tokoh proklamasi
pertama Indonesia yaitu Soekarno dan merupakan ibunda dari presiden kelima, Megawati
Soekarnoputri la juga dikenal akan jasanya dalam menjahit Bendera Pusaka Sang Saka
Merah Putih yang turut dikibarkan pada saat upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di
Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Fatmawati lahir dari kedua orangtua yang merupakan
Suku Minangkabau, dari Sumatera Barat, Hasan Din (1905-1974) dan Siti Chadijah, dengan
nama Fatimah Orang tuanya merupakan keturunan Putri Indrapura, salah seorang keluarga
raja dari Kesultanan Indrapura Pesisir Selatan Sumatra Barat. Ayahnya merupakan salah
seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Pada tanggal 1 Juni 1943,
Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang merupakan presiden pertama Indonesia. Dari
pernikahan itu, ia dikarunial lima orang putra dan putri, yaitu Guntur Soekarnoputra. Megawati
Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri Sukmawati Soekarnoputri dan Guruh
Soekarnoputra Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta. Pada tanggal 14 Mei 1980, ia
meninggal dunia di Kuala Lumpur, Malaysia dalam usia 57 tahun, karena serangan jantung
ketika dalam perjalanan pulang umroh dari Mekkah yang kemudian dimakamkan di Karet
Biyak, Jakarta.
Tadashi maeda
Laksamana Muda Tadashi Maeda (Maeda Tadashi, 3 Maret 1898-13 Desember 1977) adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Hindia Belanda pada
masa Perani Pasila, Selama pendudukan Indonesia di bawah Jepang, ia menjabat sebagai Kepala
Penghubung Angkatan Lal dan Angkatan Darat Tentara Kekaisaran innan. Laksamana Muda
Maeda memiliki peran yang cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia dengan mempersilakan kediamannya yang berada di Jl. Imam Bonjol, No.1, Jakarta Pusat sebagai tempat penyusunan
naskah proklama oleh Soekarno. Mohammad Hatta dan Achmad Soehardjo, ditambah sang juru
ketik Sayun Melik. Di dalam AL Jepang, Maeda awalnya merupakan staf khusus seksi urusan Eropa selama satu setengah tahun, sebelum ditugaskan ke Markas AL Ominuto [en] antara tahun 1932 dan 1934. Maeda
berspesialisasi dalam hal-hal yang terkait denganman, Istrinya meninggal selama penugasan Maeda, dan sepanjang sisa hidupnya Maeda tetap seorang duda.
Maeda ditunjuk menjadi ajudan aksimana Muda Sensuke Kobayashi, dan menemaninya kontinan perwakilan Jepang ke koronasi Rain
tahun 1940, Maeda ditunjuk menjadi atase AL untuk Belanda, dan setelah Jezman Nazi meivel bu Norwegia dan Denmark, Maeda memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Jerman
akan menyerbu Belanda selanista. Pada bulan Oktober 1940, Maeda ditugaskan
ke Indonesia
(saat itu masih tindia Bgland) untuk menegosiasikan perjanjian dagang dengan kolonial, terutama untuk membeli minyak untuk Jepang. Selain perdagangan, Maeda juga
pemerintah
ditugaskan membangun jaringan mata-mata di Indonesia, dengan bantuan warga Jepang sipil seperti Shitada Nushim. Maeda dipanggil kembali ke Jepang pertengahan 1941, dimana ia kembali bekerja di seksi
urusan Eropa.
Latifhendraningrat
Denar Maeda memperingatkan pemerintah Belanda bahwa Jerman akan meltverbu Hillanda vefolutiva. Pada bulan Oktober 1940, Maeda ditugaskan ke Indonesia kolonial, terutama untuk membeli minyak
untuk Jepang. Selain perdagangan, Maeda juga ditugaskan membangun jaringan mata-mata di indonesia, dengan bantuan warga Jepang sipil seperti hata ham, Maeda dipanggil kembali ke Jepang
pertengahan 1941, dimana ia kembali bekerja di seksi urusan Eropa
Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat (15 Februari 1911-14 Maret 1983) lahir dari pasangan Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan Raden Ajeng Haerani. Ayah Latief adalah seorang demang atau
wedana di wilayah Jatinegara yang berdarah ningrat Jawa, latief merupakan seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan juga pengerek benderaang Saka Merah. Putih didampingi oleh
Soehoed Sastro Koesoemo, seorang pemuda dari Barisan Pelopor, pada
tanggal 12 Agintin 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat, saat menjadi petugas upacara bendera pertama sesudah proklamasi kemerdekaan, Latief Hendraningrat memakai seragam tentara
karena Latief merupakan anggota pasukan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang Sebelum masuk PETA, Latief Hendraningrat sudah aktif di Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo) yang juga
bentukan Jepang. PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943, kemudian ia mendaftar dan diterima. Pada saat kemerdekaan Indones, 17 Agustus 1945, Latief Hendraningrat termasuk golongan muda yang
mempelopori terjadinya
Indonesia Berasal dari siaran radio, kaum muda Indonesia mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945. Para pemuda menuntut arno dan Hatta untuk mempercepat
Kemerdekaan Indonesia, namun Soekarno menolak karena masih menunggu realisasi janji dari Jepang yang akan memberi kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu dekat. Para pemuda meminta Latief
Hendraningrat sebagai salah satu perwira PETA tertinggi di Jakarta untuk meyakinkan Soekarno-Hatta, dan terjadilah Pertiwa ngadengklok pada 16 Agustus 1945.
Suhud
Suhud Sastro Kusumo atau 5 Suhud lahir pada 1920. Sejak muda, ia bergabung dalam
Barisan Pelopor, yaitu suatu kelompok yang dibentuk oleh Jepang pada Agustus 1944.
Menjelang proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada 14 Agustus 1945, Suhud
ditugaskan untuk menjaga keluarga Soekarno. Pada 16 Agustus 1945, Soekarno dibawa
oleh Sukarni Kartodiwirjo dan Chaerul Saleh ke Rengasdengklok. Saat itu, Suhud sama
sekali tidak mencurigai tindakan Sukarni Kartodiwirjo dan Chaerul Saleh sebagai
penculikan, yang kemudian dikenal sebagai Peristiwa Rengasdengklok. Malam harinya,
Suhud mendapat kabar bahwa Sukarni dan Chaerul Saleh sudah kembali ke Jakarta
bersama Soekarno. Keesokan harinya, pada 17 Agustus 1945, Soediro, pemimpin
Barisan Pelopor, memanggil para pekerjanya untuk menyebarluaskan berita penting
terkait proklamasi kemerdekaan Indonesia yang akan dilaksanakan hari itu. Soediro
menugaskan K Gunadi untuk menyerahkan instruksi tertulis yang ditujukan kepada
para anggota Barisan Pelopor. Soediro kemudian pergi ke Lapangan ikada, yang
awalnya ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Akan tetapi, sesampainya di sana, Soediro dikejutkan dengan tentara
Jepang yang telah memenuhi Lapangan Ikada. Alhasil, upacara proklamasi
kemerdekaan Indonesia pun dipindahkan, yakni ke rumah Soekarno. Saat itu, tugas
Suhud Sastro Kusumo adalah menyiapkan tiang bendera yang nantinya digunakan
untuk mengibarkan bendera Merah Putih. S Suhud diminta menyiapkan bambu
sebagai tiang bendera yang diberi tali dan ditanam di teras rumah Soekarno. Upacara
proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.
Acara dimulai dengan pidato singkat dari Soekarno, yang dilanjutkan dengan
pengibaran bendera Merah Putih untuk pertama kalinya. 5 Suhud merupakan orang
pertama yang mengibarkan bendera Merah Putih saat proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Dalam peristiwa bersejarah itu, ia berdampingan dengan SK Trimurti dan
Latief Hendraningrat, yang menarik benderanya. S Suhud meninggal dunia pada 1986
dalam usia 66 tahun.
YULIA NADA
INDRIANI
XI MIPA 6🌞