Anda di halaman 1dari 6

NIM 20201241006

Nama : Naurah Athaya Putri


Kelas : A
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Tugas 6 Menuju Indonesia Merdeka
Pertanyaan :
1. Carilah gambar tokoh-tokoh anggota PPKI minimal 5 orang.
2. Carilah biografi singkat kelima tokoh tersebut.
Jawaban :
1. R. Otto Iskandardinata
Beliau lahir di Bojongsoang, Kabupaten Bandung, pada Rabu, 31 Maret
1897. Beliau merupakan keturunan bangsawan yang di turunkan dari
ayahnya. Raden Otto Iskandardinata atau biasa di sebut Oto merupakan
anak ke 3 dari 9 bersaudara, beliau gemar bermain bola serta menari
Sunda, bahkan pandai menabuh gamelan. Oto Menempuh pendidikan di
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Bandung dan melanjutkan
pendidikan di Kweek-school Onder-bouw (Sekolah Guru Bagian
Pertama) yang merupakan sekolah berasrama di Bandung. Dari sinilah terlihat sifat dan kepintaran yg
menonjol dari Oto, yaitu suka memberontak, tetapi selalu menunjukkan prestasinya. Setelah lulus, Oto
melanjutkan sekolah di Hogere Kweekschool (Sekolah Guru Atas) di Purworejo, Jawa Tengah. Oto
memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi tentang bacaan koran De Expres yang isinya kebanyakan
tentang kecaman-kecaman terhadap Belanda, Kemudian, munculah sikap berontak Oto untuk
memperjuangkan hak Bangsanya sendiri. Setelah lulus dari sekolah guru, Oto mendedikasikan diri
sebagai guru, yang mana memang menjadi cita cita Oto sejak kecil. Dengan begitu, Oto bisa
mewujudkan Bangsanya menjadi Bangsa yang berilmu dan bisa melestarikan tanah airnya dengan baik.
Oto pernah masuk dalam daftar hitam dan membuat khawatir pemerintah Hindia Belanda, salah satunya
dikarenakan nyali Oto dalam membongkar kasus bendungan kemuning yang bisa menyelamatkan
Rakyat Indonesia dari penipuan yang di lakukan pengusaha Belanda. Tak bisa di pungkiri,Oto lah orang
yang pertama mempopulerkan kata Indonesia Merdeka dan kemudian disingkat menjadi Merdeka
karena kegigihan Oto dalam memperjuangkan hak rakyatnya. Oto menikah dengan gadis bernama
Soekirah putri Asisten Wedana di Banjarnegara yang 10 tahun lebih muda darinya dan dikaruniai 12
Orang anak. Pada tanggal 20 Desember 1945 adalah hari di tetapkannya sebagai hari wafatnya Oto
akibat dari korban "Laskar Hitam" di Pantai Mauk, Tangerang, dan tidak pernah ditemukan jenazahnya.
setelah kematiannya, Oto ditetapkan pemerintah sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat
Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
2. KRT Radjiman Wedyodiningrat

Radjiman Wedyodiningrat selain seorang dokter juga merupakan salah


satu tokoh pemikir pembentukan bangsa Indonesia. Dalam
perjuangannya, beliau lebih dikenal sebagai ketua Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, karena Radjiman
merupakan salah satu peletak dasar negara Republik Indonesia.
Sesungguhnya perjuangan Radjiman telah dimulai jauh sebelum zaman
Jepang. Ia berjuang bersama Budi Utomo mempertahankan prinsip
perjuangan Budi Utomo yang bersifat kebudayaan. Pemikiran
kebangsaannya diwarnai dengan semangat mempertahankan budaya Jawa dan mengakomodasi dengan
budaya lain yang datang. Oleh karena itu, beliau termasuk pemberi warna awal dari kebangsaan yang
kemudian berkembang menjadi Indonesia. Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat lahir pada 21 April
1879 di Desa Melati, Kampung Glondongan, Kota Yogyakarta, ibunya berdarah Gorontalo. Sejak kecil
Radjiman dididik untuk memiliki jiwa yang bersahaja, suka bekerja keras, tabah, dan ksatria. Hal ini
karena ia menyadari dari kalangan rakyat biasa. Ia berhasil mengenyam pendidikan hingga ke negeri
Belanda, Perancis, Inggris, dan Amerika. Ia berhasil memperoleh gelar dokternya di negeri Belanda
pada usia 20 tahun. Sedangkan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) ia peroleh dari Kesultanan
Yogyakarta karena jasanya bertugas di sebuah rumah sakit di Yogyakarta pada masa pemerintahan
Hindia Belanda. Radjiman mengawali pendidikannya dengan menyelesaikan Europese Lagere School
(ELS) pada 1893. Setamat ELS tahun 1893, ia diterima di Sekolah Dokter Jawa di Batavia dan
menyandang gelar Indisch Art pada 1899. Setelah bekerja di Lawang, Jawa Timur, pada tahun 1906 ia
melanjutkan ke Sekolah Dokter Tinggi di Amsterdam sampai meraih gelar Arts (dokter) pada tahun
1910. Keberhasilan tersebut mendudukannya sejajar dengan para dokter berkebangsaan Belanda.
Sebagai dokter muda, banyak pengalaman yang diperoleh selama bertugas di berbagai daerah dan
merasakan penderitaan rakyat di pedesaan. Dari sini Radjiman mendapat inspirasi sebagai pejuang
kemerdekaan. Dalam tugasnya ia sering melihat perlakuan kejam pihak penjajah terhadap penduduk
pedesaan. Hal inilah yang memotivasi dirinya dan kawan-kawan untuk memperjuangkan nasib
bangsanya, walaupun memerlukan waktu yang panjang untuk mewujudkannya. Setelah bertugas di
berbagai pelosok daerah, Radjiman kemudian mengajukan permohonan untuk berhenti dari pegawai
pemerintah pada 1905. Setelah itu, beliau kemudian mengabdikan diri dan ilmunya di Keraton
Surakarta sebagai dokter keraton. Berkat pengabdian dan jasanya yang besar dalam pelayanan
kesehatan di Keraton Surakarta, Pakubuwono X kemudian memberikan suatu gelar kehormatan
“Kanjeng Raden Tumenggung” (KRT) dengan nama Wedyodiningrat. Pada tanggal 20 September
1952, dr. Radjiman Wedyodiningrat menghembuskan nafas terakhirnya di Desa Dirgo, Widodaren,
Ngawi. Jenazahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta.
3. R. P. Soeroso

Beliau lahir di Porong, Jawa Timur, pada 3 November 1893. Soeroso adalah
salah satu Pahlawan Nasional yang pernah memperjuangkan kesejahteraan
pegawai negeri, dalam hal ini para pegawai negeri dapat membeli rumah
dinas dengan cara mengangsur. Soeroso juga terkenal sebagai Bapak
Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia. Soeroso menamatkan
pendidikannya di sekolah guru pada tahun 1916. Anggota Volksraad
mengangkat Soeroso sebagai anggotanya di tahun 1924, sebagai ketua
PUTERA di area Malang pun juga pernah dilakoni Soeroso. Selanjutnya
Soeroso di tunjuk sebagai wakil ketua BPUPKI/PPKI pada tahun 1945 yang di ketuai Oleh K.R.T.
Radjiman Wedyodiningrat. Raden Pandji Soeroso menjabat sebagai gubernur Jawa Tengah di tahun
1945 setelah keputusan PPKI dalam sidang pleno tanggal 19 Agustus 1945 yang menghasilkan
keputusan penting yaitu menteri dan pembagian wilayah menjadi delapan provinsi yang salah satunya
adalah provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia ke-4 pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan masa
jabatan periode 6 September 1950 – 3 April 1951, kemudian menjabat sebagai Menteri Sosial Republik
Indonesia ke-10 dan masih pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dengan masa jabatan 30 Juli
1953 – 12 Agustus 1955, di lanjutkan dengan menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum Republik
Indonesia ke-12 dengan masa jabatan 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956 di era kepemimpinan Presiden
Soekarno juga. Raden Pandji Soeroso meninggal pada 16 mei 1981 dengan meninggalkan putra
bernama Raden Pandji Soejono yang merupakan seorang ahli purbakala atau arkeolog senior di
Indonesia. Putra Soeroso ini selain menjadi mahaguru arkeologi khususnya di bidang prasejarah, ia juga
pernah menjadi kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional periode 1974 - 1989. Setelah peninggalan
Soeroso, Pemerintah Indonesia telah mengangkat Raden Pandji Soeroso sebagai salah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia, melalui Surat Keputusan Presiden No. 81/TK/1986.
4. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa
Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi
Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Soekarno hanya menghabiskan
sedikit masa kecilnya dengan orangtuanya hingga akhirnya dia tinggal
bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung hingga akhirnya beliau
ikut kedua orangtuanya pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, ayahnya
memasukan Soekarno ke Eerste Inlandse School. Di tahun 1911, Soekarno
dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk memudahkannya diterima di Hoogere Burger
School (HBS). Setelah lulus pada tahun 1915, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya,
Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi
yang kala itu dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga memberi tumpangan ketika Soekarno
tinggal di Surabaya. Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri Soekarno terus menggelora. Di tahun
berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang dibentuk
sebagai organisasi dari Budi Utomo. Di tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan
studinya ke Technische Hoge School (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di
Bandung dan mengambil jurusan teknik sipil. Soekarno sendiri mulai aktif mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, di antaranya adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar
pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Pada bulan Agustus
1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara
ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan bahwa sudah saatnya Indonesia merdekan dan
segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri.
Setelah menemui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada
tanggal 16 Agustus 1945. Pada akhirnya,Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai
mempersiapkan diri menjelang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang
diadakan oleh Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil
untuk upacara proklamasi yang terdiri dari delapan orang resmi dibentuk. Pada tanggal 17 Agustus
1945, Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi secara langsung dibacakan oleh
Soekarno yang semenjak pagi telah memenuhi halaman rumahnya di Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden
dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal
dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno
disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur berdekatan
dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung
selama tujuh hari.
5. Mohammad Hatta

Dr. H. Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Pria yang


akrab disapa dengan sebutan Bung Hatta ini merupakan pejuang
kemerdekaan RI yang kerap disandingkan dengan Soekarno. Tak hanya
sebagai pejuang kemerdekaan, Bung Hatta juga dikenal sebagai seorang
organisatoris, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, pelopor
koperasi, dan seorang wakil presiden pertama di Indonesia. Kiprahnya di
bidang politik dimulai saat ia terpilih menjadi bendahara Jong Sumatranen
Bond wilayah Padang pada tahun 1916. Pengetahuan politiknya
berkembang dengan cepat saat Hatta sering menghadiri berbagai ceramah dan pertemuan-pertemuan
politik. Secara berkelanjutan, Hatta melanjutkan kiprahnya terjun di dunia politik. Sampai pada tahun
1921 Hatta menetap di Rotterdam, Belanda dan bergabung dengan sebuah perkumpulan pelajar tanah
air yang ada di Belanda, Indische Vereeniging. Mulanya, organisasi tersebut hanyalah organisasi
perkumpulan bagi pelajar, namun segera berubah menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga
tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung
dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Di
Perhimpunan Indonesia, Hatta mulai meniti karir di jenjang politiknya sebagai bendahara pada tahun
1922 dan menjadi ketua pada tahun 1925. Selanjutnya pada tahun 1932, Hatta kembali ke Indonesia
dan bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia dengan adanya pelatihan-pelatihan. Pada tanggal 17
Agustus 1945 di jalan Pagesangan Timur 56 tepatnya pukul 10.00 kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia. Keesokan harinya, pada tanggal
18 Agustus 1945 Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Hatta sebagai Wakil
Presiden. Perjuangan rakyat Indonesia tidak sia-sia. Berita kemerdekaan Republik Indonesia telah
tersohor sampai Belanda. Sehingga, Belanda berkeinginan kembali untuk menjajah Indonesia. Dalam
upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemerintahan Republik Indonesia dipindah ke
Yogjakarta. Ada dua kali perundingan dengan Belanda yang menghasilkan perjanjian linggarjati dan
perjanjian Reville. Namun, kedua perjanjian tersebut berakhir kegagalan karena kecurangan Belanda.
Pada Juli 1947, Hatta mencari bantuan ke India dengan menemui Jawaharhal Nehru dan Mahatma
Gandhi. Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan melakukan protes terhadap tindakan
Belanda dan agar dihukum pada PBB. Pada tanggal 27 desembar 1949, Ratu Juliana memberikan
pengakuan atas kedaulatan Indonesia kepada Hatta. Setelah kemerdekaan mutlak Republik Indonesia,
Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan. Dia juga masih aktif
menulis berbagai macam karangan dan membimbing gerakan koperasi sesuai apa yang dicita-
citakannya. Tanggal 12 Juli 1951, Hatta mengucapkan pidato di radio mengenai hari jadi Koperasi dan
selang hari lima hari kemudian dia diangkat menjadi Bapak Koperasi Indonesia. Hatta menikah dengan
Rachim Rahmi pada tanggal 18 November 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Pasangan
tersebut dikaruniai tiga orang putri yakni Meutia, Gemala, dan Halida. Pada tanggal 14 Maret 1980
Hatta wafat di RSUD dr. Cipto Mangunkusumo. Karena perjuangannya bagi Republik Indonesia sangat
besar, Hatta mendapatkan anugerah tanda kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I"
yang diberikan oleh Presiden Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai