Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 2

Saluran TV : Trans 7
Acara TV : Mata Najwa
Topik : Ada China di Natuna

Ada China di Natuna, merupakan salah satu episode di Mata Najwa yang sempat
ramai diperbincangkan oleh public pada tahun 2019 lalu. Ada China di Natuna terbagi
menjadi 7 bagian, yang pada setiap bagiannya berhubungan satu sama lain. Kami, dari
kelompok 2 memutuskan untuk membahas bagian keenam, yang kami rasa inti dan maksud
topik tersebut berada pada bagian keenam tersebut.

Natuna terdiri dari tujuh pulau dengan Ibu Kota di Ranai. Pada 1957, Kepulauan
Natuna masuk dalam wilayah Kerajaan Pattani dan Kerajaan Johor di Malaysia. Namun pada
abad ke-19, Kepulauan Natuna akhirnya masuk ke dalam kepenguasaan Kedaulatan Riau dan
menjadi wilayah dari Kepulauan Riau. Natuna sampai saat ini masih menjadi jalur strategis
dari pelayaran internasional. Setelah Indonesia merdeka, delegasi dari Riau ikut menyerahkan
kedaulatan pada Republik Indonesia yang berpusat di Pulau Jawa. Pada 18 Mei 1956,
pemerintah Indonesia resmi mendaftarkan Kepulauan Natuna sebagai wilayah kedaulatan ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada bagian awal video, Mata Najwa memberikan gambaran tentang betapa
menggiurkan dan melimpahnya sumber daya alam serta potensi hasil laut di Natuna.
Melimpahnya SDA itulah yang membuat banyak negara asing terutama China mengklaim
bahwa wilayah Natuna adalah illegal. Bahkan, Bapak Jokowi pun sudah berkali-kali
menegaskan bahwa Natuna adalah wilayah teritorial milik Negara Kesatuan Republik
Indonesia seutuhnya. Hal itu sudah terbukti menurut konvensi hukum laut internasional di
bawah naungan PBB atau United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS)
1982, perairan Natuna masuk dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Selain itu
kementrian Luar Negeri telah mengirimkan nota protes resmi dan memanggil Duta Besar
China untuk Indonesia di Jakarta dan berbagai upaya yang sudah dijelaskan pada bagian-
bagian sebelumnya yang tidak bisa kelompok kami tayangkan disini.
Nah, pada bagian keenam Ada China di Natuna ini, Mata Najwa mulai membahas
persoalan tentang konflik para nelayan di Natuna dan di luar Natuna. Dimulai dari
kekhawatiran nelayan Natuna terhadap fishing ground atau daerah tangkapan jika ada
nelayan yang berasal dari luar Natuna, karena menjadi salah satu upaya dari Bapak Jokowi
untuk mencegah masuknya kapal asing ke Indonesia. Kepala Kantor Staf Kepresidenan,
Bapak Moeldoko, mengatakan bahwa Menteri KKP sudah mulai memikirkan upaya untuk
memberdayakan masyarakat nelayan secara terkoordinasi. Karena penanganan tersebut tidak
hanya melibatkan para nelayan, tetapi juga membutuhkan full storage yang memadai,
ketersediaan bbm, dan ketersediaan logistic. Oleh karena itu, persoalan Natuna ini tidak
hanya persoalan eksternal dengan China, tetapi juga internal dengan para nelayan agar tidak
terjadi kecemburuan sosial antar satu dengan yang lainnya.

Setelah pembahansan para nelayan tersebut Bapak Fadli Zon, Wakil Ketua Umum
Gerindra, mengatakan bahwa konflik China Selatan ini akan terjadi bahkan bisa memicu
perang antar kedua negara yang katanya bersahabat ini. Kemudian, Mbak Nana memberikan
cuplikan video yang berasal dari pernyataan Menteri Pertahanan, Bapak Prabowo Subianto,
menanggapi masuknya kapal China di Laut Natuna dinilai terlalu lembek, dan Bapak
Prabowo hanya mengatakan “Cool saja”. Setelah mendengar pengulangan statement tersebut,
Bapak Fadli Zon terkesan membela Bapak Prabowo dengan mengatakan bahwa Bapak
Prabowo hanya bersikap realistis dan Indonesia harus memperkuat persenjataan dan kapal
untuk Natuna. “Kalau Konfrontasi fisik, kita pasti kalah,” kata Bapak Fadli Zon.

Menanggapi Bapak Fadli Zon, Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid mengatakan,
“Kemenangan perang tidak hanya diukur dari seberapa besar kita punya alutsista, tapi kita
punya kekuatan TNI yang luar biasa, kita punya strategi perang yang cukup baik.”

Kesimpulan

Ada China di Natuna, persoalan jangka panjang yang selalu dihadapi Indonesia,
merupakan salah satu peristiwa yang sangat berhubungan erat dengan pertahanan dan
keamanan Negara Indonesia. Dengan berbagai upaya yang dilakukan Bapak Jokowi, Menteri
Kelautan, bahkan dari para nelayan sendiri, hanya untuk mempertahankan wilayah perairan
Indonesia. Cuplikan video di atas sudah membuktikan bahwa pemerintah Indonesia
mengerahkan segala cara, untuk Laut Natuna, untuk perairan Indonesia, untuk seluruh warga
negara Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai