Anda di halaman 1dari 7

Tugas Artikel Tokoh Tokoh Proklamasi 17 Agustus 1945

Nama: Jaki Ahmad Shakila


Kelas: XI Sos 1
1. IR Soekarno
Soekarno lahir di Blitar pada 6 Juni 1901, anak seorang guru Sekolah
Rakyat bernama Raden Soekami dan wanita Bali berdarah bangsawan,
Ida Ayu Nyoman Rai. Dia lahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo yang
diberikan oleh orang tuanya.
Sebagai anak priayi, dia bisa mengenyam pendidikan tinggi dan lulus dari
Technische Hoogeschool te Bandoeng (kini Institut Teknologi Bandung)
pada 1925 dengan mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno dinyatakan
lulus ujian insinyur pada tanggal 25 Mei 1926.
Setelah lulus kuliah, dia memuatkan ide-ide politiknya di media massa

dengan artikel berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxisme”. Tulisan ini


begitu menekankan pentingnya ide-ide persatuan antarkelompok, yang
kemudian menandai pemikiran politik sepanjang kariernya
Perjuangan politiknya berlanjut dengan membentuk Algemeene Studie
Club (ASC) di Bandung pada 1926, yang merupakan hasil inspirasi dari
Indonesische Studie Club oleh Dr. Soetomo. Organisasi ini di kemudian
hari menjadi cikal bakal pendirian Partai Nasional Indonesia (PNI) pada
1927. Dia menerapkan sikap nonkooperatif dengan Belanda yang
membuatnya beberapa kali masuk tahanan. Aktivitasnya di PNI
menyebabkan dirinya ditangkap oleh Belanda pada 29 Desember
1929 di Yogyakarta, dan esoknya kemudian dipindahkan ke Bandung
untuk dijebloskan ke Penjara Banceuy.
Pada 1930, dia dipindahkan ke Sukamiskin dan membacakan
pleidoinya yang fenomenal Indonesia Menggugat di pengadilan
Landraad Bandung 18 Desember 1930, hingga dibebaskan kembali
pada 31 Desember 1931.
Pada 17 Agustus 1945, tak lama setelah Jepang takluk kepada
Sekutu, atas desakan para aktivis pemuda yang sempat menculiknya
ke Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta diangkat menjadi presiden
wakil presiden pertama Indonesia.

2. Drs Moh Hatta

Mohammad Hatta adalah wakil presiden pertama Indonesia, sekaligus tokoh


proklamasi yang bertugas menyusun teks proklamasi, memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, dan menandatangani teks proklamasi atas nama
bangsa Indonesia bersama Ir. Soekarno.
Selain itu, dia juga pemberi ide kalimat teks proklamasi “hal-hal tentang
pemindahan kekuasaan dan lain-lain dilaksanakan dengan cara saksama dan
dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Hatta menjadi pendamping Ir.
Soekarno dalam upacara proklamasi dengan menggunakan pakaian serba
putih.
Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada 12 Agustus 1902 dengan nama
Muhammad Athar. Dia lahir dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha
yang berasal dari Minangkabau.
Ayahnya merupakan seorang keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat
Payakumbuh, Sumatra Barat dan ibunya berasal dari keluarga pedagang di
Bukittinggi.

Dia pertama kali mengenyam pendidikan formal di sekolah swasta. Setelah


enam bulan, dia pindah ke sekolah rakyat dan sekelas dengan kakaknya. Dia
kemudian pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang (kini SMA
Negeri 1 Padang) sampai tahun 1913, dan melanjutkan ke Meer Uitgebreid
Lager Onderwijs (MULO) sampai tahun 1917, Pendidikanlnya diperoleh dari
Muhammad Jamil Jambek, Abdullah Ahmad, dan beberapa ulama lainnya.
3. Ahmad Soebardjo

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo lahir pada 23 Maret 1896 di


Teluk Jambe, Karawang, Jawa Barat. Desa Teluk Jambe adalah sebuah
desa kecil di tepi Sungai Citarum dan merupakan daerah penghasil beras
di Provinsi Jawa Barat

Achmad Soebardjo merupakan anak bungsu dari empat bersaudara, yaitu


hasil perkawinan dari Teuku Muhammad Yusuf dengan Wardinah.
Ayahnya berasal dari keturunan bangsawan Aceh dari Pidie, sedangkan
ibunya seorang putri camat di Telukagung, Cirebon keturunan Jawa–Bugis
yang berasal dari Jawa Tengah.

Dia turut menyukseskan terjadinya proklamasi yang diproklamirkan Ir.


Soekarno dan Moh. Hatta. Perannya adalah membawa mereka kembali ke
Jakarta setelah dibawa dengan paksa oleh para pemuda ke
Rengasdengklok.

Perjalanannya ke Rengasdengklok penuh dengan rintangan dan bahaya.


Namun, ini tidak menyurutkan langkahnya untuk menyelamatkan kedua
pemimpin bangsa Indonesia tersebut.

Sesampainya di lokasi, dia berhasil membujuk para pemuda yang


menyembunyikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar membawanya kembali
ke Jakarta. Selain itu, dia juga meyakinkan para pemuda bahwa keduanya
akan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Achmad
Soebardjo menjadi salah satu tokoh penting yang terlibat angsung dalam
penyusunan naskah proklamasi. Soekarno menuliskan konsep teks
proklamasi pada secarik kertas, sedangkan Mohammad Hatta dan Ahmad
Soebardjo menyumbangkan pemikiran mereka secara lisan.

4. Sutan Sjahrir

Sutan Syahrir dikenal sebagai seorang intelektual, perintis, dan


revolusioner kemerdekaan Indonesia. Dia lahir pada 5 Maret 1909 di
Padang Panjang, Sumatra Barat. Ayahnya bernama Mohammad Rasad
gelar Maharaja Soetan bin Leman gelar Soetan Palindih Koto Gadang,
Agam, Sumatra Barat dan ibunya bernama Puti Siti Rabiah yang
berasal dari Mandailing Natal, Sumatra Utara.

Sjahrir mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School


(ELS) dan sekolah menengah di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
(MULO) yang berada di Medan. Pada 1926, dia selesai sekolah dari
MULO dan masuk ke sekolah lanjutan atas Algemeene Middelbare
School (AMS) di Bandung. Dia bergabung dalam Himpunan Teater
Mahasiswa Indonesia (Batovis) di sekolah itu sebagai sutradara, penulis
skenario, dan juga aktor.

Pada 20 Februari 1927, Syahrir termasuk sepuluh orang penggagas


pendirian himpunan pemuda nasionalis, yaitu Jong Indonesië.
Perhimpunan itu kemudian berubah nama menjadi Pemuda Indonesia
yang menjadi motor terselenggaranya Kongres Pemuda Indonesia,
kongres monumental yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Syahrir kembali melanjutkan pendidikan ke Belanda di Fakultas Hukum,
Universitas Amsterdam untuk mendalami tentang sosialisme. Selain
mendalami tentang sosialisme, dia juga aktif dalam Perhimpunan
Indonesia (PI) saat dipimpin oleh Moh. Hatta.

Akhir tahun 1931, Syahrir meninggalkan kampusnya untuk kembali ke


tanah air dan terjun dalam pergerakan nasional. Dia segera bergabung
dalam organisasi Partai Nasional Indonesia (PNI) Baru, yang pada Juni
1932 diketuai oleh dirinya sendiri.

Setelah Indonesia merdeka, dia menjadi politikus dan perdana menteri


pertama Indonesia. Dia menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia
pertama dengan masa jabatan dari 14 November 1945 hingga 3 Juli
1947, sebagai ketua Partai Sosialis Indonesia (PSI), Ketua Delegasi
Republik Indonesia dalam Perundingan Linggarjati, dan sebagai Duta
Besar Keliling (Ambassador-at-Large) Republik Indonesia.
5. Soekarni

Soekarni memiliki nama lengkap Soekarni Kartodiwirjo. Dia lahir pada


14 Juli 1916 di Desa Sumberdiran, Kecamatan Garum, Kabupaten
Blitar, Jawa Timur. Ayahnya bernama Dimoen Kartodiwirjo, keturunan
dari Eyang Onggo, juru masak Pangeran Diponegoro. Ibunya bernama
Pidjah, wanita asal Kediri. Soekarni merupakan anak keempat dari
sembilan bersaudara, yaitu Hono Karto Dihardjo, Soekarmilah (Ny. H.
Sopran), Soekardi, Soekarlim, Soekarni, Soekarti (Ny. Sastro Roesdi),
Karmijem (Ny. Parto Widjono), Endang Sartini (Ny. Muslimin), Soekarpo
(Endi Soekarto), dan Soekarjo.

Dia memperoleh pendidikan di Sekolah Mardisiswo yang berada di


Blitar (semacam Taman Siswa yang dibuat oleh Ki Hajar Dewantara).
Sukarni di sekolah itu belajar mengenai nasionalisme melalui Moh.
Anwar yang berasal dari Banyumas, pendiri Mardidiswo sekaligus tokoh
pergerakan Indonesia. Pada 1934, dia berhasil menjadi Ketua Pengurus
Besar Indonesia Muda. Sementara itu, Belanda mulai mencurigainya
sebagai anak muda militan. Pada 1936, Belanda melakukan
penggerebekan terhadap para pengurus Indonesia Muda, tetapi dia
berhasil kabur dan hidup dalam pelarian selama beberapa tahun.
Soekarni termasuk dalam golongan muda yang ikut terlibat dalam upaya
penculikan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok. Selama di
Rengasdengklok, keduanya terus didesak untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan, selambat-lambatnya tanggal 17
Agustus 1945.

Pada akhirnya, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta menyetujui hal tersebut dan
dibawa kembali ke Jakarta oleh Achmad Soebardjo untuk segera
mempersiapkan kemerdekaan dengan menyusun naskah proklamasi.
Begitu naskah selesai dibuat, Ir. Soekarno yang didukung oleh Moh.
Hatta mengusulkan agar semua peserta yang hadir dalam rapat
menandatangani teks tersebut. Namun, Soekarni mengusulkan agar
hanya mereka berdua sajalah yang menandatangani naskah proklamasi
sebagai wakil dari bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai