Terdapat 27 partai politik yang tidak bersedia menandatangani berkas hasil pemilu
1999 yaitu: PARI, PSP, PUMI, SPSI, Murba, PID, PPI, PRD, PADI, PKM, PND, PUDI, PBN, Partai
SUNI, PNBI, Partai MKGR, PIB, PKD, PAY, Krisna, Partai KAMI, Masyumi, PNI Supeni, PBI, PDI,
Partai Keadilan dan PNU.

Karena penolakan 27 partai politik ini, KPU menyerahkan keputusan kepada Presiden. Presiden
menyerahkan kembali penyelesaian persoalan kepada Panitia Pengawas Pemilu (selanjutnya disingkat
Panwaslu. Rekomendasi Panwaslu adalah, hasil Pemilu 1999 sudah sah, ditambah kenyataan partai-
partai yang menolak menandatangani hasil tidak menyertakan point-point spesifik keberatan mereka.
Sebab itu, Presiden lalu memutuskan bahwa hasil Pemilu 1999 sah dan masyarakat mengetahui
hasilnya tanggal 26 Juli 1999.

Masalah selanjutnya adalah pembagian kursi. Sistem Pemilu yang digunakan adalah Proporsional
dengan varian Party-List. Masalah yang muncul adalah pembagian kursi sisa. Partai-partai beraliran
Islam melakukan stembus-accord (penggabungan sisa suara) menurut hitungan Panitia Pemilihan
Indonesia (PPI) hanya mendapat 40 dari 120 kursi. Di sisi lain, 8 partai beraliran Islam yang
melakukan stembus-accord tersebut mengklaim mampu memperoleh 53 dari 120 kursi sisa.

Perbedaan pendapat ini lalu diserahkan PPI kepada KPU. KPU, di depan seluruh partai politik peserta
pemilu 1999 menyarankan voting. Voting ini terdiri atas dua opsi. Pertama, pembagian kursi sisa
dihitung dengan memperhatikan suara stembus-accord. Kedua, pembagian tanpa stembus-accord.
Hasilnya, 12 suara mendukung opsi pertama, dan 43 suara mendukung opsi kedua. Lebih dari 8 partai
melakukan walk-out. Keputusannya, pembagian kursi dilakukan tanpa stembus-accord. Penyelesaian
sengketa hasil pemilu dan perhitungan suara ini masih dilakukan oleh badan-badan penyelenggara
pemilu karena Mahkamah Konstitusi belum lagi terbentuk.

Total jumlah suara partai yang tidak menghasilkan kursi 9.700.658 atau meliputi 9,17% suara sah.
Hasil ini diperoleh dengan menerapkan sistem pemilihan Proporsional dengan Varian Roget. Dalam
sistem ini, sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di daerah
pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder (sisa kursi diberikan kepada
partai-partai yang punya sisa suara terbesar).

Baca Juga : 12 Profil Tokoh Indonesia Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

Perbedaan antara Pemilu 1999 dengan Pemilu 1997 ialah bahwa pada Pemilu 1999 penetapan calon
terpilih berdasarkan pada rangking perolehan suara suatu partai di daerah pemilihan. Jika sejak
Pemilu 1971 calon nomor urut pertama dalam daftar partai otomatis terpilih bila partai itu mendapat
kursi, maka pada Pemilu 1999 calon terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbesar atau terbanyak dari
daerah di mana seseorang dicalonkan. Contohnya, Caleg A meski berada di urutan terbawah daftar
caleg, jika dari daerahnya ia dan partainya mendapatkan suara terbesar, maka dia-lah yang terpilih.
Untuk penetapan caleg terpilih berdasarkan perolehan suara di Daerah Tingkat II (kabupaten/kota),
Pemilu 1999 ini sama dengan metode yang digunakan pada Pemilu 1971.
Dari total 500 anggota DPR yang dipilih, sebanyak 460 orang berjenis kelamin laki-laki dan hanya 40
orang yang berjenis kelamin perempuan. Sebab itu, persentase anggota DPR yang berjenis kelamin
perempuan hanya meliputi 8% dari total.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2004


Pemilihan Umun Indonesia 2004 adalah Pemilu pertama yang memungkinkan rakyat untuk memilih
Presiden secara langsung, dan cara pemilihannya benar – benar berbeda dari Pemilu sebelumnya.
Pemilu 2004 sekaligus membuktikan upaya serius mewujudkan sistem pemerintahan Presidensil yang
dipakai oleh pemerintah Indonesia. Pada Pemilu ini, rakyat dapat memilih langsung Presiden dan
Wakil Presiden (sebelumnya Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh MPR yang anggota -
anggotanya dipilih melalui Presiden).

Selain itu, pada pemilu ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tidak dilakukan secara terpisah
(seperti Pemilu 1999). Pada Pemilu ini, yang dipilih adalah pasangan calon (pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden), bukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara terpisah. Landasan
operasional Pemilu 2004 adalah:

 Undang - Undang RI Nomor 23 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil
Presiden.
 Undang - Undang RI Nomor 22 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Daerah.
 Undang - Undang RI Nomor 12 tahun 2003 tantang Pemilihan Umum Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Sistem pemilu yang digunakan adalah Proporsional dengan Daftar Calon Terbuka. Proporsional
Daftar adalah sistem pemilihan mengikuti jatah kursi di tiap daerah pemilihan. Jadi, suara yang
diperoleh partai-partai politik di tiap daerah selaras dengan kursi yang mereka peroleh di parlemen. 

Pelaksanaan Pemilu tahun 2004 dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Pemilu Legislatif

Pemilu Legislatif adalah tahap pertama dari rangkaian tahapan Pemilu 2004. Pemilu legislatif ini
diikuti 24 Partai Politik, dan dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini bertujuan untuk
memilih partai politik (sebagai persyaratan Pemilu Preside) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi
anggota DPR dan DPRD. Pemilu tahap pertama juga ditujukan untuk memilih anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Partai – Partai Politik yang memperoleh suara lebih besar atau sama
dengan tiga persen dapat mencalonkan pasangan calonnya untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu pada
Pemilu Presiden putaran pertama. Pemilu Legislatif tahun 2004 menempatkan kembali Golkar sebagai
peraih suara terbanyak disusul PDIP, PPP, Partai Demokrat, PKB, PAN, dan PKS.

2. Pemilu Presiden Putaran Pertama

Setelah Pemilu Legislatif selesai, partai yang memiliki suara lebih besar atau sama dengan tiga persen
dapat mencalonkan pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya untuk maju ke Pemilu Presiden
Putaran Pertama. Apabila dalam Pemilu ini ternyata ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih
dari 50 persen, maka pasangan calon itu langsung diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Selebihnya, Pemilu Presiden putaran kedua akan diselenggarakan dengan ua pasangan calon yang
memperoleh suara terbanyak. Pemilu prresiden putaran pertama 2004 ini diikuti oleh 5 pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden, dan diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2004.

Ada lima pasangan calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang dicalonkan di Pemilu Presiden
putaran pertama, yaitu :

1. H. Wiranto, SH. Dan Ir.H. Salahuddin Wahid (dicalonkan oleh Partai Golongan Karya).
2. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan dari Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan).
3. Prof. Dr.H.M. Amien Rais dan Dr.Ir.H. Siswono Yudo Husodo (dicalonkan oleh Partai
Amanat Nasional).
4. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla (dicalonkan oleh
Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan Kesatuan Indonesia).
5. Dr.H. Hamzah Haz dan H. Agum Gumelar, M.Sc. (dicalonkan oleh Partai Persatuan
Pembangunan).

Hasil Pemilu ini diumumkan pada tanggal 26 Juli 2004, dengan hasil ini masih perlu diadakan Pemilu
Presiden putaran kedua karena belum adanya pasangan calon yang mendapatkan suara paling tidak 50
persen.

3. Pemilu Presiden Putaran Kedua

Sesuai hasil Pemilu Presiden putaran pertama di atas, yaitu belum ada pasangan calon yang
memperolehan suara lebih dari 50 persen, maka diadakanlah Pemilu Presiden putaran kedua.
Pasangan – pasangan calon yang mengikuti Pemilu Presiden putaran kedua ini adalah dua pasangan
calon dengan yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilu Presiden putaran pertama 2004 yang
lalu. Pemilu ini diadakan pada tanggal 20 September 2004.

Ada dua Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara terbanyak pada Pemilu
Presiden putaran pertama yang dicalonkan di Pemilu Presiden Putaran kedua, yaitu :

1. Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH. Ahmad Hasyim Muzadi (dicalonkan oleh partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan).
2. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla (dicalonkan oleh
Partai Demokrat, Partai Bulan Bintang, dan Partai Persatuan dan Kesatuan Indonesia).

Hasil Pemilu Presiden putaran kedua telah dihitung dan diumumkan oleh KPU pada tanggal 4
Oktober 2004 melalui Keputusan KPU Nomor 98/SK/KPU/2004. Pada putaran kedua ini, pasangan
DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono dan Drs.H. Muhammad Jusuf Kalla berhasil memperoleh suara
terbanyak mengalahkan pasangan Hj. Megawati Soekarno Putri dan KH.Ahmad Hasyim Muzadi.
Dengan demikian pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Muhammad Jusuf Kalla ditetapkan
menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI menggantikan Presiden dan Wakil Presiden Hj. Megawati
Soekarno Putri dan Dr.H. Hamzah Haz. Pelantikannya sendiri dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober
2004 oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2009


Pemilu 2009 dilaksanakan menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 2008. Jumlah kursi DPR
ditetapkan sebesar 560 di mana daerah dapil anggota DPR adalah provinsi atau bagian provinsi.
Jumlah kursi di tiap dapil yang diperebutkan minimal tiga dan maksimal sepuluh kursi. Ketentuan ini
berbeda dengan Pemilu 2004.

Baca Juga : Sistem Pemerintahan Indonesia (Lengkap Sejarah dan Penjelasan)

Pemilihan Presiden
Pemilu Presiden tahun 2009 menggunakan Two Round System. Artinya, jika pada putaran pertama
tidak terdapat pasangan yang menang 50 plus 1 atau merata persebaran suara di lebih dari setengah
daerah pemilihan maka konsekuensinya harus diadakan putaran kedua. Untungnya, dana negara tidak
terbuang sia-sia karena pemilu Presiden 2009 ini cuma berlangsung satu putaran saja. Pilpres yang
direkapitulasi oleh KPU pada 22 - 4 Juli 2009 ini diikuti oleh tiga pasang calon yaitu: Megawati-
Prabowo, SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Hasil Pilpres resmi KPU menghasilkan data
berikut:

1. SBY-Boediono (73.874.562 atau 60,80%)


2. Megawati-Prabowo (32.548.105 atau 26,79%)
3. JK-Wiranto (15.081.814 atau 12.41%)

Dengan demikian, pasangan SBY-Boediono keluar sebagai pemenang Pemilihan Presiden tahun 2009
dan sah untuk mengatur administrasi negara kesatuan Republik Indonesia dari 2009 hingga 2014.

Pemilihan Legislatif

Menurut Pasal 23 Undang-undang Nomor 10 tahun 2008, jumlah kursi untuk anggota DPRD Provinsi
minimal tiga puluh lima dan maksimal seratus kursi. Jumlah ini ditentukan melalui perhitungan
jumlah penduduk wilayah provinsi masing-masing dimana:

1. provinsi berpenduduk minimal 1.000.000 mendapat alokasi 35 kursi.


2. provinsi berpenduduk 1.000.000–3.000.000 mendapat alokasi 45 kursi.
3. provinsi berpenduduk 3.000.000–5.000.000 mendapat alokasi 55 kursi.
4. provinsi berpenduduk 5.000.000–7.000.000 mendapat alokasi 65 kursi.
5. provinsi berpenduduk 7.000.000–9.000.000 mendapat alokasi 75 kursi.
6. provinsi berpenduduk 9.000.000–11.000.000 mendapat alokasi 85 kursi.
7. provinsi berpenduduk di atas 11.000.000 mendapat alokasi 100 kursi.
Selanjutnya pasal 24 undang-undang ini menyebutkan bahwa daerah pemilihan anggota DPRD
Provinsi adalah kabupaten atau kota atau gabungan kabupaten atau kota di mana jumlah kursi setiap
daerah pemilihan anggota DPRD provinsi sama dengan pemilu 2004.

Daerah pemilihan anggota DPRD kabupaten atau kota adalah kecamatan atau gabungan kecamatan
yang jumlahnya sama seperti pemilu 2004. Jumlah kursi DPRD kabupaten atau kota paling sedikit 20
dan paling banyak 50 kursi, yang besaran kursinya ditentukan oleh:

1. wilayah berpenduduk hingga 100.000 mendapat alokasi 20 kursi.


2. wilayah berpenduduk 100.000–200.000 mendapat alokasi 25 kursi.
3. wilayah berpenduduk 200.000–300.000 mendapat alokasi 30 kursi.
4. wilayah berpenduduk 300.000–400.000 mendapat alokasi 35 kursi.
5. wilayah berpenduduk 400.00–500.000 mendapat alokasi 40 kursi.
6. wilayah berpenduduk 500.000–1.000.000 mendapat alokasi 45 kursi.
7. wilayah berpenduduk > 1.000.000 mendapat alokasi 50 kursi.

Pemilihan DPD

Untuk pemilihan anggota DPD ditetapkan 4 kursi bagi setiap provinsi. Provinsi adalah daerah
pemilihan untuk anggota DPD. Dan dengan demikian dengan total provinsi sejumlah 33, jumlah
anggota DPD Indonesia adalah 132 orang.

Pemilu 2009 masih menggunakan sistem yang mirip dengan Pemilu 2004. Namun, electoral threshold
dinaikkan menjadi 2,5%. Artinya, partai-partai politik tatkala masuk ke perhitungan kursi caleg hanya
dibatasi bagi yang berhasil mengumpulkan komposisi suara di atas 2,5%. Pemilu ini pun mirip dengan
Pemilu 1999 di mana 48 partai ikut berlaga dalam kompetisi dagang janji ini.

Sejarah Pelaksanaan Pemilu 2014


Pelaksanaan pemilu tahun 2014 terdiri dari pemilihan legislatif yang bertujuan untuk memilih anggota
DPR, DPRD, dan DPD, serta pemilihan presiden. Pemilihan Legislatif dilakukan pada tanggal 9 April
2014 sedangkan Pemilihan Presiden dilakukan pada tanggal 9 Juli 2014, bila hasilnya mengharuskan
dua putaran, maka akan dilakukan di bulan september 2014.

Pemilu tahun 2014 diselenggarakan berdasarkan:

1. Undang-Undang 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah (mencakup pemilu kepala daerah


2. Undang-Undang 42/2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
3. Undang-Undang 27/2009 tentang Majelis Permusyarawatan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
4. Undang-Undang 2/2011 tentang Partai Politik
5. Undang-Undang 15/2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum
6. Undang-Undang 8/2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPR terdiri dari 560 anggota yang berasal dari 77 daerah pemilihan berwakil majemuk (multi-
member electoral districts) yang memiliki tiga sampai sepuluh kursi per daerah pemilihan (tergantung
populasi penduduk dapil terkait) yang dipilih melalui sistem proporsional terbuka. Ambang batas
parlemen sebesar 3,5 persen berlaku hanya untuk DPR dan tidak berlaku untuk DPRD. Sedangkan
DPD memiliki 132 perwakilan, yang terdiri dari empat orang dari masing-masing provinsi (dengan
jumlah provinsi 33), yang dipilih melalui sistem mayoritarian dengan varian distrik berwakil banyak
(single non-transferable vote, SNTV).

Untuk Pemilu 2014, UU 8/2012 mempertahankan diwajibkannya kuota minimal 30 persen calon
perempuan untuk daftar calon yang diajukan dan satu calon perempuan dalam setiap tiga calon secara
berurutan dari awal daftar calon. Kedua ketentuan ini sekarang memiliki ancaman sanksi jika gagal
dipenuhi partai politik yang gagal memenuhi kuota tersebut akan dicabut haknya sebagai peserta
pemilu di daerah pemilihan di mana kuota tersebut gagal dipenuhi.

Penyelenggara pemilihan umum yang berdasarkan undang-undang dilaksanakan oleh KPU dan
Bawaslu, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merupakan lembaga yang bertanggung jawab
mengawasi agar gugatan terkait pemilu ditujukan kepada badan yang tepat dan diselesaikan secara
benar, secara umum, pelanggaran bersifat kriminal dirujuk kepada polisi dan pengadilan biasa, dan
pelanggaran administrasi kepada KPU. UU 8/2012 tentang Pemilihan Umum Legislatif memberikan
Bawaslu wewenang pemutusan perkara dalam sengketa antara KPU dan peserta Pemilu.Putusan
Bawaslu bersifat final terkecuali untuk hal-hal terkait pendaftaran partai politik dan calon legislatif
peserta pemilu.

Sedangkan pelanggaran serius yang mempengaruhi hasil pemilu diajukan secara langsung kepada
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan dalam UU 15/2011 mengatur bahwa Bawaslu dan KPU adalah
lembaga yang setara dan terpisah. Anggota Bawaslu dipilih oleh komite seleksi yang sama dengan
komite yang memilih anggota KPU. UU 15/2011 juga menetapkan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP). DKPP adalah dewan etika tingkat nasional yang ditetapkan untuk
memeriksa dan memutuskan gugatan dan/atau laporan terkait tuduhan pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh anggota KPU atau Bawaslu.

Pengertian dan Macam HAM lengkap Contoh Pelanggarannya di Indonesia

Sejak lahir setiap manusia sudah mempunyai hak asasi yang dijunjung tinggi serta diakui semua
orang. Hak tersebut lebih penting dibandingkan hak seorang raja ataupun penguasa. Hak asasi itu
sendiri berasal dari Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada seluruh manusia. Namun, pada saat
ini sudah banyak hak asasi yang dilanggar oleh manusia guna mempertahankan hak pribadinya.
Hak dapat diartikan sebagai kekuasaan dalam melakukan sesuatu atau kepunyaan, sedangkan asasi
adalah hal yang utama, dasar. Sehingga hak asasi manusia atau sering disebut dengan HAM dapat
diartikan sebagai kepunyaan atau milik yang bersifat pokok dan melekat pada setiap insan sebagai
anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Untuk lebih jelasnya tentang apa itu Hak Asasi
Manusia, berikut pengertian HAM.

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Secara singkat pengertian HAM atau Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang dimiliki oleh seseorang
sejak ia masih dalam kandungan dan dapat berlaku secara universal. Selain pengertian singkat tadi,
Pengertian HAM juga disebut pada pasal 1 butir 1 UU No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi "Hak
Asasi Manusia (HAM) merupakan seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh Negara, pemerintah, hukum dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia".

Menurut G.J. Wolhots, Pengertian HAM adalah sejumlah hak yang melekat dan berakar pada tabiat
setiap pribadi manusia, dan justru karena kemanusiaannya itulah, hak tersebut tidak dapat dicabut
siapa pun juga karena jika dicabut akan hilang kemanusiaannya.

Berdasarkan tiga pengertian HAM di atas, dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak
pokok yang bersifat universal. Dibuktikan oleh hak dasar ini dimiliki setiap manusia dan tidak bisa
dipisahkan dari pribadi siapa pun, kapan pun dan dari mana pun manusia itu berada.

Selain menjabarkan pengertian Hak Asasi Manusia dari beberapa sumber diatas, kami juga akan
menjabarkan pengertian HAM menurut para ahli agar sobat makin peham tentang pengertian HAM,
berikut pengertian hak asasi manusia menurut para ahli.

Pengertian Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli


1. Pengertian HAM menurut UU No. 39 Tahun 1999

Menurut UU No. 39 tahun 1999 HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Allah SWT dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia

2. Pengertian HAM menurut Miriam Budiarjo

HAM adalah hak yang dimiliki setiap orang yang dibawa sejak lahir ke dunia, hak itu sifatnya
universal sebab dipunyai tanpa adanya perbedaan kelamin, ras, budaya, suku, agama maupun
sebagainya.

3. Pengertian HAM menurut John Locke

HAM merupakan hak-hak yang langsung diberikan Tuhan terhadap manusia sebagai hak yang
kodrati. Oleh sebab itu, tidak ada kekuatan apapun di dunia yang dapat mencabutnya. HAM ini
sifatnya mendasar (fundamental) bagi kehidupan manusia dan pada hakikatnya sangat suci.
4. Pengertian HAM menurut Mahfudz M.D
HAM adalah hak yang melekat pada martabat setiap manusia yang mana hak tersebut dibawa sejak
lahir ke dunia sehingga pada hakikatnya hak tersebut bersifat kodrati.

5. Pengertian HAM menurut A.J.M. Milne

HAM merupakan suatu hak yang sudah dimiliki oleh semua umat manusia di dunia, di segala masa,
dan juga di segala tempat karena keutamaan keberadaannya adalah sebagai manusia.

6. Pengertian HAM menurut Haar Tilar

HAM adalah hak yang melekat pada diri tiap insan, apabila tiap insan tidak memiliki hak-hak itu
maka setiap insan tersebut tidak bisa hidup seperti manusia. Hak tersebut didapatkan pada saat sejak
lahir ke dunia.

7. Pengertian HAM menurut Franz Magnis Suseno

HAM adalah hak-hak yang sudah dipunyai pada setiap manusia dan bukan karena diperoleh dari
masyarakat (manusia lain). Bukan karena hukum positif yang berlaku, tapi atas martabatnya sebagai
seorang manusia. Manusia mempunyai HAM karena ia merupakan manusia.

8. Pengertian HAM menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto


Menurut Prof. Koentjoro Poerbopranoto, hak asasi manusia adalah suatu hak yang bersifat mendasar.
Hak yang telah dimiliki setiap manusia dengan berdasarkan kodratnya yang tidak dapat bisa
dipisahkan sehingga HAM bersifat suci.

Macam-Macam Hak Asasi Manusia (HAM)


Setelah kita membahas pengertian Hak Asasi Manusia Manusia Menurut Para Ahli selanjutnya kita
akan membahas macam-macam Hak Asasi Manusia. Berbagai macam atau jenis Hak asasi Manusia
(HAM) juga telah diutarakan oleh berbagai ahli atau pakar beberapa diantaranya adalah Aristoteles,
John Locke, Montesquleu, Brierly dan J.J. Rousseau. Dari penjelasan berbagai pakar tersebut secara
garis besar hak asasi manusia dapat digolongkan menjadi 6 macam. Berikut 6 macam-macam Hak
Asasi Manusia.

1. Hak Asasi Pribadi (Perseonal Rights)

Hak Asasi Pribadi merupakan hak yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan
bergerak, kebebasan memeluk agama, kebebasan untuk aktif dan setiap organisasi atau perkumpulan
dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak Kebebasan dalam memilih, memeluk dan menjalankan kepercayaan agama.


 Hak Kebebasan dalam menyampaikan atau mengutarakan pendapat.
 Hak Kebebasan dalam memilih, menentukan organisasi dan aktif dalam organisasi tersebut.
 Hak Kebebasan dalam berpergian, berkunjung, dan berpindah-pindah tempat.

2. Hak Asasi Politik (Politik Rights)


Hak asasi politik ialah hak yang berhubungan dengan kehidupan politik misalnya hak memilih, hak
dipilih, hak mendirikan parta dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak Asasi Politik dalam Dipilih pada pemilihan contohnya pemilihan DPR, Presiden atau
Bupati
 Hak Asasi Politik dalam memilih dalam suatu pemilihan contohnya pemilihan DPR, Presiden
atau Bupati
 Hak Asasi Politik tentang kebebasan ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
 Hak Asasi Politik dalam membuat organisasi-organisasi pada bidang politik
 Hak Asasi Politik dalam mendirikan partai politik
 Hak Asasi Politik dalam memberikan usulan-usulan atau pendapat yang berupa usulan petisi.

3. Hak Asasi Hukum (Rights Of Legal Equality)

Hak Asasi Hukum merupakan hak untuk mendapatkan perlakukan yang sama dimata hukum dan
pemerintahan.

Contohnya :

 Hak dalam perlakuan yang adil atau sama dalam hukum


 Hak yang sama dalam proses hukum
 Hak dalam memperoleh dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.
 Hak dalam mendapatkan layanan dan perlindungan hukum

4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rights)

Hak Asasi Ekonomi adalah Hak untuk memiliki, membeli dan menjual, serta memanfaatkan sesuatu. 

Contohnya :

 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam membeli.


 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam mengadakan dan melakukan perjanjian
Kontrak 
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki sesuatu
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam memiliki pekerjaan yang layak.
 Hak Asasi Ekonomi tentang kebebasan dalam melakukan transaksi
 Hak Asasi Ekonomi dalam bekerja

5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak Asasi Peradilan merupakan hak untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights), contohnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan dan
penggeledahan. 

Contohnya :

 Hak untuk mendapatkan hal yang sama dalam berlangsungnya proses hukum baik itu
penyelidikan, Penggeledahan, penangkapan, dan penahanan
 Hak mendapatkan pembelaan dalam hukum
 Hak mendapatkan perlakukan yang adil dalam hukum

6. Hak Asasi Sosial dan Budaya (Social and Culture Rights)

Hak Asasi Sosial dan Budaya ialah hak yang menyangkut dalam masyarakat yakni untuk memilih
pendidikan serta hak untuk mengembangkan kebudayaan dan sebagainya.

Contohnya :

 Hak untuk berkreasi


 Hak untuk mengembangkan Hobi
 Hak untuk mengembangkan bakat dan minat
 Hak untuk memilih, menentukan pendidikan
 Hak untuk mendapat pelajaran
 Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak

Ciri Khusus Hak Asasi Manusia


Hak asasi manusia atau HAM memiliki beberapa ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan hak-hak
yang lainnya. Berikut ciri khusus hak asasi manusia.

1. Tidak dapat dicabut, HAM tidak dapat diserahkan atau dihilangkan.


2. Tidak dapat dibagi, semua orang berhak untuk mendapatkan semua hak, baik itu hak
ekonomi, hak sipil, politik, sosial, dan budaya.
3. Hakiki, artinya HAM merupakan hak asasi semua manusia yang sudah melekat pada saat
manusia itu lahir. 
4. Universal, artinya HAM berlaku bagi semua orang tanpa memandang status, suku, jenis
kelamin, atau perbedaan yang lainnya.

Contoh Pelanggaran HAM di Indonesia


1. Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib merupakan aktifis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM.
Munir lahir di Malang pada 8 Desember 1965. ia meninggal pada 7 September 2004 di dalam pesawat
Garuda Indonesia ketika Munir sedang melakukan perjalanan menuju Amsterdam, Belanda. Spekulasi
mulai bermunculan, banyak berita yang mengabarkan bahwa Munir meninggal di dalam pesawat
karena serangan jantung, dibunuh, bahkan diracuni. Namun, sebagian orang percaya bahwa Munir
meninggal karena diracun menggunakan Arsenikum di makanan atau minumannya saat ia merada di
dalam pesawat.

Kasus ini sampai sekarang masih belum ada titik temu, bahkan kasus ini telah diajukan ke Amnesty
Internasional dan tengah diproses. kemudian pada tahun 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto selaku
Pilot pesawat yang ditumpangi munir dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena terbukti bahwa ia
merupakan tersangka dari kasus pembunuhan Munir, karena dengan sengaja Pollycarpus menaruh
Arsenik di makanan Munir sehingga ia meninggal di pesawat.

2. Kasus Penganiayaan Wartawan Udin (1996)


Kasus penganiayaan dan terbunuhnya Wartawan Udin (Fuad Muhammad Syafruddin)terjadi di
yogyakarta 16 Agustus 1996. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang
kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Ia menjadi wartawan di Bernas sejak 1986. Udin adalah
seorang wartawan dari harian Bernas yang diduga diculik, dianiaya oleh orang tak dikenal dan
akhirnya ditemukan sudah tewas.

3. Pembantaiaan Rawagede

Pembantaian Rawagede merupakan pelanggaran HAM yang terjadi penembakan dan pembunuhan
penduduk kampung Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang, Jawa Barat) oleh
tentara Belanda tanggal 9 Desember 1945 bersamaan dengan Agresi Militer Belanda I. Akibatnya
puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas.
Tanggal 14 September 2011, Pengadilan Den Haaq menyatakan pemerintah Belanda bersalah dan
harus bertanggung jawab dengan membayar ganti rugi (kompensasi) kepada keluarga korban
pembantaian Rawagede.

4. Pembunuhan Aktivis Buruh Wanita, Marsinah


Kasus Marsinah terjadi pada 3-4 Mei 1993. Seorang pekerja dan aktivitas wanita PT Catur Putera
Surya Porong, Jatim. Peristiwa ini bermula dari aksi mogok yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh
PT CPS. Mereka menuntun kepastian pada perusahaan yang telah melakukan PHK terhadap mereka
tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut, Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas
di kawasan hutan Wilangan, Nganjuk dalam kondisi memprihatinkan dan diduga menjadi korban
pelanggaran HAM berupa penculikan, penganiayaan serta pembunuhan. Namun hingga sekarang
penyelidikan masih belum menemukan titik terang.

Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru Hingga


Reformasi dan Saat ini
Demokrasi adalah suatu istilah dalam wacana politik yang banyak dibicarakan oleh para politisi dan
aktivis. Demokrasi dapat diartikan sebagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan sebuah
negara dalam upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara, Maksud
dari kedaulatan rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dipengang oleh rakyat.

Demokrasi memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rakyat untuk mengambil peran
dalam pembuatan kebijakan publik. Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang
membagi kekuasaan tiga politik Negara (legislative, eksekutif dan yudikatif). Indonesia merupakan
salah satu Negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk lingkup asia tenggara Indonesia sering
dipandang sebagai Negara terbaik dalam menjalankan demokrasinya.

Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Demokrasi di Indonesia tidak lepas dari alur periodesasi
sejarah politik di Indonesia dari masa Orde Lama, Orde Baru hingga demokrasi pada masa Reformasi
yang mengalami perkembangan.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Perkembangan Demokrasi di Indonesia dari
Orde Lama, Orde Baru Hingga Reformasi dan Saat ini. untuk lebih jelasnya mari langsung saja
kita simak ulasannya berikut ini:

Perkembangan Demokrasi Orde Lama


Implementasi demokrasi pada masa pemerintahan setelah kemerdekaan baru terbatas pada interaksi
politik diparlemen dan berfungsinya pers yang mendukung revolusi kemerdekaan. Walaupun tidak
banyak catatan sejarah yang menyangkut perkembangan demokrasi pada masa setelah kemerdekaan,
akan tetapi pada periode tersebut telah diletakkan hal-hal mendasar. Pertama, pemberian hak-hak
politik secara menyeluruh. Kedua, presiden yang secara konstitusional ada kemungkinan untuk
menjadi dictator. Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden, maka ada kesempatan terbentuknya
sejumlah partai politik yang kemudian menjadi peletak dasar bagi system kepartaian di Indonesia
untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik indonesia.

Semenjak dikeluarkannya maklumat wakil presiden No. X 3 november 1945, yang menyerukan
pembentukan partai-partai politik, Partai politik memainkan peranan sentral dalam kehidupan politik
dan proses pemerintahan. Persaingan antar kepentingan dan kekuatan politik mengalami
perkembangan dan semakin nampak jelas. Pergulatan politik ditandai oleh tarik menarik antara partai
politik di dalam lingkaran kekuasaan dengan kekuatan politik / partai politik di luar lingkungan
kekuasaan.

Kegiatan partisipasi politik di masa orde lama atau atau saat diberlakukannya demokrasi parlementer
(1945-1959) berjalan dengan hingar bingar, terutama melalui saluran partai politik yang
mengakomodasikan ideologi dan nilai primordialisme (paham yang memegang teguh hal-hal yang
dibawa sejak kecil) yang tumbuh di tengah masyarakat.
Saat diterapkannya demokrasi parlementer juga sering disebut masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
sebab hampir seluruh elemen demokrasi dapat ditemukan dalam perwujudan kehidupan politik di
Indonesia. Lembaga perwakilan rakyat atau parlemen memainkan peranan yang sangat vital dalam
proses politik yang berjalan. Perwujudan kekuasaan parlemen ini diperlihatkan dengan adanya
sejumlah mosi tidak percaya kepada pihak pemerintah yang mengakibatkan kabinet harus meletakkan
jabatannya. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam periode ini merupakan contoh nyata dari
tingginya akuntabilitas pemegang jabatan dan politisi. Terdapat sekitar 40 partai yang terbentuk
dengan tingkat otonomi yang tinggi dalam proses rekruitmen baik pengurus, atau pimpinan partainya
maupun para simpatisannya.

Dalam perkembangan demokrasi di era orde lama atau saat diberlakukannya demokrasi parlementer
(1945-1959) salah satu hal yang dikecewakan adalah masalah presiden (soekarno) yang hanya sebagai
simbolik semata begitu juga peran militer. 

Akhirnya massa ini mengalami kehancuran setelah terjadinya perpecahan antar elit dan antar partai
politik. Perpecahan antar elit politik ini diperparah dengan konflik tersembunyi antar kekuatan parpol
dengan Soekarno dan militer, serta adanya ketidakmampuan setiap kabinet dalam merealisasikan
programnya dan mengatasi potensi perpecahan regional. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Soekarno
untuk merealisasikan nasionalis ekonomi, dan diberlakukanya UU Darurat pada tahun 1957, maka
sebuah masa demokrasi parlementer (1945-1959) telah usai dan demokrasi terpimpin kini telah
dimulai.

Secara umum, terdapat 3 poin penting yang menjadi penyabab gagalnya pelaksanaan demokrasi
parlementer (1945-1959) di indonesia, adalah sebagai berikut:

1. Persamaan kepentingan antara presiden Soekarno dengan kalangan Angkatan Darat, yang
sama-sama tidak suka dengan proses dan kondisi politik yang berjalan.
2. Dominannya politik aliran, sehingga membawa konsekuensi terhadap pengelolaan konflik
3. Basis sosial ekonomi yang masih sangat lemah

Setelah gagalnya demokrasi parlementer dan diteruskan oleh demokrasi terpimpin maka periode
demokrasi terpimpin ini secara dini dimulai dengan terbentuknya Zaken Kabinet pimpinan Ir. Juanda
pada 9 April 1957, dan menjadi tegas setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Karakteristik yang utama dari demokrasi terpimpin ialah: menggabungkan sistem kepartaian, dengan
terbentuknya DPR-GR peranan lembaga legislatif dalam sistem politik nasional menjadi sedemikian
lemah, Basic Human Right menjadi sangat lemah, masa demokrasi terpimpin adalah masa puncak dari
semangat anti kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan semakin dominan dalam proses hubungan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Akibat dari demokrasi terpimpin adalah kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden, dan secara
signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan Suprastruktur dan
infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden. Dengan ambisi yang besar PKI
mulai memperluas kekuatannya sehingga terjadi kudeta oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung
September 1965.

Dari uraian diatas dapat di simpulkan menjadi beberapa poin penting dalam perkembangan demokrasi
Orde Lama, antara lain:

 Stabilitas politik secara umum memprihatinkan. Ditandai dengan kuantitas konflik politik
yang amat tinggi. Konflik kebanyakan bersifat ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun
pasca merdeka.
 Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam kedaan memprihatinkan. Mengalami 25
pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan rata-rata satu kali
pergantian setiap tahun.
 Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan. Ketidaksiapan aparatur pemerintah dalam
proses politik menjadikan birokrasi tidak terurus.
 Krisis ekonomi. Pada masa demokrasi parlementer krisis dikarenakan kabinet tidak sempat
untuk merealisasika program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang kerap terjadi. Masa
demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena kegandrungannya terhadap revolusi
serta urusan internasional sehingga kurang diperhatikannya sektor ekonomi dalam negeri.

Perkembangan Demokrasi Orde Baru


Wajah demokrasi mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan tingkat ekonomi, poltik dan,
ideologi. Tahun-tahun awal pemerintahan Orde Baru ditandai oleh adanya kebebasan politik yang
besar. Presiden Soeharto yang menggantikan Presiden Soekarno sebagai Presiden ke-2 RI,
menerapkan model Demokrasi yang berbeda lagi, yaitu disebut Demokrasi Pancasila (Orde baru),
penamaan Demokrasi Pancasila juga bertujuan untuk menegaskan klaim bahwasanya model
demokrasi inilah yang sejatinya tepat dengan ideologi negara Pancasila. Dalam masa yang tidak lebih
dari tiga tahun ini, kekuasaan seolah-olah akan didistribusikan kepada rakyat. Oleh karena itu
kalangan elit politik, aktivis dan organisasi sosial politik yang siap menyambut pemilu 1971, tumbuh
gairah besar untuk berpartisipasi mendukung program-program pembaruan pemerintahan baru.

Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat terutama dalam pembangunan disegala bidang
melalui Pelita I, II, III, IV, V. Namun lama kelamaan perkembangan yang terlihat adalah semakin
lebarnya kesenjangan antara kekuasaan negara dengan masyarakat. Orde Baru mewujudkan dirinya
sebagai kekuatan yang kuat dan relatif otonom, sementara masyarakat semakin terasingkan dari
lingkungan kekuasaan dan proses pembuatan kebijakan. Kedaan ini tidak lain adalah akibat dari:

1. Intervensi negara secara berlebihan terhadap perekonomian dan pasar yang memberikan
keleluasaan lebih kepada negara untuk mengakumulasikan modal dan kekuatan ekonomi.
2. Kemenangan mutlak Partai Golkar dalam pemilu yang memberi legitimasi politik yang kuat
kepada negara.
3. Dijalankannya regulasi-regulasi politik semacam birokratisasai, depolitisasai, dan
institusionalisasi.
4. Dipakai pendekatan keamanan
5. Tersedianya sumber biaya pembangunan, baik dari eksploitasi minyak bumi dan gas serta dari
bantuan luar negeri, dan akhirnya sukses menjalankan kebijakan pemenuhan kebutuhan
pokok rakya sehingga menyumbat gejolak masyarakat yang potensinya muncul karena sebab
struktural.

Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh dominannya peranan ABRI, birokratisasi
dan sentralisasi pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur
tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan publik, monolitisasi ideologi negara, dan
inkorporasi lembaga nonpemerintah.

Berakhirnya masa Orde Baru, melahirkan era baru yang disebut masa reformasi. OrdeBaru berakhir
pada saat Presiden Soeharto menyerahkan kekuasaan kepada Wakil Presiden B.J.Habibie pada tanggal
21 Mei 1998.

Perkembangan Demokrasi Masa Reformasi (1998 Sampai Sekarang)


Sejak berakhirnya Orde Baru yang bersamaan waktunya dengan lengsernya Presiden Soeharto, maka
indonesia memasuki suasana kehidupan kenegaraan yang baru, sebagai hasil dari kebijakan reformasi
yang dijalankan terhadap hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat dan negara yang berlaku
sebelumnya. Kebijakan reformasi ini diawali dengan di amandemennya UUD 1945 (bagian
Batangtubuhnya) sebab dinilai sebagai sumber utama kegagalan tatanan kehidupan kenegaraan di
masa Orde Baru.

Amandemen UUD 1945, terutama yang berkaitan dengan kelembagaan negara, khususnya perubahan
terhadap aspek pembagian kekuasaan dan aspek sifat hubungan antar lembaga-lembaga negara, akibat
amandemen tersebut sehingga dengan sendirinya terjadi perubahan terhadap model demokrasi yang
dilaksana-kan dibandingkan dengan model Demokrasi Pancasila di era Orde Baru. Saat masa
pemerintahan Habibie mulai nampak beberapa indicator kedemokrasian di Indonesia. Pertama,
diberikannya ruang kebebasan pers sebagai ruang publik untuk berpartisipasi dalam kebangsaan dan
kenegaraan. Kedua, diberlakunya system multi partai dalam pemilu tahun 1999.

Demokrasi yang diterapkan Negara kita pada era reformasi ini adalah Demokresi Pancasila, tentu saja
dengan karakteristik yang berbeda dengan Demokresi Pancasila yang diterapkan pada masa orde baru
dan sedikit mirip dengan demokrasi perlementer tahun 1950-1959.

Perbaikan ke arah positif Perkembangan Demokrasi pada masa Reformasi ini dapat tercermin dalam
beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemilu yang dilaksanakan tahun 1999 jauh lebih demokratis dari yang sebelumnya serta
pelaksanaan pemilu setelah tahun 1999 juga berjalan demokratis dan lebih baik daripada
pelaksanaan pemilu sebelum 1999.
2. Sebagian besar hak dasar bisa terjamin seperti adanya kebebasan menyatakan pendapat.
3. Pola rekruitmen politik untuk pengisian jabatan politik dilakukan secara terbuka.
4. Rotasi kekuasaan dilaksanakan dari mulai pemerintahan pusat sampai pada tingkat desa.
Perkembangan demokrasi masa reformasi yang menuju ke arah positif dapat terlihat dari pengakuan
Freedom House pada Tahun 2006 yang memasukkan negara Republik Indonesia sebagai negara
demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika dan India. Pujian-pujian atas perkembangan demokrasi
juga terus mengalir dari berbagai kalangan.

Namun dibalik perkembangan demokrasi yang menuju ke arah positif, penerapan demokrasi oleh
sebagian kalangan dianggap tidak memberikan kesejahteraan tetapi justru melahirkan pertikaian dan
pemiskinan. Rakyat yang seharusnya diposisikan sebagai penguasa tertinggi, ironisnya justru sering
dipinggirkan. Kondisi buruk diperparah oleh elite politik dan aparat penegak hukum yang
menunjukkan aksi-aksi blunder. Banyak perilaku wakil rakyat yang tidak mencerminkan aspirasi
pemilihnya, bahkan opini publik sengaja disingkirkan guna mencapai aneka kepentingan sesaat.
Banyak kasus-kasus yang amat mencederai perasaan rakyat mudah ditampilkan dan mengundang
kemarahan publik.

Kondisi ini dikuatkan dengan pernyataan Jusuf Kalla (mantan Wapres) yang mengatakan bahwa
demokrasi cuma cara, alat atau proses, dan bukan tujuan. Demokrasi boleh di nomor duakan di bawah
tujuan utama peningkatan dan pencapaian kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya di tengah eforia demokrasi, kita semua harus berhati-hati akan kepentingan sempit
yang sangat mungkin menjadi penumpang gelap. selain itu sinkronisasi antara demokrasi dengan
pembangunan nasional haruslah sejalan bukan malah sebaliknya demokrasi yang ditegakkan hanya
untuk pemenuhan kepentingan partai dan kelompok tertentu saja. Jadi, demokrasi yang kita terapkan
sekarang haruslah mengacu pada sendi-sendi bangsa Indonesia yang berdasarkan filsafah bangsa yaitu
Pancasila dan UUD 1945 serta bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan bangsa indonesia secara
umum.

Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia lengkap Pengertian dan


Penjelasan
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang pengertian dan penjelasan wawasan nusantara
sebagai geopolitik Indonesia. dalam pembahasannya kita juga akan melengkapi dengan menyajikan
Hakikat dan Kedudukan Wawasan Nusantara, Pengertian Geopolitik, Teori-Teori Geopolitik serta
masih banyak lagi. Pertama-tama kita akan mengawalinya dengan membahas Pengertian Wawasan
Nusantara secara umum, berikut pembahasannya.

Pengertian Wawasan Nusantara


Garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1998

Pengertian wawasan nusantara menurut GBHN 1998 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999

Pengertian wawasan nusantara menurut Kelompok Kerja LEMHANAS 1999 adalah cara pandang dan
sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Prof. Dr. Wan Usman

Pengertian wawasan nusantara menurut Dr. Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.

Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologi

Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal
dari kata Wawas (bahasa jawa) yang memiliki makna tinjauan, pandangan dan penglihatan indrawi.
Jadi wawasan adalah tinjauan, pandangan dan penglihatan indrawi. Wawasan berarti pula cara melihat
dan cara pandang.

Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di antara dua hal (dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia,
serta dua samudra, yaitu samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya
kata "nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.

Hakikat Wawasan Nusantara


Hakikat Wawasan Nusantara adalah Keutuhan Nusantara atau Nasional, yang juga dapat diartikan
sebagai cara pandang yang utuh / menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan
nasional. Hal Ini berarti, setiap warga dan aparat negara harus berpikir, bersikap dan bertindak secara
utuh menyeluruh dalam lingkup dan demi kepentingan nasional, bangsa dan negara Indonesia.

Kedudukan Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Dalam kaitannya dengan kedudukan,
wawasan nusantara merupakan visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa
Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan Nusantara ialah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu dan utuh pula. 

Selain itu, dalam paradigma nasional, kedudukan wawasan nusantara adalah sebagai berikut:

1. Pancasila sebagai falsaah, ideologi bangsa dan dasar negara berkedudukan sebagai landasan
idil
2. UUD 1945 adalah landasan konstitusi negara yang berkedudukan sebagai landasan
konstitusional.
3. GBHN (garis-garis besar haluan negara) sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijakan dasar nasional yang berkedudukan sebagai landasan operasioal.
4. Ketahanan nasional sebagai konsepsi nasional yang berkedudukan sebagai landasan
konsepsional.
5. Sebagai visi nasional yang berkedudukan sebagai landasan visional.

Fungsi Wawasan Nusantara


Wawasan nusantara memiliki berfungsi sebagai pedoman, dorongan, rambu-rambu serta motivasi
dalam menentukan segala kebijakan, perbuatan, keputusan dan tindakan bagi penyelenggaraan negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:

1. Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia adalah "untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial“.
2. Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah
maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung
tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan
membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.

Pengertian Geopolitik
Geopolitik berasal dari dua kata yaitu "Geo" dan "Politik". "Geo" artinya bumi/planet bumi. Menurut
Preston E. James, geografi mempersoalkan tata ruang yaitu sistem dalam hal menempati suatu ruang
di permukaan bumi. Dengan demikian, geografi berkaitan dengan interelasi antara manusia dengan
lingkungan tempat hidupnya. "Politik" berarti kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan dasar dalam menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan
nasional.

Jadi, geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud
kebijaksanaan nasional yang didukung oleh aspirasi nasional geografik (kepentingan yang titik
beratnya terletak pada pertimbangan geografi, wilayah atau territorial dalam arti luas) suatu negara,
yang apabila dijalankan dan berhasil akan berdampak langsung kepada system politik sebuah negara.

Geopolitik juga dimaknai sebagai penyelenggaraan Negara yang setiap kebijakannya dihubungkan
dengan masalah-masalah geografi wilayah atau tempat tinggal sebuah bangsa.

Teori-Teori Geopolitik
Teori Geopolitik Frederich Ratzel (1844-1904)

Frederich Ratzel berpendapat bahwa negara itu seperti organisme yang hidup. Pertumbuhan Negara
mirip dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang cukup agar
dapat tumbuh dengan subur. Makin luas ruang hiduo maka Negara akan semakin bertahan, kuat, dan
maju. Teori ini dikenal sebagai teori organisme atau teori biologis.

Teori Geopolitik Rudolf Kjellen (1864-1922)

Menurut Rudolf Kjellen, Negara adalah satuan dan sistem politik yang menyeluruh yang meliputi
bidang geopolitik, ekonomi politik, demo politik, social politik, dan krato politik. Negara sebagai
organisme yang hidup dan intelektual harus mampu mempertahankan dan mengembangkan dirinya
dengan melakukan ekspansi.

Teori Geopolitik Karl Haushofer (1896-1946)

Melanjutkan pandangan Ratzel dan Kjellen terutama pandangan tentang lebensraum (ruang hidup)
dan paham ekspansionisme. Karl Haushofer berpendapat bahwa Jika jumlah penduduk suatu wilayah
Negara semakin banyak sehingga tidak sebanding lagi dengan luas wilayah, maka Negara tersebut
harus berupaya memperluas wilayahnya sebagai ruang hidup bagi warga Negara

Karl Haushofer yang pernah menjadi atase militer di Jepang juga pernah meramalkan bahwa Jepang
akan menjadi negara yang jaya didunia dimana untuk menjadi jaya sebuah bangsa harus bisa
menguasai benua-benua di dunia. Ia berpendapat bahwa pada hakikatnya dunia terbagi atas empat
kawasan benua dan dipimpin oleh negara yang unggul.

Paham Geopolitik Bangsa Indonesia dalam konteks Wawasan Nusantara


Paham geopolitik bangsa Indonesia terumuskan dalam konsepsi Wawasan Nusantara. Bagi bangsa
Indonesia, geopolitik adalah pandangan baru dalam mempertimbangkan faktor-faktor geografis
wilayah Negara untuk mencapai tujuan nasionalnya.

Karena bagi Indonesia, geopolitik adalah kebijakan dalam rangka mencapai tujuan nasional dengan
memamfaatkan keuntungan letak geografis Negara berdasarkan pengetahuan ilmiah tentang kondisi
geografis tersebut.

Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia


Geopolitik merupakan pertimbangan dasar dalam penyelenggaraan negara berdasarkan letak
geografisnya. Untuk memenangkan suatu perlombaan, kita wajib memahami medan sehingga
mengetahui strategi terbaik apa yang harus diterapkan dalam perlombaan tersebut. Sama halnya
dengan negara, suatu negara membutuhkan geopolitik untuk menentukan pembinaan politik nasional
berdasarkan kondisi dan situasi geografis dalam mencapai tujuan negara tersebut. Indonesia sebagai
negara kepulauan dan bangsa yang majemuk mempunyai geopolitik tersendiri, yaitu wawasan
nusantara.

Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap lingkungannya, Bangsa
Indonesia memandang wawasan nusantara sebagai visi dan perwujudan kebhinekaan (keberagaman)
yang ada di Indonesia. Hakikat dari wawasan nusantara ini adalah menyatukan perbedaan dan batasan
wilayah di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke sehingga terwujudnya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yang bersatu dan utuh dalam mencapai tujuan nasional Indonesia.

Wawasan Nusantara Indonesia dibentuk dan dijiwai oleh pemahaman kekuasaan bangsa Indonesia
yang berdasarkan falsafah pancasila dan oleh pandangan geopolitik Indonesia yang berdasarkan
pemikiran kewilayahan dan kehidupan bangsa Indonesia. Karena dasar pemikiran Wawasan
Nusantara terdiri atas dasar pemikiran berdasarkan filsafat, kewilayahan, sosial budaya, dan
kesejarahan.

Tujuan Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia


1. Tujuan ke luar, yaitu terjaminnya kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah, dan
ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social serta mengembangkan suatu kerja sama dan saling menghormati.
2. Tujuan ke dalam, yaitu menjamin perwujudan persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan
nasional, yaitu politik, ekonomi, social budaya, pertahanan keamanan.

Manfaat Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik Indonesia


1. Diterima dan diakuinya konsepsi Nusantara di forum internasional.
2. Wawasan Nusantara menjadi salah satu sarana integrasi nasional.
3. Penerapan wawasan nusantara menghasilkan cara pandang tentang keutuhan wilayah
nusantara yang perlu dipertahankan oleh bangsa Indonesia.
4. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup memberikan potensi sumber daya yang besar
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
5. Pertambahan luas wilayah teritorial Indonesia.

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, Lengkap Penjelasan

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Wawasan Nusantara dengan Ketahanan
Nasional. dalam pembahasannya kita juga akan melengkapi dengan menyajikan Latar Belakang
Filosofis Wawasan Nusantara, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara, Sifat-Sifat Ketahanan
Nasional, Lembaga-Lembaga Lembaga Ketahanan Nasional serta masih banyak lagi. Pertama-tama
kita akan mengawalinya dengan membahas Wawasan Nusantara, berikut pembahasan lengkapnya.

Wawasan Nusantara

Pengertian Wawasan Nusantara


Kelompok Kerja LEMHANAS (Lembaga Pertahanan Nasional) 1999

Pengertian wawasan nusantara menurut Kelompok Kerja LEMHANAS 1999 adalah cara pandang dan
sikap bangsa indonesia mengenai diri dan lingkungan yang beragam dan bernilai startegis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Garis-garis besar haluan negara (GBHN) 1998

Pengertian wawasan nusantara menurut GBHN 1998 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam meyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Prof. Dr. Wan Usman

Pengertian wawasan nusantara menurut Dr. Wan Usman adalah cara pandang bangsa Indonesia
mengenai diri dan tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam.

Pengertian Wawasan Nusantara Secara Etimologi

Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata Wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal
dari kata Wawas (bahasa jawa) yang memiliki makna tinjauan, pandangan dan penglihatan indrawi.
Jadi wawasan adalah tinjauan, pandangan dan penglihatan indrawi. Wawasan berarti pula cara melihat
dan cara pandang.

Sedangkan Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur atau diapit di antara dua hal (dua benua yaitu
benua Asia dan benua Australia serta dua samudra yakni samudera Pasifik dan samudera Hindia). Jadi
Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua, yaitu benua Australia dan Asia,
serta dua samudra, yaitu samudra Pasifik dan Hindia. Berdasarkan pengertian modern, selanjutnya
kata "nusantara" digunakan sebagai penyebutan nama Indonesia.

Latar Belakang Filosofis Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia yang bertolak dari latar
belakang pemikiran sebagai berikut (S. Sumarsono, 2005):

1. Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila


2. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
3. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
4. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

1. Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila


Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan Pancasila sebagai dasar pengembangan
Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi dasar dari pengembangan wawasan
itu.

 Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang
menghormati kebebasan beragama
 Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi Manusia)
 Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
 Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan wawasan yang dikembangkan
dalam suasana musyawarah dan mufakat.
 Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

2. Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia


Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah Indonesia sebagai dasar
pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif geografis Indonesia menjadi modal
pembentukan suatu negara dan menjadi dasar bagi pengambilan-pengambilan keputusan politik.
Aspek kewilayahan indonesia dalam hal ini juga mempengaruhi kondisi geografi Indonesia sehingga
kaya akan Sumber Daya Alam dan suku bangsa.

3. Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia

Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia menjadikan keanekaragaman budaya
Indonesia menjadi bahan untuk memandang (membangun wawasan) nusantara Indonesia. Latar
belakang pemikiran aspek sosial budaya dalam hal ini dapat terjadi karena Indonesia mempunyai
ratusan suku bangsa yang keseluruhan memiliki adat istiadat, agama / kepercayaan dan bahasa yang
berbeda-beda, yang menjadikan tata kehidupan nasional memiliki hubungan interaksi antara golongan
karena dapat menimbulkan konflik yang besar dari keberagaman budaya.

Menurut Skinner sebagaimana dikutip Nasikun (1988) Indonesia mempunyai 35 suku bangsa besar
yang masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak. Adapun menurut Hildred Geertz
yang juga dikutip Nasikun (1988), Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang sampai
Merauke.

4. Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia

Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah perkembangan
Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak sejarahnya adalah:
 20 Mei 1908 = Kebangkitan Nasional Indonesia
 28 Okotber 1928 = Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah Pemuda
 17 Agustus 1945 = Kemerdekaa Republik Indonesia

Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


Fungsi Wawasan Nusantara

Secara umum, Fungsi Wawasan Nusantara adalah pedoman, dorongan, rambu-rambu serta motivasi
dalam menentukan segala kebijakan, perbuatan, keputusan dan tindakan bagi penyelenggaraan negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ada juga fungsi dari Wawasan Nusantara jika di tinjau dari beberapa pendekatan. Diantaranya:

 Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional, yaitu wawasan nusantara dijadikan
konsep dalam pembangunan nasional, pertahanan keamanan, dan kewilayahan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara ialah pandangan
geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air Indonesia sebagai satu kesatuan yang mencakup
seluruh wilayah dan segenap kekuatan negara.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai cakupan kesatuan politik,
kesatuan ekonomi, kesatuan sosial dan ekonomi, kesatuan sosial dan politik, dan kesatuan
pertahanan dan keamanan.
 Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan, sehingga berfungsi dalam pembatasan
negara, agar tidak terjadi sengketa dengan negara tetangga.

Baca Juga : Implementasi Wawasan Nusantara dalam Bidang Ekonomi, Lengkap Penjelasan

Tujuan Wawasan Nusantara


Tujuan wawasan nusantara terdiri dari dua, yaitu:

 Tujuan nasional, dapat dilihat dalam Pembukaan UUD 1945, dijelaskan bahwa tujuan
kemerdekaan Indonesia ialah "untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan berpartisipasi dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial".
 Tujuan ke dalam adalah mewujudkan kesatuan segenap aspek kehidupan baik alamiah
maupun sosial, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan bangsa Indonesia adalah menjunjung
tinggi kepentingan nasional, serta kepentingan kawasan untuk menyelenggarakan dan
membina kesejahteraan, kedamaian dan budi luhur serta martabat manusia di seluruh dunia.

Ketahanan Nasional

Pengertian Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamika suatu bangsa yang berisi ketangguhan dan
keuletan yang dapat mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, ancaman dan hambatan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Juga secara langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan integritas, identitas serta
kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Dalam perjuangan mencapai cita-cita/tujuan nasionalnya bangsa Indonesia tidak terhindar dari
berbagai ancaman-ancaman yang kadang-kadang membahayakan keselamatannya. Cara agar dapat
menghadapi ancaman-ancaman tersebut, bangsa Indonesia harus memiliki kemampuan, keuletan, dan
daya tahan yang dinamakan ketahanan nasional.

Ketahanan Nasional dibutuhkan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara dari segala
gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari luar negeri. Untuk itu bangsa Indonesia harus
tetap memiliki ketangguhan dan keuletan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan

Asas Ketahanan Nasional


Pengembangan ketahanan nasional bangsa Indonesia didasari pada asas-asas sebagai berikut:

1. Kesejahteraan dan keamanan.


2. Utuh menyeluruh terpadu.
3. Kekeluargaan.
4. Mawas diri.

Sifat-Sifat Ketahanan Nasional


1. Mandiri

Ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan sendiri dengan ketangguhan dan
keuletan yang mengandung prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas
dan kepribadian bangsa.

2. Wibawa

Makin tinggi tingkat ketahanan nasional Indonesia makin tinggi pula nilai kewibawaan nasional yang
berarti makin tinggi tingkat daya tangkal yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia.

3. Dinamis

Ketahanan nasional tidaklah tetap melainkan dapat meningkat dan atau menurun tergantung pada
situasi dan kondisi bangsa dan negara serta kondisi lingkungan strategisnya.

4. Konsultasi dan Kerjasama

Konsepsi ketahanan nasional Indonesia tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata tetapi lebih pada sikap konsultatif dan kerjasama
serta saling menghargai dengan mengandalkan pada kekuatan moral dan kepribadian bangsa

Fungsi Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor,
dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP yang dibuat oleh
pemerintah yang mencakup kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk
mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
2. Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
3. Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan nasional
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan
tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek:
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

Tujuan Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti
tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran, terselenggaranya
pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya
kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

Lembaga-Lembaga Lembaga Ketahanan Nasional


Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen Indonesia
yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan pendidikan strategik
ketahanan nasional.

Lembaga Ketahanan Nasional yang sebelumnya bernama Lembaga Pertahanan nasional berdiri pada
tanggal 20 Mei 1965 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1964 dan berada langsung
di bawah Presiden.

Pada tahun 1983, lembaga ini berubah nama menjadi Lembaga Ketahanan Nasional, yang berada di
bawah Panglima ABRI.

Pada tahun 1994 lembaga ini berada langsung di bawah Menteri Pertahanan dan Keamanan.

Sejak tahun 2001, Lemhannas merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bertanggung
jawab kepada Presiden.

Bela Negara : Pengertian, Unsur, Fungsi, Tujuan Dan Manfaat Bela Negara
Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib untuk membela Negara kita tercinta ini dari setiap
ancaman baik dari dalam maupun luar negara. Meskipun bangsa indonesia sekarang telah merdeka,
namun kita tetap memiliki tugas untuk menjaga dan membelanya, salah satunya adalah dengan
mengisi kemerdekaan tersebut. Salah satu Warisan terbesar dari pendiri bangsa ini yang dapat kita
jadikan sebagai pedoman dalam mengisi kemerdekaan adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar.

Pengertian Bela Negara


Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara menyeluruh, teratur
dan terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan (eksistensi) hidup Bangsa dan Negara.

Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari
suatu negara dalam kepentingan menjaga dan mempertahankan keberlangsungan negara
tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau
agresi dari pihak yang mengancam eksistensi negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini
diterjemahkan sebagai upaya untuk turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
baik lewat moral, sosial, pendidikan, maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun
bangsa tersebut.

Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-undang.
Diantaranya sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal
30. Didalam pasal tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat
Indonesia tanpa terkecuali. Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai dasar hukum undang-undang
tentang upaya bela negara adalah sebagai berikut:

1. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut
serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
2. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak dan wajib ikut
serta dalam upaya pembelaan negara.

Unsur Dasar Bela Negara


Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah:

1. Cinta Tanah Air


2. Rela berkorban untuk bangsa & Negara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara
4. Kesadaran Berbangsa & bernegara
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara

Fungsi dan Tujuan Bela Negara


Terdapat beragam Fungsi bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keutuhan wilayah negara.
2. Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman.
3. Merupakan panggilan sejarah.
4. Merupakan kewajiban setiap warga negara.

Terdapat beragam Tujuan bela negara, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.


2. Menjaga identitas dan integritas bangsa/ negara.
3. Melaksanakan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
4. Melestarikan budaya.
5. Berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Manfaat Bela Negara


Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara:

1. Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat, dan kepedulian antar sesama.
2. Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan apatis.
3. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
4. Berbakti pada agama, orang tua dan bangsa.
5. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
6. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
7. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
8. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
9. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
10. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.

Contoh Bela Negara dalam Kehidupan Sehari-hari


Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan adalah sebagai berikut:

1. Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)


2. Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
3. Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
4. Melestarikan budaya yang ada (lingkungan masyarakat)
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
6. Kesadaran untuk menaati tata tertib sekolah (lingkungan sekolah)
7. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)
8. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
9. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)

Dasar Hukum Bela Negara


Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara adalah sebagai berikut:

1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. 
2. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah
oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
3. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
8. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.

Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya. Hari
yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai
tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.

Selain itu, Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah masyarakat,
salah satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh salah
seorang musisi Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.

Anda mungkin juga menyukai