Anda di halaman 1dari 2

SENGKETA LAUT NATUNA

Merupakan sebuah kabupaten yg terletak pada provinsi Riau, Indonesia. Berada di perairan Laut Cina
Selatan atau berada pada titik perbatasan Laut Cina dan Indonesia.
Konflik:
Masuk nya kapal illegal dari China pada tahun 2016 yaitu Kapal Coast Guard masuk kedalam Natuna
Utara. China juga melakukan klaim terhadap Perairan Natuna. Badan Hukum Laut Internasional sudah
melarang China untuk meng Klaim Perairan Natuna, tetapi China tetap bersikeras utk mengklaim Perairan
Natuna.
Tahap – Tahap Konflik:
1.Integrasi
China dan Indonesia merupakan sahabat dalam bidang ekonomi, keduanya saling bekerja sama dalam hal
ekspor dan impor. China juga melakukan investasi ke Indonesia dalam hal infrastruktur.
2.Disintegrasi:
China bersikeras bahwa Natuna milik China. Badan Hukum Laut Internasional di bawah PBB menyatakan
bahwa Natuna milik Indonesia. Meski begitu, China dengan sengaja menabrak kapal nelayan Indonesia pada
tahun 2019.Dan Pada 2021,China memasuki Indonesia dgn kapal perang.
Penyelesaian:
1.Rekonsilisasi
2.Rehabilitasi
3.Rekonstruksi

PEKERJA MIGRAN
Penguatan Aliansi Regional bagi Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (Migran)(ADWA): Fokusnya adalah
mendukung jejaringan nasional pekerja migran dan pekerja rumah tangga migran dalam membentuk Aliansi
Pekerja Rumah Tangga Asia di tingkat regional (Asian Domestic Workers Alliance/ADWA) untuk
mengadvokasi kesetaraan hak asasi manusia dan perlindungan ketenagakerjaan bagi pekerja rumah tangga di
Asia.

SENGKETA PULAU SIPADAN DAN LIGITAN


Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia yang mencuat pada tahun 1967 ketika dalam pertemuan
teknis hukum laut antara kedua negara. Kedua negara sepakat agar Sipadan dan Ligitan dinyatakan dalam
keadaan status status quo. Pada tahun 1969 pihak Malaysia secara sepihak memasukkan kedua pulau
tersebut ke dalam peta nasionalnya. Pada tahun 1976, Traktat Persahabatan dan Kerja Sama di Asia
Tenggara atau TAC (Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia) menyebutkan bahwa akan
membentuk Dewan Tinggi ASEAN untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara sesama anggota
ASEAN akan tetapi pihak Malaysia menolak beralasan karena terlibat pula sengketa tentang kepemilikan
pulau dengan negara lain. Dalam kunjungan Indonesia ke Kuala Lumpur pada tanggal 7 Oktober 1996,
Presiden Soeharto akhirnya menyetujui usulan PM Mahathir tersebut sehingga dibuatkan kesepakatan "Final
and Binding," pada tanggal 31 Mei 1997, kedua negara menandatangani persetujuan tersebut. Indonesia
meratifikasi pada tanggal 29 Desember 1997 dengan Keppres Nomor 49 Tahun 1997 demikian pula
Malaysia meratifikasi pada 19 November 1997.
Keputusan Mahkamah Internasional
Pada tahun 1998 masalah sengketa Sipadan dan Ligitan dibawa ke ICJ dan pada hari Selasa 17 Desember
2002 ICJ mengeluarkan keputusan tentang kasus sengketa kedaulatan Pulau Sipadan-Ligitan antara
Indonesia dengan Malaysia. Hasilnya, dalam voting di lembaga itu, Malaysia dimenangkan oleh 16 hakim,
sementara hanya 1 orang yang berpihak kepada Indonesia. Kemenangan Malaysia, oleh karena berdasarkan
pertimbangan effectivity (tanpa memutuskan pada pertanyaan dari perairan teritorial dan batas-batas
maritim)
SENGKETA PULAU SPRATLY
Sengketa laut China Selatan telah dimulai sejak tahun 1947, pada tahun tersebut Negara China membuat
garis putus-putus untuk mengklaim semua kepulauan yang ada di Laut China Selatan. Karena Kepulauan
Spratly masuk kedalam klaim sebagai bagian dari Negara China akhirnya negara lain seperti Vietnam,
Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Brunei protes karena mereka semua memperebutkan hak kepemilikan pulau
tersebut.
Faktor Penting:
Berikut faktor penting yang melatarbelakangi sengeketa ini:
1. Kepulauan Spratly memiliki letak yang strategis.
2. Kepulaun Spratly juga memliki kekayaan SDA yang melimpah.
Upaya Penyelesaian:
Upaya penyelesaian konflik ini sudah dilakukan sejak tahun 1970an baik melalui upaya-upaya bilateral
maupun multilateral. Dalam upaya-upaya tersebut telah disepakati beberapa hal seperti kerjasama
pengelolaan wilayah Kepulauan Spratly, maupun pembagian sumber daya alam. Akan tetapi konflik ini
belum selesai karena belum ada kesepakantan mengenai hak kepemilikan wilayah Kepulauan tersebut.
ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara ikut berperan aktif dalam upaya penyelesaian konflik di
wilayah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai